Musim dingin tahun itu, Jutaan partikel putih masih berjatuhan dari langit membasahi permukaan bumi yang dipenuhi banyak orang, namun walau ini adalah musim dingin masih banyak orang yang melakukan aktivitasnya diluar rumah. Bahkan sekolah masih tetap berlangsung dengan puluhan anak sekolah yang berjalan kaki menggunakan baju tebal untuk menepis rasa dingin.

Mentari sudah agak meninggi walau panasnya saat ini tak perpengaruh tapi cukup untuk menyatakan bahwa ini sudah tidak pagi lagi, diujung sana seseorang dengan jaket kebesaran yang membungkus tubuh kecilnya berlari membuat untaian rambut coklat madunya bergerak kebelakang menampakan wajah kelelahannya, Byun Baekhyun.

Langkah kakinya dipercepat begitu melihat gerbang yang hampir tertutup dengan kecepatan seribu Baekhyun berhasil memasuki area sekolah tapi dengan tak elitnya justru menabrak seseorang yang tengah berjalan berlawanan arah dengan nya menyebabkan pantatnya menghantam tanah. Ingin rasanya Baekhyun berteriak karna pantat nya sakit tapi ketika dia mendongak yang dia dapati adalah wajah dingin yang menatapnya tanpa arti seketika nyali Baekhyun menciut terutama dia begitu tinggi seperti raksasa dilihat dari bawah sini.

Wajahnya tampan dengan rahang yang tegas serta tatapan mata datar, Baekhyun menundukan kepalanya karna sudah tak sanggup menaahan tatapan tersebut, padahal didalam hati dia merutuk agar setidaknya jika tidak meminta maaf dia membantu Baekhyun berdiri.

"maaf"

Suara bass nya sukses membesarkan diameter mata Baekhyun, Si mungil mendongak menatapnya heran kemudian mengangguk kecil, walau besar harapan Baekhyun untuk dibantu berdiri orang itu justru berlalu melewati gerbang sekolah dengan malasnya seraya mengancingkan seluruh jaketnya.

"sial aku terlambat!"

Baekhyun sesegera mungkin berlari menuju kelasnya, ini sudah benar-benar terlambat pikirnya.

"habislah aku! tidak… tidak … jangan hukum aku guru Lee, kumohon" racau Baekhyun tak karuan disepanjang perjalanan menuju kelasnya.

Sementara itu si jangkung yang tadi menatap Baekhyun hanya terkekeh pelan mendengar permohohan Baekhyun dari kejauhan, pertemuan yang sungguh menggemaskan.

HAPHEPHOBIA

.

.

.

Cast :

Park Chanyeol

Byun Baekhyun

.

.

.

Summary :

Apa yang kau harapkan dalam sebuah pernikahan selain keturunan? Jawabannya adalah : Kepuasan!

.

.

.

Happy reading sayaaangku

.

.

.

Kaki jangkungnya berhenti didepan sebuah coffe shop yang terlihat ramai, terutama dimusim dingin seperti saat ini. Park Chanyeol, lelaki dengan jaket kebesaran disertai tas sekolah dipunggung nya memasuki toko tersebut memilih tempat duduk disudut toko setelah memesan segelas mocha latte sambil menunggu seseorang.

Ketika pesanan nya datang Chanyeol hanya menatap tanpa minat pada gelas kopi didepan nya, dia menghela nafas pelan sebelum menghembuskan nya menimbulkan butiran uap disekitar kaca didepan wajahnya. Sampai orang yang ditunggu Chanyeol akhirnya datang, seorang wanita dengan senyum lebar menghampiri nya.

"sudah lama menunggu anakku sayang?"

Akhirnya wajah tampan yang sejak tadi datar mengeluarkan senyuman tipisnya menghasilkan dimple disebelah pipinya samar-samar timbul meningktkan ketampanan diwajahnya.

"ada apa ibu memanggilku dijam sekolah?" tanpa basa-basi Chanyeol bertanya karna sungguh dia tak ingin melewatkan jam pelajaran nya.

"ini penting Chanyeol, bagi ibu dan juga masa depanmu"

"ibu, aku bahkan belum lulus sekolah bagaimana bisa ibu memikirkan masa depanku"

Chanyeol menyesap segelas mocha latte didepan nya sebelum kembali menatap ibunya yang masih bertahan dengan senyuman membujuk Chanyeol.

"Chanyeol-ah…"

Tangan ibunya menggapai tangan sang anak didepan nya namun Chanyeol segera menghindarinya dengan menurunkan tangan nya dari meja tersebut, membuat senyuman sang ibu luntur seketika matanya menyiratkan kekecewaan pada sang anak yang menunduk didepan nya.

"ibu tau kau masih belum siap, tapi ibu sudah menemukan nya"

"ibu mencarikan wanita untukku? Lagi?"

"ibu hanya ingin memastikan kau memiliki teman hidup Chanyeol-ah"

"ibu masih ingat kan, tahun lalu seorang gadis mati bosan saat berkencan denganku yang bahkan tidak pernah melakukan apa-apa padanya"

"ibu hanya—"

"kumohon ibu, ini yang terakhir"

Chanyeol membungkuk hormat sebelum berlalu meninggalkan ibunya dengan rasa kecewa, bukan pada ibunya tapi pada dirinya sendiri yang nyatanya selalu mengecewakan ibu kesayangan nya. Tapi ini juga bukan pilihan Chanyeol, dia juga tak ingin seperti ini tuhanlah yang memberikan semua ini padanya jadi dia hanya akan menjalaninya.

.

Sementara ditempat lain sepasang mata kecil sudah terlihat mengantuk memperhatikan guru yang menjelaskan pelajaran didepan sana, teman disebelahnya mengalihkan pandangan padanya melambaikan tangan didepan wajah si cantik.

"Baekhyun?" tanya teman nya menyentakkan kantuk Baekhyun seketika

"I-iya?"

"kau tertidur?"

"tidak, siapa juga yang tertidur"

"matamu menutup kupikir kau tertidur"

"Ah itu… aku hanya sedikit mengantuk"

"memangnya semalam tidur jam berapa?"

"lumayan kemalaman"

Ingatan Baekhyun melayang pada perdebatan dengan orang tua nya semalam, semalam Baekhyun sudah hampir tertidur ketika ayahnya baru pulang bekerja dengan malas Baekhyun keluar kamar menemukan ayah dan ibunya yang menunggu diruang keluarga. Tidak biasanya ayah dan ibunya memanggilnya dimalam hari apalagi disaat dia hampir tertidur.

"ayah sudah pulang?"

"iya, duduklah Baekhyun"

"ada apa ini?" tanya Baekhyun heran

"ayahmu memintamu untuk duduk, jadi duduklah" ujar ibunya dengan tenang

Baekhyun menurut mendudukan dirinya di single sofa disebelah ayah dan ibunya, entah kenapa perasaan nya tak enak melihat mata kedua orang tuanya tampak begitu mengintrogasi.

"apa kau memiliki kekasih Baek?"

Pertanyaan itu membuat Baekhyun serasa disambar petir, apa-apaan ayahnya bertanya seperti itu dimalam hari seperti ini, aneh sekaligus mencurigakan. Baekhyun mengerutkan dahinya ketika pertanyaan tersebut muncul.

"kenapa tiba-tiba seperti ini?" tanya nya dengan nada sedikit naik

"tenanglah, ayah hanya ingin memastikan. Bagaimanapun ayah ingin segera menimag cucu"

Seketika kepala Baekhyun menunduk, dia bahkan sama sekali tak tertarik pada wanita bagaimana bisa ayahnya ingin meminang cucu ketika dia tak mungkin hamil? baekhyun hanya terdiam tak menjawab pertanyaan ayahnya. Dia tak tahu harus menjawab apa saat ini, apa ayahnya akan marah jika tau bahwa dia adalah lelaki yang 'berbeda'.

"ayah tidak pernah melihatmu begitu dekat dengan wanita Baekhyun-ah"

"A-ayah?" Baekhyun gelagapan menghadapi situasi ini

"apa kau tak tertarik dengan wanita?" tanya ibunya pelan

Baekhyun menunduk semakin dalam, tak lama terdengar hembusan nafas kasar dari ayahnya. Baekhyun merasakan kepalanya diusap dengan lembut oleh sang ayah, dengan sedikit keberanian Baekhyun mengangkat kepalanya menatap wajah sang ayah yang tersenyum kearahnya.

"ayah tidak akan marah jika kau berkata jujur Baek"

"A-ayah ibu… maafkan aku"

Baekhyun kembali menundukkan kepalanya dalam-dalam, mungkin memang ayahnya tidak marah tapi kecewa tentu saja ada, Baekhyun sangat merasa bersalah dengan orang tuanya.

"jika benar seperti itu, kau harus menurut dengan pilihan ayah. Mengerti?"

Baekhyun terkesiap dengan perkataan tersebut, apa ayahnya menjodohkan nya? Apa ini dalam rangka bisnis? Apa dia akan dijodohkan dengan kolega ayahnya yang sudah tua-tua itu? Berbagai pertanyaan muncul dibenak Baekhyun memaksa air matanya keluar sedikit demi sedikit walau sekuat tenaga dia menahan nya.

"kenapa menangis?" tanya ayahnya lagi

"apa ini perjodohan?"

"kau ragu dengan pilihan ayah nak?"

"A-aku bahkan tidak tahu dengan siapa aku akan dijodohkan yah" isak nya

"percayalah pada kami Baek, kau tak akan menyesal dengan pilihan kami" ibunya menenangkan

"diluar sana banyak lelaki Baek, hanya sebagian kecil dari mereka yang merupakan lelaki baik Baekhyun jadi percayalah dengan pilihan ayah"

"aku… bisakah ayah dan ibu memberiku waktu untuk memikirkan semua ini?"

"kita akan makan malam lusa Baek, kau bisa mempertimbangkan nya"

Baekhyun hanya mengangguk sebelum memasuki kamarnya dan bergadang semalaman penuh hanya untuk memikirkan masalah ini, sungguh dia ketakutan dengan semua pertanyaan yang membayangkan sosok pria seumuran ayahnya akan menggagahinya dimalam pertama mereka.

"Byun Baekhyun-ssi?"

Lamunannya tersentak ketika panggilan dari sang guru didepan sana, Baekhyun menoleh sedikit terkaget kearah gurunya.

"kau melamun dalam jam pelajaran, apa kau baik-baik saja?"

Baekhyun hanya menunduk, sesaat kemudian menggelengkan kepalanya. Sungguh dia butuh tidur saat ini dengan tatapan memohon Baekhyun menatap gurunya.

"apa boleh aku beristirahat diruang kesehatan pak?"

"tentu jika kau memang membutuhkan nya"

"kau sakit?" tanya teman sebelahnya

"aku hanya mengantuk"

"sudah kuduga dari tadi kau juga tertidur"

Baekhyun hanya tersenyum simpul keluar kelasnya menuju ruang kesehatan. Sekolahnya sepi ketika jam pelajaran berlangsung, Baekhyun menyempatkan diri melihat-lihat kelas lain yang tengah belajar ada beberapa anak yang berolahraga dilapangan.

Langkahnya memasuki ruang kesehatan berbaring dengan nyaman ditempat tidur, namun baru saja akan memejamkan mata pergerakan dibelakangnya menarik perhatian Baekhyun dengan hati-hati Baekhyun membalik tubuhnya mengintip seseorang yang tertidur dibalik tirai sebelahnya.

Seseorang tengah menutup matanya dengan sebelah lengan nya sendiri, tampak begitu kelelahan dan Baekhyun amat tau siapa itu. Yang menabraknya tadi pagi, si jangkung dengan suara bass dan tatapan tajam. Park Chanyeol.

Baekhyun sedikit berdehem ketika merasa canggung sendiri memperhatikan Chanyeol yang beristirahat, Chanyeol menurunkan lengannya menatap Baekhyun namun kali ini tatapan nya berbeda dari yang tadi. Tatapan yang tampak begitu kelelahan dan sayu.

"C-chanyeol"

"Hn?" Chanyeol hanya menjawab dengan dengungan namun menatap tepat dimata Baekhyun

"kau sakit?"

"tidak, hanya kelelahan. Kau sendiri?"

"sama, aku hanya mengantuk"

"kalau begitu tidurlah"

"I-iya, kau juga"

"Hn"

Dengan kaku tubuh mungilnya berbaring membelakangi Chanyeol memejamkan mata mencoba masuk dalam alam mimpinya, Chanyeol pun sama dia membalik tubunya memunggungi Baekhyun memejamkan mata lelah sampai bantingan pintu ruang kesehatan membangunkan keduanya.

"maaf kak, bisakah kakak pindah temanku mengalami cidera"

Anak yang menggunakan baju olahraga tersebut jelas masih berkeringat menopang salah seorang teman nya yang tampak kesakitan.

Chanyeol segera beranjak berdiri sementara Baekhyun hanya menatap dari tempatnya dengan sedikit meringis melihat luka dikaki adik kelasnya, sepertinya itu robek atau semacamnya.

"silahkan" ucap Chanyeol datar

Tubuh besarnya kemudian dengan santai berbaring disebelah Baekhyun, seketika Baekhyun menegang walau dia tak bersentuhan dengan Chanyeol tapi berada sedekat ini dengan Chanyeol menimbulkan detakan keras dalam rongga dadanya.

Park Chanyeol,

Satu nama yang selalu memenuhi kepala Baekhyun sejak awal mereka memasuki sekola tahun lalu, Chanyeol yang saat itu terpilih sebagai siswa baru mewakili visual pria berdiri didepan sana bersama seorang siswi yang terpilih sebagai visual wanita. Tatapan mata Chanyeol yang tajam awalnya membuat Baekhyun bergidik ngeri tapi ketika semua itu berganti dengan senyuman lembutnya membuat sesuatu didalam dirinya bergetar.

Saat itulah Baekhyun sadar bahwa dirinya telah jatuh pada sosok Park Chanyeol yang tersenyum begitu hangat didepan sana, sejak saat itu pula Baekhyun tidak mengerti kenapa dia sering bermimpi Chanyeol mendatanginya dengan senyuman tersebut kemudian berakhir dengan celana basah dipagi harinya.

Park Chanyeol,

Selalu saja menimbulkan ketidak sengajaan dalam hidupnya walau sebenarnya Baekhyun tak sadar jika itulah yang dinamakan takdir, tahun lalu dengan sangat percaya diri Baekhyun mengajak sahabatnya hanya untuk berkenalan dengan Chanyeol. Mereka berlari ketika melihat sosok Chanyeol yang keluar dari ruang kesenian, Baekhyun menatap dengan senyum lima jarinya dibalas senyuman hangat oleh Chanyeol seperti biasanya.

"hai, aku Byun Baekhyun" ujarnya mengulurkan tangan dengan semangat

Chanyeol hanya menatap tangan nya tanpa berniat membalas uluran tangan nya, kemudian dengan senyum nya Chanyeol membungkuk hormat didepan Baekhyun tanpa membalas uluran tangan nya.

"hai, aku Park Chanyeol"

Setelah mengucapkan itu ketiganya terdiam kaku ditempat, secara perlahan tangan Baekhyun yang terulur ingin berjabat tadi turun disisi kanan tangan nya. Saat itu Baekhyun harusnya merasa sedih, terhina tapi justru dia tersenyum tak sanggup marah pada sosok dengan senyum tipis didepan nya.

"ada yang bisa kubantu?" tanya Chanyeol

"ah itu, aku hanya ingin bertanya apa kau mau ikut kelas basket? Tinggimu lumayan juga"

Baekhyun sama sekali tak berbohong kala itu menawari Chanyeol ikut dengan klub basket karna kenyataan kakak nya memang sedang mencari anggota baru, tubuh Chanyeol yang tinggi membuat Baekhyun tertarik untuk menanyakan hal tersebut pada Park Chanyeol.

"Um… apa kau ikut kelas itu?"

Baekhyun seketika merotasikan matanya dengan malas, apa ini sebuah penghinaan? Bahkan dengan melihat tubuhnya saja ketua klub basket akan langsung menolaknya.

"tinggiku tidak cukup" ucap Baekhyun dengan sedikit penekanan

"ah maaf, tapi aku sudah ikut kelas seni. Lebih tepatnya seni musik"

Bukankah ini kebetulan? Bahkan Baekhyun juga ikut kelas seni musik, dengan riang Baekhyun tersenyum sebelum pamit pergi pada Chanyeol, kebetulan kedua mereka adalah ketika Baekhyun pulang sekolah kesorean setelah mengerjakan tugas dia dihadang tiga anak laki-laki dari sekolah sebelah. Mereka menggoda Baekhyun.

"hai manis"

Baekhyun hanya terus berjalan dengan kepala menunduk bagaimanapun sudah tak ada lagi siswa sekolahnya yang dapat dimintai pertolongan, sebenarnya Baekhyun ingin lari saja saat ini tapi entah kenapa kakinya terasa kaku karna ketakutan.

"sini bermain denganku" kata salah seorang dari mereka seraya menarik Baekhyun

Namun tiba-tiba saja Baekhyun terpekik ketika yang menarik tangan nya barusan terpental kebelakang karna tendangan seseorang, Baekhyun membalikkan tubuhnya seketika bertabrakan dengan dada seseorang, aromanya wangi seketika membuat rona diwajah si mungil.

"C-chanyeol?"

Chanyeol menurunkan pandangan nya sebelum kembali menghantam salah seorang yang menyarangnya, ini mirip seperti misi penyelamatan wanitanya oleh seorang kekasih dari para penjahat, Baekhyun mengulum senyumnya melihat Chanyeol melumpuhkan mereka bahkan hanya dengan tendangan kakinya, sementara Baekhyun dibelakangnya merona memikirkan Chanyeol akan melindunginya menggenggam tangan nya kemudian menyembunyikan tubuhnya dibelakang yang lebih tinggi.

Tapi semua harapan nya sia-sia karna yang dia dapati sekarang bukan nya genggaman tangan atau perlindungan dibelakang dirinya Baekhyun justru disuruh ketepi oleh Chanyeol dengan sebuah penghinaan. Apa-apaan ini!? Chanyeol mengetepikan nya menggunakan pantat? Hell, Baekhyun merasa kesal tapi bagaimanapun Chanyeol saat ini tengah menolongnya.

Mereka bertiga dan Chanyeol hanya sendirian dengan lirikan aneh Chanyeol mengode agar Baekhyun pergi duluan karna dia tau betul Baekhyun itu lemah tidak bisa berkelahi. Kode Chanyeol berhasil diterima oleh Baekhyun sementara anak-anak tadi masih sibuk mengambil ancang-ancang akan memukuli Chanyeol. Setelah dirasa Baekhyun cukup jauh Chanyeol segera melarikan diri menyusul simungil yang teregah-egah memegangi lututnya dibawah pohon besar persimpangan.

"kau tidak apa-apa?"

Baekhyun mendongak mendapati wajah tampan Chanyeol yang terluka dipelipisnya.

"keadaanmu saja seperti itu malah menanyakan keadaanku"

"aku hanya memastikan" cuek Chanyeol tak peduli dengan lukanya

"kau terluka" cicit Baekhyun nyaris tak terdengar

"K-kau terluka"

"hei jangan berteriak juga"

"habisnya aku bicara pelan kau tidak dengar"

"jangan terlalu pelan juga"

Baekhyun merogoh tas nya menemukan sebuah plester luka bermoif stroberi sesuai kesukaan nya membuat Chanyeol terkikik geli ketika melihatnya.

"I-ini pakailah"

"kenapa feminim sekali uh?"

"mau pakai atau tidak?" sergah Baekhyun menghilangkan kegugupan nya

"pakaikan"

Chanyeol membungkukkan tubuhnya sejajar dengan Baekhyun membuat si mungil mau tak mau memakaikan plesternya menutup luka dipelipis Chanyeol, melihat wajah Chanyeol sedekat ini menimbulkan debaran halus dijantungnya serta wajahnya terasa panas.

"Terimakasih" ucap Chanyeol terlihat tulus

"sama-sa ah tidak seharusnya aku yang berterimakasih karna kau sudah menolongku"

"kuanggap plester ini sebagai bayaran"

"padahal tadi kau memantatiku" sungut Baekhyun pelan

"maaf, aku tidak bermaksud begitu"

"ini ambil saja plester nya masih ada"

Baekhyun memberikan satu plester lagi yang diterima denga anggukan serta senyuman hangat dari sang pangeran yang mana membuat hati nya menghangat bahkan tadi juga kebetulan Chanyeol menabraknya pagi-pagi sebelum berangkat sekolah digerbang. Kebetulan!

Kembali pada hari dimana mereka berbaring berdua di ruang kesehatan. Walau bahkan berbicara dengan Chanyeol sekali bagaikan setahun tapi Baekhyun tetap merasakan jantungnya berpacu cepat setiap kali berada didekatnya atau bahkan sekedar memperhatikan dari kejauhan saja, dan sekarang pria yang memompa kerja jantungnya lebih cepat tersebut tengah berbaring disebelahnya dengan lengan menutupi matanya, benar-benar terlihat lelah.

"aku tidak tau kalau kau semakin tampan saat tertidur" bisik Baekhyun seorang diri

Kata-kata itu terdengar oleh pedengaran si tampan namun dia berpura-pura tidak mendengarnya dan lebih memilih memejamkan matanya, Chanyeol sebenarnya sudah tahu kalau Baekhyun menyukainya. Tapi Chanyeol berpikir bahwa dia masih lurus untuk tidak menyukai lelaki, tapi dia tidak bisa berbohong juga kalau Baekhyun itu terlalu cantik untuk ukuran pria.

.

Gerakan kecil disampingnya menyentak tidur Chanyeol, ketika matanya terbuka hal pertama yang menyambutnya adalah pelukan hangar diperutnya dengan sebuah kepala kecil mengusak dadanya. Rambut Baekhyun begitu wangi menenangkan tanpa sadar Chanyeol mengusakkan wajahnya pada kepala tersebut.

"wangi" kekehnya seorang diri

Cukup lama Chanyeol memandangi Baekhyun sampai dia memilih untuk menyelihuti simungil tanpa mengusik tidurnya kemudian meninggalkan nya diruang kesehatan sendirian. Chanyeol berjalan seraya mengancingkan jaketnya disepanjang koridor dengan senyuman tipisnya entah kenapa perasaan nya membaik saat ini.

"kak Chanyeol!"

Chanyeol menoleh mendapati seorang gadis berlari kearah nya, Chanyeol adalah seorang siswa kelas sebelas dengan prestasi menggunung disekolah ini jadi tidak akan mengherankan jika banyak yang menyukainya apa alasan Chanyeol menutup diri? Karna dia tak ingin setelah dia jatuh pada orang tersebut dia justru dicampakkan pada akhirnya. Itu akan terasa menyakitkan.

"iya?" tanya Chanyeol ramah

"kakak tadi di ruang kesehatan ya?"

"kenapa?"

"temanku tadi terluka dan katanya kakak ada disana saat dia memasuki ruang kesehatan"

"lalu?"

"kakak sakit apa?"

"ah itu, aku hanya kelelahan saja"

"syukurlah, kupikir kakak kenapa-napa"

"tidak, aku baik-baik saja"

Adik kelasnya hanya mengangguk paham menundukkan kepala, Chanyeol merasa canggung sendiri dengan situasi seperti ini dia bahkan tidak mengenal siapa yang tengah mengajaknya bicara. Sekolah ini sangat luas! Jadi hanya sebagian orang saja yang akan dikenal Chanyeol apalagi dia kurang peka terhadap lingkungan sekitar, hanya beberapa anak seangkatan dengan nya yang akan dikenal nya.

"maaf apa kau mengenalku?" akhirnya Chanyeol buka suara

"tentu saja, kakak pasti tidak mengenalku ya?"

"hehe tidak" Chanyeol menggaruk belakang kepalanya dengan canggung

Gadis itu hanya tersenyum kemudian membungkuk hormat sebelum meninggalkan Chanyeol, ini adalah bagian dari sekolah satiap harinya karna menjadi orang populer itu sulit sekali. Chanyeol berada dikelas unggul, selalu menyandang juara pertama, visual bak model, serta tidak sombong membuat banyak orang menyenanginya walau sebenarnya Chanyeol sedikit risih diperlakukan seperti tadi, tapi apa boleh buat dia harus tetap menjalaninya.

.

Ketika Baekhyun membuka matanya Chanyeol sudah tak lagi disampingnya, terdapat sedikit kekecewaan dihati Baekhyun tapi dia juga menyadari apa yang terjadi. Chanyeol belum tentu sama dengan nya, dengan lesu Baekhyun bangkit dari tidurnya mengenakan jaket keluar ruang kesehatan yang nyatanya sekolah sudah bubar mungkin sejak tadi karna tak ada satupun siswa yang lewat selain beberapa guru yang masih ada diarea kantor.

Baekhyun mendapati ponselnya bergetar didalam saku dengan segera Baekhyun membuka pesan yang ternyata dari ayahnya.

From : ayah

Baekhyun acaranya dipercepat, makan malamnya hari ini jadi pulanglah lebih cepat

Baekhyun mendesah pasrah ketika membacanya, pikiran nya dipenuhi oleh paman-paman seangkatan ayahnya akan dijodohkan dengan dirinya yang imut ini. Langkahnya lesu berjalan sepanjang jalan menuju halte bus. Sampai bus yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga.

"hai, butuh tempat duduk?"

Walau menutup matapun Baekhyun pasti tahu bahwa itu adalah Park Chanyeol, ayolah kebetulan yang keberapa kalinya ini? Pikir Baekhyun dengan pipi merona. Chanyeol berdiri dari tempat duduknya mempersilahkan Baekhyun untuk duduk disana sementara dirinya berpegangan pada pegangan bus menghadap Baekhyun.

"wajahmu merah, apa kau sakit?" tanya Chanyeol menyentak lamunan Baekhyun

"Um… tidak"

"kupikir kau sakit"

Setelahnya hanya terjadi keheningan diantara mereka membuat Baekhyun canggung dan gatal untuk bertanya pada sosok jangkung yang berdiri disebelahnya.

"Chanyeol?"

"iya?"

"kenapa pulang naik bus?"

"ah itu, motorku rusak sekarang sedang dibengkel"

"oh begitu, pantas tadi kau keluar sekolah berjalan kaki"

"maaf tadi pagi aku sungguh terburu-buru"

"tidak masalah, aku sudah biasa"

"hei jangan seperti itu, aku jadi merasa tidak enak padamu"

Busnya berhenti seketika ucapan Chanyeol selesai, Baekhyun menoleh pada sitinggi dengan senyuman terukir diwajahnya menghasilkan kelegaan dihati Chanyeol mereka saling senyum sampai yang lebih mungil berdiri menuruni bus lebih dulu.

"sudah sampai, aku duluan ya Chanyeol"

"Hn"

Chanyeol hanya menanggapi dengan dengungan dan senyuman hangatnya yang sukses menyempitkan rongga dada Baekhyun, rasanya seperti habis berlari satu kilometer mendapat senyuman dari sang pangeran.

.

Pada akhirnya kenyataan memukul Baekhyun, sekarang rasanya dia tidak bisa bernafas dengan benar ketika berjalan mendekati meja makan ditengah restoran bersama ayah dan ibunya. Disana duduk seorang lelaki membelakanginya dengan seorang wanita cantik disebelahnya. Itu adalah calon suami pilihan ayahnya.

"hei tenanglah" ujar ibunya lembut

"A-aku hanya gugup"

Baekhyun menghela nafas panjang sebelum lelaki yang membelakanginya berbalik. Tubuhnya tinggi besar, pikiran Baekhyun langsung melayang pada sosok paman seumuran ayahnya yang akan menikahinya sungguh demi apapun Baekhyun tak ingin digagahi oleh orang tua bangka seangkatan ayahnya. Namun matanya sukses membola ketika melihat siapa yang membalik tubuhnya, Park Chanyeol!

Masih seperti biasa menyambutnya dengan senyuman hangat, dia tampak begitu tampan dalam balutan pakaian formal seperti itu dan jantung Baekhyun kembali menggila setelah melihat senyuman Chanyeol berubah menjadi kekehan yang membuatnya berjuta kali lebih tampan ditambah lagi tatanan rambut yang menampilkan dahi seksinya membuat Baekhyun lupa caranya bernafas.

"selamat mala om, tante" Chanyeol membungkuk sopan didepan kedua orang tua Baekhyun

Tapi hanya itu saja, tanpa jabatan tangan yang dilakukan anak muda pada umumnya. Baekhyun heran sekali dengan Chanyeol yang tidak pernah menggunakan tangan nya untuk bersetuhan dengan oranglain. Baekhyun masih belum selesai dengan keterkejutan nya Chanyeol sudah membawanya duduk dengan menarik lengan baju nya!? Aneh.

"jadi kalian sudah saling kenal?" tanya ayahnya dengan seringaian

Ini semua sudah direncanakan! Sial, ayahnya tau kalau Baekhyun menyukai Chanyeol sementara anak yang ditanya hanya mengangguk kaku didepan orang tuanya.

.

.

.

.

.

Lanjut apa hapus?

.

.

.

.

Terimakasih karna sudah menyempatkan diri membaca tulisan ini teman-teman jadi ini rencananya akan aku buat berchapter tergantung sama respon teman-teman ya

Mohon reviewnya jika berkenan teman-teman dan maaf untuk kesalahan yang masih ada didalam penulisan ini

Salam Chanbaek is real