Disclaimer: Masashi Kishimoto
Genre : Romance & Adventure
Rate: T
CANON
Chapter 1
Semenjak perang dunia selesai, kehidupan seorang Uzumaki Naruto yang dulunya dibenci dan dipandang rendah oleh penduduk, kini telah berubah menjadi seseorang yang dikagumi. Entah itu dari kekuatan maupun kebaikan hatinya terhadap sesama.
Impiannya menjadi seorang Hokage dan membawa Sasuke pulang sudah tergapai walau awalnya ada hambatan saat ia mencoba mencalonkan diri. Saat itu ia sempat bertengkar, tidak bukan lagi bertengkar tapi sempat bertarung dengan Sasuke untuk merebut Jabatan Hokage. Pertarungannya berakhir seimbang, dikarenakan masing-masing dari mereka sudah mendapatkan kekuatan baru saat perang dunia berlangsung. Sasuke mendapatkan kekuatan Senju yang jika digabungkan dengan kekuatan Uchihanya akan menjadi sesuatu yang hebat. Sedangkan Naruto, selain dari setengah kekuatan Kyuubi dari ayahnya, Naruto juga memperoleh kekuatan dari jelmaan Rikudo Sennin untuk mengakhiri perang.
Di ujung pertarungan itu, mereka yang masih dengan keegoisan masing-masing tak mau mengalah sedikitpun hingga Sasuke memutuskan untuk mundur ketika Sakura datang dan mengatakan
"Sudah cukup semua ini! Apa kalian tidak lelah menyakiti satu sama lain?Jika kalian ingin menjadi Hokage, buktikan dulu kepantasan kalian pada seluruh penduduk desa, bukan dengan pertarungan konyol seperti ini!"
Terdengar seperti ucapan yang tepat dan adil. Tapi tak taukah Sakura kalau ucapannya itu merupakan sebuah tusukan hati berupa cermin bagi diri Sasuke yang tak pernah melakukan kebaikan maupun pembuktian kepantasannya pada penduduk tau kalau Naruto selama ini sudah berjuang mati-matian untuk membuktikan kebaikan dan kepantasannya kepada semua penduduk desa. Sedangkan dirinya selama itu selalu melakukan kriminalitas dimana-mana.
'Apakah pantas seorang Kriminal sepertiku menjadi seorang Hokage? Walaupun pantas, tapi kepantasanku tak akan sebanding dengan semua kepantasan yang Naruto miliki. Ia sudah membangun kepantasannya hingga menjulang tinggi. Sedangkan aku, aku selalu menggali kepantasanku hingga membentuk lubang yang dalam. Itachi sendiri juga sudah mengakui hal itu. Lantas, apa yang aku lakukan atas semua dukungan terhadap Naruto ini? Aku sudah menentang fakta, kalau... dia jauh lebih pantas menjadi seorang Hokage dibanding diriku.'
Semenjak itulah Sasuke mencoba mengalah untuk pertama kalinya.
.
.
.
.
Kicauan burung di sore hari, biasanya membuat orang akan merasa nyaman untuk menikmati sorenya. Namun fakta itu berbeda 180° dengan diri Hokage yang kini dihadapannya penuh dengan dokumen pekerjaannya.
"Sakura-chan? Aku sudah tidak sanggup lagi... Aku... ingin beristirahat dan makan Ramen!"
Rengek sang Rokudaime yang semakin lama semakin manja pada sekretarisnya itu.
"Berhenti merengek! Dokumen-dokumen itu sudah dua hari disini dan harus kau selesaikan hari ini juga! Kalau tidak, kau pasti akan diceramahi panjang lebar oleh tetua!" Bentak Sakura
"Yah.. Baiklah!" Angguk Naruto malas.
Beberapa saat kemudian terjadi keheningan. Mereka berdua seolah malu untuk berbicara walau lirikan-lirikan kecil sering Naruto lakukan. Ketika perasaan risih mulai menghampiri, Sakura akhirnya ikut melirik Naruto hingga pandangan mereka bertemu.
Naruto tak dapat berbuat banyak selain menggaruk-garuk kepala dan menyengir lebar.
"Ada apa?" Pertanyaan spontan meluncur dari bibir Sakura.
"Emm... Tidak apa-apa! Aku cuma, tidak bisa berkonsentrasi karena satu hal yang mengganjal dipikaranku sejak pertemuanku dengan Gaara di Suna."
"Tentang apa?"
"Emm... Tapi kau janji jangan memukulku ya!"
"Iya-iya!"
"Emmh... Aku dan Gaara saling bercerita tentang perang dunia Shinobi kemarin. Lalu didalam certanya dia bilang kalau kau..."
"Kalau aku menciummu? Huufh.. sudah kuduga Gaara tidak bisa menjaga rahasia ini!" Potong Sakura.
"Umm.. I-iya! Me-mengapa kau melakukan itu? Membuang ciuman pertamamu hanya untuk memberikan nafas buatan untukku. Bukankah kau sudah lama menyimpannya untuk Sasuke-teme? Lantas kenapa kau tidak membiarkanku mati agar tidak ada lagi yang menghalangi impianmu untuk memilih Sasuke? Kenapa Sakura-chan?"
BRAK
Sakura menghepaskan kedua telapak tangannya diatas meja penuh dengan dokumen itu sampai semua kertas itu berjatuhan. Tubuhnya yang merunduk membuat wajahnya berhadapan beberapa senti lagi dari wajah Naruto. Tatapannya nampak seperti tatapan Sasuke yang selalu dingin.
"Dengar, kehilangan ciuman pertama itu lebih dari pada Aku..." Sakura semakin mendekatkan wajahnya dengan wajah Naruto yang ketakutan dan hanya bisa menelan ludah sedari tadi.
2 cm lagi..
1 cm lagi..
dan..
Sakura membelokkan wajahnya melewati wajah Naruto untuk membisikkan sesuatu ke telinganya.
"Aku kehilangan dirimu..." Ucapnya tepat ditelinga Naruto dengan suara lembut.
Sakura kemudian memundurkan wajahnya hingga kembali berhadapan dengan wajah Naruto yang tegang dengan mulut setengah terbuka.
"Aku rela mengorbankan seluruhnya saat itu! Chakra, kekuatan, air mata, ciuman pertama, bahkan impianku untuk memilih Sasuke sudah aku korbankan... untuk keselamatanmu, untuk hidupmu dan juga impianmu. Bagiku sekarang, kau... adalah sesuatu yang tak ternilai harganya. Seluruh harapan umat manusia berada ditanganmu saat itu. Dan begitu juga aku, harapan dan cintaku sudah berada ditanganmu, Naruto! Aku..."
Cup
Pelan namun pasti, Naruto mengecup bibir ranum Sakura lembut. Sakura tak menolak, malah ia tersenyum di sela ciuman itu dan meneteskan air mata bahagia.
Naruto menarik bibirnya sesaat
"Aku tak tau kalau pengorbananmu sebesar itu untukku, Sakura-chan!"
Sakura tersenyum "Kau memang lambat menyadari hal yang seperti itu!" dan iapun langsung menyerang bibir Naruto untuk kedua kalinya setelah perang dunia Shinobi.
Tak terasa hal ini berlangsung hingga malam, mereka berdua sibuk melampiaskan rasa cinta mereka dengan berbagai cara dan mengabaikan semua kertas yang berterbangan mengelilingi mereka hingga pagi menjelang.
.
.
.
.
Kediaman Hyuuga
Sepasang mata lavender menatap penuh arti pada sang dewi malam yang bersinar terang malam ini. Duduk ditempat biasa ia duduki bersama dengan 'dia' yang kini sudah pergi. Semanjak perang dunia usai, kesepian betul-betul menghantui Hinata. Kepergian kakak sepupunya dan kebersamaan Naruto dan Sakura membuat hatinya menjadi kosong. Jika saja kakak sepupunya Neji masih hidup, pasti kebersamaan Naruto dan Sakura tak sesakit ini ia rasakan. Bukan hanya hatinya, tapi juga fisiknya yang semakin hari semakin kurus karena tak makan. Hinata benar-benar menderita sekarang.
"Nee-chan? Kenapa belum tidur?" Suara adiknya Hanabi membuyarkan lamunannya.
Hinata menatap Hanabi, kemudian menggelang lemah.
"Nee-chan tidak bisa tidur!"
"Teringat Neji Nii-san lagi, ya?"
Hinata kembali mengangguk.
"Neji Nii-san pasti sedang gelisah sekarang, karena keinginannya tidak terpenuhi!"
Ucap Hanabi sok tau.
"Keinginan? Memangnya apa yang Nii-san inginkan?"
"Dia pernah bilang padaku, kalau dia sangat ingin melihat Nee-chan terus tersenyum dalam keadaan apapun, walau senyuman itu bukan untuknya!"
Tak terasa mata Hinata sudah berkaca-kaca saat itu. Ia tak pernah tau sebelumnya kalau kakak sepupunya itu mempunyai rasa padanya. Ia selalu menganggap kepedulian Neji sebagai kewajaran sikap seorang kakak, tapi kematian Neji kini membuatnya tersadar akan perasaan Neji yang sesungguhnya.
"Hanabi-chan, Nee-chan akan berusaha tersenyum seperti yang Neji Nii-san inginkan, tapi untuk sekarang, Nee-chan benar-benar tidak bisa! Kau mengertikan?"
Hanabi mengangguk lemah.
"Nee-chan, ini ada selimut, tak baik berada diluar dengan baju setipis itu!" Ujar Hanabi menyodorkan sebuah selimut pada Hinata.
Hinata langsung mengambil dan memakai selimut itu.
"Terima kasih Hanabi-chan! Sebaiknya kau beristirahat, bukankah kau punya misi ke Iwagakure besok?"
Hanabi mengangguk
"Umm.. Aku akan beristirahat, tapi Nee-chan juga harus masuk ke kamar nanti!"
"Iya" Jawab Hinata mengacak rambut Hanabi.
.
.
.
.
"Emmh.." Terdengar suara Sakura yang menggeliat malas diatas pangkuan Naruto yang masih tertidur.
Semalaman mereka berada di mansion Hokage, entah itu bercerita satu sama lain atau bermain permainan konyol yang jelas pemenangnya juga seorang yang konyol. Mereka melakukan berbagai hal yang mengasyikkan dan tentunya membawa perasaan damai itu hingga mereka terlelap dengan posisi yang begitu dekat.
Naruto terlelap diatas kursi singgasananya dengan seorang Haruno Sakura yang berada diatas pangkuannya yang juga terlelap diatas dada bidangnya.
Dan sekarang wanita yang bernama Haruno Sakura itu sudah lebih dulu bangun dengan posisinya yang tak berubah, hanya saja ia sedikit mengadah untuk melihat wajah polos Naruto yang tertidur dengan mulut yang sedikit terbuka.
Sakura sendiri sebenarnya merasa heran, mengapa ia bisa jatuh hati pada pria pirang itu sewaktu di Akademi, ia paling anti dengan yang namanya Uzumaki Naruto. Lebih-lebih jatuh hati, menatapnya saja dulu Sakura merasa risih luar biasa. Tapi mungkin yang namanya kekuatan cinta, mampu membalikkan fakta yang ada.
Tanpa sadar jemari lentik Sakura sudah bergerak kewajah Naruto, menyentuh hidung hingga bibirnya yang sedikit terbuka. Sakura sebenarnya ingin mengecup bibir pria itu lagi, tapi...
TOK
TOK
TOK
Suara ketukan pintu yang membuat Sakura terperanjat dan langsung melompat dari pangkuan Naruto.
Ia ketakutan setengah mati.
"Ma-masuk!" Perintahnya seusai merapikan pakaian miliknya yang sedikit berantakan.
CKLEK
"Shi-Shikamaru? A-ada apa?"
Ternyata orang itu adalah si pemalas Shikamaru yang kini masuk dan dengan malasnya menutup pintu.
"Aku kesini bukan untuk menemuimu! Aku kesini untuk..."
Shikamaru terdiam ketika ia melihat Naruto yang tertidur pulas di kursinya. Ia lalu melemparkan pandangannya pada Sakura.
"Apa semalam kalian tidak pulang?"
"Eh? Ka-kami.. Kami harus lembur untuk menyelesaikan semua dokumen ini!" Jawab Sakura kikuk.
"Tapi semestinya, kau tak harus ikut lembur juga kan? Kau bisa saja pulang jika kau menginginkannya!" Shikamaru semakin menyudutkan Sakura.
"Emm... Kalau itu aku..."
Belum selesai Sakura bicara, Naruto tiba-tiba mengigau dan membuat Shikamaru maupun Sakura langsung mrlirik padanya.
"Emmh... Sakura-chan... Jangan disitu... tapi disini... mmmhh... yah disana... emmmh... yah.. terus begitu.. ohh... yeah.. "
Tik tok tik tok
SHANNAROOOoo...
Tanpa adanya keraguan, Sakura langsung melayangkan pukulan mautnya pada Naruto hingga tubuh pria itu terpental jauh menembus dinding.
Shikamaru yang ikut menyaksikan hanya bergedik ngeri.
.
.
.
.
"Aww... ugh.. perih Sakura-chan!" Rintih Naruto saat pipinya disentuh Sakura untuk diobati.
"Siapa suruh kau mimpi jorok seperti itu!"Ujar Sakura kesal.
"Ehem..." Shikamaru berdeham, karena ia merasa diacuhkan.
"Hmm... Ada apa?" tanya Naruto malas.
"Aku baru saja menerima surat dari Hyuuga Hiashi pemimpin klan Hyuuga. Ia meminta agar kau... eh.. maksudku Hokage-sama membantunya dalam membujuk calon pemimpin klan yang baru yaitu Hyuuga Hinata agar mau melakukan pelantikan dengan segera" Jelas Shikamaru sedikit kaku.
Naruto terdiam, begitu juga dengan Sakura sebelum akhrinya Naruto menjawab
"Baiklah... aku akan mengatasinya sore ini, dan Sakura-chan... kau ikut bersamaku!"
Sakura mengangguk"Hai!"
TBC
A/N:
Hyaa.. akhirnya selesai juga chap pertama. Jujur, waktu aku baca chap 663 nya Masashi-senpai, aku gak percaya, klw Sakura bakal nyium Naruto, yah... walaupun itu Cuma CPR...
tpi walau begitu aku cukup puas sebagai NS fans... dan kepuasaan itu aku wujudkan pada fic ini..
so, gimana ficnya? Pantaskah untuk dilanjutkan? Review klw gitu!
