Before After
.
.
.
Naruto © Masashi Kishimoto
Disclaimer : Naruto milik Masashi Kishimoto, Mushi cuma numpang minjem
Rated T semi M
Genre : Romance
Pair : NaruHina
Warning : Canon! Typos, OOC and many more.
OoOoOoOoOoOoOO
For Celebrate "1st NaruHina Canoniversary"
Prompt : Spring
FluffTimeProject#38#
OoOoOoOoOoOoooOOoOoOoOoO
Drabble One : Let's Sleep Together~
Apa yang biasanya dilakukan oleh pengantin baru? Pasangan yang baru saja menikah dan memulai kehidupan baru mereka.
Senang? Tentu saja perasaan itu ada.
Atau mungkin gugup?
Untuk Hinata jawaban yang tepat saat ini baginya sudah pasti adalah yang kedua. Gadis yang baru saja melakukan hal yang sangat penting dalam hidupnya.
Menikah-
Di tambah lagi dengan orang yang sangat ia cintai selama ini.
Sangat gugup, itulah kondisinya sekarang. Bagaimana tidak, orang yang selama ini ia sukai dan bahkan dirinya pun hampir tak bisa bicara dengan benar jika berhadapan dengan sang empunya, hari ini tepatnya saat musim semi datang.
Dirinya resmi menjadi istri dari orang itu.
'Ka..Kami-sama kuatkan aku!' membatin terus menerus, setelah selesai dengan segala hal tentang pernikahannya yang di selenggarakan selama beberapa hari lalu, sekarang semua itu sudah selesai dan-
Dan saat ini ia tengah berdua dengan pemuda eh-suaminya.
Menggigit bibir bawahnya, menahan rasa gugupnya yang luar biasa. Wajah itu benar-benar memerah.
Hinata Hyuuga yang saat ini berubah marga menjadi Uzumaki, berusaha keras untuk tidak pingsan. Beruntung karena suaminya aka Naruto Uzumaki mau mengerti kondisi labilnya, jadi pemuda pirang itu dengan baik hati memberikan waktu untuknya beristhirahat malam ini.
Yang berarti, sekarang-
Hal-hal yang biasanya dilakukan oleh pasangan pengantin baru, setelah pernikahan selesai, masuk ke dalam kamar dan-
Huaa!
Bisa ia hindari.
Bu..bukannya Hinata tidak mau, ya..ya dia hanya tidak siap saja, demi Kaasannya yang ada di surga sekarang. Gadis ini bisa saja pingsan bahkan sebelum Naruto sempat membuka bajunya dan dia tidak mau hal itu terjadi. Ia ingin menikmati waktu bersama dengan sang Uzumaki walaupun tidak melakukan hal yang aneh-aneh.
Dan sekarang-
Bergelung di balik selimut, wajah yang sudah hampir setengahnya tertutupi oleh kain tebal itu masih memerah sempurna, jantung berdebar kencang, keringat dingin masih mengucur dengan mulus di kulitnya.
Kedua Lavender yang beberapa kali melirik malu ke samping tempat tidurnya.
'Uwa!' berteriak kecil, ia bisa melihat jelas punggung lebar pemuda pirang itu. Naruto ikut berbaring di sampingnya, setelah mereka datang ke kamar ini, memperbaiki segala dandanan, serta menggunakan pakaian tidur.
Keduanya sepakat untuk berbaring saja di tempat tidur.
Tidak ada yang memulai percakapan selama beberapa menit, perlahan tapi pasti perasaan takut mulai menjalari Hinata. Merengut khawatir, dan melirik kembali.
'A…apa Naruto-kun marah?' memikirkan kalau mungkin saja Naruto tidak suka dengan keinginannya dan tidak mau bicara dengannya.
Niatnya untuk bicara langsung luntur, saat tubuh di sampingnya bergerak menyamankan posisi.
Dirinya reflek ikut bergerak dan berbalik memunggungi sang Uzumaki. Perasaan bersalah datang pelan-pelan seiring dengan sunyinya ruangan mereka. Hal aneh-aneh kembali masuk ke dalam pikirannya.
Apa Naruto menyesal memilihnya sebagai istri?
Apa Naruto baru sadar sekarang kalau pilihannya salah?
Apa Naruto tidak suka dengan sifatnya yang over pemalu ini?
Apa-
Pluk-
Pemikiran gadis cantik itu terhenti seketika saat sebuah tangan kekar menepuk puncak kepalanya lembut, tubuhnya menegang kaget.
"Jangan pernah berpikiran hal yang aneh-aneh Hinata." Suara baritone di sampingnya semakin membuatnya gugup. Seolah tertangkap basah, ia reflek menarik selimut di tangannya, dan membuat kain itu semakin menutupi seluruh tubuh serta wajahnya.
"Go..gomen," mencicit kecil.
Suara tawa renyah langsung terdengar pelan, sukses menenangkan Hinata.
"…"
"Akhirnya pesta pernikahan kita selesai juga~" Naruto mendesah lega,
"U..um,"
"Oh, dan kau tahu Hinata, saat pesta pernikahan kita tadi, tanpa sepengetahuanmu sebenarnya Kiba menaruh sesuatu di minuman kita berdua. Aku melihatnya sendiri."
Menegang kembali, kedua manik itu mengerjap kaget. Perlahan selimut yang menutupi wajahnya kembali ia turunkan, menatap sosok yang menjadi suaminya sekarang. Terbaring dengan kedua tangan menopang kepalanya, terlihat santai dan bibir itu masih berusaha untuk melanjutkan cerita tadi.
"Se..sesuatu apa?" bertanya polos, Hinata sama sekali tidak mengerti maksud ucapan Naruto.
Sedangkan sang Uzumaki pirang sedikit mengerjap singkat, sebelum akhirnya tingkah pemuda itu terlihat kikuk di matanya,
Salah satu tangannya menggaruk pipi dan kedua mata tidak mau memandangnya-
"Ya..yahh, kau tahu. Semacam obat yang ternyata di berikan Tsunade-baasan untuk hadiah pernikahan kita."
Masih tidak mengerti, kegugupan Hinata lambat laun ikut menghilang di ganti dengan penasaran, "O..obat? Obat apa? Obat sakit kepala? A..apa Naruto-kun sakit saat pesta tadi?" entah kenapa dia malah jadi khawatir sendiri.
"….." hening kembali.
Tingkah kikuk Naruto masih terlihat, dan kali ini bahkan bisa Hinata lihat bagaimana pipi tan itu sedikit mengeluarkan rona merah.
"Bu..bukan obat untuk orang sakit, tapi untuk..ee…bagaimana aku menjelaskannya," tidak tahu harus menjelaskan apa, Naruto menatap sosok gadis indigo yang masih menatapnya polos.
Hinata menunggu-
Mendehem kecil, "Ee, Obat untuk pengantin baru, ya..se..semacam obat perangsang,"
Obat-
Perangsang?
"…"
Sepertinya dia kenal dengan nama itu-
Hinata pernah mendengarnya dari Sakura, kalau..kalau obat itu sangat cocok untuk pengantin baru sepertinya, agar keadaan setelah usai pernikahan atau lebih tepatnya saat mereka berdua.
Keduanya bisa..bisa lebih kuat..kuat-
Blush!
Meledak, wajah memerah itu semakin panas bahkan sebelum sempat menyelesaikan arti dari obat yang di katakan Naruto tadi.
"E..eh, a..aa," tidak bisa bicara, kedua tangannya mengepal menggenggam erat selimut di tubuhnya. Mendadak kaku, saat kedua Lavender itu melirik malu ke arah Naruto yang malah menatapnya intens.
Dengan senyum tipis yang jarang ia keluarkan saat bercanda sekalipun. Seolah senyuman itu bisa memabukkan Hinata kapan pun. Jantung gadis itu hampir lepas, entah kenapa tidak bisa bicara yang pasti hening di dalam ruangan itu semakin membuatnya gugup.
"Menurutmu bagaimana dengan obat itu?"
Oke, mendadak kenapa Naruto yang biasanya ia lihat selalu bertingkah layaknya anak kecil sekarang berubah menjadi sosok dewasa yang mesum di sampingnya.
"A..ah, a..ano..a..aku tidak tahu..Naruto-kun," sudah tahu dia gugup, kenapa Naruto masih menanyakan tentang obat itu?!
Dan seolah tidak jera-
"Apa kau merasakan sesuatu yang terjadi di tubuhmu sekarang?" pertanyaan keluar lagi.
Blush-
Blush!
Tubuhnya?! Tidak, Hinata tidak merasakan apa-apa kok! Gadis itu menggeleng kencang, melirik malu ke arah Naruto.
"Ti..tidak, tu..tubuhku baik-baik saja. A..apa Naruto-kun membiarkan obat itu ada di dalam minuman kita?" setahunya tubuhnya tidak merasakan panas atau semacamnya sejak tadi. Oh atau mungkin efek obatnya akan muncul beberapa menit lagi?
Hua!
Hening beberapa saat, sampai akhirnya kedua Saphire itu menatapnya lekat, "Menurutmu?"
"Eh?" ia mengerjap polos.
Sebelum akhirnya panik sendiri, "E..eh itu..itu a..apa tidak masalah me..menggunakan obat untuk hal sepenting ini? A..aku sedikit tidak setuju," mengeluarkan pendapatnya, dan nyaris tersedak saat sadar.
Melihat Naruto yang mengulum senyum-
Apa yang dia bilang tadi?!
"Ah! Ma..maksudku bukan begitu Naruto-kun, itu..aku hanya menjawab pertanyaanmu saja," bingung mencari-cari jawaban, sampai akhirnya-
"Khahaha, ternyata kau berpikir hal yang sama denganku~"
Sedikit kaget melihat Naruto tertawa, pemuda itu kembali semangat, dan kali ini membaringkan tubuhnya ke samping sehingga membuat mereka saling berhadapan.
"Aku juga tidak setuju dengan rencana Kiba dan Tsunade-baasan, jadi aku buang saja minumannya lalu kuganti dengan yang baru." Menjulurkan lidahnya, dan tertawa, mau tak mau membuat Hinata mengangguk setuju.
Ia terkikik geli-
"Aku tidak ingin menggunakan obat atau hal yang aneh-aneh saat melakukan hubungan pertama kali denganmu, kata Iruka-sensei malam pertama pengantin baru itu sangat penting dan aku harus selalu menghormati istriku. Jadi kapan pun kau siap, aku akan selalu menunggu." Entah Naruto yang terlalu polos, ucapan pemuda pirang itu sukses menghangatkan hatinya.
Dirinya benar-benar beruntung bisa mendapatkan pemuda yang tulus seperti Naruto.
Bersembunyi lagi di balik selimut, "Ku..kukira kau marah padaku, Naruto-kun. Karena se..sejak tadi kau tidak ada berbicara padaku sama sekali," menatap sedih sang Uzumaki. Pemuda pirang itu sedikit panik.
"A..ahaha, aku bukannya marah, hanya sedikit gugup saja. Kau tahu ini pertama kalinya aku tidur bersama seorang gadis, dan kita menikah, lalu selanjutnya aku sendiri bingung harus melakukan apa." Menggaruk pipinya sekali lagi.
Terdiam sejenak, mencerna semua ucapan Naruto. Perlahan ia mengangguk paham, "Yokatta," mendesah lega,
Ternyata Naruto benar-benar berpikiran hal yang sama dengannya, "A…aku juga sebenarnya tidak tahu harus melakukan apa sekarang," sedikit terkikik,
"Ahaha, Kita sama~"
Gelak tawa pelan-pelan memenuhi seluruh ruangan mereka.
OoOoOoOoOoOoOoO
"Hh," Naruto mendesah, setelah puas tertawa, menatap langit-langit kamarnya yang telah di hiasi oleh berbagai macam bunga serta pernak-pernik lainnya. Sebelum akhirnya kedua manik itu tertuju pada gadis di sampingnya.
Sosok yang menatapnya malu namun terlihat sangat cantik.
Perlahan tapi pasti, sang Uzumaki mencoba menyamankan posisi berbaringnya, tubuh menyamping dengan salah satu tangan menopang kepala dan salah satunya lagi terarah pada Hinata-
"Hinata," memanggil nama istrinya.
"I..iya?"
Dengan senyuman rubah yang selalu ia perlihatkan, "Bagaimana kalau untuk permulaan hari ini, aku ingin memelukmu saat tidur." Tanpa bimbang mengucapkan kalimat itu.
"Eh?"
Tidak berbicara lagi, seolah salah satu tangan Naruto sudah mampu membuat Hinata terhipnotis dan tanpa ia sadari kepalanya mengangguk kecil.
Sebuah senyum kecil tercipta, beriringan dengan tubuh yang perlahan mendekati sosok sang Uzumaki. Membiarkan tubuh kekar itu mengukungnya lembut dan lengan itu menjaganya malam ini.
Sebuah kecupan hangat di kening dan tawa renyah kedua pasangan itu.
Malam pertama mereka, berpelukan dan tidur bersama?
Tidak buruk juga kan?
Next Drabble?
Drabble Two : Wake Up and Talking About Baby?
Saat Naruto bangun dan tiba-tiba melihat Hinata ada di rumahnya?
OoOoOoOoOooO
A/N :
Kalau ada yang berminat dengan cerita ini akan Mushi lanjutkan dan usahakan untuk apdet konstan sebelum tanggal 10 selesai, soalnya sih cerita ini sebenarnya berkisar empat Drabble tentang kehidupan baru NaruHina :) Di sini mereka berdua masih jadi pemuda dan gadis lho, mengerti kan ? wahaha XD
Untuk akhir Kata, Mushi nggak akan capek-capek bilang~
SILAKAN RIVIEW~ \^0^/\^V^7
JAA~
