Senyum manis yang selalu menghiasi wajah gadis cantik itu tak pernah bisa dilupakan Hatake Kakashi. Rambut hijau indahnya menjadi sebuah kenangan setiap melihat tempat pertama kali mereka menghabiskan waktu bersama. Suara merdunya terdengar seperti bisikan saat pertama kali dia mendengar gadis itu berbicara. Kenapa seorang Kakashi tidak bisa melupakan gadis pencuri itu? Gadis yang pernah menjadi penyusup Konoha. Gadis yang pernah menjadi tawanan Konoha. Gadis yang pernah mencuri informasi Konoha. Gadis yang pernah dia selamatkan. Dan gadis yang telah ia relakan.
Takdir Waktu Kakashi
Disclaimer: Naruto punyanya bang Masashi Kishimoto
Genre: Adventure, Tragedy
Rating: T
Warning: OOC, OC's, abal, cerita ngaco, ga jelas, typo(s) bertebaran dan masih banyak lagi kesalahan yang tak terhitung.
Fic pertamaku di Fandom Naruto Indonesia sebagai author amatir alias masih ijo lumut. Enjoy it!
.
.
.
Chapter 1: Misi kelas S
.
Naruto berjalan di tengah desa Konoha dengan langkah malas. Matanya masih ingin terlelap lebih lama lagi namun dia harus segera datang ke kantor Hokage untuk menemui 'nenek cerewet' yang sudah memanggilnya tadi pagi.
"Fiuh... Apa yang dia inginkan pagi-pagi begini? Apa dia tahu kalau aku belum sempat sarapan hari ini? Dasar nenek tua tak tahu umur!", Naruto ngomel sendiri tentang orang yang sudah mengurangi jatah waktu tidurnya kali ini.
Tentu saja dia malas datang ke kantor Hokage dan masih merasa mengantuk mengingat seharian dia harus berlatih di Myoboku Zan bersama Fukasaku-sama.
"Oi... Naruto..."
Seorang gadis cantik berlari-lari kecil mengejar Naruto dari belakang. Naruto berbalik dan melihat gadis itu sudah memamerkan senyuman padanya. Senyuman gadis ini sepertinya lebih cerah dari biasanya, atau cuma perasaan Naruto saja? Entahlah.
"Yo, Sakura. Ohayou...", Naruto menyapa gadis itu dengan cengiran rubahnya. Ya, gadis itu adalah Haruno Sakura. Rekan satu timnya semenjak menjadi genin di tim 7 bersama gurunya Hatake Kakashi dan salah satu penghianat Konoha, Uchiha Sasuke. (author ditendang fans-nya Sasuke)
"Ohayou. Kau mau bertemu Tsunade-sama, kan?", Sakura bertanya pada Naruto. "Aku juga dipanggil pagi ini."
"Iya begitulah. Nenek itu memanggilku tadi pagi. Entah ada urusan apa."
Mendengar kata 'nenek', urat di dahi Sakura muncul tiba-tiba. Dan alhasil tangan Sakura sudah menarik telinga Naruto dengan sangat kuat.
"Jangan panggil Tsunade-sama dengan panggilan 'Nenek', Naruto!", Sakura berteriak tepat di telinga Naruto yang tengah ditariknya.
"A...a... itai, Sakura hentikan! Telingaku bisa putus!", Naruto meronta berusaha melepaskan tangan Sakura dari telinganya. Yah, kalau mengingat kekuatan pukulan Sakura yang diwariskan oleh Hokage Kelima itu wajar saja kalau Naruto sangat kesakitan.
"Aku tidak akan melepaskanmu sampai kau meminta maaf pada Tsunade-sama!", kali ini Sakura menarik telinga Naruto sambil menyeretnya berjalan ke kantor Hokage. Entah apa yang membuat Sakura begitu sensitive hari ini. Tidak biasanya Sakura mempermasalahkan panggilan Naruto pada Tsunade seperti itu.
"Hoi Sakura...", Naruto memanggilnya dengan tampang yang sangat aneh, menurut Sakura.
"Ada apa?", tanya Sakura yang masih menyeret dan menarik telinga Naruto.
"Kau sedang datang bulan ya?"
Hening.
Langkah Sakura terhenti. Tangannya masih menarik telinga Naruto, tapi kepalanya tertunduk.
Perasaan Naruto mulai tidak enak sekarang. Sakura tidak menatap dan juga tidak menghadap padanya sedikitpun. Tapi aura hitam mulai terasa menyelubungi tubuh Sakura sekarang. Naruto sudah mulai ngeri melihat Sakura, bahkan aura hitamnya melebih Susano'o milik Sasuke pada level tertinggi sekalipun. Naruto mulai menelan ludahnya sendiri menyesali pertanyaan tak bermoralnya pada seorang gadis seperti itu. Apalagi dia harus mengingat orang yang ada di depannya ini bukanlah seorang gadis biasa, melainkan gadis dengan pukulan super taijutsu yang hampir menyamai 'nenek' tak tahu umur di kantor Hokage.
"Sa-sakura..."
Sakura mengayunkan tangan kirinya yang sudah tergenggam ke perut Naruto dengan sangat cepat.
Zuuuuuuttttt
"NARUTO NO BAKA...!"
JEBUMMMMMM...
"Whuaaaaaaaaa...", Naruto terlempar jauh menuju kantor Hokage akibat pukulan tangan kiri Sakura yang sudah sangat marah. Sepertinya dugaan Naruto tentang Sakura kali ini benar.
.
.
.
-Ruang Hokage-
Tsunade sedang memilah-milah tumpukan dokumen di atas meja kerjanya. Di depannya sudah ada Naruto dan Sakura yang berdiri saling diam. Naruto semenjak masuk ke ruang Hokage sudah memegangi perutnya yang sepertinya kesakitan, sedangkan Sakura masuk dengan tampang kecut.
Terdengar pintu terbuka dan memunculkan Shizune yang menggendong Tonton di tangannya, di belakangnya Hatake Kakashi yang sedang membaca novel Icha-icha seperti biasanya dan Sai dengan wajahnya yang datar tanpa ekspresi.
"Oh, kalian sudah datang rupanya.", Tsunade menoleh pada tiga orang yang baru masuk ke ruang Hokage tersebut.
"Maaf, Tsunade-sama. Kami tadi sedang mengumpulkan persediaan untuk misi kali ini.", respon Shizune pada Hokage perempuan pertama itu.
"Tunggu! Misi?", Naruto tiba-tiba memotong pembicaraan dan bertanya pada Tsunade. "Kau tidak bilang kalau ada misi hari ini kan?"
"Naruto bodoh! Untuk apa kau disuruh datang pagi-pagi begini kalau bukan untuk sebuah misi!", Sakura menjawab dengan tampang sewotnya.
"Aku mendadak harus mengumpulkan tim 7 untuk misi kelas S kali ini. Sepertinya ini misi yang cocok untuk kalian.", Tsunade menjawab.
"Huh, apanya yang cocok untuk kami!? Aku baru saja latihan dengan Fukasaku-sama dan masih lelah.", Naruto masih seperti ogah-ogahan kali ini.
"Dengarkan dulu, Naruto!", Sakura kembali berteriak pada Naruto.
Tsunade menarik nafas panjang. "Kalau kau tidak ingin ikut tidak apa-apa, Naruto. Mengingat Konoha sedang dalam perbaikan setelah penyerangan Akatsuki. Memang sebaiknya kau istirahat. Lagi pula...", kalimat Tsunade menggantung.
"Misi kali ini ada kaitannya dengan Otogakure (desa bunyi).", Sai melengkapi kalimat Tsunade yang menggantung.
Semua mata langsung tertuju pada Sai, tak terkecuali Tonton.
"A-apa? Otogakure? Tempat Orochimaru menyembunyikan Sasuke?", Naruto langsung menghampiri Sai.
Kali ini giliran Kakashi yang harus menghela nafas. "Kau seharusnya tidak bilang kemana tujuan kita kali ini, Sai." Kakashi melirik Naruto sedikit khawatir.
"Kenapa kau tidak bilang dari tadi kalau misi ini ada hubungannya dengan Sasuke, nenek jelek!?", Naruto kembali berteriak kepada Tsunade. 'Bukk' Dan kali ini pun dia mendapat tonjokan mentah dari Sakura tepat di pipi kanannya.
"Misi ini tidak ada hubungannya dengan Sasuke, Naruto!", Kakashi menjelaskan setelah menutup novel kesayangannya. "Kita hanya perlu menyelamatkan seseorang dari desa Jomae (desa kunci)."
"Desa kunci?", Naruto memastikan. "Bukankah hubungan Konoha dengan desa itu tidak begitu baik?"
"Mereka yang memberikan permintaan dan misi kepada kita. Jadi sudah pasti mereka membutuhkan bantuan kita, Naruto.", Sai menambahkan. "Walaupun aku tidak begitu mengerti masalah antara Konoha dan desa kunci."
"Tidak perlu mengungkit masalah lagi! Aku tahu saat itu aku belum menjadi Hokage, tapi dengan melihat ringkasan daftar masalah dalam dokumen-dokumen ini, aku sudah bisa mengerti masalah antara Konoha dan desa kunci. Permasalahan kita dengan desa kunci sudah berakhir setelah tahanan kita memilih menjadi buronan desanya sendiri.", Tsunade berbicara menengahi. Walaupun begitu, tatapannya tak lepas dari Hatake Kakashi yang ekspresinya tak terlihat sedikit pun karena penutup wajahnya.
"Terserahlah, aku akan ikut. Mungkin ada petunjuk tentang Sasuke yang masih tertinggal di desa itu.", Naruto memutuskan untuk ikut dalam misi.
Setelah perdebatan yang lumayan memakan waktu tersebut, mereka segera mempersiapkan peralatan mereka untuk menjalankan misi.
.
.
.
-Dalam perjalanan-
"Ho... Misi kelas S ya? Menyelamatkan orang pada misi level seperti ini pasti lawannya sangat kuat. Yosh! Aku jadi bersemangat-ttebayou.", Naruto kembali berteriak-teriak. Jarang-jarang dia mendapatkan misi kelas S seperti ini. "Tapi perutku..."
"Naruto... ini", Sakura memberikan sepotong roti pada Naruto. "Kau belum sarapan kan pagi ini?"
"Wah, arigatou Sakura-chan. Kau memang pengertian.", Naruto mengambil roti tersebut dan langsung memakannya.
"Jangan salah paham! Aku hanya tidak nyaman dengan suara perutmu yang dari tadi sudah keroncongan.", Sakura melanjutkan dengan tampang tak ikhlasnya. Walaupun begitu dia masih bisa tersenyum melihat Naruto memakan rotinya dengan lahap.
"Hehehe.", Naruto hanya nyengir tak bersalah. "O iya Kakashi-sensei, memang siapa yang akan kita selamatkan?"
Kakashi hanya diam. Dia tak menjawab pertanyaan Naruto dan hanya berjalan melihat ke depan. Tidak biasanya Kakashi seperti ini, pikir Naruto.
Melihat Kakashi tak menjawab pertanyaan Naruto, Sai menjawabnya dengan sedikit melirik Kakashi yang sepertinya sedang memikirkan hal lain. "Hokage-sama hanya mengatakan kalau dia adalah seorang perempuan pemain musik, Naruto. Hokage-sama tidak menyebutkan siapa namanya ataupun ciri-ciri perempuan itu."
"Hah? Nenek itu tidak memberitahukan nama dan ciri orang itu?"
Urat Sakura muncul satu di dahinya mendengar pertanyaan Naruto yang mengandung kata 'nenek'.
"Bagaimana kita bisa menemukannya kalau nama dan cirinya saja kita tidak tahu?", Naruto banyak bicara kali ini, atau lebih tepatnya terlalu banyak bicara dari pada biasanya. "Dasar! Apa yang dipikirkan nenek jelek itu sih?"
Urat kedua muncul di dahi Sakura.
"Entahlah, Hokage-sama hanya mengatakan kalau gambar yang dikirim oleh pihak desa Kunci akan menjadi petunjuk kita.", Sai menjawab sambil mengambil gulungan kecil dari saku kunainya.
"Heh? Memang gambar apa yang diberikan nenek itu?", Naruto begitu penasaran dan mendekat pada Sai.
Memang dasarnya Naruto yang bodoh dan tidak pernah ambil pusing, tidak menyadari dari tadi ada seorang gadis yang mati-matian menahan amarah dengan tiga urat terpampang di dahinya karena omongannya yang sama sekali tidak pernah disaring.
Buggg...!
Belum sempat Sai menunjukkan isi gulungannya, Naruto sudah tergeletak tak berdaya di jalanan berbatu.
"Jika kau banyak bicara lagi, aku benar-benar akan menghajarmu, Naruto!", Sakura memperingatkan Naruto dengan tatapan evil yang sangat menyeramkan untuk ukuran seorang gadis remaja. Sepertinya Sakura benar-benar sangat sensitive hari ini.
Dengan keadaan seperti itu, Naruto akhirnya tidak jadi melihat isi gulungan yang dibawa Sai. Hanya meratapi kesakitan di perutnya.
"Ha-hai... Sakura-chan."
.
.
.
Setelah melakukan beberapa usaha kecil, mereka berhasil menyusup di Otogakure tanpa menimbulkan masalah apapun. Keadaan di sini sudah begitu tenang setelah kematian Orochimaru. Walaupun begitu aura gelap masih terasa di sini.
"Kakashi-sensei, selanjutnya bagaimana? Apa kita perlu ke pusat desa?", Naruto bertanya pada Kakashi.
"Tidak, untuk sementara kita awasi desa ini dulu. Kita akan memasang tenda di hutan untuk beristirahat sekaligus tempat untuk mengawasi.", jelas Kakashi.
"Fiuh... Tahu begini tadi kita ajak saja Kapten Yamato. Kalau dia di sini kita hanya perlu menyuruhnya untuk membuat rumah dengan jutsunya kan?", keluh Naruto.
"Baka! Kapten Yamato sedang membantu pembangunan desa, Naruto!", Sakura langsung berteriak.
"Iya, iya."
.
Kakashi masih mengamati Otogakure. Sepertinya ada yang tidak beres dengan desa ini. Yah walaupun sebenarnya memang sudah tidak beres semenjak ada Orochimaru, bukan? Tapi Orochimaru sudah mati, sedangkan Sasuke dan Kabuto telah pergi meniggalkan desa ini. Lalu apa hawa pekat dan gelap ini?
Kakashi masih memikirkan tentang apa yang tertera di gulungan yang diserahkan Tsunade-sama tadi. Gambar orang-orangan dengan bagian kepala yang sedikit membingungkan bagi orang-orang biasa, namun tidak bagi shinobi level tinggi seperti dirinya. Gambar yang agak aneh, dengan gambar mata sebelah kanan digantikan dengan gambar gabungan not musik dengan gambar kunci terbalik ke bawah, seperti gabungan lambang desa Otogakure dan desa Jomae. Namun mata yang sebelah kiri digambarkan secara normal.
Tsunade memang tidak menjelaskan secara detail tentang misi penyelamatan ini, namun Kakashi sudah bisa menebak kenapa Tsunade memintanya untuk mengambil misi ini. Karena misi ini berhubungan dengan dirinya. Dengan orang masa lalunya.
Hanare sang mata-mata.
To be continued
.
.
Tuh kan! Dibilangin abal masih aja dibaca sampai akhir... wkwkwkwkwkwk
Reviews kalian menentukan kelanjutan cerita ababil ini...
