Disclaimer
Naruto ® Masashi Kishimoto
Story by UchiHaruno Misaki
WARNING : Miss Typo(s), OOC, EYD, etc.
M (for save)
SasuSaku and Sakura-centric
FF ini terinspirasi dari anime Inuyasha tapi saya berani jamin alurnya akan jauh berbeda. Cerita ini hanya sebuah fiksi belaka, jika ada nama yang sama, tempat yang sama ataupun alur yang sama mungkin itu hanya sebuah kebetulan, karena ini adalah asli khayalan saya.
Chapter 1
°Okayama Castle 1370 th , Japan.
Di sebuah ruangan gelap dengan sinar temaram mengelilingi setiap inci kastil megah nan mewah itu terlihat seorang pria berjubah hitam legam dengan sebuah kusanagi di lengan kanannya tengah bersedeku hormat kepada seorang pemuda tampan yang kini tengah duduk di singgasananya dan menatap pria berjubah itu datar.
"Aku ingin kau melakukanya sekarang, sudah terlalu lama aku menunggu. Kau mengerti apa maksudku, bukan?" Suara baritone terdengar menggema di ruangan tersebut.
Sang pria yang bersedeku hormat mengangguk patuh akan penuturan dari sang raja di hadapannya. "Ha'i." Ujarnya singkat, mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk sang pria berjubah itu pun menatap sang raja dengan tatapan dingin, lalu dalam hitungan detik tubuhnya menghilang dengan asap putih yang kian lama kian melebur.
Sepasang netra merah pekat milik sang raja menatap sang rembulan dengan tatapan tajam, lalu sebuah seringaian tampak begitu jelas di raut rupawan bak dewa apolo itu.
'Hn, sebentar lagi ... semuanya akan aku dapatkan ... kekekalan, keabadian, kekuatan dan kekuasaan!' batinnya penuh ambisi, pola bintang di dalam manik merah pekatnya terlihat berputar menandakan betapa hausnya ia akan kekuasaan.
Dalam sekejap beberapa pasang mata berwarna merah pekat yang sedari tadi tersembunyi di balik kelopak matanya kini mulai terlihat menampakkan wujudnya. Ruangan temaram itu semakin terasa dingin ketika puluhan bawahan sang raja ikut memandang rembulan dengan geraman rendah seakan menyerukan kemenangan raja mereka yang telah di depan mata.
.
.
.
.
.
Malam semakin larut, kabut tebal entah sejak kapan telah berhasil membentengi sebuah kuil terpencil di sebrang hutan belantara. Suasana begitu mencekam sehingga para warga desa itu tampak enggan melangkahkan kaki barang sejengkal saja dari rumah mereka.
Namun berbeda dengan seorang gadis cantik ber-hakama merah darah dengan haori putih bersih melekat di tubuhnya, rambut panjang pirang pucat bergelombangnya diikat rendah dengan kepangan kecil di kedua sisi wajahnya, tak lupa pita putih berukuran kecil itu telah melekat dengan indah di bagian kanan helaian rambutnya. Semua penampilan dari gadis cantik bernama Shion Kazuka sang Miko itu adalah lambang kesucian dari sang putri dewa.
Gadis Miko itu kini tengah berdoa di kuil Shinto dengan serius menutup kedua matanya, dua ibu jari dan dua telunjuk gadis itu membentuk pola segitiga dengan sebuah mutiara hitammengkilat berada di antara pola segitiga itu, lalu sedetik setelahnya mutiara hitam itu mengeluarkan sepercik cahaya putih di sekitarnya.
Suasananya begitu hening, bagaimana tidak? Ini hanya sebuah desa kecil yang terletak di perbatasan desa Okayama. Kuil Shinto sendiri adalah sebuah kuil istimewa yang memiliki 'Mutiara Keabadian Penyempurna Jiwa' atau 'Shinshi No Tampa' atau lebih singkat sering di sebut dengan 'Black Pearl' yang diincar oleh berbagai siluman untuk menyempurnakan jiwa siluman mereka yang belum sempurna.
Kuil itu di jaga ketat oleh para Miko terpilih seperti Miko sebelumnya, namun naas saat ini Miko terpilih itu hanya tersisa satu orang saja. Ya, yang tersisa hanya seorang gadis Miko berusia 19 tahun; Shion Kazuka, karena pada setiap tahunnya para Miko terdahulu rela mengorbankan jiwa mereka demi melindungi Black Pearl dari para siluman yang hendak mencuri Black Pearl.
Para Miko rela menjadi santapan para siluman, namun pengorbanan mereka tak pernah sia-sia karena setelah jiwa mereka bersatu dengan jiwa siluman itu, para Miko membacakan sebuah mantra 'Desutamashi' atau biasa disebut mantra penghancur jiwa.
Mereka menghancurkan jiwa mereka beserta jiwa para siluman yang telah menyatu dengan jiwa mereka dan akhirnya para siluman itu pun musnah bersama roh para Miko yang rela berkorban demi Black Peral.
Sang pendeta terdahulu meramalkan bahwa semua Miko akan musnah, tetapi Miko terakhir tidak akan pernah musnah karena ketika ia berkorban demi Black Pearl itu raganya memang musnah, namun jiwa sang Miko terakhir tidak akan pernah musnah melainkan jiwa Miko itu akan terlahir kembali kelak bersama munculnya Black Pearl di masa depan.
Kedua bola mata sang Miko yang sedari tadi tertutup kini terbuka dan menatap tajam kearah depan lalu...
TRAK!
CRING!
Suasana hening di kuil itu berakhir ketika dengan hitungan detik sebuah kusanagi hendak memenggal kepala Shion yang tengah melakukan ritual pembersihan, namun beruntung dengan secepat kilat Shion menangkis kusanagi itu dengan busurnya.
"Cih, reflex tubuhmu tak pernah berkurang eh, Shion?" ujar seseorang berjubah hitam itu menyeringai keji kepada Miko di hadapannya.
Shion membulatkan kedua bola matanya tak percaya ketika menyadari siapa yang menyerangnya. "Sa-Sasori-kun? Ke-kenapa?" tanya Shion menatap pemuda di hadapannya nanar, bahunya bergetar hebat menahan getaran perih yang ia rasakan.
Pemuda siluman serigala di hadapannya hanya menyeringai sinis. "Kenapa? Dasar gadis bodoh! Tentu saja aku menginginkan Black Pearl itu sayang ...," ujarnya dengan nada menghina, dengan secepat kilat tubuh pemuda bernama Sasori itu telah berada tepat di hadapan Shion yang tengah menatap kosong ke depan.
"Kenapa sayang? Terkejut? Oh, apa karena aku kekasihmu kau menyangka bahwa aku tak menginginkan Black Pearl menggiurkan itu? Naíf sekali. Aku ini siluman sayang, apa kau lupa semua siluman itu sama saja; penuh akan kebohongan." Sasori berjalan mengelilingi tubuh Shion yang berdiri kaku. "Selama sepuluh tahun aku menahan agar tak mencurinya dan dengan terpaksa aku harus berpura-pura menjadi siluman baik yang tulus mencintaimu. Sampai akhirnya kesabaranku cukup sampai di sini, dan aku pastikan malam ini aku akan mendapatkannya, bukankah begitu Shion-chan?" ujar Sasori tanpa menghilangkan sedikit pun seringaian sinisnya.
Air mata Shion keluar begitu deras mendengar fakta yang terlontar dari bibir pemuda yang sangat di cintainya. "Begitukah? Jadi selam enam tahun menjalin kasih denganku, semua yang kaulakukan untukku hanya kebohongan belaka? Ck, tak kusangka aku begitu bodoh untuk dibodohi olehmu ...," Shion berujar miris seraya menundukkan kepalanya dan menggenggam Black Pearl itu erat di tangannya. "Tapi ... kau salah! Kau tak akan pernah mendapatkan apa yang kauinginkan SILUMAN BRENGSEK!"
BUGH!
KRIT!
"Argghh!"
Dengan secepat kilat Shion menendang tubuh Sasori hingga terpental jauh, melihat Sasori yang meringis kesakitan hingga membuatnya lengah. Tanpa Sasori sadari Shion menarik ulur tiga anak panahnya sekaligus, lalu melesatkan anak panah itu tepat pada jantung dan kedua bola mata sang pemuda yang ia cintai.
Air mata menetes di kedua bola mata Shion yang kini menatap Sasori nanar. "Gommenasai ... Daisuki ...,"
Sing! Zrasshhh!
"Uaarrgghhh!"
Sasori berteriak kesakitan, darah mengalir deras tepat di dada dan kedua bola matanya, sementara Shion hanya diam mematung 4 meter di hadapannya.
Sasori menatap Shion geram walau kedua matanya sudah tak dapat melihat apapun lagi. "BRENGSEK KAU MIKO!" dengan kecepatan kilat Sasori menghampiri Shion lalu—
Zrashhh!
"Arghhh!"
—Shion meringis perih ketika dengan brutalnya kuku jari runcing milik Sasori mencabik tepat di jantungnya, Shion menatap sendu ke arah Sasori yang kini tengah duduk di atas perutnya dengan tangan Sasori yang terbenam tepat di jantung Shion yang telah hancur.
DEG!
Entah mengapa hati sang pemuda serigala itu begitu berdenyut perih kala merasakan tubuh sang Miko bergetar. Walau pandangannya gelap gulita, tapi ia tahu bahwa kekasihnya kini tengah merenggang nyawa di bawahnya.
Dengan perlahan Sasori menarik tangannya yang kini telah berlumuran darah, ia menatap Shion dengan tatapan kosong walau yang ia lihat hanya kegelapan, tapi ia tahu sangat tahu bagaimana keadaan kekasihnya itu dalam kebutaan sekalipun, karena dia siluman. Ya, siluman selalu tahu apa yang terjadi di sekitarnya tanpa penglihatan sekalipun.
"Astaga ... Shion!" terdengar banyak langkah kaki warga desa menuju kuil Shinto, Sasori bangkit dengan tertatih-tatih menahan sakit di dadanya karena anak panah yang Shion berikan.
Pandangannya tertuju pada Shion yang kini tengah berbaring dengan darah berceceran di seluruh haori putih yang melekat pada tubuhnya. Kedua mata Sasori telah buta sekarang, akan tetapi Sasori tetap dapat mengtahui keadaan kekasihnya. Kini hatinya berdenyut perih dan tanpa memedulikan Black Pearl itu lagi, tubuh Sasori hilang dengan kepulan asap putih yang mengelilingi tubuhnya.
Meninggalkan Shion yang kini tengah merenggang nyawa.
"Itu adalah tanda cinta dariku untukmu Sa-Sasori-kun ... -Uhuk!" ujar Shion terbata-bata ketika melihat Sasori pergi dengan kedua matanya yang berdarah. "Setiap kegelapan yang kaulihat, maka kau akan melihatku di sana." Lanjut Shion parau.
"SHION-NEE! ASTAGA! SIAPA SAJA TOLONG BAWA DIA KE TABIB!" teriak Sára gadis yang sudah dianggap Shion sebagai adiknya sendiri.
Para warga segera menghampiri tubuh Shion yang terkapar, ketika para warga hendak membopong tubuh Shion, dengan lemah Shion menolaknya. "T—tidak ... su—sudah ter—lambat ... se—sebelum aku ma—mati aku mohon arghh ... kre—kremasi mayatku dengan shh ... Uhuk— ... Black Pearl yang —uhuk ... Uhuk— dibakar dengan tubuh ini. It—itu permintaan terakhirku ...," ujar Shion tersendat-sendat karena rasa sakit yang kian ia rasakan lalu perlahan matanya tertutup rapat dan hembusan napasnya pun menghilang seiring dengan tangisan yang mengiringi langkahnya menuju kehidupan selanjutnya. Ya, kehidupan selanjutnya karena Shion tak akan pernah mati.
.
Kini di depan kuil Shinto dan ratusan warga desa sebuah tubuh ringkih dengan pakaian hakama dan haori putih polos tengah berbaring di tengah kobaran api dengan Black Pearl yang berada di antara kedua telunjuk dan kedua ibu jarinya yang membentuk pola segitiga. Kobaran api mulai berkobar menyelimuti seluruh raga Shion, kian lama api itu dengan ganas melahap tubuh sang Miko terakhir yang terbujur kaku.
'Aku Shion Kazuka sang Miko terakhir mengutuk para iblis dan siluman yang ada di seluruh dunia ini terkurung dalam kobaran api bersama musnahnya raga ini, namun jiwa dan Black Pearl ini akan tetap kembali dengan lahirnya seorang anak gadis yang akan menjadi kunci untuk membebaskan kembali para Iblis dan Siluman dari kurungan Api yang membara. Ketika saat itu tiba ... nafsu, keegoisan, obsesi, kebohongan, pengorbanan, benci, darah dan cinta akan dipertanyakan dari sang Gadis terpilih dan dari sang Demon itu sendiri.'
.
.
oOo
.
.
° Tokyo Hospital 1996 th, Japan.
Jeritan panjang mengakhiri penderitaannya, suara bayi perempuan menggema keras di ruangan putih tersebut ... peluh terus bercucuran dari pelipis sang ibu. Menyunggingkan senyum lemah menatap lirih ke arah bayi mungil yang masih berlumuran darah dari rahimnya.
Menarik napas panjang, tangan pucatnya berusaha menggapai jari mungil putrinya ... lagi ia tersenyum lemah. Ia tahu, bahkan sangat tahu tenaganya sudah habis, tak ada yang tersisa untuk bertahan.
Ruangan itu tampak hening untuk beberapa saat, para dokter dan suster yang menangani proses keluarnya kehidupan baru itu memandang nanar pasien yang kini terbujur kaku di ranjang yang menjadi saksi hebatnya pengorbanan sang ibu yang dengan susah payah melahirkan sang buah hatinya itu.
Tak lama, tangisan bayi itu pecah, memekikkan telinga bagi siapapun yang mendengarnya ... bayi malang itu tahu ... sang ibu telah pergi, meninggalkannya di dunia ini sendiri.
Hanya tangisan yang mampu ia keluarkan ... bayi tak berdosa yang akan menjadi malapetaka bagi seluruh , malapetaka karena kelahirannya ...
Sang Demon yang terkutuk telah bangkit dari tidur panjangnya.
° Tokyo 2014 th , Japan.
Langit gelap mulai terang dengan sang mentari yang muncul dari ufuk Timur. Ya, saat ini waktu telah menunjukkan pukul 6.30 pagi. Di sisi kiri pojok sebuah perpustakaan besar dengan rak buku berjajar penuh dengan tatanan yang rapi dan suasananya yang hening terlihat seorang gadis berambut soft pink bergelombang sepunggung tengah duduk seraya membaca buku yang terlihat sudah lapuk itu dengan serius di sebuah meja melingkar.
Kedua telinganya telah terpasang dengan manisnya sepasang headset putih kesayangannya ditemani alunan melody dari komposer Beethoven Moonlight Sonata. Kedua bola matanya bergerak liar mengamati setiap kalimat pada buku kuno yang terbuka lebar di hadapannya.
Seseorang menepuk pundaknya pelan membuat dirinya sedikit tersentak kaget. Menolehkan kepalanya, gadis manis bernama Haruno Sakura itu mendapati sang sahabat tengah tersenyum ke arahnya.
Sakura membalas senyuman pemuda itu lalu melepas sebelah headset-nya "Hey, ada apa Tobi-kun?" tanyanya lembut.
Tobi hanya tersenyum aneh, lalu mendudukkan dirinya di samping Sakura. Mengambil note dan penanya dengan terburu-buru, Tobi mulai menulis sesuatu pada note teman sehidupnya itu lalu memberikan note kecil pada Sakura yang kini tengah menatapnya maklum.
Sakura menerima note kecil itu lalu membacanya.
'Hey ... bagaimana kabarmu saat ini? Kau tahu aku sangat mengkhawatirkanmu semalaman. Kau tahukan bahwa aku tidak suka jika kau menghilang tanpa pamit padaku?'
Sakura tersenyum kecil membaca note dari sahabatnya itu, Sakura menolehkan kepalanya ke arah Tobi dan mengelus helaian rambut Tobi lembut. Pemuda dengan iris onyx dan surai hitam spike itu menutup kedua matanya menikmati belaian lembut dari tangan Sakura yang selalu membuatnya nyaman.
"Maafkan aku ya Tobi-kun, kemarin aku harus pulang cepat sehingga aku lupa pamitan padamu dan meninggalkanmu bersama Ino di taman," ujar Sakura dengan nada lembut, Tobi membuka matanya lalu menuliskan sesuatu lagi dan memberikannya kepada Sakura.
'Baiklah aku maafkan kali ini, tapi jangan pernah mengulanginya lagi, mengerti?'
Sakura mengangguk seraya tersenyum manis. "Aku janji tak akan mengulanginya lagi!" Sakura berseru mantap seraya mengusap pipi pemuda bisu itu lembut. Ketika masih asik saling berpandangan mereka dikagetkan oleh suara deheman seseorang.
Tobi dan Sakura menoleh ke belakang dan di sana terdapat dua orang pemuda yang tengah menatap mereka tajam, —ah ralat mungkin hanya satu orang pemuda saja yang bisa menatap mereka dengan tajam.
Sakura perlahan melepaskan tangannya dari pipi Tobi, lalu beranjak berdiri menghampiri kedua pemuda itu setelah mem-pause mp3 pada gadget-nya.
"Hati-hati Sasori-kun, biarkan aku membantumu berjalan." Ujar Sakura lalu menggandeng lengan pemuda bernama Sasori itu lembut dan membawanya duduk di kursi melingkar perpustakaan itu.
Setelah duduk dan menyimpan tongkat lipatnya di meja, Sasori tersenyum tulus ke arah depan lalu perlahan meraba-raba wajah Sakura dan mengelusnya lembut, "Terima kasih, Sakura. Kau tak pernah bosan melakukan ini padaku."
Sakura tersenyum manis walau hatinya terasa miris karena ia sadar Sasori tak akan pernah bisa melihat senyumannya dan indahnya dunia. Dalam pandangan Sasori hanya kegelapan 'lah yang Sasori lihat.
"EHEM!"
Lagi-lagi suara deheman seseorang membuat Sakura tersentak, Sakura menatap pemuda berkulit tan itu sebal. "Ada apa? Kenapa dari tadi kau berdehem tidak jelas seperti itu, Uzumaki Naruto?"
Naruto mencibir kesal. "Oi! Kau mengabaikanku, dattebayo!" Ujarnya merajuk.
Sakura menggeleng kecil, kemudian menarik Naruto duduk di atas meja di hadapannya.
"Berhentilah merajuk, Bakka!" ucap Sakura tak acuh lalu kembali menekuni buku yang ia baca.
Tobi dan Sasori hanya tersenyum geli mendengar panggilan Sakura ketika jengah kepada sikap manja pemuda tan itu.
Naruto mengerutkan kedua halisnya kesal. "Oi, oi! Kalian berdua! Berhentilah tersenyum aneh seperti itu, dasar brengsek!" teriak Naruto jengkel.
Sakura mendelik tajam. "Berisik, Naruto!" desisnya seraya memukul kepala Naruto, lalu kembali membaca dengan tenang seolah tak pernah terjadi apapun. Dan sontak saja. membuat kedua pemuda itu segera menahan tawanya.
Naruto mengusap kepalanya dengan mata berair. "Itu sangat sakit sekali, Sakura-chan! Ya ampun tenagamu seperti mons ..." Naruto langsung membungkam mulutnya ketika sepasang iris klorofil menatapnya penuh intimidasi. Naruto kembali menegakkan tubuhnya dan bersedekap dada setelah berdehem. "Ngomong-ngomong, apa kau tidak bosan dengan buku-buku anehmu itu, Sakura-chan?" ucapnya penuh antisipasi. Takut-takut jika Sakura akan memukulnya lagi, namun sepertinya dugaannya tak tepat karena Sakura memilih untuk kembali membaca bukunya.
Sakura mengedikkan bahunya. "Kau tahu benar aku tak akan pernah bosan."
"Sakura?" Sasori meraba-raba sesuatu di sampingnya, lalu dengan sigap Sakura mengenggam tangan Sasori.
"Ya, Sasori-kun. Ada apa?" Tanyanya seraya menatap Sasori bingung.
"Lusa nanti kita akan tour ke Kastil Okayama, 'kan? Apa kau sudah mempersiapkan segalanya?" tanya Sasori dengan nada sedikit antusias.
Sakura mengkerutkan halisnya heran. "Eh? Apa kita tetap jadi ke sana? Bukankah kastil itu dilarang untuk dikunjungi?"
"Entahlah."
"Baiklah nanti aku akan tanyakan pada Ino dan mempersiapkan segalanya," ujar Sakura yang tak mau ambil pusing tentang acara Study Tour-nya itu. Lalu Sakura kembali menenggelamkan diri pada bukunya.
Entah kenapa raut wajah ketiga pemuda itu berubah menjadi dingin dan menatap Sakura tajam ... tentunya tanpa Sakura sadari.
'Sudah waktunya sang Demon bangkit!' batin seseorang seraya menyeringai.
.
.
.
.
.
"Ah! Aku sudah tidak sabar berlibur ke Okayama!" Ujar seorang gadis berambut ponytail antusias kepada Sakura yang kini tengah memakan makan siangnya dengan tenang. Ya, mereka berdua kini tengah berada di kantin.
Sakura memandang Ino dengan tatapan bosan, "Dasar bodoh! Kita bukan berlibur pig! Tapi kita akan Touring ... dasar kau ini!"
Yamanaka Ino mengembungkan pipinya kesal, "Kau ini biarlah aku menganggap ini sebuah liburan, Jidat! Ngomong-ngomong apa kau tahu asal-usul Kastil Okayana? Kastil itu sangat misterius dan terkesan horror, lho." Ucap Ino mulai serius.
Sakura memandang Ino sedikit tertarik. "Hm, apa maksudmu? Jujur saja aku tidak tahu Ino," sahutnya sedikit malu.
Ino mengeleng-gelengkan kepalanya prihatin, "Kau ini 'kan pecinta Mitologi, seharusnya kau tahu tentang sejarah Castle, Sakura! Ah sudahlah. Begini Okayama Castle (冈山城Okayama-Jo) adalah Istana Jepang di kota Okayama, Prefektur Okayama, Jepang. Menara utama selesai pada tahun 1597, kemudian—"
"Stop! Stop! Stop!" Sakura memotong penjelasan Ino dengan wajah frustasi, "Ino! Jika kau ingin menjelaskan tentang kronologis Kastil Okayama itu tidak perlu. Aku sudah tahu, okay?"
Ino terkekeh lalu menggaruk tengkuknya yang pasti tidak gatal, "Hehehe ... maaf-maaf aku kira kau belum tahu kronologis, tapi tentang misteri kehororan kastil itu benar adanya kok."
Sakura menyesap es tehnya pelan lalu kembali menatap Ino malas, "Apanya yang misterius dan horor? Bukankah ceritanya biasa saja?"
Ino menyeringai lalu menggelengkan kepalanya dan menatap Sakura penuh arti, "Tidak Sakura, penjelasanku tadi itu memang benar adanya, tapi tanpa semua orang sadari kronologi tentang Okayama Castle sebenarnya bukanlah seperti itu."
Sakura mengerenyitkan kedua alisnya bingung, "Apa maksudmu Ino? Bukankah kronologisnya memang seperti itu?" Sakura memakan satu stick kentangnya tanpa mengalihkan tatapannya dari Ino.
Ino menghela napas lalu menggeleng pelan, "Tidak Sakura. Dengar, nenekku yang berada di Okayama pernah bercerita padaku bahwa Okayama Castle adalah sebuah Kastil yang dibangun oleh para devil dari bawah tanah untuk menjadikan singgasana yang nyaman untuk raja mereka yang biasa disebut dengan Demon King. Lihat saja bentuk arsitekturnya terkesan Dark darikebanyakan kastil pada umumnya. Diketahui sesungguhnya Okayama Castle itu selesai dibangun pada tahun 1300 bukanlah tahun 1597. Setelah para Devil selesai membangun Kastil itu dengan hormat mereka mempersilahkan sang Raja Demon menepati singgasananya."
Sakura tertawa kecil. "Berhentilah berkhayal pig! Mana ada cerita seperti itu?" dengan geram Ino menyentil dahi Sakura dan itu membuat Sakura merintih kesakitan.
"Dengarkan penjelasanku dulu jidat! Jika kau tak percaya tak apa, tapi kumohon biarkan aku bercerita okay?" ujar Ino memohon dan Sakura pun menghela napas seraya mengangguk pasrah.
Ino tersenyum lebar dan mulai bercerita kembali, "Raja Demon itu sendiri memiliki rupa yang sangat rupawan. Ah, aku lupa sebenarnya sang Raja Demon itu adalah seorang keturunan murni darah bangsawan, namun tetap saja ia tak sempurna sebelum menyatukan Shinshi No Tampa atau Black Pearl dengan jiwanya. Ibu Raja Demon sendiri adalah seorang Ratu Angel yang telah menikah dengan Raja Angel, namun ketika pertempuran antara dunia Demon dan Angel, ratu Angel diculik oleh sang Raja Demon terdahulu.
Selama 200 tahun lamanya Ratu Angel dijadikan pemuas nafsu sang Demon King dan tanpa disangka-sangka Ratu Angel mengandung benih dari Sang Demon ...," Ino menghentikan sejenak ceritanya dan meninum lemon tea-nya pelan, sedangkan Sakura hanya diam menunggu cerita —menurutnya— konyol itu dari mulut Ino.
Ino tersenyum tipis lalu kembali melanjutkan, "Karena sifat keibuan yang dimiliki oleh Ratu Angel, Ratu Angel dengan tulus merawat kandungannya dengan baik karena bagaimanapun juga anak yang berada dalam kandungannya adalah darah dagingnya walaupun itu bukanlah benih dari sang suami tercinta(Angel's King).
Sang Demon sendiri tak pernah ambil pusing tentang keadaan sang Ratu Angel yang tengah mengandung benihnya. 65 tahun kemudian perang antara Demon dan Angel kembali terjadi dan kini kemenangan berpindah kepada pihak Angel, dan Raja Demon musnah di tangan Raja Angel.
Dengan perasaan yang bahagia sang Raja Angel melangkah menuju tempat di mana Istrinya berada, namun betapa terpukulnya sang Raja Angel ketika melihat sang istri baru saja melahirkan Anak sang Demon. Ratu Angel bersujud memohon agar Raja Angel tidak membunuh bayi itu dan Raja Angel pun mengabulkannya, tetapi dengan satu syarat; sang Ratu harus mengambil setengah dari kekuatan sang Bayi Angel dan Demon itu demi keamanan dunia dan sang Ratu pun menyetujuinya ...," Ino kembali menghentikan ceritanya sejenak, Sakura menatap Ino heran.
"Hey kenapa berhenti? Ayo ceritakan lagi cerita khayalanmu itu, ternyata menarik juga ... Demon king? Angel queen? Wow!" ujar Sakura dengan nada mengejek, Ino menghela napas mencoba untuk mengacuhkan ejekan sahabat pink-nya itu.
"Sebelum kembali ke dunia Angel, sang Ratu Angel menitipkan bayinya kepada para bawahan Raja Demon terdahulu dan meminta mereka menjaga puteranya itu dengan baik dan kelak menjadikannya sebagai The Demon King yang baru.
Ketika perjalanan menuju dunia Angel sang Ratu melihat sebuah kuil Shinto di pinggir hutan belantara, sang Ratu meminta izin kepada suaminya untuk menghampiri Kuil itu sebentar dan sang Raja pun mengizinkannya. Dengan keyakinan pasti sang Ratu merubah setengah kekuatan dari puteranya itu dengan sebuah mutiara hitam berukuran sebesar kepalan tangan manusia lalu menyimpannya di Kuil itu dengan segel setelah itu sang Ratu kembali ke dunianya dan kembali menjalankan kehidupannya." Sakura diam menyimak penjelasan panjang lebar dari sahabat perempuannya itu, kantin itu mulai sepi ... suasananya pun mendadak terasa dingin dan jujur saja Sakura —sedikit— merinding.
Ino menarik napasnya pelan lalu kembali melanjutkan dengan seringaian tipis yang terpeta di bibirnya, "Berita tentang keberadaan Black Pearl itu menyebar dengan pesat ke seluruh penjuru dunia. Para siluman, iblis, werewolf, bangsa Vampire dan drakula mencoba untuk mencuri Mutiara Keabadian Penyempurna Jiwa itu untuk menyempurnakan wujud dan kekuatan mereka, namun para Miko terpilih tidak tinggal diam, mereka melindungi Black Pearl itu dengan mengorbankan jiwa mereka."
"Eh tunggu ... jadi para Miko itu rela mati hanya karena bola hitam itu? Sungguh tidak masuk akal!" sungut Sakura yang tak habis pikir dengan jalan cerita yang sahabatnya ceritakan itu, Ino menatap Sakura tajam dan Sakura yang menyadari kebodohannya telah memotong cerita Ino —lagi— kembali bungkam dan menatap Ino serius.
Ino menggelengkan kepalanya pelan, "Itu sudah tugas mereka sebagai Miko Saku. Pada tahun 1370 adalah puncak dari segalanya; sang Miko terakhir bernama Shion Kazuka terbunuh di tangan siluman serigala yang ternyata adalah kekasihnya.
Ketika kremasi, Shion meminta para warga desa mengkremasi dirinya dengan membawa Black Pearl bersamanya dalam kobaran api. Awalnya para warga tidak setuju jika Black Pearl yang dipercayai dapat menghancurkan sekaligus melindungi dunia itu dikremasi dengan Sang Miko, namun dengan tegas Miko terakhir itu menjanjikan bahwa Para siluman, Iblis, werewolf, Vampire dan Drakula di dunia ini akan ikut musnah bersama terbakarnya sang Black Pearl dalam kobaran api.
Pada akhirnya para warga pun menyetujui permintaan terakhir Shion. Dan janji yang Shion berikan ternyata membuahkan hasil, sejak musnahnya Black Pearl segala bentuk siluman, iblis, werewolf, Vampire dan Drakula-pun menghilang bak di telan bumi. Namun satu hal yang tak dapat Shion janjikan ...," Ino sengaja menggantungkan kalimatnya dan itu membuat Sakura penasaran.
"Hn? Apa itu?" tanya Sakura dengan alis yang terangkat sebelah, Ino memandang Sakura serius dan tajam.
"Kutukan sang Miko tidak mempan kepada sang Demon King, Sang Demon King tidak akan pernah musnah. Ya, dia hanya tertidur dan ketika sang terpilih terlahir dengan Black Pearl tersemat di jantungnya maka Sang terpilih itu akan menjadi penanda bagi bangsa di bumi ini malapetaka karena kelahirannya ...
Sang Demon yang terkutuk telah bangkit dari tidur panjangnya."
Sakura menatap Ino serius. "Benarkah?" dan Ino mengangguk mantap, namun sejurus kemudian wajah serius Sakura berubah menjadi memerah dan saat itu juga tawanya meledak. "Ino ceritamu keren sekali. Tch, kau ini! Mana ada cerita seperti itu? Sudahlah ayo kita ke kelas! Lihat kantin sudah sepi." Setelah puas tertawa karena cerita konyol sahabat pirangnya itu, Sakura pun beranjak melangkah keluar kantin yang nyatanya masih sangat ramai ... diikuti Ino yang kini tengah menatap punggung Sakura tajam.
'Kau harus percaya Sakura! Karena ... kaulah sang terpilih itu.'
Singg!
Sakura tak sadar jika ada sesuatu yang bersinar terang tepat di dada kirinya.
To Be Continue
Author's note
Hai minna-san, watashi wa Uchiha Misaki desu yorishiku. Panggil saya Sasa saja.
Saya adalah newbie di sini, setelah hampir satu tahun saya menjadi reader di ffn ini finally ... saya mencoba untuk menyalurkan sedikit imajinasi saya untuk SasuSaku Fanfictions story.
Ini fanfic pertama saya di ffn, oh ya fanfic ini pernah saya publish dengan cast yang berbeda di akun facebook saya. Cerita ini masih jauh sekali dari kata sempurna dan pastinya akan ada banyak kesalahan, entah itu Miss typo(s), ketidakteraturan EYD dan sebagainya. Jadi, saya dengan penuh harap pada para senpai dan readers mohon bimbingannya, Terima Kasih.
Salam hangat,
UchiHaruno Misaki.
