Ummm, hai?

Hei?

Eh, well, kalian ga ngucap 'welcome' nih ke gue? Uhuhu~ #plaaaaks

Ehehe, sebenernya udah dari dulu banget kepicut sama Yu-Gi-Oh! Dari duluuuuuuuuuuuuuuu buanget! Ehm, kalo ga salah sih dari tahun 2004 ya? Iya, 2004 trus sampe sekarang deh. Sayangnya mulai dari 2007-an udah gatau lagi gimana kabar Yu-Gi-Oh alias lost contact lah (alesan ilah lu-_-vvv). Yeah, intinya aku udah sejak lama pengen nulis fanfic tentang Yu-Gi-Oh...dan akhirnya sekarang kesampean!

First fiction on Yu-Gi-Oh! Fandom~ *gananyaaaaaaaaaaaaaa* #pundung

Disclaimer: Kazuki Takahashi. Dia yang punya chara sama plot asli. Aku? Hiaaaaaaaa cuman sekedar pinjem buat berfantasi ria saja~~~

Pairing: RivalShipping! Rival Shipping! RivalShipping! Eaeaea— bener ga sih? *sotoy* ehem gini deh kan biasanya RivalShipping buat SetoXYuugi, tapi kali ini aku buat si Atem-nya~ kan sama rivalnyaaah~ *pasang muka innocent* Maksudnya Seto Kaiba X Yami Yuugi— Atem— atau disini aku jadiin namanya Atem Motou gitu~

Rate: Teens? Yeay, Teens! Akankah rate ini berpindah? Huooooo stay tune, dude :P

Genre: Romance, Drama, Hurt/Comfort, Angst, Family. Bloody Paraoh, Its my first Hurt/Comfort and Angst's fic! Wish me luck to make you feel the sense!

Warnings: Boys Love, OOC, typo(s)— Fantasi dan imajinasi author mengambil posisi dominan dalam fic ini. CMIIW (Correct Me If I'm Wrong), guys!

A/N: Disini aku buat pake setting kota Jepang asli— bukan seperti di Yu-Gi-Oh tapi yang bener-bener Jepang. (ya meskipun ga pure Jepang banget sih hehe—tapi intinya settingnya Jepang dan isinya(:?) )

.

DUN LIKE DUN READ! GET IT, RITE?

YOU CAN CLICK 'BACK' BUTTON IF YOU UNDERSTANDITS MEAN YOU DUN LIKE TO READ

,

,

,

The Violet Sunshine

Chapter 1:

Storm at The Sea of Their Happiness

.

Entah sudah berapa lama Atem duduk di bangku taman kota namun yang jelas ia ingat sekali ia sedang menunggu seseorang. Ya, seseorang—lebih tepatnya seorang yang sangat penting baginya. Huh— jangan tanya kenapa dan siapa atau apa urusan Atem—yang terkenal paling tidak sabaran mau menunggu seseorang sampai bosan walau Atem tetap terlihat kalem dan tenang. Setidaknya untuk saat ini— untuk orang ini, ia masih mencoba untuk tidak pergi dan bersabar menunggu.

Sedari tadi ia menjadi pusat perhatian bagi sebagian besar orang yang berada di taman. Bagaimana tidak dengan wajah manis yang tentunya juga imut, ekspresi santai dan kalem lalu juga perawakannya yang mungil membuatnya tampak begitu mengagumkan. Begitu pula kaos yang lumayan longgar berwarna abu-abu gelap bertuliskan "S.K's" dan celana khaki berwarna hitam yang makin membuatnya menawan. Bukannya tak sadar akan pandangan sebagian orang padanya, Atem tetap terlihat stay cool dan terkesan cuek walau dalam hati jelas, ia dongkol luar biasa.

Mengabaikan berbagai pandangan orang, ia lebih memilih menikmati udara pagi itu. Aroma sejuk dari udara yang ada di taman benar-benar masih terasa segar. Atem bisa merasakan rambutnya tergerak perlahan saat angin-angin nakal meniup-niup lembut helaian rambutnya yang ber-hi lite unik itu. Sejenak, ia bisa merasakan kenyamanan tiada tara saat keheningan total nan menentramkan menyelubungi seluruh jiwa dan raganya. Ia benar-benar menyukai keadaan seperti ini. Ia seolah bebas dan seluruh penat ataupun rasa kesal yang sempat ia rasakan menghilang entah kemana.

Seolah ia lupa ia sedang ada janji—

Good, Bloody Paraoh! Ia baru saja ingat apa yang menjadi tujuannya— dan itu cukup membuyarkan semua fantasi tentramnya tadi.

Sebenarnya ia sedang ada janji dengan seseorang. Sayangnya, sampai sekarang orang yang ditunggu dan sudah sejak seminggu lamanya diwanti-wanti akan janji ini tak kunjung datang. Aneh, jelas mengingat orang itu tak pernah mengingkari apa yang ia janjikan.

Ada apa sebenarnya?

Apa dia lupa?

Apa dia sengaja membatalkan janji ini? Tapi mengapa dia tak mengatakannya pada Atem terlebih dahulu?

Apa...? Berbagai pertanyaan bermunculan dalam otaknya namun tetap saja ia belum bisa memastikan apa jawaban dari semua itu.

"Kakak?"

Sapaan itu membuat Atem tersadar dari lamunannya. Suara yang menyapanya itu sungguh tak asing baginya. Ia berbalik dan mendapati adik kandungnya, Yuugi Moutou— Yuugi menenteng sekitar 2 kantong belanjaan yang berukuran cukup besar pada dua tangannya. Adik kembarnya mempunyai wajah yang nyaris persis— identik dari segi manapun kecuali mungkin Yuugi masih terlihat seperti berwajah anak kecil yang baru beranjak remaja walau malah dia sering bersikap keibuan.

Yuugi memakai baju turtleneck dengan lengan pendek yang makin menunjukkan lekuk tubuhnya beserta celana pendek sepaha yang membuat paha putih mulus miliknya terekspos bebas. Tentunya hal itu tak luput dari tatapan mesum beberapa orang yang melihat adik kembarnya itu. Melihat hal ini rasanya Atem ingin sekali membunuh satu-persatu orang yang melayangkan pandangan-pandangan mesum tersebut. Namun tetap saja disini adiknya yang salah, kenapa memakai pakaian seperti itu saat keluar rumah? Apa dia tidak memperhitungkan berapa persen kemungkinan ia bisa pulang ke rumah dengan selamat? Dasar polos!

"Yuugi? Habis belanja ya?". Ia mencoba untuk mengesampingkan masalah pakaian adiknya saat melihatnya keberatan membawa belanjaan.

"Oh ini? Uuum ya, bahan makanan di rumah habis. Lagipula aku juga ingin memasak untuk Katsuya, kasihan dia baru pulang tadi malam." Yuugi memutuskan untuk ikut duduk di sebelah Atem. Diletakkannya kantong belanjaan itu di sisi kirinya.

"Oh yeah, urusi saja kekasihmu, adik kecil. Jangan urusi kakakmu yang sudah tua ini." cibir Atem saat melihat ekspresi Yuugi yang bersemangat membicarakan soal kekasihnya, Katsuya Jounouchi.

"Atem! Kita ini kembar tau! Kalau aku muda berarti kau juga! Hah dasar kau ini!" elak Yuugi. Terkadang Atem yang dewasa sekalipun juga bisa terkesan sangat kekanakan. "Kau...sudah bertemu Seto?"

Ekpresi Atem yang tadinya jahil kini berubah total menjadi muram. Ah ya, ia ingat lagi kalau seharusnya ia ada di sini untuk bertemu dan membicarakan hal yang penting dengan Seto.

Seto?

Ya, Seto Kaiba.

Seorang pengusaha muda paling sukses beberapa tahun belakangan ini dan sekaligus merupakan CEO perusahaan yang merajahi dunia visual dan teknologi— Kaiba Corp. Seorang lelaki tampan berparas adonis dengan tubuh tinggi tegap yang gagah serta perangainya yang arogan malah menambah kesan tersendiri bagi kaum hawa bahkan kaum adam sekalipun— ehem ya dalam kasus ini seperti para uke misalnya. Tak hanya itu, dengan kekayaan melimpah yang terjamin sampai tujuh turunan serta kejeniusannya tentunya makin menyempurnakan image seorang Seto Kaiba.

Sayangnya semua orang yang tertarik dan berniat mendekatinya harus terpaksa mundur karena pujaan hati mereka telah memiliki seorang kekasih. Atem Motou, seorang raja duelist dari Duel Card—yang juga merupakan sebuah permainan buatan Kaiba Corp. sendiri adalah kekasih dari pengusaha muda terkaya itu. Hubungan yang sudah terjalin sekitar 3 tahun itu masih tetap berjalan seperti dulu. Ya walau terkadang mereka bertengkar ataupun saat ada yang terbakar api cemburu melihat salah satu dari mereka berdekatan dengan orang lain. Lagipula juga bukan hanya Seto, Atem dengan predikat raja duelist yang terkenal sampai ke seluruh penjuru dunia, siapa yang tak mau dengan Motou sulung itu?

Ya memang dulu mereka adalah sepasang rival yang selalu bersaing dan tak pernah ada yang mau mengalah. Namun, bukankah cinta itu adalah salah satu bentuk dari keajaiban? Mungkin saja karena intensitas pertemuan, perdebatan bahkan pertandingan duel yang makin sering membuat keduanya merasa saling melengkapi dan terbiasa bersama. Tak ayal pula hal itu mampu menjerat keduanya dalam pesona sebuah kata sakral yang indah namun juga menyiksa di saat yang sama, cinta.

Lalu, untungnya sampai sekarang hubungan mereka masih hangat-hangat saja tanpa ada masalah meskipun akhir-akhir ini mereka jarang bertemu karena kesibukan Seto yang makin sibuk karena banyaknya meeting maupun inspeksi ke cabang-cabang perusahaannya. Tentunya sebagai kekasih, Atem sudah tebiasa dan sebisanya mendukung serta menyemangati lelaki tampan itu.

Terakhir kali mereka bertemu adalah kemarin malam saat acara peresmian Rumah Sakit Pegasus milik Pegasus Maximilion yang merupakan kakek dari Anzu Mazaki— sahabat baik Atem dan Yuugi sekaligus kekasih dari sahabat mereka yang lain, Ryuji Otogi. Dan jujur, meskipun mereka sudah melepas rindu semalaman penuh, entah kenapa bagi Atem itu sama sekali belum cukup. Apalagi tak lama setelah ini, ia akan pergi jauh— yang masih dipikirkan akan jadi pergi atau tidak. Dan juga...ia ingin merayakan hari jadi mereka yang ke 4 tahun—jatuh tepat pada hari ini.

Dan sekarang pun saat ia menunggu Seto, dia tak kunjung datang.

Mencoba bersikap wajar, ia berusaha menepis segala prasangka— terutama buruk— yang ada. "Belum. Aku sudah menunggunya daritadi tapi dia belum juga datang. Apa mungkin dia lupa?" lirihnya sendu. Ia menunduk— mencoba menyembunyikan ekspresi sedihnya dari sang adik kembar.

Mendengar suara lirih kakaknya membuat Yuugi merasa ikut bersedih. Atem memang bukan orang yang cengeng dan mudah terbawa suasana—terlebih untuk urusan percintaan yang dahulu dianggapnya sangat tidak penting, namun Yuugi yakin bahwa saat ini Atem yang ada di sebelahnya ini benar-benar Atem yang lain. His other side. His bloody-mellow side. Dan Yuugi merasa Atem terlihat sangat hidup jika menyangkut soal Seto.

"Ayo pulang dulu kakak. Kau kan sudah menunggu di sini sejak pagi. Sudah siang nih! Kirimlah pesan pada Seto untuk membatalkan janji kalian. Aku yakin kau belum makan, kan?" usul Yuugi.

Mendengar perkataan adiknya, Atem mendongak dan segera menjawab, "Tapi, aku mau menunggunya sebentar lagi, Yuugi. Nanti aku akan makan dengannya saja ya. Aku—"

"Tak ada tapi-tapian, Atem." potong Yuugi cepat. "Ayo! Lagipula kau harus membantuku dan Katsuya untuk berkemas. Kau sudah janji kan?" rayu Yuugi dengan jurus puppy eyes andalannya—yang tentunya akan membuat sang kakak menurut seketika.

Dan benar saja, Atem memang tak bisa untuk tak menuruti kemauan adiknya yang suka menagih janji sembarangan itu. "Ya ya baiklah. Ayo!"

"Nah begitu dong daritadi!"

Yuugi segera bergegas membawa barang belanjaannya disusul Atem yang sedikit kewalahan untuk membantu sang adik membawa belanjaannya. Namun melihat Yuugi yang bersemangat membuatnya mendadak ikut terkena aura cerah dari sang adik. Dengan cepat diambilnya ponsel hitam dengan colour-shadow kemerahan di setiap sisinya. Ia mencoba mengikuti saran Yuugi untuk membatalkan janjinya dengan Seto. Mungkin saja Seto juga ada acara penting hari ini, batinnya.

"Nii-san! Ayo!"

Mendengar seruan Yuugi yang sudah lumayan jauh di depannya, membuat Atem menyadari bahwa ia sudah tertinggal cukup jauh. "Ya! Sebentar!". Mengabaikan kikikan Yuugi saat melihatnya yang seperti keberatan belanjaan, pikiran Atem serasa mengawang. Seolah ada sebuah rasa kalut yang menyelubungi hati kecilnya. Seto... Ada apa sebenarnya?

To: Blue Ice White DragonSeto

Maaf, aku harus membatalkan janji kita hari ini.

Hei, aku sudah menunggumu sejak tadi tapi kau tak kunjung datang. Ada apa? Apa kerjaanmu menumpuk lagi, Tuan Muda? Haha kau harus semangat kalau begitu! Sudah dulu ya! Hubungi aku saat kau senggang, Seto.

Love,

Dark MagicianAtem.

.

Storm at The Sea of Their Happiness

.

Flashback

at Kaiba Manor

on last night at 11 pm. after Graduation Party of Pegasus' Hospital

Dibalik sepasang jendela yang terbuka cukup lebar itu, terlihat seorang pemuda mungil berkulit putih bersih yang sedang tertidur pulas di sebuah kasur mewah. Kulit putihnya berkilau indah saat terkena pantulan sang rembulan. Sesekali ia bergerak kecil ke kanan dan ke kiri seakan terkesan tak nyaman. Ia bingung saat dirasa tak ada lengan kekar yang selalu melingkari pinggang rampingnya posesif— atau dada bidang nan hangat bahkan aroma maskulin bercampur wewangian lemon yang khas tak tercium sama sekali. Lalu, ia mencoba meraba sisi kanan dan kirinya, mencoba mencari seseorang yang biasanya tetap ada disampingnya meskipun ia tertidur.

Hasilnya, nihil. Tak ada satu orang pun didekatnya. Sendiri. Atem sendirian di atas kasur mewah itu.

Atem mencoba membuka matanya perlahan. Ia mengerjapkan iris delima cemerlang miliknya agar terbiasa dengan cahaya bulan yang menerobos pada ruang kosong dari jendela yang terbuka lebar tepat di sisi kasur tempatnya tidur. Sekejap hawa dingin milik udara malam langsung menyergap tubuhnya yang polos dan hanya terbalut sebuah selimut besar yang tipis namun cukup hangat. Mencoba mengabaikan rasa sakit di bagian bawah tubuhnya akibat aktifitasnya dengan sang kekasih tadi, ia beranjak duduk meskipun rasanya benar-benar tak nyaman.

Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar milik Seto namun tak jua mendapati kehadiran kekasihnya itu. Ia melihat ke arah jam klasik yang berada di tengah kamar. 11.00 pm. Baru tiga jam yang lalu saat ia dibawa kabur oleh sang kekasih untuk saling melepas rindu. Dan ya— akhirnya ia pun tertidur saking kelelahannya karena harus menghadapi Seto yang entah kenapa terkesan lebih 'liar' dan 'buas' daripada biasanya. Namun toh ia juga menikmatinya. Ah pipinya bersemu kemerahan mengingat 'aktifitas pelepas rindu' mereka tadi.

"Kau sudah bangun, hmm, Hime?"

Suara baritone jernih itu berhasil membuat pipi milik Atem makin berwarna kemerahan. Ia sangat mengenal siapa pemilik suara itu. Di lihatnya Seto baru saja keluar dari kamar mandi hanya dengan memakai sebuah handuk yang melilit di pinggangnya. Rambut cokelat mudanya masih basah karena air menjadi berantakan dan jauh dari kesan rapi yang biasanya melekat pada CEO muda tersebut.

Tetes-tetes air masih menempel pada tubuh berototnya yang malah membuat Seto terlihat seksi dan...berbahaya. Hell yea, and now, he's totally hot with his 'badboy' style~. Mau tak mau Atem merasa suhu ruangan mendadak panas seolah AC besar yang ada disana hanya sebagai pajangan saja.

Melihat reaksi Atem yang benar-benar manis, tentunya membuat Seto merasa beruntung bisa memiliki pemuda mungil itu. "Bisakah kau hilangkan rona merah di pipimu, Atem? Kau membuatku jadi lapar lagi dan tak sabar untuk memakanmu." godanya sambil mengeringkan rambut basahnya dengan handuk kecil dan berjalan menuju sang kekasih —yang wajahnya masih memerah padam— di kasur mewahnya.

"Hentikan itu, Seto. Kau membuatku malu tau!" desis Atem sembari menutupi wajahnya dengan selimut. Ia mencoba melempar beberapa bantal yang ada didekatnya ke arah Seto namun sayangnya tak ada yang mengenai sasaran. Melihat ini tawa renyah meluncur dari bibir Kaiba sulung itu.

"Ayolah Atem, aku hanya bercanda." ujarnya.

Sedang Atem hanya bisa memutar bola matanya, sebal. "Oh ya besok temui aku di taman ya! Jam 8 tepat! Ada hal penting yang mau aku bicarakan." katanya saat Seto sudah mendekat ke arahnya dan duduk di pinggir kasur.

"Hmm, apa?" dibawanya Atem ke dalam dekapan hangat miliknya dan diciuminya rambut hitam ber-hi lite pirang serta ungu dan merah milik kakak kembar Yuugi itu. Mata biru lazuli miliknya mengerling sedikit saat menatap lurus ke arah Atemnya. "Kenapa tidak cerita sekarang saja?"

"Tidak asik tau! Tidak bisa jadi kejutan~"

"Baiklah. Semoga saja jadwalku senggang besok." Tiba-tiba Seto bangkit dan membereskan pakaian mereka yang teronggok begitu saja di lantai kamar. "Mandi dulu, Atem. Setelah itu aku akan mengantarmu pulang." jelas Seto ingat kebiasaan Atem yang tak bisa tidur di ranjang yang sama karena terbangun di tengah malam. Selain itu Seto tak akan membiarkan kekasihnya pulang sendirian selarut ini meskipun Atem jago beladiri, tentu saja tak menutup kemungkinan akan ada yang menyerangnya.

Posesif. Mungkin terdengar aneh jika kata posesif di hubungkan dengan Seto yang terkenal acuh dan dingin. Sayangnya hal itu memang akan sangat mungkin juga berhubungan dengan seorang Atem Motou. Adanya Seto memang tak mau miliknya— yang sudah di klaim sekitar 3 tahun—dan mendekati 4 tahun— itu di sentuh oleh orang lain. Miliknya adalah mutlak. Ya, Atem Motou adalah milik mutlak seorang Seto Kaiba.

"Huu! Bagaimana bisa mandi jika jalan saja tidak bisa..." jawab Atem sebal. Setali tiga uang dengan Seto, Atem pun hanya akan mengeluarkan sisi manja dan kekanakannya pada Seto. Hanya untuk Seto Kaiba, bukan yang lain.

Tanpa diduga, tubuhnya sudah terbalut rapi dengan selimut ranjangnya tadi serta serasa melayang dan ringan. Ternyata Atem sudah tak lagi berada di atas ranjang namun dalam gendongan Seto. Menyadari hal ini kontan pipi Atem memarah kembali bahkan lebih parah dari yang tadi. Memang ia sudah terbiasa dengan posisi ini tapi kan tetap saja...uuuh~ "Seto! Turunkan aku! Aaaa kau ini mau apa, hah?"

"Menggendongmu ke kamar mandi. Kau bilang tak bisa berjalan kan?" jawab Seto enteng.

"Ta-tapi ka-kan tak usah seperti ini—"

"Anggap saja ini sebagai permintaan maafku karena aku sudah kelepasan tadi."

Hati Atem berdesir tenang saat gendongan Seto padanya semakin erat. Seolah mencoba melindungi dan membuktikan seberapa besar rasa yang ditawarkan CEO Kaiba Corp. itu padanya. Seto memang bukan orang yang puitis atau pujangga dengan berjuta-juta kata-kata yang bisa menusuk ke relung hati dengan indahnya. Tetapi ia adalah Seto Kaiba, Setonya, seseorang yang lebih sering menunjukkan sesuatu yang dirasakannya ketimbang mengumbar kata hanya untuk menggambarkannya.

Menuruti hati kecilnya, Atem mengalungkan tangannya pada leher Seto dan lebih menyamankan dirinya dalam gendongan sang kekasih. Di pikirannya sudah terbayang apa saja yang ia ia rencanakan dan akan ia lakukan bersama Seto saat Anniversary 4th mereka besok. Setidaknya, ia tak perlu ragu untuk bersama Seto Kaiba sejauh ini.

Karena hanya bersamanya, seorang Atem Moutou merasa sangat aman dan dicintai dengan sepenuh hati.

End of Flashback

.

Storm at The Sea of Their Happiness

.

"Atem?"

"Mmmh— eh?"

Seolah tersadar dari lamunannya, Atem terlonjak kaget dari sofa tempatnya duduk. Sejenak ia menghela nafas panjang dan mencoba menetralkan nafasnya. Ia mendapati Katsuya Jounouchi, sahabat sekaligus kekasih adik kembarnya sedang menatapnya khawatir sambil membawa sebuah kardus berukuran sedang.

Semula rumah besar peninggalan milik kedua almarhum orang tua Atem dan Yuugi tersebut hanya ditempati oleh mereka berdua, tepatnya saat mereka masih berumur 14 tahun. Namun sejak beberapa tahun yang lalu saat Jounouchi resmi menjadi kekasih Yuugi, dia memutuskan pindah dan tinggal bersama saudara kembar itu. Tentu saja dengan syarat dari Atem untuk Yuugi dan Jounouchi tidak tinggal sekamar. Ya tahulah, hormon masa muda~. Berbeda dengan saat Atem dan Seto menjalin hubungan, Seto yang punya tanggungan besar sebagai Tuan Muda Keluarga Kaiba tentunya dilarang untuk meninggalkan Kaiba Manor.

Dan saat ini, nenek, ibu dan adik perempuan Jounouchi, Shizuka Jounouchi sedang berada di Desa Koyota, sebuah desa yang jauh dari keramaian kota dan masih terjamin kebersihan alamnya, untuk berlibur dan menetap sementara di sana. Tentu saja Jounouchi juga diajak ikut serta— yang untungnya pekerjaannya sebagai Mentor Duel Card tidak terlalu menyita waktu sehingga bisa meminta cuti beberapa bulan. Mereka juga mengundang Atem dan Yuugi untuk bergabung. Yuugi jelas sangat senang dan langsung menerima undangan itu karena dia memang sedang bosan dengan suasana monoton kota Jepang. Imbasnya Atem pun mau tak mau juga harus ikut.

Alhasil sekarang mereka sedang bersiap meskipun keberangkatan mereka baru jam 8 malam nanti.

"Uh hai, Joe! Ah maaf sepertinya aku ketiduran. Oke akan kubantu mengangkat barang lain. Masih ada kan di belakang?" ujarnya sambil tersenyum kecil.

"Tidak perlu. Kau terlihat pucat, Atem. Sudah istirahat saja. Biar aku dan Yuugi yang mengurusnya." Sejujurnya, Jounouchi merasa sedikit aneh melihat Atem yang ada dihadapannya itu. Ia tahu mungkin Atem sedikit kecewa karena sejak tadi pagi sampai sore menjelang malam ini Jamur Coklat (julukan dari Jounouchi untuk Seto) belum menghubunginya. Mendengar cerita dari Yuugi tentang Jamur Coklat yang tidak menepati janji dan membuat sedih sahabat terbaiknya, membuat Jounouchi ingin mengahjarnya sampai babak belur. Awas saja jika Jamur itu berani menyakiti Atem!

"Ya, Katsuya benar, kakak. Nanti malam aku akan membangunkanmu 1 jam sebelum berangkat." sahut Yuugi dari arah dapur yang sepertinya sedang menyiapkan makan malam.

"Entahlah, Yuugi. Aku tidak yakin akan ikut pindah. Kau tau, aku—"

"Ambil ini." Tiba-tiba Yuugi sudah berada di depan Atem dan menyerahkan sebuah kotak bekal makanan berukuran sedang. Sebelum Atem bertanya lebih jauh, Yuugi melanjutkan perkataannya, "Berikan itu pada Seto, Atem. Setidaknya kau sudah mengucapkan sampai jumpa padanya kan? Paksa saja dia ikut, kalau perlu." Yuugi terkikik kecil. "Sekarang masih jam setengah 7 malam. Aku yakin dia masih di kantor. Cepat sana berikan!"

Melihat perlakuan Yuugi, Jounouchi segera merangkul bahu kecil kekasihnya itu, terkekeh pelan. "Yuugi benar, Atem. Setidaknya kau harus berpamitan padanya. Cepat sana! Mungkin saja kan pekerjaannya menumpuk daritadi sehingga dia tak sempat menghubungimu lewat— apapun?"

Atem benar-benar merasa senang dan terharu atas dukungan dari kedua orang yang paling berarti dalam hidupnya selain Seto, tentu saja. Ia mengangguk antusias sebelum berpamitan pada keduanya lalu bergegas menuju kantor pusat Kaiba Corp. yang ada di tengah kota.

.

Storm at The Sea of Their Happiness

.

Saat memasuki gedung Kaiba Corp. semua mata langsung tertuju pada Atem. Tentunya sudah bukan merupakan rahasia lagi bahwa Atem Motou— sang raja Duel Crad pertama adalah kekasih CEO dari perusahaan itu sendiri. Mulanya semua orang mengira Atem adalah pribadi yang dingin dan arogan layaknya yang kekasih, namun ternyata semua spekulasi mereka sangat bertentangan dengan kenyataan yang ada. Meskipun bukan orang yang sangat ramah, setidaknya ia baik dan murah senyum pada siapapun yang menyapanya. Hal itu membuat semua karyawan yang ada di Kaiba Corp. sangat mengagumi sosok pemuda mungil itu.

Bahkan sesekali terdengar sapaan seperti:

"Malam, Tuan Motou!"

"Hallo, Atem Motou!"

"Oh hai, King of Duel Card, Atem!"

Dan hampir semuanya dibalas dengan senyum tulus oleh Atem.

Tak terasa ia telah sampai di ruang kerja Seto di lantai tertinggi. Ketika ia akan menuju ke ruang kekasihnya, Milka, sekertaris Seto menyapanya terlebih dahulu. "Selamat malam, Tuan Motou!" ujarnya sambil membungkuk hormat khas Jepang.

"Ah tak usah terlalu formal, Milka-san." Atem mengibaskan tangannya, tertawa pelan. "Panggil saja aku Atem seperti saat di luar kantor." Kata Atem sambil tersenyum manis.

Melihat senyum Atem membuat muka Milka memanas seketika. Jantungnya berdegup kencang saking gugupnya. Hah andai saja Atem bukan kekasih Tuan Kaiba, pasti akan ku pacari dia!, teriak batin Milka. "Emm— Ya, A-ate-atem. Oh apa anda ingin menemui Tuan Kaiba?"

Seolah teringat akan rencananya yang hampir terlupa, Atem segera mengangguk dengan semangat. "Ya! Dia ada di ruangannya kan?"

"Tentu. Tapi Tuan Kaiba sedang ada tamu."

Atem mengernyitkan dahinya mendengar jawaban dari Milka. Tamu? Siapa? "Tamu? Siapa namanya, Milka-san?"

"Saya juga tidak tau, Atem. Dia seorang wanita. Dia hanya bilang bahwa dia adalah teman lama Tuan Kaiba dan sudah ada janji. Tuan Kaiba juga mengiyakan perkataan wanita tersebut. Jadi saya hanya mempersilahkannya masuk."

Wanita? Teman lama Setoseorang wanita? Tapi kenapa dia tak pernah menceritakannya padaku? Ada setitik api cemburu yang sudah terbakar di dalam hati Atem. Dan entah kenapa ia kurang suka dengan pada firasat dan pemikirannya saat ini.

Masih ingat dengan ajaran tata krama, Atem mengucapkan terima kasih pada sekertaris sang kekasih dan berjalan perlahan, mencoba menghilangkan suara langkah kakinya sampai ke depan pintu ruangan Seto. Sayup-sayup terdengar suara aneh dari balik pintu ruangan Seto. Memberanikan diri, Atem menenempelkan kupingnya pada pintu agar suara yang samar-samar itu pun bisa terdengar dari luar. Terutama mengingat ruangan Seto yang telah diberi dinding kedap suara.

"Mmm... Nng... Set... Setoo~"

Jelas.

Suara itu kini terdengar sangat jelas di telinga Atem.

Suara yang sering ia keluarkan hanya saat ia bersama dengan Seto.

Suara yang sangat ia kenal jelas apa maksudnya.

Suara dengan nada menggoda yang meluncur bebas seolah tanpa hambatan. Wanita. Ya, suara seoarang wanita— terdengar melengking namun sensual disaat yang bersamaan.

Desahan. Dan wanita itu menyebut nama kekasihnya. Milik Atem. Setonya.

Tanpa ia sadari, air mata sudah berkumpul di sudut matanya. Nuraninya bergolak kencang saat dirasa kekecewaan dan sakit hati sudah menyeruak kelura dari hati kecilnya yang terdalam. Tidak, digelengkannya kepala perlahan. Pasti ada salah paham di sini. Mencoba mengusir semua pikiran negatifnya, Atem membuka dengan perlahan pintu ruangan Seto.

Matanya membulat sempurna perlahan melihat apa yang bisa ditangkap oleh iris delimanya. Kekasihnya, Seto Kaiba—yang duduk di sofa di pinggir ruangan— sedang berciuman panas dengan seorang wanita berambut pirang panjang yang ada di pangkuannya. Pakaian atas sudah mereka hampir terlepas dan menampakkan keduanya. Seto mencium wanita itu dengan ganas dan liar —seolah benar-benar ingin merenggut segala yang ada di bibir sang wanita. Seto mengecup, menggigit, melumat dengan penuh nafsu dan kasar. Kedua tangan kekarnya menggerayai tubuh wnita pirang yang ada di pangkuannya dengan cekatan. Membelai dan melepas semua kain yang melapisi tubuh seksi sang wanita berkulit putih itu.

Sedang sang wanita tampaknya ikut hanyut dalam permainan Seto. Kedua tangannya menyeruak dari rambut cokelat muda CEO muda yang kini terlihat makin berantakan. Bahkan dari kejauhan— dari tempat Atem berdiri, terlihat saliva yang menetes dan bersarang di sudut bibir keduanya. Seolah menunjukkan bahwa keduanya telah berciuman dalam waktu yang lama.

Cukup.

Sudah cukup.

Tak sanggup melihat lebih lama lagi, Atem berlari kencang meninggalkan tempat itu, membiarkan kotak bekal yang dibawanya jatuh—pecah dan menimbulkan suara yang cukup keras. Air mata yang sejak tadi di tahannya kini menetes tanpa bisa di bendung lagi. Ia mencoba mengabaikan pandangan heran maupun panggilan orang-orang saat ia pergi meninggalkan gedung itu. Di genggamnya erat dadanya yang kini terasa sesak dan berisi penuh dengan berbagai emosi kesedihan, kebimbangan dan...kebencian.

Sakit.

Rasanya sangat sakit sampai ia lebih memilih untuk buta agar tidak melihat kejadian tadi. Hatinya seolah terjerat benang tipis yang erat. Hatinya retak...lalu hancur berkeping-keping. Sakit. Saking sakitnya, ia bahkan tak bisa mengatakan apapun. Memikirkan apapun. Saking sakitnya, ia tak bisa menjelaskan apa-apa. Bagaimana rasanya... Apa yang tersakiti... Kenapa bisa sesakit ini? dunianya seolah gelap tanpa ada cahaya. Seolah...mati.

Pertama kalinya— pertama kalinya seumur hidup seorang Atem Motou percaya dan mencintai seseorang begitu dalamnya. Sangat dalam.

Dan sekarang orang itu mengkhianatinya. Mengkhianati cintanya yang terdalam.

Membuatnya jatuh. Membuat cintanya yang dalam— semakin jatuh ke dalam karena tak kuat lagi untuk naik...bahkan hilang.

Seto Kaiba?

Apa kurangnya Atem? Apa ia kurang tampan? — Apa memang Seto tak pernah menyukai lelaki? — Apa Seto memang tak pernah menyukainya? Apa Seto memang hanya mempermainkannya selama ini? Apa semua yang dilakukannya hanyalah bagian dari drama konyol yang membuat sang rival jatuh cinta padanya, tergila-gila lalu dicampakkan sampai akhirnya Atem akan mengemis cinta pada Seto?

...Begitukah?

Sakit.

Terlalu sakit.

Seharian, ia menunggu Seto. Berharap Seto akan datang dan merayakan hari jadi mereka yang ke 4 tahun sekaligus mengabarinya kalau Atem akan pindah sementara. Mungkin suatu saat nanti Seto akan mengunjunginya. Hanya demi itu. Hanya demi seorang Seto, Atem mau merendahkan harga dirinya.

Sakit.

Sangat sakit.

Terlalu sakit.

Sakit...

Bisakah seseorang menghilangkan ingatannya?

Bisa?

Atem...hanya ingin membunuh Seto kali ini.

Membunuh Seto dari dunianya.

Membunuh Seto dari hatinya.

.

.

To be Continued

.


Yaaaaak~

Fic apa ini?

Hah, akhirnya kelar juga yeaaaaaaay °\(^▿^)/°

Huah tapi aku ga yakin nih buat Hurt/Comfort-nya sense-nya dapet kaga ('-_-a)

Gimana? Gimana? Gimana? *dibekep*

Yosh, apa fic Kats ini perlu dilanjutkan?

Kalau iya, minta reviewnya yaaaaaaaaaa~ Ơ̴̴̴̴̴̴͡.̮Ơ̴̴͡

Trims ya sudah membaca ;)