Shuren RedruM
Proudly Presents
"Hot" Prince
Naruto © Masashi Kishimoto
Warn(s):
BOY'S LOVE/SHOUNEN-AI
OOC
TYPO(s)
NOT EYD
Bold and Italic are Flashback
Pairing : SasuNaruSasu
No Flame, DLDR, RnR
Rate T-M
Chap: 1
"Hah…" terdengar helaan nafas seorang pemuda sambil menikmati indahnya langit sore. Pemuda itu tersenyum menatap matahari yang sebentar lagi akan tertidur. Dari atas bukit kecil tempat ia berdiri sekarang, ia bisa melihat kota Konoha yang sudah mulai bercahaya. Ia memasukkan tangannya kedalam saku celananya mengingat suhu yang lumayan dingin. "Indah sekali." Ucapnya sambil menghirup nafas dalam.
Srush~
Sapaan angin sore membuat rambut melawan gravitasinya sedikit membalas sapaan sang angin. Ia membalikkan badannya, hendak kembali ke rumah sebelum orang tuanya mencarinya.
Ia berjalan dengan santai menuruni bukit sambil membalas beberapa sapaan orang-orang yang ia temui.
"Sasuke," panggil seorang pemuda kepada pemuda bersurai raven. "Kau ingin main ke rumahku dulu?" tanya pemuda itu sambil merangkul Sasuke.
"Hn, tidak, Shika. Aku harus segera pulang." Jawab Sasuke yang masih setia melangkahkan kakinya. Pemuda yang dipanggil shika hanya memanyunkan bibirnya menerima penolakan Sasuke. "Baiklah. Aku harus segera pulang." Pamit Sasuke sambil melepaskan rangkulan Shika atau lebih panjangnya Shikamaru.
"Lain kali saja kalau begitu, ok?" tawar Shika pada Sasuke. Sasuke hanya melambaikan tangannya keudara. Entah itu jawaban iya atau tidak.
"Aku pulang." Sapa Sasuke saat tiba dirumah. Ia membuka sepatunya kemudian melangkahkan kakinya menuju ruang utama.
"Oh, Sasuke. Selamat datang." Sapa wanita berambut panjang, ibu Sasuke, Mikoto. "Ibu masakan sup tomat untukmu. Ayo." Kata Mikoto kemudian menarik tangan putra satu-satunya menuju ruang makan.
Sasuke hanya bisa tersenyum teduh melihat kelakuan ibunya. Perlu diketahui jika dirumah yang lumyan besar milik keluarga Uchiha, hanya Sasuke dan ibunya saja yang menepati. Kepala keluarga Uchiha, Fugaku Uchiha dan putra pertama mereka, Itachi Uchiha, sudah meninggal beberapa tahun yang lalu karena kecelakaan.
"Duduklah." Perintah Mikoto bak maid yang berada direstoran. Sasuke hanya terkekeh dengan sikap sang ibu. "Ta da~" terlihat semangkuk besar sup tomat terhidang dihadapan Sasuke.
"Are u kidding me, mom?" tanya Sasuke sambil sedikit tertawa. "Sepertinya aku bisa tak makan sampai tiga hari kedepan."
"Ayolah." Gelayut mikoto pada Sasuke. Seperti anak kecil saja, itulah pikir Sasuke. "Kau harus menghabiskannya." Tuntut Mikoto kemudian melenggang ke wastafel untuk mencuci beberapa buah perabot dapur. Sepertinya dia sudah duluan makan.
"Baiklah. Mari makan."
Langit malam yangs sangat indah, ditemani dengan jutaan bintang. Bulan juga terlihat menampakan keseluruhan dirinya. Ia jadi ingat cerita konyol yang ibunya ceritakan kepadanya saat masih kecil.
"Kau tahu, Sasuke, kenapa bulan hanya separuh saja?" tanya Mikoto dengan tampang seriusnya yang dibuat-buat.
Sasuke kecil hanya menggeleng polos.
"Itu karena bulan sangat gemuk. Ia malu menampakan keseluruhan dirinya karena terlalu besar." Jawab Mikoto. "Lihatlah," tunjuk Mikoto pada bulan. "Baru sebagian saja sudah sangat gemuk. Perlu berapa ribu bintang untuk menyamainya?"
"Hahaha, iya, bulan terlihat sangat gemuk." Sahut Sasuke kecil yang iya-iya saja dibohongi oleh sang ibu.
Sasuke tersenyum hangat saat mengingat hal itu.
"Hah…" ia menghela nafasnya.
Sret!
Sasuke membuka jendela seretnya kemudian melangkahkan kakinya keluar kamar. Ia ingin menikmati angin malam dan masih ingin menikmati pemandangan indah langit.
"Aku merindukan kalian." Ucap Sasuke sambil memejamkan matanya, berusaha mengingat kenangan yang pernah tercipta saat ayah dan kakaknya masih ada didunia. Ia sangat merindukan mereka.
"Aku merindukan kalian." Ucap sesuatu, hn, seseorang? Sesuatu? Benda? Hn, manusia, hn, alien? Berapi? Tidak! Badannya terbakar!
Tunggu, tunggu! Dia bahkan tak berteriak meminta tolong. Jadi…apa dia…manusia api?
"Aku ingin pulang." Baiklah, baiklah, dia bisa berbicara. Jadi, sepertinya dia manusia namun berapi.
Saat ini ia sedang berada ditempat terbuka, jauh didalam hutan, sendirian. Ia menatap sekitarnya dengan takut-takut.
"Hiks…hiks...ayah, aku takut…" tangisnya pecah. 'Apa yang harus aku lakukan?' batinnya sambil mengusap air mata, atau mungkin lava yang menetes dipipinya.
Ia menarik nafas berusaha menenangkan dirinya. Ia harus berpikir jernih saat ini. Ia bukan makhluk asli bumi. Ia bisa terancam kapan saja. Ia melihat ke langit malam, berharap ketakutannya tersalurkan.
"…'Suke, Sasuke…" panggil Mikoto berharap Sasuke terbangun.
"Hngh…" erang Sasuke kemudian membuka matanya, memperlihatkan manic segelap malam. "Ibu. Kenapa ibu disini?"
"Kau tertidur lagi, Sasuke. Kau bisa sakit."
Mendengar ibunya mengatakan hal itu, dengan masih sedikit mengantuk, Sasuke mengedarkan pengelihatannya.
'Sial.' desisnya didalam hati. Ia sadar sekarang mengapa ibunya berkata seperti tadi. "Maaf, bu. Ayo masuk." Ajak Sasuke sambil memegangi tangan Mikoto kembali masuk ke kamarnya.
"Jangan diulangi, Sasuke." Ucap Mikoto lirih sambil mengelus lembut rambut putranya saat mereka sudah berada dikamar Sauske. "Ibu tak ingin kau sakit." Tambahnya.
"Maaf, bu. Sepertinya aku kelelahan." Pinta maafnya tulus.
Sungguh, tertidur diatap rumah bukan hanya akan membuatmu sakit, tapi juga mati. Bagaimana kalau tiba-tiba mengigau dan terjun?
"Baiklah. Tidurlah. Selamat malam." Pamit Mikoto sambil mengecup singkat kening Sasuke.
"Selamat malam, bu." Balas Sasuke kemudian beranjak ke tempat tidurnya.
"Oi, oi, Sasuke!" panggil shikamaru saat melihat Sasuke sedang berada di teras KHS. "Hah…hah…"
"Jangan lupa bernafas." Ketus Sasuke saat melihat Shikamaru berusaha menarik udara sebanyak-banyaknya untuk masuk keparu-parunya.
"Kau…hah…" inginya Shikamaru marah kepada Sauske namun terhenti karena ia begitu lelah berlari. Ia sudah mencari pemuda itu sedari tadi. Dari lantai satu hingga tiga, turun lagi, dan sekarang bertemu dengannya dilantai tiga.
"Ada apa?" tanya Sasuke sambil menghentikan langkahnya dan menyanggah disanggahan teras dengan tangan yang terlipat didada.
"Apa kau tahu?" tanya Shikamaru yang sepertinya sudah selesai menormalkan nafasnya. Sasuke hanya mengangkat satu alisnya, bingung. Sahabatnya ini memang selalu berkelit-kelit. "Ada kebakaran dihutan sebelah timur Konoha semalam." Ucap Shikamaru.
"Oh." Shikamaru menunggu, menunggu kelanjutan "oh"nya Sasuke.
Hening
Hening
"Itu saja tanggapanmu, Sasuke?" tanya Shikamaru tak percaya. Sungguh pemuda satu ini harus diberi pelajaran sesekali. "Tersangkanya masih belum diketahui." Tambah Shikamaru, mungkin saja Sasuke akan tertarik.
"Lalu kau ingin mencarinya?" tanya Sasuke berhasil membuat Shikamaru jawdrop.
'Percuma berbicara padanya.' Batin Shikamaru pundung sambil meninggalkan Sasuke dengan langkah loyonya.
Sasuke hanya menatap kepergian Shikamaru dengan tatapan datar. Ia sangat tak tertarik. Toh, hutan yang terbakar itu sangat jauh dari kediamannya. bahkan sangat jauh pula dari kota. Mungkin membutuhkan waktu berjam-jam untuk tiba disana.
'Apakah seheboh itu?' batin Sasuke kemudian melangkahkan kakinya menuju kamar kecil. Iya, tadi ritual panggilan alamnya sempat tertunda.
"Apakah tak ada bukti sedikitpun?" tanya polisi kepala kepada bawahannya.
"Masih belum, Pak." Jawab polisi yang berada didekat polisi kepala.
"Siapa orang yang berani membakar hutan ini? sungguh keterlaluan!" ucap sang polisi kepala. Ia begitu geram. Hampir enam hektar lahan terbakar dan sampai sekarang mereka belum menemukan pelakunya. Mereka sudah mencari bukti atau sedikit bukti selama hampir 10 jam.
"Pak, ada sedikit bukti terlihat disebelah sana." Lapor seorang polisi pada polisi kepala.
Tak ingin berlama-lama polisi kepala disusul oleh polisi pelapor segera melangkah menuju bukti.
"Ini, Pak." Tunjuk sang polisi pelapor tadi.
Polisi kepala tampak mengernyitkan matanya.
"Jejak kaki apa ini?" tanya sang polisi kepala mewakili beberapa polisi yang berada disekitar bukti.
Polisi yang ditanya hanya menggeleng.
Bagaimana tidak, bagaimana ia bisa tahu jejak kaki apa yang berada ditanah saat ini? Jejak kaki yang seperti jejak kaki manusia tapi disekitar telapak itu terdapat…tentakel?
Entahlah.
Sepertinya mereka memerlukan ilmuan disini.
"Ikuti jejak ini!" perintah sang polisi kepala.
"Baik, Pak!" sahut beberapa polisi serentak.
Sore
"Sasuke, ibu akan menginap dirumah bibimu di Iwagakure." Kata Mikoto pada Sasuke saat melihat putranya sedang menonton televisi. "Jaga kesehatanmu, ya."
"Berapa lama ibu akan menginap disana?" tanya Sasuke sambil bangkit dari sofa. "Apakah akan lama?" tanya Sasuke lagi.
Mikoto mengusap lembut wajah putih Sasuke kemudian tersenyum padanya.
"Kau seperti anak kecil saja, Sasuke." Rayu Mikoto berhasil membuat wajah Sasuke merona. "Tidak akan lama. Mungkin tiga atau empat hari. Bibimu sedang sakit. Ibu tak enak hati jika tak menjenguknya." Jelas Mikoto.
"Baiklah." Ucap Sasuke kemudian sambil menghela nafas. "Hati-hati, bu."
Mikoto mengangguk singkat kemudian mengecup puncak kepala Sasuke.
"Jaga kesehatan , ya, Sasuke."
"Ibu juga."
"Aku ingin pulang…" ucap "pemuda berapi" sambil menendang-nendang segala sesuatu yang mengenai kakinya dan kemudian terbakar.
Saat ini ia berada didalam hutan. Ia bingung harus kemana menyembunyikan diri.
"Pak, jejaknya juga ditemukan di jalan raya." Lapor polisi yang masih tetap menyelidiki kasus kebakaran hutan semalam melalui walkie-talkie. "Baiklah. Siap, Pak!" balas sang polisi setelah menerima perintah dari sang atasan. "Tetap ikuti jejak." Ucapnya kepada rekannya.
Hari sudah semakin larut, namun para polisi dan ditambah dengan beberapa ilmuan masih tetap mencari bukti yang setidaknya mengarah kepada pelaku pembakaran hutan.
Hutan timur Konoha adalah hutan yang sangat dijaga ketat dibanding dengan hutan-hutan lain yang ada di Konoha. Selain luas, hutan timur Konoha ini juga memiliki sejarah penting dan…mistis. Hutan timur Konoha juga sudah disahkan menjadi hutan lindung di Jepang.
Drttt… drttt…
"Oi, Sasuke, ini malam minggu. Teman-teman basket mengajak kita untuk berkemping. Kau mau ikut?" seperti itulah pesan masuk dari Shikamaru pada Sasuke.
Sasuke hanya mendengus. Ia berpikir beberapa detik.
"Baiklah. Kau jemput aku." Balasnya.
Yah, mumpung ibunya tak dirumah, berjalan-jalan bersama teman-teman seperitnya tak akan menjadi masalah. Ia sudah besar, ia tahu apa yang harus ia lakukan saat rumah ditinggalkan dalam keadaan sepi.
Sasuke segera menyiapkan barang yang akan ia bawa. Jadi, saat shikamaru datang, mereka bisa langsung berangkat.
"Sial!" teriak pemuda berapi sambil menyanggahkan badannya pada sebatang pohon…yang sudah mulai terbakar. "Aku benci ini." lirihnya. "Atmosfirnya sungguh berlawanan denganku. Kenapa bisa begini!?"
BUGH!
Ia pukul pohon tempat ia menyanggah tadi hingga tumbang.
"Kalian mendengar sesuatu?" tanya seorang pemuda bertato sambil memeluk anjingnya erat. Ia mengedarkan tatapannya kesekitarnya. Sungguh ide yang buruk mengiyakan ajakan mereka, itulah yang ia rutuk saat ini.
"Kau penakut, Kiba." Ketus Shikamaru. "Ada banyak hantu dihutan ini." guraunya membuat bulu kuduk pemuda bertato, Kiba, merinding.
"Setidaknya hutan ini tak seseram hutan yang timur." Ucap seorang gadis, er, ralat, seorang pemuda berambut coklat panjang kemudian meneguk coklat panasnya dari botol. "Aku ingat kau sempat menangis hingga kita harus kembali detik itu juga." Lanjutnya sambil menutup botol minumannya.
"Jangan meledekku, sialan! Bukan waktu yang tepat! Dan aku serius saat aku mengatakan jika aku mendengarkan sesuatu!" geramnya disamping pemuda berambut panjang yang tampak acuh.
"Menurut orang-orang kami, sangat tidak dianjurkan untuk mengatakan apa yang kita dengar disaat malam hari, apalagi ini malam. Akan sangat beresiko."
"Apa peringatanmu itu akan menenangkannya, Sai?" ketus pemuda berambut panjang sambil menatap pemuda yang selalu tersenyum canggung, Sai, malas.
"Hahaha, aku sedang berusaha, Neji."
Sasuke hanya diam saja saat mendengar ocehan teman-temannya. Ia ingin segera sampai kemudian bersantai.
Sepuluh menit kemudian mereka sampai pada lokasi kemping. Bersyukur beberapa teman yang sudah mendahului mereka sudah mendirikan tenda. Jadi, mereka tinggal bersantai. Tadi mereka sempat terlambat karena ke"dilema"annya Kiba.
"Aku tidur disini, ya?" tanya Neji sambil meletakkan tasnya kedalam tenda, entah milik siapa itu, sambil tersenyum.
"Hah, jangan sampai ngiler." Ucap pemuda berambut merah-yang terlihat sedang membakar marsmellownya-malas.
"Oh, itu tendamu, ya, Gaara-chan?" tanya Neji saat ia sudah duduk disamping pemuda berambut merah bernama Gaara sambil merangkulnya.
"Mau kocolok matamu dengan ini, Neji?" tanya Gaara penuh "perasaan".
"O…oh..ma…maaf. hehehe…" tawa Neji hambar.
Beberapa teman yang berangkat bersama Neji tadi telah mendapat tendanya masing-masing.
"Berkumpulah. Marsmellownya masih banyak." Tawar Gaara pada teman-temannya yang baru tiba.
"Hanya kau saja yang makan marsmellow, honey." Neji berusaha mengingatkan Gaara. "See." Tunjuk Neji.
"Hah, terserah. Setidaknya aku sudah menawarkannya." Ketus Gaara.
"Suruh anjingmu tidur diluar, ya, Kiba. Aku tak ingin memeluknya nanti. Aku sedikit elergi." Ucap Sai sambil menekankan kata "sedikit elergi" pada kalimatnya.
"Berisik!"
Sai hanya tersenyum hambar. Akan sangat sulit memisahkan mereka, batin Sai menangis.
"Hei, Sasuke!" panggil seorang preman, ralat, panggil seorang pemuda berpierching pada Sasuke yang terlihat sedang menikmati kehangatan dari api unggun ditengah-tengah mereka.
"Hn?" Sasuke tak melepaskan pandanganya pada api unggun yang berada didepannya.
"Ada tantangan dari sekolah sebelah. Kau ikut?" tanya pemuda berpierching, Pein.
"Aku akan mengundurkan diri setelah ini." ucap Sasuke berhasil membuat teman-temannya terkejut. "Seperitnya, semenjak masuk ke tim basket, aku kurang berkonsentrasi." Jelas Sasuke tanpa mempedulikan tatapan tak percaya teman-temannya. "Maaf." Ucapnya mengakhiri kalimatnya dan itu semakin membuat teman-temannya tak percaya.
'Maaf? Ia mengucapkan kata maaf?' batin Shikamaru.
'Apa dia kerasukan?' tanya pemuda termanis diantara pemuda-pemuda yang mengelilingi api unggun, Kiba.
'Apa kepalanya terbentur?' batin Neji sambil menatap Sasuke lekat.
"Hn?" Sasuke terkejut saat melihat tatapan teman-temannya yang menurutnya sangat menyeramkan. "Ada apa?" tanya Sasuke sambil melihat kekiri-kanannya.
"Tidak ada, tidak ada." Jawab teman-temannya hampir berbarengan.
"Aku akan kembali." Ucap Sasuke kemudian bangkit dari duduknya dan melangkahkan kakinya menjauhi api unggun, buang air kecil.
"Sepertinya Sasuke kerasukan, ya, Kiba?" tanya Sai.
"Jangan main-main kau, Sai!" geram Kiba sambil memanyunkan bibirnya.
"Hah, aku akan memintanya untuk bermain untuk yang terakhir kalinya untuk membela nama sekolah." Ucap Pein yakin.
"Berharap saja." Neji menanggapi Pein. "Pemikiran Uchiha sangat sulit diganggu gugat." Neji mengingatkan Pein dan juga teman-temannya. Beberapa diantara mereka hanya mengangguk.
"Hoam," terdengar erangan dari salah satu tenda. "Aku ketinggalan sesuatu?" tanya pemuda yang sepertinya baru bangun tidur. Awalnya ia hanya ingin beristirahat, namun matanya berkata lain.
"Kau sudah ketinggalan kereta menuju Sunagakure, Sasori." Ketus Shikamaru.
"Hehehe, maaf, ya." Ujar pemuda bernama Sasori tersebut sambil memeletkan lidahnya dan membuat peace-sign dengan jarinya. "Mereka juga masih tidur." Tambahnya sambil menggaruk kepalanya.
Mereka yang Sasori maksud adalah Shino, Suigetsu, Lee, dan Chouji. Mereka berlima ditambah Pein adalah orang-orang yang sudah mendirikan tenda mengingat merekalah yang pertama kali tiba dilokasi kemping. Karena kelelahan, kecuali Pein, akhirnya sisanya menghabiskan waktu untuk berbaring dan jatuh tertidur.
Sasuke melangkahkan kakinya menjauhi lokasi kemping. Lumayan jauh. Ia ingat kejadian beberapa saat yang lalu saat ia kemping bersama teman-temannya itu. Mereka mengikutinya diam-diam kemudian mengejutkannya hingga air kencingnya tersemprot kemana-kemana dan itu membuat celana dan sepatunya basah.
'Seperitnya mereka tak mengikuti.' Batin Sasuke sambil melihat kiri-kanannya. Sasuke sudah cukup jauh masuk ke hutan. Kelewat jauh malah. Sepertinya ia benar-benar trauma pada gurauan teman-temannya itu.
Setelah yakin keadaan aman, Sasuke membuka resleting celananya hingga suatu cahaya mengagetkannya dan hampir membuatnya tersungkur.
'Apa itu?' batinnya. 'Hah, aku mulai jadi penakut sepertinya.' Sasuke berusaha menenangkan dirinya. Ia tak ingin jadi seperti kiba. Sangat memalukan jika hal itu terjadi.
Tak ingin memikirkah hal-hal yang aneh, Sasuke melanjutkan ritual buang air kecilnya.
"Hah, leganya." Desah Sasuke lega sambil menarik kembali resletingnya.
Krek!
Terdengar satu dahan patah dan…
'Apa itu!' kali ini Sasuke dibuat panic saat cahaya yang ia lihat tadi semakin mendekat. 'Sial.' Ketus Sasuke. Kakinya tak bisa melangkah. "Ada apa ini!" Sasuke semakin kalut.
Srek!
Srek!
Srek!
Dan tumbanglah Sasuke saat ada sesuatu menghantam kepalanya.
"Sasuke lama sekali." Kiba berusaha mengingat teman-temannya yang tak acuh dan saling mengobrol. "Sai.."
"Mungkin dia sedang buang air besar." Potong Sai cepat.
Kiba hanya memanyunkan bibirnya.
"Hngh…ouch!" desah Sasuke kesakitan saat ia tersadar dari acara pingsannya. "Hngh…"
"Maafkan aku, aku terpaksa melakukan itu."
Sasuke mengedarkan pandangannya kesumber suara dan menyipitkan matanya saat melihat…kobaran api berada disampingnya.
'Sial.'
TBC
Maklumkanlah/? segala sesuatu yang menjadi kekurangan di fict ini. Gue hanya butuh pengertian -,- *maunya*
Segala sesuatu seperti suara jendela dibuka, ato pohon patah, pohon tumbang, dahan terbakar, de es be, mohon pengertiannya juga -,-
Klo ada yang lebih mohon dikurangkan, klo ada yang kurang mohon ditambahkan. Jan pake bahasa kasar karena gue udh memperingatkan dari awal. Gue anti-flame :3
Dan juga, ga ada pemaksaan ya, mau follow this story, ya silahkan. mau unfollow this story juga silahkan ^^
Akhir kata, selamat mencorat-coret kotak/? review e ^^
