Naruto fanfiction

Present:

Naruto © Masashi Kishimoto

Rahasia Hati © Ran Hime

ItaDei Slight SasuDei

Drama, Hurt/Comfort

M rated

AU, OOC,, Yaoi, Typo.

.

.

.

Chapter 1

.

"Dokter sudah menunggu Anda, Namikaze-san."

Deidara tersenyum mendengarnya. Ia bergegas bangkit dan berjalan mengikuti perempuan di depannya. Ia tidak berharap akan mendapat kabar buruk setelah memasuki ruangan dokter nanti. Ia hanya lelah. Deidara mencoba menekankan kalimat itu di dalam hatinya.

Tanpa sadar Deidara berhenti melangkah ketika melewati persimpangan di mana sebuah ruangan ICU berada tidak jauh dari tempatnya berdiri. Ia memicingkan matanya, melihat pria yang sedang berdiri memeluk seorang wanita. Wanita yang sedang berdiri di samping pintu ICU itu nampak sedang menangis dengan wajah khawatir.

Namun bukan wanita itu yang menarik perhatian Deidara. Pria yang sedang memeluk wanita itu terlihat seperti seseorang yang ia kenal.

"Namikaze-san?"

Deidara tersentak kaget. Ia menggeleng lalu kembali mengikuti perawat yang sempat berhenti menegurnya tadi.

Mungkin ia salah lihat. Ada begitu banyak pria dengan potongan rambut seperti pantat ayam. Bukan hanya Sasuke yang mempunyai warna rambut hitam. Sekali lagi Deidara meyakinkan bahwa semua baik-baik saja.

.

.

Rahasia Hati

.

.

"Hanya stress dan kurang istirahat."

"Kau yakin?"

Deidara terlihat gelisah dan mendesak pria di depannya.

"Lalu apa aku harus berkata jika kau sedang hamil?" Pria berjas putih itu membuang nafas dengan kesal.

Deidara tertawa hambar, "kau pasti bercanda."

"Pria itu balik tertawa lalu diam dan menatap tajam Deidara, "aku memang bercanda."

Deidara mengalihkan pandangannya ketika pria itu menatapnya. Sejujurnya ia tidak suka tatapan ingin tahu itu, "apa?" Deidara menatap kesal pria itu.

"Ada masalah apa kali ini?"

"Diamlah Kabuto!"

"Kalian bertengkar lagi?"

Deidara membuang muka kembali. Menyembunyikan raut wajah yang menyimpan kesedihan itu.

"Kami baik-baik saja." Deidara termenung, "ya, baik-baik saja."

Apanya yang baik-baik saja. Semua yang terjadi selalu saja dianggap baik-baik saja oleh Deidara. Sasuke yang semakin menjauh dan banyak berubah seiring berjalannya waktu. Sasuke yang lebih banyak menghabiskan waktunya dengan pekerjaannya dan tidak mempunyai waktu lagi walau hanya sekedar menggodanya. Bahkan ia bisa menghitung berapa kali Sasuke tidur di ranjang mereka selama tiga bulan terakhir ini.

"Kau butuh seseorang yang bisa menyemangatimu."

"Aku bukan pasien yang besok akan mati, dokter Kabuto," ucapnya dengan penuh penekanan.

Mungkin saja Kabuto tengah mengejeknya karena ia tidak lagi mempunyai siapa-siapa. Kedua kakaknya sudah memutuskan hubungan. Dan enggan menemui dirinya setelah ia memutuskan memilih hidup dengan Sasuke. Ia bangkit dan mencoba berdiri sendiri selama hampir lima tahun dalam hubungannya dengan Sasuke. Kedua kakaknya lebih memilih melepaskan dirinya setelah mereka tidak berhasil membawanya pulang. Mau dipaksa bagaimana pun juga, ia tetap tidak bisa menyukai wanita pilihan kedua kakaknya.

"Dei, kau baik-baik saja?" Kabuto jadi merasa bersalah ketika melihat pipi Deidara basah.

"Tentu saja." Buru-buru Deidara mengusap pipinya lalu bangkit dari kursi, "aku pulang dulu dan terima kasih."

Deidara tersenyum lalu meninggalkan Kabuto di ruangannya.

.

.

Rahasia Hati - ItaDei

.

.

Deidara menemukan sepasang sepatu milik Sasuke ketika ia membuka pintu apartemennya. Dengan tersenyum ia buru-buru berlari ke dalam memasuki kamar. Namun ia tidak menemukan Sasuke di sana dan hanya terdengar suara gemericik di kamar mandi.

Deidara melepas jaket panjangnya dan menaruhnya di sofa. Keluar dari kamarnya hanya dengan kaos pendek. Dengan gembira ia pergi ke dapur dan memasak makan malam. Ia begitu senang Sasuke pulang setelah hampir tiga minggu sibuk dengan pekerjaannya di luar kota.

"Kau sudah pulang?" Sasuke keluar dari kamar dengan pakaian rapi, menghampiri Deidara yang tengah menyiapkan makan malam.

"Harusnya aku yang bertanya seperti itu, kan?" Deidara berbalik dan menatap Sasuke dengan kecewa ketika melihat penampilan Sasuke, "kau akan pergi lagi?" Deidara menaruh piring terakhir yang berisi makanan di atas meja.

"Ada masalah di Getsugakure, jadi aku harus pergi ke sana malam ini. Penerbangan terakhir satu jam lagi." Sasuke duduk di depan meja dan mulai membuka piring di depannya.

"Kau hanya karyawan biasa tapi kenapa kau yang harus kesana." Deidara mencibir, mengingatkan jika Sasuke bahkan tidak mempunyai jabatan penting namun selalu saja dia yang membereskan masalah di perusahan tempatnya bekerja.

"Kita sudah membahasnya. Itu bisa membuatku mendapatkan promosi kenaikan jabatan." Sasuke mengambil nasi dan mulai memakannya.

"Kau tidak sedang menjalin hubungan dengan putri petinggi perusahaan, kan?" tanpa rasa bersalah Deidara kembali menyindir.

Sasuke tersedak dan buru-buru mengambil air dan meminumnya, "kau bicara apa? Jangan mulai lagi."

Deidara meletakkan dengan kasar sendok yang baru saja ia ambil. Tanpa menatap Sasuke ia meraih apel merah di keranjang buah, mengambil pisau buah dan mulai mengupas apel merah di tangannya. Ia menatap tajam Sasuke yang sedang menghabiskan makan malamnya. Ia bahkan tidak peduli dengan nasib buah di tangannya. Ia benar-benar merasa kesal.

"Apa yang kau lakukan, Dei?" Sasuke segera berdiri dari kursinya dan berjalan cepat ke arah Deidara. Ia merampas pisau itu dan membantingnya ke lantai, jauh dari Deidara.

Apel di tangan Deidara jatuh begitu saja. Deidara hanya diam melihat ke dalam mata Sasuke. Ia bahkan mengabaikan rasa sakit di tangannya. Ia tidak peduli dengan darah yang mulai mengalir dari luka gores pergelangan tangannya. Cukup dalam namun tidak sampai melukai urat nadinya.

Deidara hanya ingin Sasuke-nya yang dulu.

"Kau sudah berubah, Sasuke." Deidara hampir menangis.

"Kau bicara apa?"

Deidara melepas kaosnya dan menyingkirkan tangan Sasuke yang berusaha memegang tangannya yang terluka.

"Kau sudah bosan denganku, kan?"

Deidara meneguk ludahnya dengan susah payah. Ia berusaha melepas celananya namun Sasuke menghentikannya. Menarik lengan Deidara dengan cepat hingga tubuhnya tersentak. Matanya yang berkaca-kaca itu menatap Sasuke dengan kecewa.

"Apa yang akan kau lakukan?"

Deidara meringis merasakan cengkeraman Sasuke di tangannya yang terluka. Ia benar-benar kecewa.

Dulu tanpa melakukan hal gila seperti itu, Sasuke akan menggendongnya ke kamar dan mereka bercinta setiap waktu, namun kini Sasuke bahkan selalu mendapatkan alasan untuk menghindarinya.

"Apa yang kau pikirkan?"

Deidara ingin menangis namun air matanya tidak dapat mengalir. Hanya darah di pergelangan tangannya yang mulai jatuh ke lantai. Apa kurangnya dirinya hingga Sasuke benar-benar telah berubah.

"Aku akan mengobati lukamu sebelum berangkat."

Deidara menarik tangannya dari cengkraman Sasuke dan berjalan cepat ke dalam kamar. Ia tidak butuh belas kasihan Sasuke.

.

.

Ran Hime

.

.

Deidara berusaha bangun ketika mendengar suara bel apartemennya. Ia memejamkan matanya dan mengatur nafasnya. Kepalanya benar-benar pusing hanya dengan dua gelas alkohol. Dari dulu ia memang payah kalau soal minum.

Dengan sempoyongan ia berjalan menuju pintu. Tamu di depan pintunya sungguh tidak sabaran. Deidara mendengus. Ia akan memukul siapapun yang berani mengganggunya di saat suasana hatinya sedang buruk. Dan lagi siapa yang bertamu tengah malam.

Deidara memutar kunci dan membuka pintu dengan kasar. Ia menyipitkan matanya, mencoba mengenali seseorang di depannya di saat dia sedang mabuk berat. Ia tersenyum lebar dan menyentuh kedua pipi pria di depannya.

"Kau kembali Sasuke?" Deidara tertawa kecil. Sepercik harapan dalam hubungannya dengan Sasuke kembali muncul.

Pria di depannya memegang kedua pergelangan tangan Deidara dan menatap mata biru kehijauan itu. Tanpa mengatakan sepatahkata pun pria itu mengecup bibir Deidara. Mendorong masuk tubuh Deidara.

Pria itu melepas ciumannya dan memberi kesempatan Deidara untuk bernafas. Ia mengunci pintu di belakangnya lalu menuntun Deidara menuju kamar sembari kembali mencium Deidara kembali.

.

.

.

To be Continue ...