Ohayou... konnichiwa... konbawa... #kepanjangan #disectumsempra

Ehehe, aku author baru (selama ini jadi silent reader) di kedua fandom yang kujadikan titik awal menulisku. Eeer... sebenarnya nggak baru-baru amat. Dulu, aku pernah menulis FF Naruto berjudul Sekolah Kehidupan (yang dihapus dengan indahnya karena nggak ada ide lagi -_-"). Oke, singkatnya, ini fic pertamaku di fandom IE dan fic kedua di fandom Naruto. Oke, ayo mulai ^^

Unpredictable

Disclaimer: Naruto milik Kishimoto-sensei, IE punya Level-5, dan hal-hal lain yang punya copyright di sini milik pemiliknya masing-masing. Fic ini? Punya Saku! #lah

WARNING: OOC, gaje, semi-AU, ninjutsu dan hissatsu akan ada di chap-chap selanjutnya, rating BISA naik. Dan sekali lagi, ini GAJE. #dimakan

Untuk teman-temanku di Rextruno (7-1). Thanks buat ide-ide (yang kalian datangkan secara tidak sengaja) dan kegajean kalian yang sudah mewarnai hari-hariku. Dan aku pinjam nama grup kalian buat judul fic ini, ya? #dibakar

To the story, minna! *?*

Seorang pemuda cerulean dengan kemeja putih dan celana panjang hitam—dan sebuah jas hijau tua yang masih ada di genggamannya—berjalan cepat menuruni tangga rumahnya, lalu mendekati meja makan yang terisi dengan sebuah piring berisi dua roti bakar isi cokelat keju dan sebuah kertas kecil. Perlahan, Namikaze Naruto—nama si cerulean satu ini—membuka lembaran itu. '…Ooh, jadi Kurenai-san sudah mau melahirkan ya. Oke, tak apa-apa. Berangkaaaat!'

Naruto pun keluar dari rumahnya, lalu mengunci pintu dan berjalan menuju sekolah barunya, Nippon Gakuen. Ya, ini adalah hari pertamanya di SMP, dan—ini sudah sangat jelas—Naruto sangat bersemangat untuk masuk sekolah barunya. Maklumi saja, tanpa kejadian seperti ini saja, semangatnya sangat tinggi, apa lagi dengan peristiwa macam ini! Mungkin, semangatnya sudah berpuluh kali lipat dari semula. Dan karena terlalu semangat—SRAK! Gubrak!

"Ittai…." Naruto berusaha berdiri. Dengan kadar semangatnya yang tinggi, ia hanya bisa berkonsentrasi pada bayangannya tentang apa-yang-akan-terjadi-di-hari-ini, yang berakhir dengan ia tersandung sebuah batu besar dan jatuh, lengkap dengan slow motion dan background Gakupo dan Rin yang sedang menyanyikan Cantarella *?*. "Haah! Sudahlah, aku harus cepat sampai! Ganbatte, Naru!" gumamnya, lebih ditujukan untuk diri sendiri. Lalu, dengan keceriaannya yang biasa (dan dengan sebuah rasa sakit di kaki kanannya), ia menggerakkan kedua kakinya menuju ke halte bus sambil menyapa siapa pun yang ia kenal. Tanpa makan waktu lama, ia sudah sampai di halte tersebut. Situasinya cukup ramai, mengingat ini adalah halte paling strategis di daerah mereka. Tiba-tiba, kedua mata Naruto menangkap seorang gadis berambut pink dengan seifuku putih-hijau tua. Ia mengenalnya. Haruno Sakura, teman seangkatannya di SD dulu—International Konoha Elementary School, atau IKES. Anak yang lulus dengan nilai terbaik di antara seluruh murid di angkatannya. Dengan riang, pemuda cerulean satu ini pun berseru, "Sakura-chaaaan!"

"Ah?" Gadis itu menoleh. Begitu mata emeraldnya memandang ke arah Naruto, ia balas berseru, "Narutooo! Ayo ke sini, cepat!" yang ditanggapi dengan sebuah cengiran dan suara langkah-langkah kaki yang menandakan Naruto sedang berjalan ke arahnya.

"Hei—ohayou, Naruto! Kau mau ke sekolah?" Sakura bertanya sambil membetulkan dasinya. Naruto hanya mengangguk, masih dengan senyum lima jarinya.

"Begitu, ya! Kamu masuk di mana?"

"Ah? Aku di Nippon Gakuen, Sakura-chan!" jawab Naruto.

"Nippon Gakuen, ya…EEEH? Ni-Nippon Gakuen? Serius?" Sakura tersentak mendengar penuturan sahabatnya itu.

"Kenapa, Sakura-chan?" Naruto bertanya heran. Sakura makin terbelalak. "Serius? A-aku juga di sana! Hehehe, tak kusangka!"

"Sama lho, Sakura-chan. Aku hanya tahu Sumaru, Suigetsu, dan Hokuto akan masuk NG juga. Tapi, menurutku akan lebih banyak lagi teman-teman kita di IKES yang lanjut di Nippon Gakuen. Hei, bukannya kau dapat beasiswa ke Inggris, ya?" sahut Naruto, diakhiri dengan sebuah pertanyaan.

"Itu, ya—aku tidak menerimanya, hehehe. Aku merasa belum waktunya aku pergi ke luar negeri sendirian," Sakura tertawa kecil. "Sasuke-kun kira-kira melanjutkan di mana, ya?" gumamnya agak keras. Naruto hanya tersenyum kecil.

"Teme? Dia juga di NG, lho. Aku berharap tidak akan bertengkar lagi dengannya—aku malas juga terus-terusan ribut dengannya," ujarnya sambil membetulkan ransel hitamnya. Mereka pun bercakap-cakap hingga sebuah bus berwarna hijau dengan nomor 06 yang terlukis di sisi kanan-kiri dan bagian atas jendela mobil berhenti di halte itu.

~unpredictable~

Sementara itu, di depan Nippon Gakuen, terlihat sesosok anak laki-laki dengan rambut teal, mata cokelat madu dan seragam NG—kemeja putih, celana panjang hitam dan jas hijau tua—berdiri dengan agak canggung di depan sekolah itu. Maklum, ini hari pertama bagi seorang Kazemaru Ichirouta, nama sosok teal itu, untuk memasuki bangku SMP. Meski hanya sedikit, ia berharap ia akan bertemu seseorang yang ia kenal di sini. Dan kemungkinan itu menurutnya cukup besar, dibuktikan dengan—

"Hee—Kazemaru! Kamu masuk sini?" seorang anak dengan rambut perak yang tiba-tiba muncul dari belakangnya. Di sebelahnya, ada seorang anak berambut merah muda keabu-abuan yang mirip dengannya. Ichirouta tersenyum kecil—harapannya terwujud. Fubuki Shirou dan Fubuki Atsuya, dua temannya di SD dulu.

"Hmm. Kalian dapat kelas di mana?" Ichirouta bertanya balik pada kedua anak kembar itu. Atsuya, adik kembar dari Shirou—anak yang tadi menyapanya—hanya menyeringai dan berujar, "7-V. Kau sendiri, Kazemaru?"

"Sama! Ahaha, sepertinya hari pertamaku sudah terlihat menyenangkan," Ichirouta menyahut dengan senyuman senang. "Eeerr…yang lainnya masuk di SMP lain semua, ya?" sambungnya, agak heran.

"Tidak juga. Aku dengar Sakuma, Kidou, Endou, Tachimukai dan Goenji juga masuk sini. Aki-san, Fuyuka, Yagami-san, Natsumi dan Otonashi juga…." Shirou menjawab pertanyaan Ichirouta. Anehnya, saat mendengar kata-kata kakaknya, pipi Atsuya terlihat agak memerah. Ada apa, ya?

"Bagus, d—EEHHH? Ma-Mamoru masuk sini jugaaa?" Ichirouta tersentak. "Masa, sih? Aku dengar ia mau pindah ke Fukuoka."

"Ohayou, minna! Hehe, awalnya sih, begitu," seorang anak laki-laki berambut cokelat hangat yang sebaya dengan Ichirouta, Shirou dan Atsuya, juga dengan seragam Nippon Gakuen tiba-tiba muncul dari belakang Atsuya. "Tapi, akhirnya aku tinggal bersama Jii-chan di sini, sementara orangtuaku di Fukuoka…."

"…KENAPA KAU TIDAK BILAAANG!" Ichirouta membiarkan ke-OOC-annya keluar di pagi itu, seiring dengan gerakan tangannya yang mengarah ke kepala Mamoru. Sudah jelas, untuk mengacak-acak rambut cokelat sahabat kecilnya itu.

"Ahahaa, ampun Ichi!" seru Mamoru sambil tertawa-tawa. Sedangkan Ichirouta, ia malah terus mengacak-acak rambut cokelat sahabat kecilnya itu tanpa ampun. Membuat headband oranye Mamoru terlepas dan jatuh ke tanah. "Sudah, ah! Hehehe," ujar Ichirouta ketika akhirnya ia puas menjahili teman kecilnya itu.

"Ohayou—kalian ini, pagi-pagi sudah menggila," sesosok pemuda dread muncul di depan mereka. Dengan seragam yang sama dan goggle yang menutupi matanya, kita bisa mengetahui bahwa dia adalah….

"Kidou! Ternyata kamu di sini jugaaa!" Mamoru berseru-seru sendiri begitu ia menemukan Yuuto—nama pemuda dread itu—yang ternyata sudah ada di belakang mereka, bersama tiga sosok lain. Seorang dengan rambut hijau pupus dan mata cokelat kemerahan yang menyala. Satu orang berambut seperti—ehm…bawang putih? Ah, lupakan saja—dan mata onyx. Dan yang seorang lagi, anak laki-laki berambut cokelat keemasan dengan mata biru kehitaman.

"Sakuma! Goenji! Tachimukai!" seru Mamoru senang. Tiga temannya yang lain semasa di SD pun ada di sini, saudara-saudara!

"Kau akan lebih kaget jika membaca daftar seleksi murid baru. Dari 120 orang, sekitar 40 orang berasal dari Raimon. Yaah, ada SD lain yang lebih mendominasi sih, IKES. Tapi tak apa-apa, itu saja sudah banyak," pemuda yang dipanggil Sakuma itu menyahut sambil tertawa kecil.

"Itu sih, wajar. Hanya ada empat sekolah dasar di sekitar sini. IKES, sekolah kita dulu, Vocaloid Academy dan BES. Karena BES itu terus berlanjut sampai kelas dua belas, jadi hanya ada tiga kemungkinan sekolah yang mendaftar ke sini," tanggap Yuuto, melengkapi penjelasan Jirou tadi.

"Oke, ayo kita masuk! Eh—aku lupa, kalian kelasnya di mana?" tanya Mamoru.

"7-V," ujar semuanya. Nyaris, kecuali Jirou. "Nee, kau di mana, Sakuma?"

"7-A. Hehehe~"

"Yah, tidak apa-apa, deh. Kita bisa bersama saja sudah cukup menyenangkan," ujar Ichirouta sambil membetulkan tas hitamnya. "Masuk, yuk. Aku sudah penasaran kelas kita ada di mana. Aku yakin kalian juga penasaran."

~unpredictable~

"EEEHH? Kakashi-niichan juga di sini?" Naruto terlihat kaget mendengar kata-kata Sakura. Yah, baru saja Sakura memberitahu bahwa kakak sepupunya sekaligus tetangganya, Hatake Kakashi, bersekolah di Nippon Gakuen.

"Hehe, iya! Asyik deh, ada Kakashi-niichan. Yah, paling tidak ada yang memandu selama masa-masa pertama di SMP," balas Sakura yang terlihat sedang mencoba mencari loker yang sesuai dengan nomor kunci yang diberikan padanya. "Eerr—23…23…ah!"

"Ini lokermu, Sakura-chan? Aku nomor 4, di ujung sana," beritahu Naruto. "Teme—aku belum tahu. Katanya di dekat Shikamaru, tapi aku sendiri tidak tahu punyanya yang mana," lanjutnya.

"Hei, punyaku di sini."

"SHIKA!" seru Naruto dan Sakura bersamaan begitu sosok berambut nanas itu terlihat di depan mata mereka. Terlihat sosoknya sedang membereskan buku-bukunya ke dalam loker bercat hijau tua itu. "Wah—kebetulan sekali kita bertemu lagi! Ahaha," Naruto tertawa dengan gaya khasnya. Shikamaru hanya menghela napas, tapi kemudian pemuda jenius itu tersenyum tipis. Khas Shikamaru. "Begitulah. Aku tak tahu bagaimana bisa terjadi seperti ini, terlalu merepotkan untuk dipikirkan," ujarnya enteng.

"Kau ini—ada-ada saja," Sakura agak geleng-geleng kepala melihat kelakuan teman masa SD-nya itu. Ia memang dikenal jenius, tapi, yah—sifat pemalas dan tak mau repotnya itu nyaris tak pernah hilang. Sejak awal Sakura mengenalnya—sejak SD—hingga sekarang, sifat itu memang masih sangat lekat dengan Shikamaru.

"Yah, begitulah. Kalian di 7-V, kan?" tanya Shikamaru singkat.

"Ya! Teme, Hinata-chan, Neji dan Kiba juga, lho!" balas Naruto dengan senyuman lima jarinya. Shikamaru hanya tertawa kecil. "Kau ini…selalu saja begitu. Hei, ayo masuk. Aku ingin tahu siapa saja teman-teman sekelas kita yang lain. Nee?"

"Osh!" kata Naruto, setengah berseru sambil beranjak ke kelas mereka. Sakura dan Shikamaru hanya tersenyum kecil, lalu mereka pun berjalan mengikuti Naruto. Begitu tangan Naruto meraih dan membuka pintu kelas, ia lebih kaget lagi karena….

"Sai! Ino! Tenten! Amaru! Gaara!" serunya senang begitu ia menangkap lima orang yang sangat akrab di matanya, sedang berkumpul di meja guru. Teman-teman lainnya dari IKES, meski mereka saling berbeda kelas. Tapi di antara mereka, ada tiga sosok lain yang belum ia kenal. Seorang berambut merah dengan mata emerald—warna-warna yang sama dengan Gaara, tapi dalam nada warna yang berbeda—dan dua lagi sama-sama bermata cokelat dengan warna rambut berbeda—seorang berambut cokelat hangat dan seorang lagi berambut teal.

"Oi! Naru! Sakura-chan! Shikamaru!" Tenten berseru senang. "Asyik, nih. Teman-temanku banyak yang di sini."

"Ya—aku juga tak menyangka kau di sini. Sasuke juga di sini lho, kau yakin tak akan bertengkar dengannya?" goda Gaara yang mengeluarkan ke-OOC-annya di sini.

"GAA!" Naruto mendaratkan jitakannya pada dahi pemuda Ai itu. Gaara tetap tenang, tapi ada sebuah cengiran kecil di wajahnya yang biasanya stoic. Lalu, Naruto pun menoleh pada tiga-orang-yang-belum-ia-kenal tadi. "Emm—kalian teman sekelas kami, ya? Perkenalkan, aku Naruto. Namikaze Naruto—yoroshiku nee!"

"Hee, Namikaze-kun, ya? Aku Kiyama Hiroto, yoroshiku desu."

"Kazemaru Ichirouta. Yoroshiku onegaimasu!"

"Namaku Endou Mamoru—yoroshiku desu, Namikaze!"

"Ah—umm, panggil saja Naruto. Aku tidak biasa, ehehe," Naruto menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya, ciri khas Naruto kalau sedang agak canggung.

"Ya sudah, panggil saja aku Mamoru," balas Mamoru ceria.

"Hei, Endou-kun, kalian mirip, lho. Sifat kalian dan suara kalian itu yang menurutku mirip," cetus Hiroto, yang langsung diiyakan seseorang yang tiba-tiba muncul di samping Naruto. "Iya, kalian mirip lho, Naruto. Oh ya, Nara Shikamaru desu. Yoroshiku."

"Aku Sakura. Haruno Sakura. Yoroshiku onegaimasu!" sambung Sakura dengan senyum khasnya yang selalu melelehkan hati seorang Namikaze Naruto yang sekarang sudah tersenyum-senyum dengan fox-grin khasnya dengan wajah yang agak memerah. Hiroto memandangi Naruto, kemudian menyeringai tipis. "Hee, Naruto, bilang saja kau suka pada Sa—"

"NGGAK KOK! NGGAK!" Naruto berteriak dengan hebohnya menanggapi kata-kata Hiroto yang sangat 'dalam'. Membuat mayoritas o di kelas itu tercengo-cengo dengan adegan ini. Shikamaru hanya bisa geleng-geleng kepala. 'Bohong tuh. Aku sudah tahu soal perasaanmu ke Sakura, lho… mendokusei….'

"Ohayou—HEE?" sesosok pemuda dread memasuki ruangan, dan ia hanya bisa ber-sweatdrop ria melihat apa yang terjadi di sana. "Endou, Kazemaru, Hiroto, ada apa?"

"Tidak ada apa-apa, kok—hahaha," Hiroto tertawa kecil, masih memandangi Naruto yang diledek secara konstan dan konsisten *?* oleh teman-temannya di TKP.

"Hei, ada yang datang lagi, tuh!" Naruto berseru, berusaha mengalihkan perhatian semua temannya dari kejadian tadi. Dan dengan indahnya, itu berhasil. Siswa-siswi itu pun mengalihkan perhatian mereka ke arah Yuuto yang baru muncul.

"Hee—ada lagi, ya!"

"Wah, Naruto benar! Namaku Sai, alumni IKES! Namamu siapa?"

"Aku Kidou Yuuto. Yoroshiku, Sai." Jawaban Yuuto itu dibalas dengan rentetan perkenalan dari teman-teman barunya. Siswa-siswi lain mulai berdatangan dan ikut bergabung dengan mereka, bahkan ada juga yang datang dari kelas lain dan berpartisipasi meramaikan suasana. Membuat seorang pemuda hijau pupus yang baru saja akan bergabung dengan 'kerusuhan' ini bergumam,

"Teman-teman baru, sekolah baru dan lembaran baru. Kehidupan ini benar-benar tak bisa ditebak, ya. Dan segalanya berjalan cepat sekali…."

Tentu saja ini baru permulaan dari serentetan kisah yang akan dikenang oleh semua yang mengalaminya. Dan masih ada sejuta kata, seuntaian hari yang harus dilalui dan ratusan kisah yang masih harus diurai. Masih ada tangis, tawa dan canda yang belum terekspresikan—

—dan (mungkin) masih ada petualangan dan cerita yang belum terukir….

~unpredictable~

Ya, beginilah gajenya. *?*
Oke, dengan ini Unpredictable chapter 1 selesai! Hehe... review, nee? Onegai~