JUST FOR A WHILE
Cast:
Cho Kyuhyun (27 y.o)
Choi Siwon (30 y.o)
Shim Changmin (27 y.o)
Cho Suho ( 5 y.o )
Tan Hankyung
Cho Heechul
CHAP 1
FLASHBACK 6 years ago
Seorang gadis mungil tengah duduk di sebuah bangku, di hadapan sebuah air mancur buatan yang merupakan pusat taman. Beberapa orang yang berlalu lalang untuk menikmati senja tak diacuhkannya. Matanya terpejam, merasakan semilir angin yang mengenai wajah putih pucatnya. Tak ia hiraukan beberapa helai rambutnya yang terurai ke bawah menggelitik lehernya.
Sebuah helaan napas terdengar beberapa kali keluar dari hidung mancung miliknya. Helaan yang ia harapkan ikut mengeluarkan permasalahan rumit yang tengah ia hadapi dari otak atau hidupnya sekalian.
Gadis dengan celana dan kemeja hitam itu sedikit terusik getaran ponsel di sakunya. Dengan berat hati, ia membuka matanya, mengecek siapa yang menghubunginya.
Changmin?
"Ne, Minnie?"
"Yak Kyu! Kau dimana? Aku dan Tan Ahjussi mencarimu kemana-kemana,"
"Kau tidak akan pernah bisa menemukanku selama kau masih di dekat lelaki itu," wajah cantik itu mengeras ketika Changmin menyebut nama itu.
"Kau marah pada appa-mu?"
"Tidak," ...tapi aku membencinya. Tambah Kyuhyun dalam hatinya.
"Kyu, katakan kau dimana? Ini sudah hampir malam, aku akan menjemputmu,"
"Aku bisa pulang sendiri," jawaban itu terdengar ketus.
"Kalau begitu pulanglah sekarang. Kami mencemaskanmu. Kami semua menunggumu sejak tadi,"
"Siapa yang meminta untuk menungguku," mendengar jawaban ketus untuk kesekian kalinya membuat Changmin menghela napas panjang.
"Kyu, aku mengkhawatirkanmu," kalimat itu terdengar lembut. Namun itu tidak cukup untuk meluluhkan hati seorang Cho Kyuhyun kali ini.
"Aku tau. Aku bisa menjaga diriku sendiri, tenanglah,"
"Kalau begitu pulanglah kesini secepatnya," Changmin masih membujuk Kyuhyun.
"Dan membiarkan lelaki itu menyeretku keluar dari rumah dan menikahkanku dengan pria yang tidak tau asal-usulnya? Big no!"
Changmin terdiam. Ia sudah mengetahui permasalahan apa yang tengah dihadapi oleh sahabat karibnya sejak kecil itu. Appa Kyuhyun tiba-tiba pergi saat usianya 6 tahun dan Kyuhyun diasuh ummanya. Tak lama, terdengar kabar appanya menikah dengan wanita lain. Meskipun begitu, uang bulanan terus mengalir ke rekening umma Kyuhyun namun uang itu pun juga tak pernah disentuh, dibiarkan menumpuk hingga saat ini.
Umma Kyuhyun adalah seorang pekerja keras. Ia bekerja sambilan di beberapa tempat dari pagi hingga malam untuk mencukupi kebutuhan mereka dan menyekolahkan Kyuhyun. Kyuhyun yang dipaksa menjadi dewasa sebelum saatnya pun cukup mengerti dengan kondisi yang baru itu.
Kyuhyun saat itu tidak pernah lagi menanyakan mengenai appa-nya. Ia hanya diam memeluk sang umma yang menangis setiap teringat sang appa. Sejak saat itu, gadis manis itu berubah menjadi dingin dan selalu memasang wajah datar.
Changmin tahu Kyuhyun yang sekarang berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Kyuhyun yang dulu. Gadis itu adalah sosok rapuh yang mencoba untuk terlihat tegar. Gadis yang selalu ambisius untuk meraih peringkat pertama demi mendapatkan beasiswa untuk meringankan beban umma-nya. Gadis yang diam-diam melakukan pekerjaan sambilan karena sang umma tak akan pernah membiarkan putri satu-satunya itu melakukan pekerjaan berat.
Kyuhyun yang sekarang adalah Kyuhyun yang menutup hatinya dari rasa kasih sayang dan menggunakan topeng untuk mengecoh orang sekitarnya. Kyuhyun yang ceria, mudah tersenyum, manja, dan lembut berubah menjadi sosok yang nyaris tidak dikenal Changmin. Untunglah, jika Kyuhyun berada di dekatnya atau umma-nya ia berubah menjadi sosoknya yang dulu.
Dan kini, setelah 15 tahun kepergian sang appa. Lelaki itu muncul tiba-tiba di saat umma Kyuhyun dirawat di rumah sakit akibat kanker yang bersarang ditubuhnya. Saat itu appa Kyuhyun memohon agar ia diterima kembali. Lelaki itu sudah berpisah dengan istrinya dan kembali ke Korea. Umma Kyuhyun dengan tangan terbuka menerima lelaki itu karena bagaimanapun juga ia masih mencintai mantan suaminya itu. Wanita yang paling dicintai Kyuhyun itu menerima sang appa tanpa ada kecurigaan sedikit pun.
Sementara Kyuhyun? Sama seperti 15 tahun yang lalu, ia tidak mengeluarkan reaksi apa-apa. Dan sama seperti dulu, ia mendiamkan orang-orang di sekitarnya utamanya sang appa.
"Lalu kau akan kemana?" ucapan Changmin melembut. Kemarahan Kyuhyun jika dibalas oleh kemarahan pula akan membuat suasana semakin runyam. Changmin menyimak ucapan Kyuhyun baik-baik sebelum akhirnya menyampaikan salam perpisahan dan menutup teleponnya.
"Bagaimana? Kyuhyun akan pulang kan?" Changmin berbalik, mendapat Cho Ahjussi dibelakanganya.
"Malam ini sepertinya Kyuhyun membutuhkan waktu untuk menenangkan diri, ahjussi," lelaki dengan tubuh tinggi di atas rata-rata itu tersenyum paksa untuk sekedar menghormati appa dari sahabatnya itu.
"Changmin, kau bisa membantu ahjussi kan, Nak? Tolong bujuk Kyuhyun untuk bersedia menikah dengan pria pilihan ahjussi. Kau tau kan itu semua untuk kebaikannya?" lelaki yang hampir mencapai kepala itu memohon.
"Semuanya ada di tangan Kyuhyun, ahjussi. Asal Kyuhyun bahagia aku akan mendukungnya,".
"Tapi ini juga demi kebaikannya juga. Pria itu sudah pasti akan bisa membahagiakan Kyuhyun, ia bisa membeli apa saja untuk Kyuhyun,"
"Ahjussi, kebahagiaan tidaklah cukup diukur dengan uang. Kupikir akan lebih baik jika Kyuhyun menikah dengan orang yang ia cintai. Lagipula kehidupan Kyuhyun saat ini pun juga sudah berkecukupan," Changmin mencoba memberikan penjelasan.
"Cinta? Cih! Kau pikir cinta cukup untuk memberikan kebahagiaan?" Cho ahjussi memandang anak muda di depannya dengan remeh. "Kau pikir alasan apa yang membuatku meninggalkan Kyuhyun dan umma-nya?"
Changmin terperangah ketika mendengar kalimat itu. Jadi, selama ini alasan lelaki itu meninggalkan keluarganya hanya demi uang? Kepala Changmin mulai mendidih ketika otaknya memutar balik keadaan keluarga Kyuhyun sejak lelaki itu meninggalkan mereka.
"Kau tau, aku lelah bekerja keras namun menghasilkan uang sedikit. Bahkan aku sedikit menyesal harus jatuh cinta dengan wanita miskin yang...,"
'Bugh'
Belum sempat lelaki itu menyelesaikan kata-katanya, Changmin sudah melayangkan sebuah pukulan telak di pipinya. Beberapa tetangga Kyuhyun yang kebetulan masih di rumah untuk membantu membereskan prosesi pemakaman Umma Kyuhyun tadi sontak memusatkan perhatiannya pada kedua lelaki yang diselimuti aura hitam itu.
"Appa macam apa yang tega menelantarkan keluarganya! Anda tidak tahu bagaimana penderitaan Kyuhyun dan umma-nya setelah Anda meninggalkan mereka kan?!" Changmin berteriak, membuat beberapa orang yang berniat melerai ciut nyalinya.
"Kau pikir aku juga tidak menderita saat bersama mereka," lelaki itu mengusap pipinya yang terasa sakit.
"Lelaki mata uang! Aku curiga Anda juga memanfaatkan pernikahan Kyuhyun yang Anda rencanakan," Changmin tersenyum sinis menyadari betapa busuknya lelaki di depannya itu.
"Ah, kau pintar juga, Nak. Kau benar, pria itu sudah berjanji memberiku saham di perusahaannya sebesar 50% dan berjanji akan menyelamatkan perusahaanku dengan memberikan suntikan modal jika aku berhasil menikahkannya dengan Kyuhyun," senyum Changmin memudar ketika mendengar penjelasan lelaki itu. Tangannya terkepal kuat bahkan hingga bergetar.
'Bugh'
Satu pukulan lagi berhasil Changmin layangkan di wajah lelaki itu hingga membuatnya jatuh tersungkur dengan darah di sudut bibirnya.
"Jangan pernah Anda berharap menemukan Kyuhyun! Dan aku pastikan Kyuhyun tidak akan pernah menikah dengan pria itu untuk Anda!" Changmin merapikan jas hitamnya yang sedikit kusut dan segera angkat kaki dari rumah itu.
.
.
Kyuhyun menaikkan kakinya ke bangku yang hampir 90 menit yang lalu ia duduki. Matanya terlihat sembap, hasil tangisannya tadi malam. Pagi hingga siang tadi ia memang berusaha menahan air matanya meskipun pada akhirnya ia menangis lagi ketika peti umma-nya dimasukkan ke lubang. Tapi ia sudah berjanji pada umma-nya untuk menjadi gadis yang kuat. Selain itu, bukankah dengan kematian inilah maka penderitaan umma-nya dapat berakhir?
Senja sudah berakhir, berganti dengan kegelapan. Lampu taman menyala di beberapa sudut. Beberapa pengunjung yang masih ada pun terkumpul di titik-dititik cahaya. Untunglah bangku yang diduduki Kyuhyun terdapat lampu taman sehingga ia tak perlu berpindah tempat duduk hanya untuk menghindari kegelapan yang terkadang ia takuti.
"Kyuhyun-shi?" Kyuhyun mendongak ketika sebuah suara lembut menyapa indera pendengarnya. Di depannya kini berdiri seorang lelaki dengan jas hitam yang membuat tubuh tegapnya semakin terlihat menawan. Wajah tampan dengan hidung mancung, alis tegas, bibir joker, dan obsidian hitam yang berhasil membuat Kyuhyun tersedot ke dalamnya.
Rasanya Kyuhyun pernah melihat lelaki bak manekin model yang berdiri di depannya itu. Tapi dimana?
Lelaki itu tersenyum, menampilkan dimple pipinya yang akhirnya membuat Kyuhyun teringat dengan salah satu klien bosnya yang ia temui 2 hari yang lalu, "Siwon-shi?"
Senyum lelaki itu semakin lebar ketika Kyuhyun mengingat namanya, "Boleh aku duduk?".
Kyuhyun menggeser duduknya, membiarkan lelaki itu duduk di sampingnya. Selanjutnya, hanya keterdiamanlah yang menyelimuti mereka. Kyuhyun yang memang sedang tak berminat untuk membuka pembicaraan sementara Siwon tak tahu harus memulai pembicaraan dari mana.
Siwon sedang dalam perjalanan pulang dari kantornya. Namun tiba-tiba mobilnya mogok di tengah jalan, tepat di depan taman ini. Karena melihat kerusakan yang sepertinya tidak sanggup ia perbaiki sendiri, ia memilih menelepon bengkel mobil langganannya untuk datang memperbaiki. Sebenarnya Siwon bisa saja meninggalkan mobilnya dan segera pulang ke rumah karena setelah beres mobilnya akan diantar tapi entah mengapa kakinya justru melangkah membawanya masuk ke dalam taman.
Cukup sepi mengingat senja telah tenggelam. Ia baru saja akan berbalik dan memutuskan untuk pulang sebelum obsidian hitamnya menangkap sosok yang sepertinya ia temui beberapa hari yang lalu. Dan disinilah ia sekarang, memandangi wajah Kyuhyun yang sejak tadi memandang ke depan. Entah semenarik apa air mancur buatan yang merupakan pusat dari taman itu hingga membuat Kyuhyun sama sekali tak beralih memandangnya.
"Ada sesuatu yang tengah kau pikirkan?" tiba-tiba bibir Siwon sudah mengucapkan kalimat itu ketika ia menyadari pandangan Kyuhyun yang kosong. "Kau ada masalah?"
Gadis itu tak menyahut, masih menikmati keterdiamannya.
"Oh ya, kalau boleh tahu kenapa kau membatalkan janji kita hari ini, Kyuhyun-shi?" merasa tidak diberi respon, Siwon mencoba mengajukan pertanyaan lain yang lebih formal. Tapi sepertinya Siwon harus menerima kekecewaan ketika Kyuhyun tak juga menjawab.
Siwon baru saja berdiri dari duduknya ketika sebuah suara lirih namun lembut tertangkap indera pendengarnya, "Umma-ku meninggal,".
"Mwo?!", Siwon berbalik dengan mimik terkejut. Matanya membulat, alisnya bertaut, sementara bibirnya sedikit maju ke depan. Ekspresi yang dibilang cukup lucu mengingat Siwon selalu menjaga penampilang dan sikapnya di depan umum.
"Kau tak pernah mendengar kalimat seperti itu sebelumnya?" tanggapan Kyuhyun terkesan dingin meskipun ia tak bermaksud seperti itu.
"Mianhae... hanya saja aku cukup terkejut dengan...,"
"Kau belum pernah mendengar kalimat seperti itu secara langsung. Iya kan?" Kyuhyun memotong ucapan Siwon. Siwon tidak bisa mengelak lagi ketika manik caramel soklat itu memandangnya dengan menerawang.
"Mianhae... Aku bukan orang-orang yang suka bercerita ataupun mendengarkan cerita sebelumnya," Siwon kembali mendudukkan dirinya di samping Kyuhyun.
"Aku mengerti, direktur muda sepertimu pasti tak mempunyai waktu untuk hal-hal tidak penting seperti itu," Kyuhyun tertawa canggung.
"Aku tidak menganggap hal itu penting atau tidak, hanya saja... Kau tahulah bagaimana jadwal direkturmu yang padat setiap harinya, mungkin hal itulah yang terjadi padaku juga. Apalagi aku baru disini beberapa bulan," Kyuhyun menganggukkan wajahnya mendengar penjelasan Siwon. Jabatannya sebagai asisten direktur yang terkadang menggantikan sang direktur cukup membuatnya tahu bagaimana sibuknya mereka.
"Jadi, kau sibuk malam ini, Choi Sajangnim?" Kyuhyun menolehkan wajahnya pada Siwon.
Masih terpukau dengan caramel coklat yang meskipun sembap namun tetap tak menghalangi keindahannya itu, Siwon menggelengkan kepalanya.
"Kalau begitu kau memiliki waktu untuk mendengar ceritaku sedikit, Sajangnim?" Kyuhyun tersenyum, senyum yang manis namun sekaligus terluka.
.
.
"Kau yakin ini ceritamu?" Siwon memasukkan kedua tangannya di saku celananya mencoba menghalangi dinginnya udara malam. Kini ia hanya mengenakan sebuah kemeja putih karena jas hitamnya sudah tersampir di tubuh mungil Kyuhyun yang tengah berjalan di sampingnya.
"Seperti dongeng menyedihkankah?" gadis itu balik bertanya.
"Entahlah, aku sedikit tidak percaya dengan dongeng karena orangtuaku pun tidak pernah membacakannya untukku. Dongeng yang aku tahu pun semuanya berakhir bahagia,"
"Kau sepertinya harus membuka diri terhadap orang-orang di sekitarmu dan membiarkan dirimu sekali-kali menikmati hidup, Choi Sajangnim. Jangan hanya berkutat dengan tumpukan dokumen saja. Bahkan kau tidak tahu bahwa ada beberapa dongeng yang berakhir menyedihkan bahkan tragis," Kyuhyun sedikit menyindir.
"Akan aku pertimbangkan saranmu, Nona Cho. Tapi kupikir mungkin sebaiknya aku tidak tahu mengenai dongeng menyedihkan itu," Siwon terkekeh mendengar sindiran Kyuhyun yang ia anggap sebagai candaan itu.
"Kalau begitu kau terlambat. Bukankah kau baru saja mendengarnya?" Kyuhyun berhenti beberapa langkah di depan Siwon dan membalikkan tubuhnya menghadap Siwon.
"Tidak. Tadi itu bukanlah dongeng menyedihkan. Kalaupun kau menganggapnya seperti sebuah dongeng menyedihkan maka...,"
"Maka?" Kyuhyun menautkan alisnya mendengar kalimat Siwon yang menggantung.
"Mungkin aku akan dan bisa mengubah akhirnya menjadi akhir yang bahagia. Jadi Nona Cho, dimanakah rumahmu? Aku akan mengantarmu, mobilku tampaknya sudah beres," Siwon tersenyum penuh arti. Matanya melirik mobilnya di depan gerbang taman yang tak jauh dari tempat mereka berhenti sebelum akhirnya memandang wajah Kyuhyun yang masih mencerna kalimatnya. "Kyuhyun-shi?"
"Ah, maaf. Aku akan dijemput temanku, ia sedang dalam perjalanan kemari," Kyuhyun membalikkan tubuhnya, berjalan mendahului Siwon.
"Sayang sekali, padahal aku masih ingin berlama-lama denganmu," Kyuhyun terkesiap dan sontak menoleh pada Siwon yang tengah tersenyum padanya. Tanpa bisa dicegah, semburat merah itu mewarnai pipi Kyuhyun.
Siwon yang melihat reaksi Kyuhyun semakin melebarkan senyumnya. Tanpa ia sadari, sejak bersama Kyuhyun beberapa jam yang lalu ia sudah berbicara panjang lebar. Pembicaraan yang bahkan tak pernah sepanjang dan sedalam ini bahkan dengan keluarganya sekalipun. Tapi mungkin semua itu karena rasa nyaman yang tiba-tiba menyeruak untuk pertama kalinya dalam hidupnya. Rasa nyaman yang tak ia mengerti mengingat ini adalah pertemuan keduanya dengan Kyuhyun.
TBC
Miaaannnn T.T
Bukannya lanjutin yang Angel Between Us tapi malah ngetik ff yang rada" galau...
Nambah daftar panjang utang ff nih kayaknya...
Sedikit kabar buruk... Mood untuk melanjutkan Angel Between Us entah kenapa belum muncul karena butuh mood yang bagus. Dan entah kenapa, gak bagus".. Sepertinya saya harus meminta pertanggungjawaban seseorang yang udah bikin mood naik turun.. #curcol
Ditambah lagi, hasil kontrol RS yang tidak begitu baik :(
Tapi yang ini, kemungkinan minggu depan udah END karena dimungkinkan hanya 3 chap dan sudah ½ selesai ketik..
Akhir kata, maaf bila banyak typos, cerita kurang menarik, dan banyak kekurangan lain..
Hope you enjoy it :)
