SINOPSIS:

Dalam hidupnya, impian Lee Hyukjae hanyalah menjadi seorang yang biasa-biasa saja. Dia ingin menikah dengan Choi Siwon kekasihnya, membentuk keluarga kecil yang bahagia, lalu seperti akhir kisah klise lainnya, bergandengan tangan di usia senja, menghabiskan sisa hidup hanya berdua.

Tapi nyatanya, keinginan sederhananya tak semudah itu menjadi kenyataan. Kecelakaan itu telah merenggut semua impiannya, orang tuanya, merenggut rencana indahnya yang ia bangun bersama Siwon, dan merenggut mimpi-mimpinya yang bahkan belum sempat ia wujudkan. Semuanya hancur.

Dalam perjuangannya untuk bangkit itulah dia harus berhubungan dengan Lee Donghae, seorang direktur kaya nan sombong, arogan, egois, dan... Punya obsesi seksual terpendam terhadap dirinya. Hyukjae membutuhkan Donghae lebih hanya untuk menyembuhkan Siwon, sedangkan Donghae membutuhkan Hyukjae untuk memuaskan hasrat dan obsesinya terhadap sosok Hyukjae.

Dua manusia yang seharusnya tak pernah bersilang jalan inipun dipertemukan oleh keadaan. Dua manusia yang saling membenci satu sama lain tetapi dikalahkan oleh hasrat dan kebutuhan. Hubungan mereka panas membara, luar biasa sampai mereka terbakar habis di dalamny. Mereka menjalin hubungan karena keterpaksaan, yang lama kelamaan menjadi hubungan saling membutuhkan, saling merindukan dan saling memuaskan. Dan... pada akhirnya, mereka menyerah untuk saling mencintai.

.

.

A Romantic Story About Love "HAEHYUK YAOI VER" (Remake Story)

.

Desclaimer:

Cerita ini adalah murni bukan karya saya, ini hanya bentuk Remake dari Novel luar biasa karya Santhy Agatha dengan judul asli "A Romantic Story About Serena". Dengan perubahan genre menjadi Boys Love alias YAOI, pergantian cast sesuai dengan bayangan saya serta penambahan dan pengurangan di sana sini sesuai dengan kebutuhan jalan cerita. Semua Cast yang nantinya ada di sini murni milik Tuhan, Orang Tua, dan diri mereka sendiri, karena saya hanya meminjam nama. Tapi untuk Lee Donghae, masih diharapkan hanya menjadi milik saya dan hanya dengan Lee Hyukjae saya rela berbagi ^ , ^. Untuk karakter Donghae dan Hyukjae di cerita ini lihat gambar cover ...

.

.

Bagi yang tidak suka dengan semua yang berbau Remake, jangan dibaca, Monggo silahkan langsung tutup ini halaman dengan cara klik tanda silang di pojok kanan atas. Jangan ada bash apalagi hujatan, karena itu terlalu buang-buang energi anda.

Terima Kasih

.

Selamat Membaca ^^

.

.

Hyukjae menarik napas panjang sebelum membuka pintu itu, pintu besar kokoh yang terlihat begitu mewah dan berkuasa, seakan mencerminkan apa yang menunggu dibaliknya. Sambil menenangkan debar jantungnya dibukanya pintu itu, dan ketika menyadari tangannya berkeringat, Hyukjae tersenyum kecut.

Seperti akan menghadapi hukuman mati saja, desisnya dalam hati.

Ketika masuk Hyukjae menyadari ruangan itu sangat luas. Suasana didalam ruangan itu sungguh elegan, dengan penataan ruang dari desainer terkenal dan perabotan kelas tinggi yang khusus dipesan untuk ruangan ini. Temperaturnya diatur senyaman mungkin dan samar-samar tercium aroma cendana yang menenangkan. Semua yang ada diruangan ini sungguh menyenangkan. Ups!... salah. Semua menyenangkan kecuali satu hal, dan satu hal itu adalah sosok dingin yang duduk tegak dibalik meja dengan keangkuhan yang mencerminkan seolah-olah dirinyalah pusat dunia.

Lalu tatapannya itu, tatapannya itu ! Sangat mengerikan. Mata kecoklatan itu menatapnya dengan kadar kebencian yang begitu kental.

Hyukjae membasahi bibirnya dengan gugup, dan menunggu, dan terus menunggu. Tetapi lelaki itu hanya diam menatapnya, mempertahankan keheningan di antara mereka. Hyukjae mengangkat dagunya dan melemparkan tatapan "well aku sudah di sini, sekarang apalagi?" kepada lelaki itu.

Sosok yang tampak begitu arogan itu mengerutkan alis gusar melihat tingkah berani Hyukjae, bibirnya menipis.

"Kudengar kau menyebabkan kekacauan di proyek kali ini."

Akhirnya! Hyukjae menghembuskan napas setengah lega setengah panik mendengar kalimat pembuka laki-laki itu.

"Saya hanya mencoba menyelamatkan keadaan." Sebenarnya Hyukjae tidak mau kedengaran begitu kurang ajar, tapi tatapan meremehkan laki-laki itu mau tak mau memunculkan sisi defensif dari dirinya.

"Menyelamatkan keadaan katamu?" Lelaki itu tampak begitu murka mendengar jawaban Hyukjae. "Kau mengusir klien terpenting kita, dan mempermalukannya di depan umum, dan kau bilang itu untuk menyelamatkan keadaan?"

Hyukjae membalas tatapan garang lelaki itu dengan tak kalah garang.

"Orang yang anda bilang klien terpenting kita itu, merayu dan meraba salah satu SPG kita di tengah-tengah pameran tersebut, apakah menurut anda, saya, sebagai supervisor yang bertugas dilapangan hanya boleh diam saja dan tidak membelanya?!"

Tatapan mata meremehkan dari mata itu benar-benar membuat Hyukjae sebal.

"Kau bekerja disini sebagai supervisor dan seorang supervisor bertugas menjaga hubungan baik dengan klien potensial, bukannya menugusirnya." Lelaki itu menjawab tenang.

"Jadi menurut anda saya harus melupakan moralitas hanya demi keuntungan perusahaan semata?!"

"Moralitas selamanya tidak akan dapat memberikan keuntungan, dalam hal apapun."

Cukup sudah! Hyukjae menarik napas dalam-dalam.

"Kalau begitu saya tidak mau bekerja di perusahaan yang tidak bermoral, paling cepat nanti siang, anda akan menerima surat pengunduran diri dari saya!"

Sejenak suasana menjadi begitu hening, dan kalaupun sosok dingin itu kaget dengan keputusan implusif Hyukjae, dia berhasil menyembunyikannya dengan baik karena ekspresinya tidak dapat ditebak, dia hanya memandang Hyukjae dengan ekspresi menilai. Suasana terasa makin hening, dan Hyukjae menunggu. Ketegangan terasa bagaikan senar yang ditarik kencang, siap untuk putus. Lalu, sebuah senyum muncul disudut bibir lelaki itu, walaupun begitu, sinar matanya tampak begitu tajam.

"Tidak semudah itu Tuan Hyukjae, mungkin saya adalah pemimpin tertinggi sekaligus pemilik perusahaan ini, tetapi bukan berarti saya tidak mengetahui setiap detail terkecil pegawai disni." Lelaki itu menatap denga tajam sebelum menjatuhkan bom-nya.

"Kau memiliki pinjaman yang belum selesai pada perusahaan ini senilai 40 juta, katakan sekarang Tuan Hyukjae, apakah kau bisa melunasi pinjaman itu dengan tunai sekarang juga? Kalau ya, saya akan dengan senang hati meluluskan permohonan pengunduran diri anda."

Wajah Hyukjae benar-benar pucat pasi, dalam kemarahannya tadi, sama sekali tidak terpikirkan mengenai pinjaman itu. Dan pria di depannya tadi menanyai apakah dia bisa membayar pinjamannya secara tunai? Tanpa sadar Hyukjae mengernyit seolah kesakitan. Ya Tuhan, itu tidak mungkin, bahkan sekarang dia sedang dalam kekalutan besar dan membutuhkan lebih banyak uang untuk..., cepat-cepat dihapusnya pikiran itu sebelum melayang lebih jauh. Sosok pongah itu mendengus menghina, seolah merasa menang melihat kebekuan Hyukjae.

"Oke saya asumsikan kau tidak dapat membayar tunai pinjaman itu, meskipun saya sedikit bertanya-tanya kenapa pemuda lajang seperti anda bisa menghabiskan uang sebanyak itu, tapi itu bukan urusan saya." Senyum disudut bibir lelaki itu langsung menghilang dan tatapanya berubah menjadi dingin.

"Jadi, selama kau masih berhutang pada perusahaan ini dan belum bisa menyelesaikan kewajibanmu, jangan seenaknya mengira kau bisa mengundurkan diri dari perusahaan ini. Hanya aku lah, yang bisa memutuskan apakah kau layak dipertahankan atau disingkirkan, jadi kembalilah bekerja dan singkirkan moralitasmu yang munafik itu!"

Hyukjae menatap lelaki itu dengan kebencian yang meluap-luap.

"Hanya pinjaman itu yang menahan saya di sini, dan jika saya berhasil melunasi pinjaman itu, saya akan langsung angkat kaki dari perusahaan ini! Sekarang saya mohon ijin. Permisi, saya akan kembali bekerja!"

..:: [HaeHyuk] ::..

Donghae menatap pintu yang tertutup dengan agak keras di depannya. Dia menunggu beberapa saat, lalu mendesah sambil melonggarkan ikatan dasinya yang terasa mencekik. Dengan letih dia bersandar di kursi sambil memjamkan matanya.

"Lee Hyukjae..."

Donghae menggumamkan nama itu bagaikan mantra, lalu matanya membuka penuh perhitungan.

Well, jangan harap kau bisa semudah itu pergi dari sini, karena aku tak akan membiarkanmu pergi Hyukjae. Gumamnya dalam hati.

Donghae mengingat saat dia pertama kali melihat Hyukjae. Biasanya dia tak pernah memperhatikan siapapun, baik itu wanita maupun laki-laki. Mereka lah yang biasanya mengejar-ngejar dirinya. Meski suka berganti pasangan, Donghae dikenal sebagai kekasih yang sangat dingin. Dia selalu menjaga jarak dan tak pernah mengijinkan siapapun terlalu dekan, baginya pasangannya hanyalah tempat penyaluran gairahnya dan dia akan membayar itu dengan materi melimpah, dan itu sudah cukup memuaskan bagi dirinya dan mereka yang menjadi teman kencannya.

Tapi Hyukjae... pemuda itu sudah 2 tahun bekerja sebagai supervisor lapangan disini, dan Donghae bahkan tak pernah bertemu langsung dengannya. Ya tentu saja? Donghae mendengus, Seorang CEO tidak ada urusannya dengan supervisor lapangan.

Dan entah nasib sial apa yang menghinggapinya ketika pertama kali dia bertemu dengan Hyukjae, ketika itu dia sedang menjamu tamu penting dilokasi yang berdekatan dengan proyek pameran pemasaran yang sedang berlangsung. Maka secara implusif diputuskannya untuk mampir. Manajer pemasaran langsung tergopoh-gopoh menyambutnya.

Lalu pemuda itu muncul. Dengan tubuh yang bisa dibilang ramping untuk ukuran laki-laki, pakaian kerja yang sangat efisien dan penampilan sederhana. Hyukjae jelas-jelas kalah jika dibandingkan dengan teman kencannya yang selalu spektakuler serta berasal dari kelas atas. Tapi tubuh Donghae bagaikan disadarkan ketika melihat Hyukjae, dan ketika mereka bersalaman, tangannya bagaikan disengat listrik dan gairah langsung meletup dari ujung kepala sampai ke kakinya begitu menggebu-gebu sampai membuat kepalanya pening. Kenyataan bahwa Hyukjae sama sekali tidak memperhatikannya kecuali sebagai bos sama sekali tidak membantu.

Donghae menyadari ia mulai terobsesi pada Hyukjae. Dimanapun ia berada, kapanpun ia ada, ia selalu mencari pemuda itu. Tak mau seharipun dilewatinya tanpa menyempatkan diri melihat Hyukjae, sehingga seolah-olah pemuda itu merupakan eksistensi kehidupannya. Bahkan demi hal itu, sekarang ia mendapati dirinya mulai memanipulasi beberapa proyek yang sedapat mungkin melibatkan divisi Hyukjae semata-mata agar dia bisa sering melihat pemuda itu.

Mungkin ini kegilaan sesaat, atau mungkin alamiah. Donghae pernah membaca bahwa ada orang-orang tertentu yang memang dapat membuatmu sangat bergairah, entah karena hormon, aroma atau yang lainnya. Mungkin Hyukjae salah satu diantaranya. Ini hanyalah masalah nafsu, dan akan segera hilang begitu nafsu ini dipuaskan, gumam Donghae dalam hati, berusaha menenangkan dirinya. Dengan dahi berkerut dipandanginya laporan pinjaman karyawan di mejanya.

Yah sepertinya ini akan sangat mudah. Melihat besarnya pinjaman Hyukjae, kelihatannya pemuda ini sangat konsumtif dan menyukai uang. Dengan sedikit pengeluaran ekstra pasti akan sangat mudah menarik pemuda itu ke ranjangnya, dan setelah dia terpuaskan, pasti akan lega sekali bisa terlepas dari obsesi yang menyiksa ini.

..:: [HaeHyuk] ::..

"Bagaimana kondisisnya Hyung?"

Hyukjae baru saja sampai, di luar hujan deras sekali, dan air menetes dari rambutnya. Perawat itu memandangnya dengan penuh kasih, sudah 2 tahun dia mengenal Hyukjae. Dari Hyukjae masih pemuda polos yang kebingungan, sampai akhirnya dia berubah menjadi pemuda tegar yang penuh semangat dan mengambil alih semua tanggung jawab yang mungkin terlalu berat untuknya.

Kasihan kau sayang, gumamnya dalam hati.

"Kondisinya baik Hyukkie, tekanan darahnya normal dan detak jantungnya stabil. Itu bagus, dia begitu tenang seharian ini. Dia tidak mengalami serangan, jadi tidak perlu merasakan kesakitan"

"Dia tidak mengalami serangan?" mata Hyukjae melebar bahagia. "Terimakasih Leeteuk Hyung, kalau begitu aku akan melihatnya dulu".

Hyukjae memasuki ruangan putih sederhana itu, dipandangnya ranjang yang menjadi pusat ruangan itu. Di atas ranjang terbaring sosok yang lemah, tubuhnya terhubung dengan selang yang terjalin ke mesin-mesin.

Hyukjae duduk di tepi ranjang dan menggegam tangan yang terhubung dengan jarum infus. Sebuah cincin emas melingkar di jari lelaki itu. Ya, cincin yang sama seperti yang melingkar di jarinya. Lelaki ini adalah Choi Siwon, tunangannya yang terbaring koma sejak lebih dari dua tahun yang lalu.

"Apa kabarmu sayang?" Gumam Hyukjae penuh perasaan.

Sosok itu tetap diam dan ruangan terasa hening, hanya suara mesin-mesin pemonitor detak jantung dan desisan alat pengatur oksigen yang terdengar. Hyukjae mengecup cincin di jari lelaki itu, ingatannya menerawang kembali ke masa dua tahun lalu dimana hidupnya yang indah dan bahagia berubah menjadi tragedi.

Saat itu persiapan pernikahan mereka, Siwon sudah cukup mapan dan sangat mencintai Hyukjae. Siwon tidak mempunyai keluarga, lelaki itu di besarkan di panti asuhan lalu berjuang mandiri sehingga bisa menjadi pengacara handal yang cukup sukses.

"Aku sebatang kara di dunia ini sebelum bertemu denganmu." Begitu ucapan syukur Siwon dulu ketika Hyukjae menerima lamarannya. Hyukjae begitu bahagia waktu itu, dia begitu dicintai dan kedua orang tuanya begitu mendukungnya. Sebagai anak tunggal orang tuanya memang sedikit lebih protektif padanya dibandingkan orang tua lainnya, tapi mereka bisa melihat ketulusan hati Siwon dan menerima Siwon dengan tangan terbuka.

Lalu pagi yang penuh tragedi itu terjadilah. Hyukjae sedang melakukan fitting baju pengantinnya, pernikahan mereka tinggal sebulan lagi. Ketika itu Siwon menelpon, karena Hyukjae meminta tolong padanya untuk menjemput orangtua Hyukjae di bandara. Orang tua Hyukjaae baru pulang dari tugas dinas ayah Hyukjae di Jepang.

Sebenarnya merupakan tugas Hyukjae menjemput mereka, tetapi karena supir keluarga sedang cuti dan waktunya bersamaan dengan jadwal fitting baju pengantin, Hyukjae meminta bantuan Siwon. Siwon tidak pernah merasakan punya orang tua, jadi dia sangat menyayangi kedua orang tua Hyukjae. Begitu pula sebaliknya, jadi tugas sepele seperti menjemput orang tua di bandara terasa sangat menyenangkan baginya.

"Kami akan menuju ke tempat fitting baju segera setelah sampai, lalu kita bisa makan siang bersama-sama. Tapi ups! Kau kan tidak boleh makan banyak-banyak sayang, nanti baju pengantin itu tak akan cukup sebulan lagi." candanya dengan riang. Hyukjae sempat merajuk tapi kemudian Siwon bisa membuatnya tertawa lagi.

"Kau tahu, aku tidak sabar bertemu dengan orangtuamu,...aku merindukan mereka." Lelaki itu tertawa lalu menutup telepon setelah mengucapkan satu-satunya janji yang tidak bisa ditepatinya.

"Aku janji, segera setelah kami dekat tempatmu, aku akan menelponmu. Jadi kau bisa siap-siap di depan. Bye calon pengantinku, I love you.."

Itulah saat terakhir Siwon menelponnya.

Sama sekali tidak ada firasat hari itu, sama sekali tidak ada pertanda bahwa pagi itu akan menjadi mimpi paling buruk dalam hidupnya. Dan telepon itulah awal dari rentetan bencana.

Yang menelponya kemudian bukanlah Siwon yang dicintainya, melainkan petugas rumah sakit. Mobil yang dikendarai Siwon menjadi salah satu korban tabrakan beruntun di jalan tol. Ayahnya meninggal di tempat, Ibunya dalam kondisi kritis dan Siwon sudah tak sadarkan diri karena benturan keras dikepalanya.

Hyukjae menjalani semuanya seorang diri, hari itu dia bergerak bagai robot. Mengurusi pemakaman ayahnya sekaligus mengkhawatirkan kondisi ibu dan tunangannya. Tak ada waktu untuk menangis, dan kemudian keesokan harinya ibunya meninggal menyusul ayahnya. Hyukjae harus menanggung kepedihan memakamkan kedua orang tuanya dalam dua hari berturut-turut seorang diri. Lalu malam itu, ketika dokter memutuskan bahwa Siwon mengalami koma serta tidak diketahui kapan akan sadar, semua kepedihan bertubi-tubi menerjangnya lagi, dia pingsan dan ketika sadar dia hanya bisa menangis.

Lalu Leeteuk datang, seorang perawat lelaki yang masih cukup muda namun begitu dewasa. Dengan ketulusannya, membuat Hyukjae merasa mendapatkan sosok keluarga untuknya bersandar. Perawat itulah yang membantu Hyukjae agar tidak terpuruk, yang membuat Hyukjae sadar bahwa dialah satu-satunya yang dimiliki Siwon untuk membantunya bertahan hidup.

Dengan cepat Hyukjae bangkit, menyadari bahwa dia sendiri yang harus berjuang demi Siwon, lelaki yang sangat dia cintai. Dan mengetahui bahwa biaya perawatan Siwon tidak murah, Hyukjae bergerak cepat. Dijualnya rumah keluarganya, dan dikumpulkannya semua aset yang dimilikinya lalu pindah ke tempat flat yang mungil. Memahami bahwa efisiensi sangatlah penting, lalu dia pindah pekerjaan dengan gaji lebih bagus.

"Berjuanglah untuk bertahan Siwon, karena aku berjuang untukmu." Tekad Hyukjae dalam hati waktu itu.

Namun sekarang hampir dua tahun lebih berlalu, seluruh aset yang dimiliki Hyukjae sudah habis. Bahkan dia harus menanggung hutang ke perusahaan untuk menutup biaya perawatan Siwon, dan tunangannya tercinta itu masih belum sadar juga.

"Kau tahu tadi aku bertengkar dengan bosku." Hyukjae memulai kebiasannya, mengobrol satu arah dengan Siwon, menceritakan kisah keidupannya sehari-hari pada Siwon.

"Sorot matanya tajam dan dia sangat menyebalkan. Dan kau tahu? dia sama sekali tidak menghagai moralitas. Kau pasti akan bertengkar hebat dengannya karena sebagai pengacara kau sangat menjujung tinggi moralitas." Hyukjae terkekeh membayangkan hal itu, lalu direbahkannya kepalanya diranjang sambil mengamati wajah Siwon.

"Aku merindukanmu tahu, sudah lama sekali aku tidak mendengar suaramu. Sampai kapan kau mau tidur terus? Awas ya, jangan salahkan aku kalau suatu saat kau memanggilku ditempat ramai dan aku tidak mengenali suaramu."

Diluar pintu, Leeteuk yang mendengar percakapan itu menutup mulutnya dengan tangan, matanya berkaca-kaca. Betapa tegarnya pemuda yang sudah dianggap adik olehnya itu, betapa hebatnya dia. Selama dua tahun dia berjuang dan belum mendapat jawaban, tapi semangatnya sama sekali tidak pernah surut.

Selama hampir dua jam Hyukjae bercakap-cakap searah dengan Siwon, lalu ketika Leeteuk mengingatkan bahwa waktu sudah menunjukan jam 9 malam, Hyukjae bangkit dari duduknya. Dikecupnya dahi Siwon penuh kasih sayang.

"Sudah dulu ya, aku akan pulang dan tidur. Besok aku akan kesini dan mengunjungimu lagi. Aku mencitaimu Siwonnie.." Hyukjae lalu menemui Leeteuk yang masih menunggu di luar. Perawat itu menyerahkan kantong plastik kepada Hyukjae.

"Ini Kimchi kesukanmu, kau tadi buru-buru kesini karena hujan, pasti kau tak sempat makan malam"

"Terimakasih Hyung~" Hyukjae memeluk sosok Hyung yang selama dua tahun ini telah menjadi sandaran hatinya.

"Wajahmu terlihat pucat, kau pasti kelelahan. Jangan terlalu memaksakan diri." Hyukjae menarik napas letih tapi tetap mencoba terrsenyum riang,

"Aku harus terus bekerja Hyung, apalagi sudah hampir tanggal lima." Tanggal lima adalah tanggal rutin Hyukjae harus melunasi biaya perawatan Siwon yang makin membengkak setiap bulannya. Leeteuk memandang Hyukjae dengan hati-hati.

"Kau tahu Hyuk, ada beberapa cara yang lebih ringan. Dokter memperbolehkan Siwon dirawat dirumah...,"

"Tidak! " Hyukjae memandang Leetuk horor. "Siwon sering mengalami serangan, aku tidak mau dia kenapa-kenapa. Di sini adalah tempat Siwon akan mengalami penanganan yang paling tepat, dan aku akan berjuang berapapun biayanya." Leeteuk memandang Hyukjae dengan penuh kasih sayang, menyadari betapa keras kepalanya pemuda itu jika sudah punya kemauan,

"Ya sudah, pulang dan istirahatlah, jangan lupa kau makan. Dan ingat Hyukjae, kalau kau kekurangan uang aku punya simpanan uang yang..." Hyukjae beringsut memeluk Leeteuk sekali lagi dengan penuh rasa sayang,

"Hyung tahu, bantuan Hyung sudah lebih dari cukup selama ini. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi caranya berterimakasih."

..:: [HaeHyuk] ::..

Pagi itu hujan deras sekali, Hyukjae menunggu di halte bus dengan panik. Hujan deras akan menyebabkan macet parah, dan sampai sekarang bus yang dia tunggu tak kunjung kelihatan. Sementara itu hujan turun makin deras hingga pemandangan di depannya makin kabur. orang-orang mulai menyingkir karena halte itu tak dapat lagi melindungi mereka dari terpaan hujan, dan Hyukjae masih berdiri sambil mencengkram payungnya reat-rerat. Menahan tiupan angin yang makin kencang.

Matanya bergantian melirik jam tangannya dan ujung jalan dengan harap-harap cemas. Dia pasti akan terlambat hari ini. Tuan Jang, manajer lapangannya yang galak itu pasti akan marah besar karena pagi ini dia dijadwalkan meeting pagi dengannya. Lelaki itu sangat tepat waktu dan dia tak suka menunggu.

Tiba-tiba sebuah mercedes hitam legam yang sangat mewah meluncur mulus dan berhenti tepat didepan Hyukjae. Mulanya Hyukjae tidak menyadari kalau mobil itu berhenti untuknya karena perhatiannya terlalu terfokus pada ujung jalan. Tetapi ketika pintu mobil itu mendadak terbuka, Hyukjae hampir terlonjak karena kaget,

"Masuklah!"

Mulanya Hyukjae ingin mendamprat siapapun pengemudi mobil itu yang dengna seenaknya mengira Hyukjae adalah pemuda gampangan yang mudah dibawa. Tetapi ketika Hyukjae merasa mengenali suara lelaki itu, dengan ragu ditundukkannya kepalanya untuk memastikan bahwa pengemudi itu sesuai dengan dugaannya. Onix coklat yang tajam itu membalas tatapannya. Yah kalau tidak bisa dibilang sedang sial, setidaknya dugannya tidak salah.

"Ayo masuk, kau akan basah kuyup jika berdiri terus disitu. Kita kan searah." Donghae agak berteriak mengalahkan derasnya suara hujan dan petir yang bersahut-sahutan.

Hyukjae masih berdiri ragu-ragu. Perjalanan ke kantor kan jauh dan lama, Hyukjae merasa enggan dan tak tahu apa yang akan dibicarakan dengan lelaki itu sepanjang jalan. Lagipula... Hyukjae melirik dengan cemas ke arah payungnya. Payungnya basah kuyup dan menetes-netes dan interior mobil itu sepertinya sangat bagus, jika kena air...

"Masuk Hyukjae! Aku tak peduli dengan payung basah itu! Kau akan membuat kita berdua terlambat! Masuk, atau aku sendiri yang akan menyeretmu..."

Suara geram Donghae lah yang menyadarkan Hyukjaee dari keraguannya, dengan cepat dia memasuki pintu yang terbuka dan duduk di sebelah Donghae. Satu detik setelah pintu tertutup, Donghae langsung menginjak gas menjalankan mobilnya, seolah takut Hyukjae berubah pikiran. Donghae melirik sedikit pada Hyukjae yang memandang cemas pada payung yang menetekan air di tangannya.

"Taruh saja ditempat dibelakang, pengurus mobilku akan membersihkannya, dan pasang sabuk pengamanmu,"

Secara otomatis Hyukjae menoleh kebelakang dan menemukan wadah plastik silinder ditengah jok belakang. Mungkin tempat koran atau semacamnya, tapi wadah itu kosong dan Hyukjae meletakan payung itu di sana. Lebih baik daripada payungnya meneteskan air membasahi kursi kulit yang mewah atau karpet tebal mobil ini. Setelah memasang sabuk pengamannya, Hyukjae menyadari bahwa sudut mata Donghae melirik ke arahnya.

"Terimakasih." Hyukjae bergumam demi menjaga kesopanan. Donghae tersenyum miring mendengarnya.

"Pasti kau bingung apakah ini kesialan atau keberuntungan karena akulah yang memberimu tumpangan," gumamnya tenang. Hyukjae membuka mulut hendak membantah, tetapi akhirnya mulutnya menutup lagi. Tidak disadarinya napas Donghae yang mendadak lebih cepat ketika memperhatikan gerakan mulutnya.

"Rumahmu di daerah sini ya?" Suara Donghae entah kenapa berubah jadi serak hingga Hyukjae otomatis menoleh ke arahnya. Tetapi lelaki itu tidak sedang menatapnya melainkan memandang lurus ke depan,

"Iya, saya menyewa flat di daerah sini." Jawab Hyukjae setengah melamun dan tersentak ketika Donghae mendadak menoleh ke arahnya.

"Menyewa flat?" kenapa informasi itu sampai terlewatkan olehnya? "Kalau begitu di mana orangtuamu?'

"Orangtua saya sudah meninggal, saya hidup sendirian," Jawab Hyukjae otomatis. "Sajangnim, mungkin sebaiknya saya diturunkan agak jauh dari kantor, nanti saya berjalan kaki saja."

"Kenapa harus begitu?"

"Tempat parkir direksi kan sangat mencolok, saya tidak mau orang yang melihat saya turun dari mobil anda akan berpikiran yang tidak-tidak."

"Seperti kita melakukan seks yang hebat semalam, dan pagi ini berangkat kerja bersama-sama?" Wajah Hyukjae memucat mendengar ucapan Donghae yang sangat vulgar itu.

"Dengar Hyukjae-ssi, kau dikenal menjunjung moralitas dikantor, jadi orang tidak mungkin berpikir yang tidak-tidak tentangmu." Suara Donghae terdengar sinis dan mengejek.

"Lagipula...," kali ini Donghae sengaja membiarkan tatapan matanya menelusuri Hyukjae dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Semua orang tahu siapa aku, dan seperti apa kekasihku, mereka tahu persis bahwa kau bahkan tak masuk ke dalam kategori tipe kesukaanku. Lagipula aku kan tidak mungkin tertarik padamu, jadi gosip apa yang akan timbul?"

Detik itu juga Hyukjae menyadari bahwa dia tak akan pernah menyukai bosnya yang satu ini. Dengan geram Hyukjae menggertakkan giginya lalu mengalihkan pandangan ke jendela luar. Setelah itu tak ada percakapan lagi di antara mereka. Ketika Donghae memarkir mobilnya di parkir direksi, Hyukjae segera turun dan mengucapan terimakasih dengan kaku, lalu berlari kecil menembus hujan. Meninggalkan Donghae yang masih di mobil.

Untunglah lobby sudah sepi, hanya petugas keamanan dan repsesionis saja yang ada di sana, jadi Hyukjae tak perlu kuatir akan terjadi gosip. Tapi ketika Hyukjae melihat jam besar yang terpasang di lobby dia langsung mempercepat langkahnya, dia terlambat. Tuan Jang atasannya pasti akan marah besar.

Ketika sampai diruangannya rekannya menatapnya sambil mengangkat alis melihat penampilan Hyukjae yang acak-acakan dengan rambut basah dan baju setengah basah.

"Tuan Jang menunggumu, dia bilang kalau kau datang langsung saja keruangannya." Hyukjae mengangguk, hanya mampir sebentar ke mejanya untuk meletakkan tas dan langsung mengetuk pintu ruangan Tuan Jang.

"Masuk," gumam sebuah suara dari dalam. Hyukjae melangkah masuk sambil mempersiapkan dirinya untuk mendengarkan ocehan panjang lebar tentang kedisiplinan yang menjadi ciri khas bosnya itu. Tapi diluar dugaan, wajah Tuan Jang bukannya masam melainkan sangat ramah, dia bahkan mempersilahkan Hyukjae duduk dengan bersemangat.

"Saya mengerti mengapa kau terlambat Hyukjae, tadi CEO kita, Lee Sajangnim menelpon dan menjelaskan bahwa kau ikut mobilnya. Yah saya tidak menyalahkanmu, cuaca sangat buruk pagi ini bukan?"

Hyukjae hanya tertegun menatap senyum bosnya yang begitu lebar. Ternyata Cuma sampai disitu arti kedisiplinan yang digembar-gemborkan Tuan Jang. Begitu kekuasaan berbicara, maka semua tak ada artinya lagi.

"Eh iya, tadi saya tak sengaja berpapasan dengan Lee Sajangnim ketika sedang menunggu bus dan beliau menawari saya tumpangan."

"Hebat Hyukjae, hebat. Ternyata insiden kecil kemarin yang menyebabkan Sajangnim sendiri turun tangan memanggilmu, itu malah menguntungkan bagi divisi kita. Bayangkan! Dia mengenalimu dan bahkan mau menawarimu tumpangan!"

Hyukjae merasa muak melihat kegirangan bosnya yang tak wajar itu. Memangnya Donghae itu siapa? Memang dia CEO perusahaan ini dan merupakan pimpinan tertinggi perusahaan ini di Seoul. Perusahaan mereka merupakan cabang dari perusahaan terkenal dengan nama sama di Jerman. Dan Donghae sebagai salah satu pemegang saham terbesar sekaligus CEO yang handal di salah satu perusahaan mereka di Jerman, menawarkan diri untuk mengisi jabatan di negara kelahirannya. Tetapi lelaki itu kan manusia jga sama seperti mereka? Seharusnya Tuan Jang tak perlu segirang ini kan.

"Eh kalau begitu, saya ijin kembali sebentar ke meja saya untuk mengambil bahan meeting kita pagi ini," gumam Hyukjae mmotong kalimat Tuan Jang yang masih berceloteh tidak jelas tentang kelebihan-kelebihan Lee Donghae dan betapa beruntungnya Hyukjae.

Ketika Hyukjae hendak melangkah pergi, Tuan Jang sepertinya baru teringat sesuatu.

"Oh ya Hyukjae, tadi Lee Sajangnim berpesan kalau ada barang milikmu yang ketinggalan di mobilnya. Dia ingin kau mengambilnya nanti jam 3 sore di ruangannya."

.

.

..:: [TBC] ::..

.

.

Weheiii... Saya kali ini nongol bawa cerita remake. Salah satu cerita luar biasa yang saya baca, dan apa daya otak saya langsung aktif jika membayangkan cerita ini dibuat versi HaeHyuk namun dengan genre YAOI. Dan jadilah seperti ini.

Mungkin ada yang pernah tau remake cerita ini dengan pair lain? Memang sudah ada. Tapi tenang, saya bukan meremake hasil remake-an terdahulu. Silahkan baca versi aslinya, karena karya Santhy Agatha benar-benar luar biasa. Untuk Bab pertama ini, terimakasih sama "Si Eneng" yang udah sempet sempetin waktunya yak, ini cuman di utak-atik dikit kok neng..

Karena ini Remake jadi jelas ini bukan hasil karya maupun imajinasi saya, sehingga memungkinkan lebih cepat untuk sering-sering nongol. Kan mikirnya gak banget-banget.. Bwahahaha... Adakah yang berminat? Seminggu sekali saya kira tak terlalu lama. Atau bisa saja lebih cepat atau lebih lama tergantung situasi dan kondisi. #Bhak..

Untuk kelanjutan Hate U Love U, tentu masih diusahakan walau belum tahu kapan.. Ditunggu boleh kok... Hahaha.. #SokLaku. Terimakasih reader yang budiman. Love U...