Dari sebuah film yang menjadi kesukaan mereka, para pria ini mencoba meniru adegannya untuk sekedar menggoda dan sebagai ajang pendekatan yang cukup sukses.
Disclaimer : Kuroko no Basket © Fujimaki Tadatoshi
Warning : M for mature scene, AU, Parody, typo, OOC, & OC.
Inspired by Dracula II: Ascension 2003 (Hollywood Movie)
Character x Reader
…
Lilin itu menyala dalam genggamanmu. Listrik yang padam tiba-tiba membuatmu harus merasakan sepuluh menit meraba dalam kegelapan hanya untuk menyalakan sebatang lilin. Sambil berjalan perlahan dalam penerangan lilin, kau mencari lilin lain yang tersimpan dan menyalakan beberapa dan menaruh setiap batangnya di tiap ruangan. Keadaan di luar memperlengkap suasana dengan petir yang menggelegar dan hujan deras seperti badai mulai menerjang tiap dinding luar rumah yang kau tinggali ini.
"Oh," desahmu sambil memandang keluar jendela yang juga dihantam dengan ganas air hujan. Kau menggigit bibirmu saat seseorang yang kau tunggu belum kunjung pulang seperti janjinya sore tadi.
Kau berjengit kaget begitu merasakan napas hangat seseorang terasa berhembus di belakang lehermu. Kau cepat-cepat menolehkan kepala dan mundur dengan waspada. Tak ada siapa pun. Setelah selama beberapa saat memastikan dengan benar bahwa hanya kau sendirian, kau pun melangkah pelan ke sebuah sofa besar dan berbaring di sana sambil memejamkan mata.
Kau rasanya seperti nyaris tertidur saat hembusan napas hangat terasa di lehermu. Kau menggeliat nyaman dengan napas hangat yang menerpa di lehermu dan juga dadamu yang rasanya terbuka. Rasanya begitu asing, namun membuatmu mendambakan itu lagi dan lagi dalam hati.
Sampai akhirnya, kau lalu memaksakan diri membuka matamu dan mengerjap beberapa kali. Awalnya kau merasa bingung begitu kegelapan menyapamu. Apakah lilin-lilin itu sudah habis sehingga padam dengan sendirinya karena mencair? Batinmu sambil memperkirakan berapa lama kau tertidur di atas sofa besar itu.
Sambil meraba dalam gelap ditemani kilat yang memberikan pencahayaan sesaat, kau pun berhasil masuk ke kamar. Kau menyerah menunggu seseorang yang tak kunjung pulang. Mungkin hujan yang seperti badai ini membuat orang itu tertahan dan memilih menginap, begitu pikirmu. Kilat lagi-lagi menyambar, dan sinar yang memancar karena tirai yang terbuka membuatmu tak sengaja melihat ke arah cermin meja riasmu dan mengerjapkan matamu beberapa kali setelah melihat pantulan dirimu sendiri yang terkena cahaya kilat selama dua detik sambil memegangi dadamu.
"Eh? Kenapa kancing kemejaku terbuka semua?" serumu setengah terkejut.
Sambil lagi-lagi memandangi cermin yang memantulkan kegelapan, kau menunggu kilat lagi sampai tiba-tiba sapuan hangat dan basah terasa di lehermu dan membuatmu menjerit kecil. Tak lama dekapan hangat pun terasa dari belakang tubuhmu dan membuatmu terkurung. Kilat yang menyambar beberapa detik yang singkat membuatmu semakin memekik begitu melihat tubuh seorang pria mendekapmu dari belakang dan menggoda lehermu dengan hidung dan helaan napasnya.
Pria itu memanggilmu dengan suara parau membuatmu mematung selama beberapa saat.
"Te-Tetsuya?"
Tak berapa lama kilat sekali lagi menyambar, dan kali ini wajah Kuroko Tetsuya, terpantul di cermin dengan senyum menawannya padamu yang balas memandangnya dengan penuh keterkejutan selama beberapa detik. "Ya, ini aku." Katanya dengan suaranya yang lembut.
Wajahmu seketika memerah. "A-apa yang kau lakukan?" jeritmu kecil menahan malu begitu Tetsuya lagi-lagi menggodamu dengan hidung dan napas hangatnya. Pria itu kini menggoda dadamu yang masih tertutupi kain berenda-hadiah pernikahan dari sahabat wanitamu-itu dengan pijatan lembut. "Sejak kapan kau pulang?"
Ia tidak menjawabmu. Kau memekik kecil begitu merasakan gigi rapi Tetsuya mengigit kulit lehermu pelan. Kau dapat merasakan bahwa Tetsuya hari ini begitu berbeda. Selama kau bersamanya, ini adalah pertama kalinya ia mengigitmu.
"Tetsuya," kau memaksakan diri untuk lepas darinya dan berbalik memandangnya dari kegelapan. Tetsuya melangkah pelan menghampiri meja riasmu dan menyalakan korek api yang dikeluarkannya dari dalam sakunya dan menyalakan sebatang lilin yang masih utuh berdiri di meja riasmu.
"Aku sudah pulang sejak sebelum hujan turun." Katanya. "Sepertinya, kau terlalu lama mandi."
"Oh…" kau menggigit bibirmu dengan canggung sambil memandangnya dengan malu.
Penerangan yang cukup remang membuatmu melihat sosoknya dengan jelas yang masih memakai kemeja putihnya dengan lengan yang tergulung. Tetsuya memandangmu cukup lama dalam keheningan sampai kau akhirnya menyadari bahwa setelah ia memandang kedua matamu, matanya menjelajah tubuhmu yang berjarak dua meter darinya. Entah mengapa ada sesuatu yang berbeda dengannya saat ini.
"Tetsuya," panggilmu dengan lembut.
Tetsuya mengerjapkan matanya dan tersenyum padamu. Ia menarikmu ke tempat tidur dan mulai menelanjangimu dengan tatapannya. Kau memalingkan wajah dengan malu, sampai kau pun membiarkannya melepas seluruh kain yang melekat di tubuhmu dan mulai menghembuskan nafasnya di setiap bagian tubuhmu yang sensitif.
Tetsuya tidak pernah seperti ini sebelumnya. Pria itu seakan mengedusmu seperti sedang menghisap dalam-dalam aroma tubuhmu sebelum ia memakanmu. Biasanya ia akan langsung mengecupmu perlahan sampai memberikan tandanya yang selalu membekas di tubuhmu. Tapi, kali ini dia seperti menahan diri dan bersabar, sehingga membuatmu mendesahkan namanya dan berharap ia akan mengerti dan memberikan apa yang kau minta tanpa harus mengatakannya.
Dan malam itu, kau melihat sisi lain dari suamimu yang begitu mendebarkan dan misterius.
…
Kau memandangi bayanganmu di cermin dan menyentuh bekas gigitan Tetsuya semalam yang membekas di lehermu. Kau juga lalu melihat ke bagian tubuhmu yang lain yang terdapat bekas merah bahkan sampai di bawah pusarmu. Wajahmu lagi-lagi memerah mengingat apa saja yang semalam kalian lakukan.
"Hai," sapa pria yang semalaman tak berhenti membuatmu mendesahkan namanya. Kau memandang pria berambut baby blue yang berantakan itu dengan wajah semakin memerah. Pria itu hanya bertelanjang dada dengan celana kain hitam yang biasa ia gunakan saat mengajar di sekolah dasar. Kau lalu menundukkan kepalamu sambil mengutuki dirimu yang telanjang dihadapannya.
Suara tawa kecil membuatmu mendongak, dan kini Tetsuya lagi-lagi memeluk tubuhmu sambil bernapas di lehermu. "Tetsuya!" tegurmu lagi-lagi merasa malu.
"Apa yang kau pikirkan?" tanyanya sambil mengelus ibu jarinya di atas dadamu yang terdapat bercak berwarna merah.
Kau menahan dirimu untuk tidak mendesah. "Kau… uhm… kau terlihat berbeda." Ungkapmu dengan jujur.
Tetsuya balas memandangnya dari balik cermin. "Berbeda?"
Wajahmu lagi-lagi memerah. "Se-sejak kapan kau jadi suka menghela napas di leherku?" katanya dengan lirih menahan malu.
Tetsuya tersenyum lembut. "Bukankah kau menyukainya?"
"Hah?" kali ini kau memandang suamimu tak mengerti.
"Kau selalu menggigit bibirmu saat menonton Dracula Ascension." Katanya sambil menyebutkan salah satu film yang menjadi film yang paling disukaimu selain film bertema sama yang lain. "Terutama saat Dracula menghembuskan napasnya seperti tadi di leher Elizabeth Blaine."
Kau terpana akan kata-katanya, setengah tidak percaya bahwa ia memperhatikanmu sampai begitu detail. Kau mengigit bibirmu saat Tetsuya melakukan adegan yang sama saat ini. "Jadi, kau menggodaku?"
Tetsuya tertawa. "Ya, seperti itu." katanya. "Aku hanya mencoba mengikuti saran seseorang saja."
"Saran?"
Tetsuya lagi-lagi tersenyum. "Dan itu saran yang cukup bagus untuk kami semua."
"Eh?"
Tetsuya membalikkan tubuhmu yang lebih pendek dua puluh senti darinya dan membungkukkan pelan tubuhnya dan mengendus dadamu, membuatmu pinggangmu membentur wastafel dan kedua tanganmu memeganginya dengan kuat. Kau lagi-lagi menggigit bibirmu. Lagi-lagi ia menggodamu seperti tadi malam dan membuatmu dengan senang hati menyambutnya dengan merangkulkan tanganmu di sekitar lehernya. Namun, sebuah ingatan membuatmu menarik rambutnya pelan.
"Tetsuya," panggilmu. "Di mana Nigou? Bukankah kau kemarin pergi ke tempat reuni sambil membawanya?"
Tanpa memandangmu ia menjawab, "Aida Senpai meminjamnya."
"Uh… tapi,"
Tetsuya menegakkan tubuhnya dan mensejajarkan wajahnya dengan wajahmu. "Hari ini hanya ada kita berdua." Setelah mengucapkan itu, ia menciummu dengan dalam. Kau perlahan memejamkan matamu dan membalas sentuhannya yang begitu menggoda.
Oh, bahkan kali ini dia menggodamu dengan hembusan napas hangatnya di antara kedua kakimu lagi. Sepertinya, kau harus berterima kasih untuk saran yang didapatkan dari kawan suamimu itu.
Owari
#jedotinkepala
Thanks for read… eh, ini ceritanya saya mau bikin chara x reader. Tapi yah… seperti inilah jadinya. Oke chara selanjutnya… yang nyebutin nama salah satu chara Kuroko no Basket di review, itulah chara di chapter berikutnya. Nggak janji sih bakal update cepet, tapi semoga laporan saya selesai sebelum 13 Desember deh. Sekai lagi, terima kasih.
