Memories of Summer

.

.

Remake of Hotarubi no Mori e
(
Yuki Midorikawa's)

.

.

Pairing
Jeon Jung Kook
x
Jung Ho Seok

.

.

Author Note
Setelah melewati masa-masa dimana berbagai macam ide FF gj berkeliaran, akhirnya aku memutuskan buat nulis FF remake ini. Yah… Daripada susah-susah mikir. Betul, kan? Hehe… Oke, mungkin segini aja. Selamat membaca! :D

.

.

Arzah el Nhaa presents

.

.

Summer, 2016

Drap! Drap! Drap!

Seorang namja manis tampak sedang kewalahan di dalam rumahnya. Berkali-kali ia berlarian keluar masuk ruangan untuk mengambil barang-barang yang akan ia bawa nanti ke rumah pamannya di salah satu desa yang berada di Busan.

Setelah merasa sudah membawa semua, Jungkook segera mengangkat tas ransel hitamnya serta satu tas lagi berisi pakaian.

"Pastikan untuk mendengarkan perkataan ahjussimu."

"Iya, aku mengerti eomma." Ucap Jungkook di tengah kegiatannya mengecek barang.

"Sapu tangan? Tiketmu? Oh, apakah kau membawa sepatu barumu juga? Jangan-jangan kau membawa semuanya?" Tanya sang eomma.

"Tidak apa, aku hanya membawa yang hitam ini." Ucapnya sambil menunjuk tas ransel hitamnya.

"Jangan lupa untuk mengecek barang-barangmu lagi di kereta nanti. Patuhi peraturan dan perhatikan langkahmu—"

"Iya, aku tau eomma. Lagipula aku selalu kesana setiap tahun, jadi tak apa." Potong Jungkook.

"Ini, pakai topimu. Nanti kau bisa kepanasan, Kook." Ucap Nyonya Jung sambil menyodorkan topi merah milik Jungkook.

"Tidak apa, eomma. Aku bukan bocah berumur 5 tahun lagi." Ucapnya sambil tersenyum. "Aku berangkat, eomma. Sampai jumpa!" Tambahnya sebelum keluar rumah.

"Hati-hati di jalan!" Teriak eommanya dari dalam rumah.

"OK!" Jawab Jungkook kemudian mulai berjalan menuju halte bus.

Jungkook meletakkan tasnya kemudian duduk di kursi halte. Ia melamun sambil menunggu kedatangan bus. Sekilas memori tentang musim panas muncul. Ia tersenyum dan menghembuskan nafasnya panjang.

"Pertama kali aku bertemu dengannya… Saat aku masih berumur 6 tahun. Di hari yang panas di musim panas. Aku tersesat di hutan para dewa. Tempat itu dirumorkan sebagai tempat berkumpulnya para arwah."

Summer, 2004

Jungkook tersesat. Ia berjalan mengelilingi hutan, mencari jalan keluar. Tapi tampaknya terlalu susah untuk menemukannya. Setelah lumayan lama berkeliling, Jungkook mendudukkan dirinya di atas rerumputan

"Hiks… Hiks… Dimana jalan keluarnya? Hiks… Aku lelah… Lee ahjussi, kau dimana? Tolong aku… Hiks…" Tangisnya.

Jungkook hanya dapat menunduk dan menangis sekarang. Ia sungguh menyesali perbuatannya untuk usil masuk ke hutan. Padahal semalam Lee ahjussi sudah mengatakan bahwa hutan ini adalah hutan para dewa.

"Hiks… Hiks… Siapapun, tolong aku—hiks… Hiks… Eomma, appa, ahjussi, ahjumma… Hiks… Hiks…" Tangisnya semakin menjadi. Hingga akhirnya…

Tuk!

"Ah—" Jungkook memegang kepalanya yang barusaja dilempari kerikil oleh… Entah siapa itu.

"Hey, chibi." Panggil seseorang. Jungkook mendongakkan kepalanya dan mencari darimana suara itu berasal. Dan… Ya, dia menemukannya.

"Kenapa… Kau menangis?" Tanya orang itu. Lebih tepatnya seorang namja dengan rambut hitam pekat. Dan jangan lupakan sebuah topeng kelinci yang menutupi wajahnya.

"Eh…"

Setelah selesai mencerna apa yang terjadi, Jungkook segera berlari mendekati namja itu.

"Hey, kau! Aku tidak apa-apa, kok!" Ucapnya sambil siap memeluk namja tadi.

"Wuah!" Namja itu menyingkir, dan berakhir Jungkook terjatuh mencium rumput yang sedaritadi menemaninya di hutan.

"Ugh…" Keluh Jungkook. Ia bangkit kemudian menatap sebal ke arah namja tadi.

"M-maaf…" Ucap namja itu dengan suara kecil. "Kau… Manusia, kan?" Ucapnya lagi. Kali ini sebuah pertanyaan.

"Eh? Maksudmu?"

"Jika ada manusia yang menyentuhku, maka aku akan menghilang."

"M-manusia…? Memang hyung bukan manusia?" Tanya Jungkook lagi. Ia masih tidak terlalu mengerti.

"Aku… Sesuatu yang hidup di hutan ini." Jawab namja itu ragu.

"Ah… Hantu?" Tanya Jungkook bersemangat. "Tapi…" Senyumannya menghilang.

"Apa maksudmu dengan menghilang?" Setelah diam sebentar, Jungkook mencoba menyentuh kaki namja di depannya. Tapi namja itu menyingkir.

"Eh?"

Jungkook mencoba menyentuh lagi, lagi, lagi, dan—DUAK!

"Ahh!" Jungkook terjatuh ke tanah setelah namja itu memukulnya dengan sebuah batang kayu. Ia memegangi jidatnya.

"Ugh… K-kau ternyata memang bukan manusia… T-tidak ada manusia yang akan memukul anak-anak sekeras ini… Ah—appo…" Keluhnya.

"Menghilang… Bisa juga berarti lenyap. Ini akibat sihir dari dewa hutan yang mengikatku. Jika aku tersentuh oleh manusia, itu berarti akhir bagiku." Ucap namja itu.

Jungkook yang mengerti membetulkan posisinya menjadi duduk kemudian menunduk hormat. "M-maafkan aku…" Ucapnya dengan suara kecil.

"Ini, chibi. Pegang ujung sebelah sana, aku akan mengantarkanmu keluar hutan. Kau tersesat, kan?"

"Wuah… TERIMA KASIH!" Ucapnya bersemangat kemudian bangkit dan hendak memeluk namja itu.

"E-eh…"

DUAK!

"A-ah… Maaf, a-aku hanya…"

.

Jungkook dan namja itu berjalan bergandengan—dengan perantara bantang kayu. Mereka menuruni bebatuan yang ada di hutan beriringan. Jungkook tertawa kecil.

"Haha, bagiku ini seperti sebuah kencan." Ucap Jungkook dengan nada yang manis.

"Ya, kencan yang tidak romantis…" Jawab namja itu dengan nada datar.

"Kau… Tidak takut?" Tanya namja itu pelan.

Jungkook menoleh ke arah namja itu, "Takut apa?" Tanyanya polos.

"Ah… Tidak." Jawab namja itu.

Mereka terus berjalan hingga akhirnya sampai di sebuah gapura. Namja itu berdiri tegak di dekat tiang gapura dan memandang lurus ke Jungkook.

"Jika kau berjalan lurus dari sini, maka kau akan menemukan jalan keluar dari hutan ini." Jelas namja itu.

"Apa… Hyung selalu ada di tempat ini? Jika besok aku datang kesini, apakah kita akan bertemu lagi?" Tanya Jungkook.

"Ini adalah hutan dimana dewa dan para arwah hidup, apa kau tidak takut? Datang kesini, dan kau tidak akan bisa pulang selamanya. Intinya, kau tidak boleh datang kesini."

Angin berhembus, memberikan kesan menakutkan dari perkataan namja itu.

"Itu yang dikatakan orang-orang, kan?" Hoseok bertanya.

Setelah terdiam cukup lama, Jungkook tersenyum.

"Aku… Jeon Jungkook." Ucapnya memperkenalkan diri. "Siapa nama hyung?"

Tapi hanya hembusan angin yang menjadi jawaban. Jungkook menatap mata topeng tersebut cukup lama sebelum ia mulai berjalan pergi.

"Pokoknya, besok aku akan datang lagi dan membawakanmu hadiah karena sudah membantuku! Sampai jumpa!" Ucapnya dengan sedikit keras kemudian berlari pergi.

"Namaku Hoseok."

"Eh?" Jungkook membalikkan badannya, namun namja itu sudah menghilang.

Jungkook memutuskan untuk berjalan pulang. Setelah cukup lama berjalan, Jungkook keluar dari hutan. Setidaknya ia sudah sedikit lega telah menemukan jalan untuk pulang.

"Jungkook!" Teriak Lee ahjussi setelah menemukan sosok Jungkook.

"Ahjussi!" Jungkook berlari menuju Lee ahjussi dengan tangan terbuka, siap memeluk ahjussi kesayangannya itu.

DUAK!

"Jika kau masuk ke hutan sendirian dan terluka, apa yang akan kau lakukan?" Bentak Lee ahjussi.

"Hiks… HUEEEEEE!" Tangisannya pecah. Jungkook memeluk Lee ahjussi dan menenggelamkan kepalanya di perut si paman.

Setelah tangisannya cukup reda, mereka mulai berjalan pulang. Matahari sudah mulai terbenam, sebentar lagi langit akan gelap. Dan itu bukan berita bagus.

"Paman." Panggil Jungkook.

"Hm?"

"Apa benar para dewa dan arwah tinggal di hutan itu?"

"Hutan para dewa? Entahlah… Tapi begitu yang orang-orang katakan." Jawab Lee ahjussi.

"Saat aku masih kecil, aku ingin bertemu arwah-arwah itu. Jadi aku dan teman-temanku masuk ke dalam hutan. Pada akhirnya, kami tidak bertemu dengan mereka. Tapi aku yakin aku melihat sesuatu dari mataku sendiri."

"Yuri noona pernah berkata bahwa ia dan teman-temannya menikmati festival yang ada di sana. Padahal para penduduk tidak pernah mengadakan festival di dalam hutan. Mungkin itu festival para arwah, haha. Dulu kami hanyalah bocah-bocah yang bodoh, haha!" Tawa Lee ahjussi mengakhiri cerita.

.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, tapi Jungkook belum bisa tidur. Berkali-kali ia membetulkan posisi tidurnya.

"Ugh…" Keluhnya sambil mengubah posisi menjadi terlentang. Ia menatap ke langit kamar dan menghembuskan nafas pelan.

Ini adalah hutan dimana dewa dan para arwah hidup, apa kau tidak takut? Datang kesini, dan kau tidak akan bisa pulang selamanya.

Perkataan namja itu terlintas di ingatannya. Oh astaga… Haruskah ia tidak kembali lagi besok?

Setelah berpikir cukup lama, Jungkook mulai memejamkan matanya. Ia masih berpikir, hingga tertidur.

.

Hari esok telah tiba. Dan sesuai janji, Jungkook kembali ke hutan. Ia kembali ke gapura tempat mereka berpisah kemarin. Namja itu, Hoseok. Ia berada di sana, menunggu kedatangan Jungkook.

"Aku tidak menyangka kau akan datang." Ucap Hoseok 'sedikit' senang.

"Kau menungguiku!" Jungkook yang terharu mulai berlari dan hendak memeluk Hoseok. Namun sebuah batang kayu lebih dulu menyambut dahinya.

DUAK!

"Ah… Appo…" Ucap Jungkook sambil mengelus dahinya.

"Kau tidak belajar sama sekali, ya?"

"Hehe… Aku tadi senang, jadi… Maaf." Ucap Jungkook.

Hoseok berdiri dari posisi duduknya. Ia mengalihkan pandangannya dari Jungkook dan melihat ke belakang.

"Di sini panas. Mau ke tempat yang lebih sejuk?" Tawar Hoseok.

"Heh?"

"Tidak usah cemas, aku akan menemanimu." Tambahnya.

Dan dengan senang hati Jungkook menerima tawaran itu. Jungkook mengikuti Hoseok, ia berjalan mengikuti langkah namja di depannya.

"Ini." Ucap Jungkook menyodorkan sebungkus plastik pada Hoseok.

"Eh? Ini…"

"Ini es krim, untukmu. Bukankah kemarin aku berjanji akan membalas kebaikanmu? Ini, ambillah." Ucap Jungkook. Ia tersenyum ketika Hoseok mengambil plastik tersebut. Mereka membuka dan melahap es krim itu bersamaan. Persis seperti kakak dan adik yang sedang makan es krim bersama.

Setelah puas makan es krim, mereka melanjutkan perjalanan. Melewati jembatan dan pepohonan yang rindang. Membuat suasana teduh yang gelap.

Srek. Srek.

"Eh?" Jungkook menoleh dan mencari sumber suara. Dan betapa kagetnya Jungkook saat tiba-tiba sebuah arwah hitam muncul. Bersembunyi di balik pohon dan memandangi Jungkook dengan matanya yang besar.

"Hoseok. Dia… Manusia? Boleh aku memakannya?" Tanya arwah tersebut.

"Tidak boleh, dia temanku." Ucap Hoseok melindungi Jungkook.

"Ah, begitu… Manusia, jangan pernah sentuh Hoseok. Jika kau menyentuhnya, aku akan memakanmu!" Ancamnya.

"Ah… Pergilah, jangan menakutinya… Pergi!" Usir Hoseok. Beberapa detik kemudian arwah itu hilang tertiup angin.

"Dia adalah arwah yang tinggal di hutan ini. Terkadang dia muncul untuk menakuti orang-orang, tapi sebenarnya dia tidak menakutkan." Jelas Hoseok.

"Woah! Hebat! Ini pertama kalinya aku melihat arwah! Ternyata benar-benar ada!" Teriaknya girang.

"Jadi kau pikir aku ini apa?" Tanya Hoseok kesal kemudian berjalan pergi meninggalkan Jungkook. Dan dengan segera Jungkook mengejarnya.

"Tunggu aku!"

"Hoseok hyung, apa kau arwah tak berwajah? Kenapa kau menggunakan topeng?"

"Tidak apa… Jangan memikirkanku, berceritalah tentang dirimu. Aku penasaran." Ucap Hoseok.

"Kau mau tau?"

"Tentu, itu yang kutunggu darimu."

Tapi Jungkook hanya tertawa. Mungkin ia akan bercerita di lain waktu.

.

.

.

"Besok dan besoknya lagi, aku tetap masuk ke dalam hutan. Musim panas tahun itu, aku selalu bermain di hutan bersamanya.

"Kesini, kesini!" Teriak Jungkook sambil berlarian.

"Walaupun sedikit memalukan, tapi itu sangat menyenangkan."

Jungkook berlarian di padang rumput, sedangkan Hoseok mengejar bocah itu dengan sebuah ranting pohon di tangannya.

"Ahahaha!" Tawa mereka.

Brukk!

Hoseok terjatuh dan tidak bergeming sama sekali. Jungkook mulai mendekat Hoseok dengan perasaan khawatir.

"H-Hoseok hyung…?"

Jungkook makin mendekatinya dan…

"WUAA!" Teriak Hoseok kemudian bangkit dan mulai mengejar Jungkook.

"HYAAA!" Jungkook yang kaget berlari kencang sambil berteriak.

Puas bermain, mereka memutuskan untuk beristirahat dan menikmati semilir angin musim panas. Jungkook pergi ke bagian tengah padang rumput untuk melihat beberapa bunga di sana.

"Wuaaa… Cantiknya…" Gumam Jungkook senang.

Ia memetik beberapa bunga dan berniat untuk menunjukkannya pada Hoseok. Dengan tawa kecil ia mendekati Hoseok yang sedang berbaring di rerumputan. Jungkook duduk di belakang kepala Hoseok dan meletakkan bunga-bunganya.

"Hoseok hyung… Tertidur?" Tanyanya kecil. Ia memperhatikan topeng itu sejenak.

'Jika aku hanya memegang topengnya… Tidak apa, kan?' Pikir Jungkook. Dengan keberanian yang ada, ia mengarahkan tangannya ke atas topeng itu.

Perlahan Jungkook mengambil topeng kelinci yang selalu menutupi wajah seorang Hoseok. Tiba-tiba perasaan gugup mendatanginya. Tapi Jungkook mencoba melawan perasaan itu dan meneruskan membuka topeng kelinci tadi.

Hingga Jungkook melihat wajah Hoseok.

Wajah damai nan tampan Hoseok yang sedang tertidur. *eakk ganggu suasana :v

"Eh?" Hoseok membuka matanya.

"Ah, maaf!" Jungkook yang kaget langsung mengembalikan topeng tadi ke atas wajah Hoseok dengan sedikit keras.

"Ah!" Hoseok berteriak kesakitan. Ia memegangi topengnya kemudian duduk.

"Melakukan sesuatu pada orang yang sedang tidur… Kau jadi bocah yang menakutkan, Jung."

"Maafkan aku." Jawab Jungkook lemah. "Tapi… Kau tadi benar-benar tertidur, kan?"

Hoseok menghembuskan nafasnya panjang kemudian menatap Jungkook dalam. Yah… Setidaknya hanya Hoseok dan tuhan yang tau jika dari kemarin Hoseok terus menatap Jungkook.

"Aku… Terlihat normal, kan?" Tanya Hoseok.

Jungkook terdiam sebentar dan memperhatikan topeng yang Hoseok pakai.

"Kenapa kau memakai topeng itu?"

"Kalau aku tidak menggunakannya… Aku tidak terlihat seperti arwah, kan?" Hoseok balik bertanya.

Setelah terdiam cukup lama, Jungkook tertawa kecil.

"Aneh, kau memang aneh." Ucapnya.

.

Jungkook dan Hoseok menuruni bebatuan yang kemarin mereka lewati. Hoseok di depan dan Jungkook mengikuti di belakangnya.

"Anu, Hoseok hyung… Mulai besok, aku tidak bisa datang kesini lagi. Kemarin aku sudah memberitaumu, kan? Aku tinggal di rumah pamanku hanya saat musim panas tiba. Jadi, besok aku harus pulang." Ucap Jungkook kemudian menunduk sedih.

Hoseok menghentikan langkahnya, "Kau akan datang lagi tahun depan, kan?"

Jungkook mendongakkan kepalanya dan tersenyum senang, "Tentu!"

"Mulai saat itu, aku selalu menunggu musim panas tiba."

Summer, 2005

Sesuai janji, Hoseok menunggu di gapura tempat mereka biasa bertemu. Setelah Jungkook datang, Hoseok selalu mengajaknya untuk menjelajahi hutan. Kali ini, Hoseok membawa Jungkook ke sebuah danau.

"Wuah… Dinginnya!" Ucap Jungkook ketika ia memasukkan kakinya ke dalam air.

Hoseok menatap Jungkook. "Kau itu aneh. Bukankah air memang dingin?" Tanya Hoseok, dan hanya tawalah yang ia dapat sebagai jawaban.

Mereka melanjutkan perjalanan, masuk ke hutan lebih dalam lagi. Hingga di tengah perjalanan, mereka dihentikan oleh sebuah pohon. Sebuah tangan besar yang keluar dari salah satu pohon menahan Hoseok.

"Hoseok hyung!"

"Hoseok, bahaya… Dia itu manusia. Jika kau tersentuh, kau akan menghilang."

"Tidak apa, terima kasih sudah mengingatkanku." Jawab Hoseok. Tengan itu mulai kembali ke pohonnya.

"Manusia… Jangan sentuh Hoseok, mengerti?" Ucap arwah itu sebelum kembali ke bentuk semula.

"Aku mengerti!" Jawab Jungkook. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan.

Cling cling cling

Jungkook menoleh dan melihat beberapa arwah lagi. Mereka memperhatikan gerak gerik Hoseok dan Jungkook.

"Hoseok… Berhati-hatilah." Bisik mereka.

Jungkook terdiam selama perjalanan. 'Para arwah… Bisa menyentuh Hoseok hyung, kan?'

Summer, 2006

Hoseok berjalan di tengah hutan. Ia mencari dan memanggil-manggil sebuah nama. Siapa lagi kalau bukan Jungkook.

"Jungkook! Jungkook! Kau dimana? Jungkook—"

"Wuaaa!" Jungkook mengagetkan Hoseok dengan bergelantungan di pohon.

"Apa yang sebenarnya kau lakukan?" Tanya Hoseok. Jungkook membetulkan posisinya menjadi duduk di dahan pohon.

"Aku hanya ingin melihat wajahmu ketika ketakutan." Jawab Jungkook. Tapi tiba-tiba ia merasa bodoh sendiri. Bukankah Jungkook tidak bisa melihat wajah Hoseok karena topeng?

"Ini hari terakhir, bisa kau buka topengmu sekali lagi?" Tanya Jungkook.

"Baiklah, tapi kenapa—"

Krak!

Dahan pohon itu patah.

"E-eehh!" Jungkook terjatuh ke bawah.

"Hati-hati, Jungkook—" Hoseok berlari hendak menangkap Jungkook.

'Tidak, jangan tangkap aku. Jangan sentuh aku.'

Brukk!

Jungkook terjatuh di atas semak-semak. Sedangkan Hoseok hanya menatap Jungkook dengan khawatir.

"Kau tidak apa?" Tanya Hoseok, sedangkan Jungkook hanya menatapnya datar.

"M-maafkan aku." Tambah Hoseok sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Jungkook membenarkan posisinya menjadi duduk di atas rumput. Ia menunduk.

"Anu, Hoseok hyung…" Panggil Jungkook. Hoseok menjongkokkan dirinya agar setara dengan Jungkook.

"Apapun yang terjadi, jangan pernah sentuh aku." Ucap Jungkook sambil tersenyum.

Entahlah, tapi bukankah terdengar menyakitkan?

"Ya? Hiks—eh… Hiks…" Tiba-tiba air mata jatuh membasahi pipinya. Jungkook mengusap matanya dan menunduk.

"Hiks—apapun yang terjadi… Hiks…"

"Jangan pernah menyentuhku—hiks…"

.

.

.

TBC

Maaf ya ini author potong. Soalnya kalo dijadikan 1 chapter entar kepanjangan.

Gimana, nih? NEXT or DELETE? :D
Jangan lupa REVIEW, makasih~

3/16/16