Disclaimer: Astagaaaa.. Warga FFn mana yang gak tahu bahwa Naruto itu milik Guavary'DarkLavender? *dibakar* Ohok.. Ohok.. M-maksud saya, Om Masashi Kishimoto.

Genre: Family, Humor

Warning: OOC n AU

Pairing: NejixHinata

a/n:

DILIA-CHAAAAAAN! *manggil Dilia-Chan dari jauh* Fic ini untuk Dilia-Chan yang udah request. Ava minta maaf.. Jadinya malah familyT.T

~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~

ONE DAY..

~*~*~*~*~*~*~

C H A P T E R : 1

Seorang lelaki berusia sekitar 37 tahun mengetuk pintu dengan tidak sabar. Ia sudah mengetuk kurang lebih 10 menit dan masih belum ada jawaban. Ia tahu jam-jam segini anaknya pasti ada di dalam.

"Hikaru!" Merasa ketukan tak berhasil, teriakan mengambil alih. "Jika tidak segera terbuka, aku jyuuken pintu ini!! Hyuuga Hikaruuu!"

Ia kembali menggendor-gendor pintu, sesekali menendang. Tetangga yang melewati hanya menatap penasaran, tersenyum gugup, melambai pelan, atau langsung lari ketakutan. Tidak mau berurusan dengan kapten ANBU yang sedang kesetanan.

Kapten ANBU kesetanan ini adalah Hyuuga Neji. Nomor wahid di angkatannya. Produk asli Konoha berlebel Hyuuga. Bagi Hyuuga Hinata ia adalah seorang suami. Bagi Hyuuga Hikaru, ayah. Bagi Rock Lee dan TenTen, teammate sewaktu genin. Bagi Tsunade, pencipta banyak pasien baru.

Neji memicingkan mata "Apa! Baru pertama kali liat orang masuk rumah?"

Si tetangga malang tertawa gugup, sedikit kejang-kejang "H-hy-yuuga-San, p-p-pi-pintu sa-sampingnya t-terbuka." Katanya dengan jari telunjuk menunjuk kearah pintu yang terletak beberapa meter dari pintu utama.

"……Oh."

Dengan itu Neji berjalan masuk, tidak memperdulikan tetangga-tetangga yang membatu. Dalam hati mengutuk berulang-ulang dan berjanji akan memberikan 'hadiah' ucapan terima kasih untuk tetangga tercinta.

Pintu yang dilewati Neji terhubung dengan dapur, daerah kekuasan sang istri. Ngomong-ngomong tentang istri, sudah berminggu-minggu Neji tidak bertemu dengan istrinya. Tugas sebagai ANBU terlalu melelahkan dan menyita perhatian. Kalaupun ketemu, paling hanya 'Hina-Chan, lapar.' 'Hina-Chan, aku pergi.' 'Hina-Chan, rambutku tampak kering tidak?' Sekedar informasi, menjadi ANBU sangat merusak penampilan. Mungkin ini alasan mengapa Itachi sangat bernafsu untuk keluar dari ANBU, batin Neji.

Sampai ke ruang keluarga, di situ si oknum anak durhaka sedang duduk santai dengan gulungan-gulungan tergeletak tak berdaya di hadapannya. "Hai, Ayah." Ia melambai malas dengan punggung menghadap Neji. Ia memang tidak melihat, tapi ia bisa merasakan kehadiran ayahnya.

Tidak memperpanjang perkara, Neji duduk di sofa terdekat "Istriku mana?" Hikaru mengangkat wajahnya, mereka bertemu pandang sesaat "Ibuku sedang keluar."

Neji menyeringai kecil, menahan kebutuhan untuk melingkarkan jari-jari panjangnya di sekeliling leher Hikaru sekaligus headline konyol tentang penyiksaan anak di bawah umur.

Hikaru meng-copy seringai ayahnya dengan baik. 16 tahun hidup dengan sang ayah ternyata tidak sia-sia. Ia meluruskan punggungnya, dan bersandar agar lebih santai. Tatapan sengit kepada ayahnya belum putus ia berikan.

Anggota Rokie 9 maupun tim Gai selalu mengatakan bahwa Hikaru benar-benar anak ayahnya. Sikap, kemampuan, fisik, segalanya. 16 tahun Hyuuga Hikaru adalah 16 tahun Hyuuga Neji.

Melihat Hikaru dan Neji mengingatkan mereka pada masa-masa di zaman doloe antara Neji dan Hiashi.

Sementara itu, Neji SANGAT tidak setuju dengan pendapat ini. Hikaru anak yang pembangkang, selalu semaunya, arogan, bicara ke kiri tentang fate, bicara ke kanan tentang fate. Apa yang sama? Mau dibilang mirip Hinata, tidak juga..

Ini fakta, sebagian besar orang tua tidak menyadari bahwa anaknya nyaris merupakan DUPLIKAT diri mereka sendiri.

"Begitu." Suara Neji membelah kesunyian.

"Begitu." Ulang Hikaru, masih mempertahankan kotak mata, berharap ayahnya bisa pingsan atau menangis tiba-tiba. Pikiran bodoh.

Neji menderakkan tulang-tulangnya. Tubuhnya terasa kaku dan lelah setelah misi yang cukup lama. Semua ia lakukan sambil menatap tajam anaknya. Tidak berniat kalah dalam kontes kecil ini.

Hikaru melipat kakinya "Aku rasa, beberapa hari lagi ibuku akan minta cerai." Komentar Hikaru, cuek.

Neji mengangguk malas.. Oh.. ya.. cerai.. cerai. Ce-rai. Tunggu.. CERAI?!

Telmi rasanya juga harus dimasukkan dalam daftar 'akibat buruk menjadi kapten ANBU'.

Kening Neji berkerut, tersinggung akan pernyataan Hikaru yang begitu tiba-tiba. Ia tidak pernah tahu Hikaru telah tumbuh menjadi sekurang ajar ini, bahkan sampai mendo'akan ia dan istrinya bercerai.

"Tidak perlu khawatir, aku dan istriku tidak akan bercerai."

"Aku serius." Balas Hikaru, mulai menunjukkan tanda-tanda ketidak sabaran untuk pertama kalinya semenjak ayahnya datang "Ayah terlalu sibuk. Aku dengar dari salah seorang rekanku, ibu sering keluar dengan seorang pria untuk makan siang atau malam. Mungkin kencan. Dan.. Sumber dapat dipercaya."

Yang ini baru 'Wow".

Inner Neji mulai uring-uringan, orang bijak bilang bagai kebakaran rambut –karena kebakaran jenggot tidak berarti banyak bagi Neji. Lagi pula ia tidak punya jenggot- Segala alasan dan penjelasan mucul silih berganti di dalam kepalanya, bertumpuk dengan dokumen-dokumen 37 tahun kehidupannya.

Ok, ia selalu memberi nafkah, lebih dari cukup kalau boleh ia tambahkan, menghubungi ke rumah selama ia bisa yang berarti 3 kali sehari, ia sangat menghargai dan mencintai istrinya, bukankah semua wanita menginginkan itu? Dan masih banyak hal-hal lain yang tidak bisa diuraikan satu per satu.

Ia sama sekali tidak mengerti.

"Tapi.. Kenapa?" Neji berbisik.

Hikaru yang mendengar hanya mendesah pelan "Permisi, sudah kubilang karena ayah terlalu sibuk." Hikaru tidak bisa menyembunyikan rasa sedih dan kasihan di setiap suku katanya. Ia sama sekali tidak bersenang-senang di atas penderitaan ayahnya, tidak. Walaupun ia sudah memimpikan ini sejak lama, ternyata ketika terjadi malah menyusahkan.

Selain itu, ia tidak suka melihat ibunya bersama pria lain selain ayahnya. Ya, ayahnya memang agak sinting, ia mengakui. Di ulang tahunnya yang ke-2, ayanya memberi hadiah gulungan super tebal tentang jurus-jurus, ulang tahun ke-3 ayahnya mengajarinya jyuuken. Padahal orang tua-orang tua normal akan memberikan anaknya hadiah mainan diusia seperti itu. Menyentuh bukan? Walaupun begitu, hanya ayahnya yang pantas dan cocok besama ibu.

Neji mengacak rambutnya, terlihat semakin terpuruk seiring waktu berjalan. Ia pergi jauh untuk menghidupi keluarganya dan ini yang ia dapat. Padahal ia sangat mencintai Hinata-Chan! Dengan segenap jiwa dan raga!! Apapun akan ia lakukan demi Hina-Chan! Kenapa!! KENAPAAA?!

Yang ini sudah mulai mirip adegan sinetron.

Hikaru berdehem "Ayah, sebenarnya aku punya ide." Sekilas ada bagian yang kinclong dari matanya.

Neji mengangkat sebelah alis "Hm?" Mau tidak mau, Neji merasa penasaran. Bantuan dari siapapun akan ia terima disaat-saat seperti ini.

Hikaru tampak agak canggung "Err.. Ayah pernah nonton reality show di Konoha TV?" Alis Neji naik semakin tinggi "Itu.. Yang dibawakan oleh Paman Naruto..'

"APA?! ACARA ITU UNTUK PRIA DEWASA!! KAU MENONTONNYA!!!!!" Semprot Neji dengan bonus kuah. Sontak ia berdiri dengan ekspresi menahan rasa marah. Bayangan program TV yang dirilis oleh Naruto si Hokage mesum terlintas dipikirannya. Dia memang sering menontonnya. Tapi.. itu kan buat.. praktek.. dengan Hina-Chan.. (blush..). Tapi, untuk apa ditonton anak dibawah umur?!

Hikaru mengernyit, ia belum pernah melihat sisi ayahnya yang ini. Menelan ludah, ia melanjutkan "..dan Bibi Sakura." Setelah itu, Neji kembali duduk tenang. Acara yang Hikaru maksud hanya acara tolol untuk semua umur, tidak ada yang perlu ia cemaskan.

Hikaru menambahkan dengan nada ragu-ragu "Bagaimana kalau kita mengikutinya?"

BLETAK!

Satu jitakan sukses landing di kepala Hikaru "Idiot." Neji memijit pelan keningnya. Tidak adakah saran yang lebih bagus?

"Atau.. Bagaimana kalau kita saja yang mengintai ibu, ayah? Tidak ada salahnya kan?"

Neji mengangguk puas "Ya..ya.."

Siapapun yang mengganggu, aku harap kau segera menggali kuburanmu.

~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~

"Kenapa harus pakai kaca mata hitam, jas, topi dan kumis palsu?"

"Ini namanya penyamaran, ayah."

"Kenapa tidak pakai bunshin saja?"

"Supaya…… keren?"

Tuh kan, ni anak tidak ada mirip-miripnya denganku, Neji dongkol. Tangannya sibuk mencari posisi yang tepat untuk topinya agar rambutnya tidak berebut keluar, bagian dibawah hidungnya terasa gatal setengah mati akibat kumis palsu, sementara jasnya membuat ia terlihat tenggelam. Ukurannya terlalu besar, padahal badan Neji tidak bisa dibilang kecil. Sulit dibayangkan jenis manusia seperti apa yang bisa pas dengan jas panjang yang menggantung ditubuhnya.

Ayah dan anak ini sedang duduk di salah sudut di kafe yang menurut Hikaru merupakan tempat yang sering dikunjungi ibunya besama Mr. X. Sudah pukul 01.03 pm. Seharusnya Hinata sudah datang. Memikirkan ini, perasaan Neji jadi tak karuan dengan satu tujuan pasti: Memusnahkan si hama pengganggu.

"Jadi, bapak dan kakek ingin memesan apa?" Seorang pelayan bertanya ramah.

Hikaru ingin sekali melempar pelayan sok ramah ini terbang lewat jendela ketika ia mengatakan kata kakek dan melempar pandangan kearahnya. Terlebih mendengar tawa kecil dari sang ayah.

"Aku. Tidak. Memanggilmu." Katanya dengan nada rendah dan death glare super. Pelayan itu segera ngacir, tidak membuang waktu lama. Hoh, sebagai kakekpun ia tetap jago, Hikaru bangga.

Mata Hikaru menyipit "Ibu datang. Dengan seorang pria. Dia.. sial!" Tawa Neji berhenti, wajahnya berubah serius "Mana?" "Byakugan, bayakugan, bayakugan!!" Hikaru memutar matanya, lelah dengan kebodohan ayahnya "Chakra kita bisa ketahuan kalau pake byakugan!" Neji gregetan, giliran Hikaru menahan malu.

"Tepat dibelakang ayah.. Jangan menoleh!" Hikaru buru-buru menambahkan melihat gelagat ayahnya. "Mereka bergerak.. Sekarang mencari tempat duduk.. arah jam 9! 2 meja tepat disamping kita."

Neji bisa melihat dari ujung matanya, Hinata dengan seorang pria. Sayangnya wajah pria terkutuk itu terhalang tubuh salah seorang pengunjung. "Kau bisa melihat pria itu?"

Hikaru menoleh, positif "Seperti apa?" Neji bertanya lebih lanjut. Bahaya kalau orang itu tampan luar biasa, bisa punya saingan dia..

"Ya" Hikaru menaikkan kepalanya beberapa cm lebih tinggi "Orangnya putih. Kayaknya dia salah seorang anggota— Sialan!! Si Om mesum megang tangan ibu!! Grrrr.."

What the..!!

Neji mencengkeram meja, giginya bergemeretak, sekujur tubuhnya gemetar. Ini sangat keterlaluan!

Hikaru mengutuk "Om brengsek!! Sekarang dia nepuk-nepuk kepala ibu!! Eh.. Terus.. Belai pipi ibu juga!!!!!"

Cukup sudah!

Neji menggebrak meja dan berdiri, membuat kursi tak berdosa di belakangnya jatuh dengan bunyi memekakkan telinga. Hikaru mengikuti contoh yang diberikan ayahnya, membawa lebih banyak pasang mata kearah mereka.

Dengan slow motion Neji dan Hikaru berjalan gagah menuju Hinata dan Mr. X. Semuanya bagai dipause. Pelanggan yang makan dengan sendok yang berhenti ditengah jalan, pelayan yang menuang teh sampai tumpah, de-el-el. Yang bergerak hanya duo Hyuuga disertai wajah sangarnya.

"Hi-na-ta!! Siapa makhluk nista ini?!" Jari telunjuk Neji mengacung –untung bukan jari tengah-, ujung jarinya sedikit menyentuh punggung Mr. X yang tetap duduk tenang dengan kepala menunduk. Wajahnya terhalang topi jeraminya.

Hinata memandang bingung, tergagap "A-An-anda s-s-siapa?"

"AKU siapa?" Suara Neji melengking tinggi. Hinata jadi makin takut dibuatnya. "Hikaru!" Suara berwibawa Neji diikuti anggukan bersemangat Hikaru membuat penonton semakin cengok.

"Kami adalah…" Merekapun berpose ria bak pahlawan bertopeng dengan diiring 'Hero's Come Back' yang terdengar entah dari mana –mungkin mereka telah bekerja sama dengan pengelola kafe, tidak ada yang tahu-

"Aku, Hyuuga Neji! Suami Hyuuga Hinata!!"

"Aku Hyuuga Hikaru! Anak Hyuuga Hinata!!"

"Kami adalah.. Hyuuga ranger!" Kata mereka setelah melepas atribu-atribut penyamarannya.

…………

Semua orang sweatdrop.

Apa tadi itu kilat? Oh.. Ada yang berinisitif mengambil gambar rupanya.

Hening.. Hening.. Dan hening.. Dua Hyuuga masih mempertahankan posenya sampai terdengar kekeh geli khas remaja cewek dari Mr.X

Neji dan Hikaru merinding.

"Hyuuga ranger?" Mr. X ngomong sambil berdiri dari kursinya. Sontak ia membuka topi jerami yang ia gunakan "GABUNG DONG!!" Katanya dengan gaya lebay.

Neji menelan ludah. Hiashi-sama? "Ayah?"

Hikaru bengong, memperhatikan si terduga kakek dari ujung kepala hingga ujung kaki "INI kakek??"

T B C . .

a/n:

Yah..

So, Hikaru gak pernah tahu seperti apa kakeknya.. Alasannya ada di chapter depan. Heh.. fic ini gila-.-" –bukannya fic kamu emang selalu gila, Va?- Kalo jelek Ava minta maaf.. Untuk Dilia-Chan juga.. Gomen. Momen NejiHina-nya dikit banget, bahkan bisa dibilang gak

O.. ya..

R E V I E W PLZ!!

Salam,

Ava^^v