Awal sang bunga mengenal cinta—yang terlihat indah dan mempesona...

.

Dengan kepakan sayap indah, kupu-kupu hadir menemani kesendirian sang bunga...

.

Sang kupu-kupu menari sejenak, memberikan warna kehidupanmanakala membuat sang bunga berseri merona indah...

.

Tapi engkau tak di sini dengan anggunengkau berlalu pergi dan sang bunga melamun sepi menjadikan kuntumnya berguguran tak berarti...

.

Kini bunganya tak lagi menampakkan kebahagiaan terpancar berseri dari kelopaknya yang mulai rapuh...

.

Hanya tertinggal kenangan mimpi besar yang tersisasetia menunggu sang kupu-kupu kembali berkepak di sisinya, meski kelopaknya mulai terkikis oleh waktu...

.

.

.

Kimie sakiyurai' production.

Naruto© Masashi Kishimoto

Penantian Terakhir© Dark courriel

.

a SasuSaku Fanfic

.

WARNING : Angst (maybe), Typo, AU, sad ending, tragedy.

.

Penantian Terakhir PRESENT...

Enjoy Here...

.

.

.

.

Kamu tahu?

.

Awal bertemu denganmu itu adalah anugerah terindah.

Udara sore saat musim semi, berhembus kencang menyisir permukaan hamparan bukit hijau yang luas. Suara kicauan burung-burung kecil mengalun merdu, membuat perpaduan keindahan alam hijau dengan kesan damai. Di tempat ini pula kelopak bunga sakura saling berguguranmempercantik lukisan kuasa Tuhan.

Seorang gadis kecil dengan rambut bersurai soft pink—tak henti-hentinya berlari. Helaian rambut pendeknya berkibar seiring mengikuti kaki kecilnya. Tanpa perduli dengan seseorang yang sibuk menggumamkan nama kecilnya dari kejauhan. Langkah kaki kecilnya masih sibuk berlari di hamparan rerumputan hijau luas—hingga tubuh mungilnya bersembunyi di balik pohon sakura yang saling bermekaran.

"Sakura kau di mana?" Itulah kata-kata yang ia dengar.

Itu suara milik Kaasan-nya memanggil nama gadis kecil bersurai merah jambu dengan teriakan nyaring membelah keheningan di antara tumbuhan bunga liar yang berjejeran acak mempercantik suasana alam hijau di bukit kota Konoha.

Gadis kecil bernama Sakura Haruno itu tersenyum kecilmembuat lengkungan manis tercetak jelas di bibirnya. Tak kala iris emerald-nya yang menyejukkan itu bergulir menatap punggung Kaasan-nya yang semakin menjauh.

Lalu dari kejauhan, diam-diam seorang bocah laki-laki yang kira-kira seumuran dengan Sakura, menatap dirinya dengan kagumtepat seulas senyum kecil terpatri di wajahnya yang tampan. Tak henti-hentinya sosok bocah misterius itu memperhatikan si gadis kecil dengan seksama, hingga tatapan mata emerald itu beralih menatap dirinya yang tengah diam-diam memperhatikannya.

Bocah laki-laki itu kini mendekat, mata onyx-nya melihat sesosok anak perempuan yang berumur sekitar tujuh tahun, dia terduduk di atas rerumputan hijau yang lembutterlindung di bawah pohon sakura yang besar, melindungi tubuh mungilnya dari sinarnya mentari sore yang kini masih begitu menyengat di musim semi.

"Hey, kamu kenapa bersembunyi?" sebuah suara lembut khas bocah laki-laki tampan terdengar mencoba memecah keheningan di bukit Konoha yang sepi pengunjung. Wajah imut miliknya tak hentinya menatap sang gadis kecil dengan penasaran, seraya tubuhnya ikut menyender di batang besar pohon sakura, tepat di samping gadis kecil itu berada.

"Aku sedang lari dari kaachan-ku." Gadis kecil bersurai pink itu menjawab, seiring telunjuk jari kecilnya ia tempatkan di depan bibirnya. "Jangan beritahu siapa-siapa yahh!" katanya sembari memperlihatkan senyuman manis kearah lawan bicaranyamembuat rona merah semerah tomat hadir menyelimuti pipi chubi bocah laki-laki itu. Bocah itu mengangguk singkat membalas perkataan gadis kecil yang diam-diam menarik perhatiannya.

"Lalu kenapa kamu melakukan itu?" rasa penasaran yang sangat besar membuat mata onyx itu kini bergulir menatap mata hijau klorofil milik Sakura denganagak malumeski rasa berdebar-debar hadir merasuki perasaan bocah tampan itu.

"Aku.." Gadis kecil itu menjeda omongannya sejenak seraya menundukkan wajahnya dengan sedih.

"benci saat minum obat. Pasti tadi kaachan mencariku karena harus meminum obat-obat itu lagi, makanya aku pergi kesini," Lanjut Sakura kecil dengan sedih. Membuat bocah lelaki tampan yang tengah terduduk di samping gadis kecil berambut bubble gum itu ikut merasa sedih. Meski baru pertama kali ini mereka bertemu tapi ada suatu perasaan kecil menghinggap dihati bocah laki-laki itu. Bahwa gadis itu tengah sedih. Bocah kecil itu kembali mengingat ucapan nyaring dari Kaasan-nya beberapa hari lalu, di kepalanya masih ingat jelas bahwaseseorang butuh teman saat sedih.

"Jangan sedih, mungkin kaachan-mu menyuruh kamu minum obat karena kamu sedang sakit. Terkadang aku juga disuruh kaachan agar minum obat saat sakit." Hibur bocah laki-laki itu menenangkan. Membuat perasaan nyaman hadir menyelimuti perasaan sang gadis kecil yang memiliki manik hijau yang tengah dirundung sedih.

"Hu'um!" angguk sang gadis cepatmembuat senyuman manis hadir dilengkungan bibir mungilnya. Dengan perasaannya yang kini kembali tenang. Lalu gadis itu pun mendongak, menatap mata onyx milik sang bocah tampan di sampingnya seraya berkata, "terima kasih, karena kamu mau menemaniku di sini. Jadi siapa namamu?" tanya gadis manis itu, masih dengan senyuman ramah tercetak jelas di bibirnya.

"Iya, namaku Uchiha Sasuke. Siapa namamu?" jawabnya singkat kemudian ia kembali melempar pertanyaan pada sosok di sampingnya dengan agak kikuk. Tak lupa dengan senyuman tipis ia menatap sang gadis kecil.

Gadis kecil itu kembali tersenyum. "Aku Sakura, Haruno Sakura!" balasnya kemudian.

"Umm, Sakura-chan tapi maukah kamu menjadi temanku?" dengan ragu-ragu Sasuke bertanya pada sosok di sampingnya, hatinya berdebar-debar menanti apa yang akan keluar dari bibir mungil Sakura nanti. Dengan bergegas Sasuke kecil melempar pandangannya ke arah lain, tak sanggup untuk menatap wajah manis Sakura sedetik lebih lama lagi.

Sakura tersenyum senang, matanya yang berkilauan menatap lawan bicaranya dengan polos. Kedua pipi menggemaskannya kini dihiasi semburat merahtak berbeda jauh dengan anak laki-laki di sampingnya.

"Aku mau Sasuke-chan, sekarang kita jadi teman kan?"

.

"Iya, janji jadi teman!"

Janji mereka berdua kini terikat dengan jari kelingking yang saling bertautan erat. Membuat suatu penyataan di Musim semi yang cerah, tepat di bawah pohon sakura yang besar. Membelai lembut perasaan di antara satu sama lain. Suatu ikatan yang tak pernah lepas yaitu...

.

tali persahabatan.

~oOo~

Musim semi, di mana bunga sakura yang indah saling berguguran. Memperlihatkan kepenjuru hamparan bukit hijau ditempat ini, bahwa kecantikan bunga sakura begitu cantik untuk dikagumi. Nampak seorang gadis berumur 16 tahun, terduduk menikmati angin sore yang berhembus pelan seolah bagai irama. Matanya yang indah itu menelusuri tiap-tiap inchi hijaunya bukit itu dengan kagum.

Gadis dengan manik emerald itu memegang sebuah kotak lusuh dalam genggamannya. Sudah tujuh tahun semenjak kotak ini tersimpan baik oleh gadis itu, menemani dirinya dikala kesendirian. Kotak kayu dengan aksen ukiran kecil menghiasi pinggiran kotak itu—memperindah dari karya pengrajin kotak tersebut. Tangannya yang kurus mengelus punggung dari kotak itu—dengan pelan.

Dirinya selalu ingat saat di mana kotak ini diberikan padanya, masih di bawah pohon sakura yang sama. Tapi sesuatu yang berbeda—tak ada lagi sosok dia yang seperti dulu menemaninya. Hanya tersisa jejak angin lalu dari anak laki-laki yang dulu sangat ia kagumi.

Kini Sakura berusaha tegar. Meski tak ayal air matanya sering terjatuh, tapi gadis itu tetap berusaha tersenyum. Senyum yang begitu sulit untuk diartikan. Dengan tiba-tiba gadis itu terbatuk kecil. "Uhuk.. uhuk.." Seketika darah segar itu merembes keluar dari bibirnya yang mungil, meninggalkan bercak merah dalam telapak tangannya. Mata beningnya mengalir tetes—demi—tetes cairan keluar dari pelupuk matanya.

"Sasuke, kapan kau akan kembali?" katanya parau, gadis itu mendongak menatap lautan biru muda yang bertengger apik dilangit dengan mata hijaunya, mengingat disaat pertama kali mereka bertemu.

Mungkin takdirlah yang mempertemukan keduanya..

.

.

Kamu tahu?

Saat kamu pergi, semuanya telah berubah. Kini aku berdiri sendirian. Tanpa bayangmu disisiku.

.

Gadis berambut soft pink itu menatap goresan langit dengan tatapan kagum, dengan sosok bocahikut duduk di sampingnya, menyender pada batang pohon sakura tepat di belakangnya.

Sasuke nama bocah laki-laki itu mencoba berdehem pelan, membuat sang gadismau tak maumenoleh pada Sasuke.

"Ahya, tadi apa yang ingin Sasuke bicarakan?" kata gadis berumur sembilan tahun itu, baru mengingat ada sesuatu yang Sasuke ingin katakan padanya, saat Sasuke tadi ingin mengajaknya untuk sekedar jalan-jalan keluar.

"Ada sesuatu..." Sasuke berujar pelan, sedikit kikuk dengan keadaan Sakura yang menatapnya dengan penasaran.

"Hemm~" gadis kecil itu merespon dengan menggumam pelan.

"Aku senang, karena aku akan bersama touchan lagi," kata Sasuke kecil, sebuah senyum tipis pun hadir di bibirnya. Tapi seketika wajahnya yang tadi bahagia kini berubah menjadi muram. "..tapi, aku akan pergi jauh Sakura," lanjutnya dengan sedih.

Sakura yang tadi senang pun kini berubah menjadi terdiam. Mata emerald-nya masih mencerna perkataan Sasuke di otaknya. "Sasuke-chan bohong kan?"

Sasuke menggeleng. "Aku tidak bohong, aku akan pergi menemui touchan," gumamnya pelan.

Sakura kecil itu menunduk sedih. Sesaat kemudian ia tersenyum. "Tak apa aku senang."

Sasuke menoleh pada Sakura dengan sedikit heran. "Benarkah?" tanya Sasuke mencoba meyakinkan pendengarannya.

"Hu'um, aku senang kalo Sasu-chan bisa bertemu touchan, Sasuke lagi. Itu tandanya aku turut bahagia karena Sasuke dapat berkumpul dengan keluarga Sasu-chan lagi," katanya dengan jujur. Dengan senyum tulus hadir menyelimuti bibir Sakura. Bocah berumur sembilan tahun itu terdiam, sejenak Sasuke terpana pada sosok di sampingnyaia tak tahu harus mendeskripsikan apa. Kemudian Sasuke tersenyum kecil. Helaian rambut hitam mencuatnya terbang mengalir diterpa angin. "Aku akan kembali secepatnya Saku- chan, aku janji akan kembali!"

"Sasu-chan harus selalu janji kan? tapi tidak lama bukan," ujar Sakura kecil.

"Iya aku akan kembali secepatnya, Sakura. Dan aku ingin Sakura mau menikah denganku saat sudah dewasa seperti touchan dan kaachan," kata Sasuke sedikit merona. Kemudian Sakura mengangguk singkat. wajahnya kini sama seperti Sasuke berseri dengan muka memerah tak kala ia mendengar penuturan Sasuke yang ingin menikahinya. Kini Sakura terdiam, terkadang di satu sisi ia sedih kalau Sasuke akan pergi dari Konoha secepatnya.

Sejenak Sakura mengernyit heran kearah Sasuke, sebuah kotak kayu kecil dengan ukiran di pinggir kotak itu terjulur kearahnyasiapa lagi kalau bukan Sasuke yang memberinya.

Sakura terdiam memperhatikan kotak itu. "Ini untukmu." kata Sasuke seraya memberi kotak kecil itu kearah Sakura.

"Ini untukku?" tanya Sakura bingung.

"Iya, simpanlah. Setelah aku kembali aku akan memintanya."

Gadis berambut soft pink itu mengangguk. "Aku akan menjaganya!" katanya berjanji.

"Berjanjilah, dan tunggulah aku di bawah pohon sakura ini, Sakura."

"Pasti Sasu-chan"

~oOo~

.

.

Hari telah cepat berlalu. Kini hari berganti memasuki musim dingin, hawa dingin menyisir lembut menerpa wajah cantik Sakura yang semakin hari semakin pucat. Gadis dengan surai merah jambu itu tersenyum kecil, goresan dari tinta hitam memberi kesan cantik pada buku kosong yang ada dalam gengamannya. Sakura selalu senang menulis sesuatu yang disukainya di dalam buku kecil berwarna biru itu. Tak pernah terlewat jari-jari manisnya menggoreskan sesuatu hal, meski terkadang sekedar coretan biasa.

.

.

Tuhan...

Aku selalu percaya pada sebuah harapan...

Hidup dalam batas ruang waktu yang tanpa batas...

Tapi hidupku singkat, serapuh gelas yang terlihat bening...

Aku selalu bermimpi, dapat menggampai impian tinggi yang ada dilangit bersama sang kupu-kupu...

tapi apa mungkin?

Sang bunga yang kini melemah, masih dapat meraihnya. Sementara sang kupu-kupu pergi mengarungi angkasa raya...

.

.

Tiba-tiba angin dingin menusuk tulang persendian Sakura. Mantel coklat yang dipakainya pun tak mampu melindungi tubuhnya dari dinginnya udara di Musim dingin. Langit begitu mendung karena hari ini salju tengah turun. Gadis yang memiliki iris emerald itu tetap duduk di bawah pohon sakura yang kini tak ada lagi guguran bunga sakura. Tangannya ia gosokkan perlahan mengurangi hawa dingin yang menusuk tubuhnya.

"Sakura, berhentilah." Sebuah suara mengiterupsi pendengaran gadis berambut soft pink itu. Sakura terdiam sejenak, tangannya yang tadi tengah menggosokkan telapak tangannya kini terhenti. Mata emerald-nya yang indah tanpa sebab berkaca-kaca. Masih tetap terpaku di tempatnya dengan wajahnya yang menunduk.

"Kumohon, jangan hidup seperti ini terus..." Lirih pemuda itu dengan pelan. Gadis beriris emerald hijau itu masih menundukkan wajahnya, matanya semakin memanas dengan bulir-bulir air menetes di pelupuknya. Gadis itu kini bergulir menatap pemuda itu secara langsung.

"Itu sudah keputusanku. Apa Sasori- nii tak pernah mempunyai harapan sedikitpun?" tanya Sakura pelan nyaris bagai sebuah bisikan

"Apa maksudmu?" tanyanya tak mengerti.

"Aku tak pernah ingin berhenti memutuskan suatu harapan terbesar, itulah mimpiku Sasori- nii. Menunggu sang kupu-kupu kembali berkepak, pada sang bunga yang semakin rapuh." katanya parau, Sakura tersenyum tulus, matanya memandang langit dengan jutaan impian selalu terbayang nyata di matanya.

Sasori pemuda dengan berambut merah itu terdiam, meresapi kata—demi—kata yang keluar dari bibir pucat milik Sakura. Ia gundah dengan pikirannya sendiri. Sasori harus akui, adik semata wayangnya—Sakura—tak pernah mau berhenti menunggu sesuatu. Hal yang tak akan mungkin terwujud. Tapi gadis itu tetap bersihkukuh mempertahankan harapannya.

"Begitukah... Apa kau tak pernah berfikir Sakura. Tak selamanya harapanmu itu akan menjadi nyata. Itu hanya ilusi, kebohongan belaka! kau bodoh, hanya menunggu sosoknya yang kau pun tak pernah tau apa dia akan kembali. Dan kau Sakura, hanya membuang waktu yang begitu berharga!"

Kini amarahnya membuncah, Sasori tak pernah berfikir bahwa barusan ia membentak Sakura. Hatinya panas, ia sedih tak ingin Sakura harus berdiam di sini terus menerus dengan bodohnya. Masih banyak hal yang diluar sana yang terlihat menyenangkan. Tapi Sakura, ia heran apa yang dipikirkan gadis berambut pink—adiknya. Sudah sembilan tahun lamanya Sakura masih selalu ketempat ini. Bukan tanpa alasan Sasori selalu mengkhawatirkan Sakura, ada sesuatu...

—gadis itu memiliki penyakit Leukimia akut.

Sakura memandang Sasori dengan senduh, "Aku tak pernah menyesal telah memilih ini. Aku pun juga tak pernah lelah meski harus menunggu beribu tahun. Dan Sasori- nii pernah tahu? Aku selalu senang berada di tempat ini. Rasanya aku bahagia menunggu sesuatu yang menjadi harapanku, aku tak pernah menyesal telah meninggalkan semua kebahagiaan di luar sana. Tempat ini sudah seperti impianku. Jadi kumohon biarkan aku menggampai harapan terakhirku." Kata Sakura dengan tersenyum getir, air matanya mengalir dengan deras. Sakura tak mengerti kenapa ia begitu cengeng. Gadis berumur 18 tahun itu menyeka air mata yang masih setia di pelupuk matanya dengan pelan.

Brukk...

Sasori tak tahu harus berkata apa. Serasa tubuhnya melemas seketika, ia masih diam berdiri terpaku, menatap wajah pucat Sakura yang tengah melihat langit dengan semilir angin menerbangkan helain rambut pink panjangnya. Ia sadar Sakura kuat karena harapannya. Dengan membuang segala keluh-kesah Sasori memeluk erat tubuh ringkih Sakura kedalam pelukannya. Rasanya ia memang harus mencoba—bahwa Sakura bersungguh-sungguh ingin menunggu Sasuke kembali...

—meski jiwa Sakura yang semakin lama semakin rapuh.

~oOo~

One months later...

Sudah sebulan lebih dengan sepuluh hari terhitung sejak hari di mana Sakura masih sehat. Di mana Sakura pergi keluar disaat salju turun di musim dingin. Tetap dalam pendiriannya gadis itu tetap keluar, pergi ke tempat di mana ia habiskan selalu di tempat itu—di bawah pohon sakura yang sama.

Tapi kini tak ada lagi senyum manis tersungging di bibirnya yang pucat. Gadis itu terbaring lemah—di ruangan yang serba putih. Dengan tindihan alat medis berada di sekitarnya. Tak ada lagi cahaya emerald indahnya yang tepancar menyejukkan. Sakura masih tak sadarkan diri setelah sebulan dirawat.

"Apa Sakura tak akan terbangun lagi?" tanya parau seorang ibu muda yang memiliki paras menawan—bernama Mebuki Haruno pada sang dokter di hadapannya, seraya menatap sang putri tercinta yang terbaring lemah dikasur. Suaranya begitu bergetar, dengan sesekali tangannya menutup bibirnya menahan isak tangis.

"Aku rasa iya, hanya kemungkinan berapa persen Sakura akan tersadar dari koma-nya. Tapi mungkin sesuatu harapan kecil akan membuatnya sadar. Maaf, aku sudah berusaha semampuku." Jawab dokter cantik yang terlihat awet muda itu—setelahnya kemudian ia pergi meninggalkan Mebuki yang menangis terseduh bersama Sasori.

Dalam pikiran Sakura, gadis itu terhanyut sesaaat. Sebelum cahaya yang begitu silau nampak ada di hadapannya. Ia tak tahu di mana sekarang ia berada. Sakura tetap berjalan entah di mana, dan sampailah ia di tempat yang sangat ia ketahuiitu pohon sakura yang sama. Langkahnya semakin mendekati pohon besar itu dan juga menduduki dirinya disitu.

"Sakura..." Suara berat seseorang tiba-tiba mengalun dengan lembut. Memanggil seorang gadis manis berambut soft pink ituyang tengah menyender pada pohon sakura.

Serasa Deja vu Sakura merasa tahu suara itu. Dengan slow motion gadis itu memutar arah pandangannya. Air mata nan bening itu meluncur dengan deras, keluar dari kedua bola mata hijaunya yang menyejukkan. Gadis itu terpaku, tak percaya apa yang kini ia lihat.

itu Sasuke.

Sasuke yang selama ini ia tunggu...

Sasuke yang menjadi orang selalu dirindukan Sakura...

Sasuke yang selalu ia cintai...

berdiri dengan tubuh tegap di sana, dan itu memang benar dia. Sakura menangis dengan sesenggukan, harapan terbesar apa yang ia harapkan kini terwujud. Dengan berlari di hamparan hijau. Sakura kini berlari kencang menghampiri satu-satunya sosok pemuda yang berdiri di sana.

"Kau... benar-benar kembali, Sasuke- kun!" pekik Sakura seraya mengeratkan pelukannya pada tubuh tegap Sasuke. Sakura menangismembuang keluh-kesah yang menghampiri kesehariannya. Pertahanannya pun kini runtuh seiring sosok pemuda bernama Sasuke yang berada dalam pelukannya.

"Hn, aku kembali Sakura..." Katanya dengan seiring waktu pelukan itu semakin mengendur. Membuat Sakura merasa bingung menatap sosok sasuke yang lambat laun menjauhi dirinya.

.

.

"Sasuke..." Setetes air mata bening itu keluar dari ekor mata sang gadis yang tengah tertidur. Semua penghuni yang ada dalam ruangan putih itu menarik nafas serasa bagai tercekat, gadis yang memiliki rambut soft pink yang dipenuhi dengan alat medis di sisinya baru saja bersuara—menandakan tanda-tanda kesadaran dalam dirinya.

Sosok yang tengah duduk di sofa dengan berpangku kedua tanganya, terbangun dari duduknya. Kemudian melangkahkan kakinya mendekati Sakura yang terbaring lemah. Sosoknya secara langsung menggenggam tangan kurus milik Sakura. Ia menggenggam tangan milik Sakura dengan hati-hati, kemudian mencium punggung tangan yang pucat itu.

"Aku kembali Sakura, memenuhi janji kita. Apa kau merindukanku? kalau iya, kumohon..." jeda sejenak. "—Cepat sadarlah peri cintaku..." Lanjutnya dengan lirih. Tanpa perlu dibendung lagi setetes air mata keluar dari mata onyx-nya. Ia tak pernah sekalipun untuk menangis. Tapi kini berbeda, karena sosok Sakura hatinya menjerit pilu menatap gadis yang sangat ia cintai kini tergolek dengan lemah.

TBC~

.

.

.

A/N:

Halooo, ketemu aku lagi. Oke, setelah lama bermeditasi di dunia asli(?) aku akhirnya kmbali jadi diriku yg kedua #ngaco

sbetulnya nih fic udh lama kubuat. tapi yah you know. klo itu aku orang nya agak gk pede buat publish nih fic. tapi dengan tampng nekat akhirnya ku publish gara2 ngeliat author lain udh pada bikin cerita baru. dan aku slah stunya yg gak mau kalah dong. jiahaha #jadi ceritanya dia ikut2an doang.

dan utk ide diatas mngkin udh mainstream kali yah. tapi aku bakal buat yg beda. jd jangan nyesel baca fic ku ini. hehehe :P

akhir kata, REVIEW? :D