"Jisoo putriku, menikahlah. Jangan bekerja terus."
"Iya mama."
(Telepon terputus)
Jisoo menarik nafas lalu menegak sisa minuman anggurnya setelah sambungan telepon dengan ibunya terputus. Berjalan menuju kamar di apartemen mewahnya, sangat sepi karena ia tinggal sendiri.
"Menikah." Jisoo tertawa sedih. Memang umurnya sudah pantas untuk menikah, karena terlalu asyik meniti karir ia mengesampingkan hal itu. Jisoo merasa lelah setelah seharian bekerja ditambah telepon dari ibunya. Ia memejamkan mata, sejenak melupakan masalahnya.
oOo
.
oOo
.
.
Secret Admirer
Rated T
SeokSoo
Genderswitch
One Shot
.
.
oOo
.
(Dari potongan Meanie Married Life chap 4 dan 7 khusus Seoksoo)
"Lagi?" Jisoo merasa heran karena setiap pagi ia menemukan segelas kopi di mejanya sudah hampir seminggu. Masih hangat.
"Jisoo eonnie, siapa penggemarmu?" Kang Yebin tertawa meledek.
"Aku juga mau diberi perhatian begitu." Ucap Pinky. Mereka merubungi meja Jisoo setiap pagi, saat Jisoo datang sudah ada segelas kopi yang dibeli dari coffee shop lantai dasar kantor mereka.
"Kalau aku tahu orangnya juga tidak bakal tanya."
"Saat aku datang sudah ada di mejamu. Sepertinya ia selalu datang pagi-pagi kesini." Ucap Yebin.
"Selidiki saja." Usul Pinky.
Jisoo tampak berfikir, jujur ia juga penasaran siapa pelaku yang selalu menaruh kopi di mejanya. Terbesit ide untuk menyelidiki sesuai saran Pinky. Ia berjalan keluar ruangannya menuju ruang kontrol dimana pusat pengawasan seluruh 1 gedung tempat ia bekerja. Tak butuh izin berbelit, karena jabatan Jisoo semua pegawai mengenalnya. Ia meminta salah satu karyawan untuk memeriksa rekaman ruangan ia selama seminggu ini. Benar adanya, seseorang menaruh kopi di mejanya. Namun itu hanya pegawai yang memang tugasnya membuatkan minuman untuk karyawan saat rapat.
Merasa kurang, Jisoo menuju Divisi Umum.
"Nayoung-ah ada berapa semua pegawaimu?"
"Semuanya ada 20, ada apa?"
"Tolong panggilkan mereka semua."
Nayoung yang bingung karena Jisoo mengadakan sidak langsung menurut memanggil semua pegawainya. Jisoo memerhatikan satu persatu wajah yang terlihat mirip dari rekaman cctv.
"Kamu, ikut saya."
Jisoo berjalan keluar ruangan, seseorang yang diperintahkan Jisoo kaget dan teman-temannya menoleh semuanya padanya.
"Yuha? Kamu melakukan salah apa?" Nayoung bingung. Yuha yang dimaksud hanya menggeleng kepalanya, walau ia tahu alasan Jisoo memanggilnya. Yuha berjalan keluar ruangan dimana Jisoo menunggunya.
Yuha hanya menunduk didepan Jisoo, ia ketakutan.
"Kamu yang setiap pagi membawa kopi untuk saya?"
"Iya benar, itu saya." Yuha menjawab dengan gugup.
"Bisa kamu katakan? Siapa yang menyuruh? Tidak mungkin kamu kan setiap pagi membeli kopi untuk saya?"
"Anu.. itu.. hmm.."
...
...
"Maafkan saya, saya jangan dipecat. Saya baru sebulan disini." Yuha membungkuk 90° pada Jisoo.
"Saya tidak akan memecat kamu, kamu cukup katakan saja siapa yang menyuruh. Itu saja."
"Itu, saya disuruh oleh Bapak Lee."
"Lee siapa?"
"Lee Seokmin dari Divisi Desain."
Jisoo membulatkan matanya, ia kaget mendengar penuturan dari Yuha. Ia mengenal Seokmin, partner kerja Mingyu salah satu arsitek terbaik di perusahaannya. Seokmin adalah team leader andalan Mingyu.
oOo
Jisoo melangkah keluar ruangannya sendiri karena Yebin dan Pinky sudah pulang duluan. Dari jauh Jisoo melihat Mingyu sedang mengobrol dengan Seokmin. Jisoo menunggu didepan pintu lift, ada bayangan yang memantul yaitu bayangan ia dan Seokmin mendekat.
"Maaf noona."
"Oh kamu mengagetkanku."
Jisoo kaget karena hampir ditabrak oleh Seokmin, pria didepannya langsung mengucap maaf lalu menoleh ke arah Mingyu. Jisoo semakin curiga.
"Kalian kenapa?"
"Tidak apa noona. Mau pulang?"
"Hmm iya tentu saja, untuk apa berdiri disini."
Ting! Pintu lift terbuka, Jisoo langsung melangkah masuk. Seokmin ragu karena sudah banyak orang didalam lift. Tak lama ia bergabung karena didorong Mingyu.
Jisoo hanya diam, seolah tidak tahu apa-apa. Selama didalam lift mereka hanya diam.
Ting! Pintu lift terbuka, mereka sudah sampai di lobby.
"Hmm noona bawa mobil?"
"Tidak, aku naik taksi. Mobilku masih di bengkel. Overhaul." Jisoo mengeluarkan ponselnya bersiap menelepon layanan taksi.
"Noona, biar aku antar saja. Bagaimana?"
Jisoo menghentikan jarinya lalu menatap Seokmin yang penuh harap. Jisoo menyunggingkan senyumnya, ia berhasil memancing Seokmin. Ia sangat penasaran alasan Seokmin mengirimkan kopi setiap pagi.
"Oke." Jisoo menyimpan ponselnya lagi.
Seokmin tersenyum senang, Jisoo tidak menolak. Tanpa Seokmin sadari sebenarnya Jisoo membawa mobilnya yang ia parkir di basement. Seokmin mengajak Jisoo menuju mobilnya yang ia parkir di halaman gedung kantor.
Seokmin membukakan pintu untuk Jisoo sambil tersenyum. Jisoo masuk kedalam dengan ringan. Seokmin menjalankan mobilnya dan berpapasan dengan Mingyu yang baru keluar dari gedung. Jisoo sempat melirik melalui spion tampak Mingyu tersenyum. Jisoo semakin yakin kalau Seokmin menyukainya.
"Hmm noona mau langsung pulang?" Seokmin tidak melewatkan kesempatan saat bersama Jisoo.
"Maksudmu?"
"Ah iya maksudku, mungkin noona mau mampir membeli sesuatu biar aku antar sekalian."
"Oh iya, biasanya aku mampir membeli makanan."
"Oh bagaimana kalau kita makan malam dulu?" Seokmin berubah mulai agresif.
"Oke, tapi aku mau makan di restoran favoritku."
"Tidak masalah. Dimana alamatnya, aku akan antar." Seokmin sangat senang bisa makan malam berdua. Jisoo langsung menginput alamat di GPS mobil Seokmin.
oOo
Seokmin duduk dihadapan Jisoo dengan gugup, bukan karena harus berhadapan dengan wanita secantik Jisoo namun ia khawatir tidak bisa membayar billing makanan yang dipesan.
"Sial. Aku belum gajian, ini masih tengah bulan. Semoga limit kartuku cukup." Batin Seokmin, semoga ia bisa melewati acara makan berdua dengan Jisoo untuk pertama kalinya.
Jisoo tersenyum senang berhasil mengajak Seokmin ke restoran mewah, dimana ia kenal dengan pemiliknya yang sama-sama berasal dari Los Angeles. Ia sengaja karena ingin melihat seberapa jauh Seokmin mau menuruti permintaanya.
"Seokmin-ssi, kamu mau pesan apa?"
"Oh, aku ikut saja. Karena ini restoran favorit noona jadi aku yakin noona tahu makanan yang enak disini."
"Baiklah aku yang pilih ya." Jisoo memilih menu untuk Seokmin yang wajahnya semakin pucat.
"Kamu sakit?"
"Oh tidak apa noona, aku baik-baik saja. Hanya agak sedikit lelah karena proyek yang noona berikan."
"Oh begitu. Tapi aku perhatikan, kerja kalian bagus. Big Boss sangat menyukainya." Jisoo mencoba menetralkan suasana.
Tak lama hidangan pembuka datang, disusul menu utama dan penutup. Seokmin memantapkan diri melihat tagihan yang disodorkan pelayan. Jisoo mengulum senyumnya melihat ekspresi Seokmin.
"Seokmin-ssi, jangan khawatir. Biar aku yang bayar."
"Oh tidak bisa, harga diri pria jatuh kalau wanita yang membayar. Noona tenang saja, aku yang bayar semuanya."
"Tidak perlu, aku bawa kartu perusahaan." Jisoo memberikan kartu yang ia bawa untuk membayar semua tagihan makanan. Seokmin hanya diam. Jisoo merasa sudah cukup melihat ekspresi Seokmin.
"Terima kasih, lain kali aku traktir noona."
"Tidak masalah, traktir aku saat bonus dari Big Boss sudah turun."
"Pasti itu! Noona tenang saja!" Seokmin berubah semangat, membuat Jisoo tertawa. Seokmin melanjutkan mengantar Jisoo pulang ke apartemennya.
Jisoo merasa Seokmin orang yang ceria, ia selalu bercerita selama diperjalanan. Dibanding dengan sifat Jisoo yang pendiam, Seokmin bisa merubah suasana agar tidak bosan.
Seokmin telah sampai didepan gedung apartemen dimana Jisoo tinggal.
"Terima kasih sudah mengantarku pulang." Jisoo melepas seatbelt.
"Tidak masalah, aku sangat senang bisa mengantar."
"Oh iya, kalau boleh aku minta cokelat panas saja. Jangan kopi terus. Bosan. Sampai jumpa hari senin." Jisoo membuka pintu mobil untuk keluar.
Seokmin kaget karena Jisoo mengetahui aksinya setiap pagi. Ia buru-buru keluar menyusul Jisoo.
"Noona tahu?"
"Tentu saja, gerak gerikmu mencurigakan."
"Oh, maaf. Hmm sudah malam, masuklah. Besok senin aku pesankan sesuai pesanan."
"Ku kira kamu mau beri penjelasan."
"Oh itu... hmmm... aku... iya memang benar aku yang menyuruh anak Divisi Umum untuk menaruh kopi setiap pagi. Maaf kalau itu mengganggumu."
"Awalnya iya, tapi lucu juga. Apa tujuanmu?"
"Itu... aku... karena aku mengagumi noona." Seokmin menjawab dengan terbata-bata.
"Hanya sekedar kagum?"
"Tidak juga, iya aku menyukai mu sebagai seorang wanita bukan karena kamu atasanku. Maaf, aku minta maaf kalau lancang. Memang sebaiknya aku jujur daripada menyimpannya."
"Oh wow. Aku tidak menyangka."
"Sudah malam, anginnya dingin. Masuklah. Selamat istirahat." Seokmin pamit meninggalkan Jisoo, jantungnya berdetak sangat cepat tak karuan karena baru menyatakan cintanya. Ia bahkan tidak meminta jawaban karena sangat gugup.
"Dasar bodoh! Pernyataan macam apa begitu? Harusnya aku katakan saat makan malam romantis berdua!" Seokmin mendengus kesal diperjalanan pulang.
Jisoo yang sudah di apartemennya mencoba mengingat kembali kejadian hari ini.
"Seokmin? Aku rasa dia menarik." Jisoo menggumamkan nama pria yang telah menjadi secret admirer-nya.
oOo
"Lihat siapa yang datang." Yebin dan Pinky meledek Jisoo yang baru datang.
"Penggemarmu seperti biasa." Yebin melirik ke gelas yang sudah diletakkan di meja Jisoo seperti biasa. Jisoo tersenyum melihatnya lalu meraih gelas itu dan mencium aromanya. Cokelat.
Jisoo langsung meminumnya tanpa beban.
"Whoah, kali ini kamu langsung minum? Biasanya kamu memberikannya padaku." Pinky merasa heran.
"Lho ini kan untukku, kenapa kamu mengharapkannya? Sana beli sendiri."
"Ciyeeh, aku jadi penasaran siapa sebenarnya?" Yebin dan Pinky terus meledeknya, Jisoo hanya membalas dengan tersenyum. Yebin dan Pinky kembali ke mejanya meninggalkan Jisoo.
Jisoo mengeluarkan ponselnya lalu mengirimkan foto dan ucapan terima kasih untuk Seokmin. Tanpa menunggu waktu yang lama, Seokmin langsung membalasnya ditambah dengan emoticon senang. Jisoo hanya tersenyum membacanya.
Selang 30 menit, Yuha datang membawa sekotak makanan ke ruangan Jisoo.
"Maaf, saya hanya disuruh mengantar ini." Yuha langsung pamit undur diri keluar ruangan. Jisoo sudah tahu makanan itu darimana.
Jisoo membukanya, ada roti panggang yang masih hangat. Yebin dan Pinky penasaran saat Yuha masuk ke ruangan Jisoo. Namun mereka mengira kalau Jisoo hanya pesan makan saja.
Jisoo langsung foto dan mengirimkan pada Seokmin, tak lama pesannya langsung dibalas. Jisoo terus tersenyum, ia memakan roti sambil mulai bekerja.
oOo
Sebelumnya, di luar ruangan yang masih 1 lantai. Seokmin mengepalkan tangannya sambil mengucap "Yes!" Ia sangat senang Jisoo mengucapkan terima kasih setelah mengirimkan foto segelas cokelat panas sesuai permintaan. Ia buru-buru menuju lantai dasar untuk membelikan makanan. Ia berpendapat kalau Jisoo belum sarapan, jadi ia berinisiatif membeli camilan.
"Kamu dimana?"
"Aku dilantai 10 habis mengantar minuman di ruang rapat."
"Ketemu di tempat biasa."
Seokmin bertemu Yuha untuk minta tolong lagi agar memberikan makanan pada Jisoo.
"Apa tidak masalah? Aku takut. Kemarin aku ketahuan."
"Tidak apa. Lagipula ia tidak bisa asal memecat orang. Cepat kamu antarkan."
Yuha mengangguk patuh menurut untuk memberikan makanan untuk Jisoo. Ia dan Seokmin bertetangga, karena bantuan Seokmin juga Yuha bisa bekerja disitu. Jadi Yuha membalas kebaikan Seokmin dengan membantunya.
oOo
"Kamu lembur?" Jisoo masuk ke ruangan dimana Seokmin dan Mingyu bekerja.
"Oh noona, iya karena Mingyu sedang ke Jepang jadi segala urusan aku yang handle. Noona mau pulang? Sama siapa? Mobil masih di bengkel? Naik taksi lagi?"
Jisoo hanya tertawa dengan rentetan pertanyaan dari Seokmin.
"Entahlah, mungkin naik taksi."
"Oh, kalau mau menunggu sebentar bagaimana? Aku rapihkan ini dulu, biar aku antar pulang."
"Hmm oke."
Seokmin langsung membereskan berkas-berkasnya agar sang gadis pujaan tidak menunggu lama.
"Noona tumben pulang malam."
"Tadi ada tamu, seperti biasa Big Boss tidak mau sendiri saat ada tamu asing."
"Oh begitu, apa sudah makan?"
"Hmm belum."
"Mau makan dulu? Oh tapi ini hampir jam 8 malam." Seokmin berubah ragu.
"Memang kenapa?"
"Ah tidak, hanya saja biasanya wanita sangat takut makan malam kalau sudah lewat jam 8."
Jisoo tertawa geli mendengar penuturan Seokmin. "Aku tidak masalah, apa kamu merekomendasikan tempat makan yang enak?"
Bagai mendapat angin segar, Jisoo seolah mau diajak makan malam lagi. Seokmin tentu saja senang.
"Ada. Tapi aku takut tidak sesuai selera noona."
"Benarkah? Aku tak masalah yang penting tempatnya bersih dan makanannya enak."
"Oh kalau itu sudah pasti. Oke kita kesana."
Seokmin senang bisa makan malam lagi berdua dengan Jisoo. Ia membawa Jisoo untuk makan sup iga.
"Imo! Pesan 2 porsi ya." Teriak Seokmin pada si bibi penjual yang sudah ia kenal akrab. Jisoo mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Seokmin menuang air dan memberikan pada Jisoo.
"Hei, ini siapa? Akhirnya kamu bawa gadis cantik kemari jadi tidak sendirian lagi." Sang bibi menghidangkan sup untuk Seokmin dan Jisoo. Seokmin hanya tersenyum malu. Sang bibi pergi setelah menghidangkan.
"Dimakan noona mumpung masih panas." Seokmin memberikan sendok pada Jisoo.
Jisoo mencoba kuah sup, lidahnya langsung tertarik untuk mencobanya lagi. "Whoah ini enak."
"Benar kan enak? Kalau mau tambah juga boleh." Ucap Seokmin riang karena Jisoo menyukai pilihannya. Jisoo hanya tersenyum lalu melanjutkan makan dengan tenang.
Seokmin mengantar pulang Jisoo setelah makan.
"Terima kasih makan malamnya."
"Hmm sama-sama. Oh apa besok mau cokelat panas lagi?"
"Hmm... terserah saja."
"Ooh, baiklah ditunggu saja besok."
Jisoo bersiap turun tapi ia agak ragu. "Hmm, mau mampir?"
Seokmin terdiam dengan ajakan Jisoo.
"Ah, maaf kamu pasti lelah karena Mingyu tidak ngantor."
"Aku mau. Apa boleh?"
"Hmm, iya aku punya teh hijau. Kalau mau. Karena kita habis makan daging."
"Oh aku mau! Aku parkir dulu." Seokmin sangat senang dengan tawaran Jisoo.
Jisoo mengajak Seokmin ke apartemennya, bisa dibilang ia adalah pria pertama yang Jisoo bawa ke tempat tinggalnya. Setelah menaruh tas dan membuka blazer yang dikenakan, ia menuju dapur untuk menyeduh teh. Seokmin memandang takjub dengan keadaan apartemen milik Jisoo. Wajar saja, Jisoo berasal dari keluarga berada, memiliki jabatan di kantor dan sebagai salah satu orang kepercayaan Big Boss.
"Noona tinggal sendirian, apa tidak bosan?"
"Sudah terbiasa, ya memang aku suka merasa sepi." Jisoo menghidangkan teh.
Telepon rumah Jisoo berbunyi, namun Jisoo tidak mengangkatnya lalu terdengar suara rekaman Jisoo untuk meninggalkan pesan pada si penelepon.
"Jisoo putriku, apa kamu sudah pulang? Cepat kabari kalau sudah punya calon. Mama tunggu. Mama ingin kamu segera menikah."
Seokmin hampir menjatuhkan cangkir teh setelah mendengar pesan dari ibunya Jisoo. Sementara Jisoo? Jangan ditanya. Wajahnya sudah sangat merah menahan malu. Ia tidak mensetting rekaman lagi, karena terbiasa di speaker on.
Suasana menjadi canggung. Tidak ada yang berani bicara. Jisoo menutup wajahnya karena malu.
"Maaf. Harusnya aku tidak mampir." Ucap Seokmin hati-hati.
"Hmm tak apa, memang aku yang menawarkan awalnya." Jisoo menghapus air matanya, ia menangis karena malu.
"Noona, maaf kalau aku lancang. Apa aku bisa menjadi bagian darimu. Hmm maksudnya tipe pria seperti apa yang kamu inginkan."
Jisoo hanya diam, ia bingung menjawabnya.
"Kalau noona cari yang tampan, wajahku tidak begitu memalukan."
"Kalau noona cari yang humoris, aku maju."
"Kalau noona cari yang setia, aku akan buktikan."
"Kalau noona cari yang penyayang, aku juga akan buktikan."
"Kalau noona cari yang kaya? Hmm aku tidak yakin. Noona pasti bisa menebak berapa gajiku, aku tidak sekaya Mingyu. Aku juga tidak sepintar Mingyu. Tapi kalau pekerja keras aku orangnya."
Jisoo tertawa geli mendengar celotehan Seokmin. Ia tidak menangis lagi.
"Terima kasih sudah menghiburku."
"Aku serius noona. Sebenarnya, aku juga disuruh cepat menikah oleh ibuku."
"Benarkah?"
"Sepertinya kita senasib jangan-jangan kita jo..."
Bugh
Jisoo melempar bantal sofa ke wajah Seokmin sambil tertawa. Seokmin ikut tertawa tidak marah dilempar bantal. Ia senang Jisoo sudah bisa tertawa lagi.
"Tolong jangan beritahu yang lain."
"Oke siap." Seokmin tersenyum, melanjutkan minum tehnya.
Tak lama Seokmin pamit karena ia sadar diri sudah malam dan Jisoo harus istirahat.
Keesokannya, Jisoo mendapati secangkir teh hangat dan sandwich di mejanya. Jisoo tersenyum senang, membuat Yebin dan Pinky merasa iri dengan penggemar rahasia Jisoo.
Jisoo dan Seokmin semakin akrab tanpa diketahui oleh karyawan lain kecuali Mingyu. Karena Seokmin sering curhat, ditambah ia tidak mau ada gosip yang menyebar karena menghormati jabatan Jisoo yang lebih tinggi darinya.
Mereka biasa bertemu diluar kantor saat makan malam atau di apartemen Jisoo. Seokmin merasa Jisoo mau menerimanya hanya saja mereka baru sebatas teman dekat atau hubungan tanpa status? Seokmin terus berusaha mendekati sang gadis berharap untuk kedepannya bisa lebih serius.
oOo
Seokmin bersiul senang di sabtu pagi, ia ada janji kencan dengan Jisoo. Setelah jogging, mandi dan sarapan ia bersiap menjemput sang gadis pujaan. Setelah dirasa sudah oke penampilannya ia bergegas keluar dari rumahnya, rumah orang tua maksudnya. Karena ia masih tinggal bersama orang tuanya.
Ia sudah hafal rute menuju apartemen Jisoo dan ia juga sudah hafal dilantai berapa Jisoo tinggal.
Seokmin menekan bell tak lama pintu terbuka, ia langsung masuk.
"Apa aku terlalu cepat?"
"Hmm, bisa tunggu? Aku belum selesai berdandan."
"Oh, tanpa make up saja noona sudah cantik."
"Aku harus tampil sempurna." Ucap Jisoo meninggalkan Seokmin, ia kembali ke kamarnya. Seokmin sudah terbiasa di apartemen Jisoo. Ia menyalakan tv sambil menunggu Jisoo selesai berdandan.
"Oh, sudah 1 jam tapi ia belum keluar juga. Aku pikir ia sudah rapi saat aku datang. Bagian wajah yang mana ia poles? Hidungnya sudah mancung, bentuk bibir juga sudah sempurna, matanya juga cantik. Aaaahh alis! Apa setiap wanita begitu?" Seokmin mengoceh sendiri, tak lama Jisoo keluar dari kamarnya dan sudah rapi.
"Wow, beautiful lady."
"Apa sih? Biasanya juga begini." Jisoo malu-malu.
oOo
Seokmin dan Jisoo pergi menonton film di salah satu mall. Setelah menonton, Seokmin menawarinya makan siang. Mereka menuju sebuah restoran, keadaan tidak terlalu ramai. Seokmin mengambil meja di pojok.
"Tidak apa kan kita makan disini?"
"Tidak masalah. Aku suka disini menunya banyak."
Setelah memesan makanan, Seokmin mengajak mengobrol seperti biasa agar tidak bosan. Lambat laun keadaan makin ramai karena weekend.
"Permisi, ini pesanannya." Sang pelayan menghidangkan makanan yang sudah dipesan. Seokmin meneguk minumannya karena haus setelah bercerita banyak.
"Seok tolong pindah."
"Hmmppphh.." Seokmin kaget karena Mingyu tiba-tiba datang lalu menggeser piring makanan Seokmin.
"Cepatlah." Mingyu agak membentak dan menarik Seokmin, dengan terpaksa Seokmin pindah duduk disebelah Jisoo. Jisoo hanya menunduk malu karena Mingyu tiba-tiba datang dengan Wonwoo, istrinya. Mingyu mempersilahkan Wonwoo duduk.
"Oh hai Seokmin-ssi, maaf ya kakiku pegal sekali." Wonwoo meminta maaf.
"Iya maaf ya mengganggu kalian, kasihan Wonwoo sedang hamil." Mingyu ikut meminta maaf. Lalu ia menyapa Jisoo yang masih terlihat malu. Acara kencan jadi terganggu dengan kedatangan Mingyu dan Wonwoo.
Seokmin dan Jisoo menjadi canggung, namun Mingyu dan Wonwoo seolah tidak peduli. Mereka sibuk dengan dunianya, Wonwoo terus menempel, memeluk lengan dan menyender dipundak Mingyu. Mingyu sesekali menggoda istrinya dan mereka tertawa bersama, Mingyu juga terus mengecup puncak kepala Wonwoo.
Jisoo merasa panas dengan pemandangan didepannya, Seokmin menyadari hanya saja ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia juga ingin bermesraan bersama Jisoo seperti yang dilakukan Mingyu dan Wonwoo.
Seokmin merasa ada hiburan dengan yang dilihatnya, dimana Wonwoo yang sedang hamil makan 2 porsi dan Mingyu terlihat sangat menyayangi istrinya. Benar-benar membuat iri.
"Eonnie, kapan-kapan main ke rumah sama Seokmin." Ajak Wonwoo, mereka memang belum lama pindah rumah. Mingyu membeli rumah untuk Wonwoo sebagai hadiah pernikahan.
"Oh iya Wonwoo." Jawab Jisoo sambil tersenyum ramah.
Setelah makan, Mingyu membayar semua tagihan sebagai ucapan terima kasih karena Seokmin mau membagi tempat duduknya walau terpaksa. Itu juga karena Wonwoo yang merengek kakinya pegal.
"Habis belanja Gyu? Banyak sekali." Ledek Seokmin melirik belanjaan yang dipegang Mingyu.
"Ini punya nyonya Kim semua." Jawab Mingyu dan Wonwoo hanya menunduk malu.
"Nanti kamu juga mengalami." Ucap Jisoo.
"Eh?" Seokmin melirik Jisoo yang seolah memberi kode.
"Aku duluan ya, sampai jumpa hari senin." Pamit Mingyu karena ia masih harus menuruti permintaan istrinya yang minta dibelikan crepes.
"Maksud noona apa ya tadi?" tanya Seokmin setelah Mingyu dan Wonwoo pergi.
"Tentu saja traktir aku belanja, aku tahu bonus kalian sudah cair kan?"
"Ooh itu, noona mau apa?"
"Tadi aku lihat ada koleksi tas baru, disana." Jisoo langsung berjalan tanpa minta persetujuan Seokmin.
"Aduh pilihannya pasti mahal, dia kan high class apa aku bisa menuruti keinginannya?" batin Seokmin tapi tetap menurut mengikuti sang gadis pujaan.
oOo
Seokmin mengikuti kemana Jisoo melangkah. Mereka memasuki salah satu toko tas bermerk. Seokmin sudah memperkirakan berapa banyak yang harus ia keluarkan untuk membelikan hadiah yang diminta Jisoo.
"Seokmin-ah, ini bagus tidak?"
"Oh, noona suka ini? Bagus. Tapi apa ukurannya tidak terlalu kecil? Hmm maksudku tas kerja noona kan besar, muat banyak barang."
"Hmm? Benar juga. Apa kamu mau memilihkannya untukku?"
"Aku yang pilih? Tapi aku tidak pintar pilih barang, apalagi untuk wanita. Noona saja yang pilih nanti aku yang bayar."
"Ooh padahal aku berharap kamu memilihkannya untukku."
"Noona serius? Tapi takut noona tidak suka."
"Aku akan memakainya, karena itu pemberianmu."
Seokmin tersenyum senang mendengar Jisoo berkata seperti itu.
"Hmm baiklah, aku akan pilihkan." Seokmin berkeliling mencari yang sesuai dengan style Jisoo dan tentunya sesuai budget yang ia punya. Jisoo menunggunya sambil duduk di sofa.
"Ini bagaimana? Modelnya simple tapi kalau noona yang pakai terlihat anggun." Seokmin memilih tas berukuran sedang dengan aksen sederhana. Jisoo mengambilnya dan mengecek kondisi tas dengan detail.
"Ini juga koleksi baru kata pegawainya. Bagaimana? Kalau mau langsung aku bayar."
Jisoo mengangguk tanda setuju dengan pilihan Seokmin. Seokmin langsung meminta diambilkan yang baru pada seorang pegawai.
"Terima kasih." Bisik Jisoo mendekat ke telinga Seokmin. Seokmin menoleh kaget karena Jisoo berani mendekat dan tersenyum.
Tak lama pegawai membawa tas yang baru, Jisoo mengecek kembali takut ada cacat, setelah dirasa oke, Seokmin membayarnya. Ia juga membawakan paper bag belanjaan tas milik Jisoo persis yang dilakukan Mingyu yang bawa belanjaan milik Wonwoo.
"Noona, apa kita bisa bergandengan tangan? Seperti pasangan pada umumnya."
"Hmm boleh saja."
Seokmin langsung senang dan mereka bergandengan tangan.
"Seokmin-ah, aku boleh minta sesuatu lagi?"
"Oh, noona mau apa?"
"Jangan panggil aku noona, aku terlihat tua saat bersamamu."
"Lalu? Mau dipanggil apa?"
"Hmm terserah. Mungkin seperti Mingyu memanggil istrinya."
Seokmin berfikir mengingat kata apa yang sering diucapkan Mingyu ke Wonwoo.
"Apa ya?"
"Huft! Kenapa loadingmu lama sekali?" Jisoo melepas tangannya.
"Eh? Kok dilepas? Iya sebentar aku masih mengingatnya. Eh sini sayang, jangan kesitu dulu." Seokmin tanpa sadar menarik Jisoo untuk bersembunyi.
"Apa?"
"Sstt diam disini, itu ada Mingyu dan Wonwoo sedang beli es krim. Aku pikir mereka tadi bilang mau beli crepes."
"Maksudku tadi kamu panggil aku apa?"
"Eh? Apa ya?"
"Ah sudahlah. Kamu lama sekali!" Jisoo kesal langsung berjalan ke lain arah agar tidak bertemu Mingyu dan Wonwoo.
"Iya sayang. Begitu kan? Mingyu sering mengucapkan kata 'sayang' pada Wonwoo."
Jisoo langsung menunduk malu. Seokmin tersenyum senang Jisoo sudah menerimanya walau dengan cara yang tidak biasa.
"Jadi tanggal berapa kita jadian? Hmm apa hari ini?" Tanya Seokmin malu-malu.
"Terhitung sejak kamu membelikan kopi untukku saja."
"Eh? Itu kapan ya? Astaga aku lupa. Bisa ganti tanggal tidak?"
Jisoo hanya terkekeh geli berjalan meninggalkan Seokmin yang masih kebingungan mengingat kapan ia membelikan kopi.
"Oh astaga, itu kapan ya? Apa aku tanya Yuha saja ya?" Seokmin masih bingung tapi ia senang Jisoo sudah jelas menerimanya. Seokmin menyusul Jisoo dan mensejajarkan langkahnya. Dengan malu-malu Jisoo mengapit lengan Seokmin, berjalan keluar mall.
.
.
END
Special Request for Dardara, semoga suka ya SeokSoo Couple-nya. First ff SeokSoo soalnya ^^. Awalnya 2 chap tapi nanggung jadi sekalian aja dibikin OS.
Happy Fasting bagi yang menjalankan dan selamat menunggu buka puasa 😘😘😘
