Standard disclaimer applied.
Non-profit content.
Ini masih jam enam pagi, tapi semua orang di sini sudah sibuk, terburu-buru, dikejar waktu. Uchiha Sasuke hanya melihat mereka dengan malas. Dan ia lebih malas lagi saat sadar ia menjadi bagian dari mereka.
Haah. Ia menghela napas.
Ia ada di sisi luar penerbangan non-domestik. Di belakangnya ada kaca besar yang membatasi gedung dengan jalanan di luar. Ia hanya berdiri di sana. Tegap, menanti dengan sabar meski wajahnya kusut sehabis bangun tidur. Sasuke yang bosan menoleh ke kiri dan kanan, lehernya sedikit mengeluarkan bunyi klek. Ia menghela napas lagi, penantiannya kali ini benar-benar membuatnya kesal.
"Selamat pagi!"
Lima belas menit kemudian orang yang ia tunggu sudah datang, sekitar 11 kaki dari tempatnya, menyeringai, puas melihat wajah bete Sasuke. Sialan! Wanita itu berdiri di sana, tersenyum dan melambaikan tangan. Lalu ia bergegas, sedikit berlari ke arah Sasuke dan langsung menubruknya dengan pelukan.
Sasuke sedikit meringis, kaget bercampur malu dan perasan nyeri karena dipeluk terlalu erat. Namun Sasuke tetap membalas pelukannya. Dan menggumamkan kata lama saat ingat ia sedang kesal. Wanita itu hanya terkekeh menanggapinya.
Oh, Sasuke tahu betapa ia dan wanita ini saling merindu. Karena kedua lengan mereka saling mengait ke tubuh: nyaman, hangat.
"Kau merindukanku."
Pluk.
Mungkin karena tingkat kepercayaan dirinya atau saking gelinya, sampai-sampai Sasuke mengucapkan hal itu -dan langsung dibalas timpukan tas-.
"Narsis."
"Tapi kau menyukaiku."
Wanita itu terkekeh. "Aku mencintaimu. Bahkan sebelum kau lahir. "
Aku tahu, Uchiha Sakura.
