Hai minna-san…^^
Ini fanfic AU kedua Natsu! Hehehehe...
Entah mengapa, Natsu langsung kepikiran buat nge-buat fic gak jelas asal-usulnya ini!
Yosh! Natsu gak mau banyak bacot dulu, langsung baca aja!
Happy read…^^
.
.
Disclaimer : Togashi Yoshihiro
Title : Am I Really Hate You?
Story by : author super lebay, Natsu Hiru Chan
Genre : Romance and Friendship
Rated : T (buat jaga-jaga)
Pairing : Kuroro nii-kun tetap bersama Kurapika nee-chan selamanya!
Warning : AU, abal, norak, OOC, typo bertebaran kesana kesini, lebay (sangat), pokoknya nih fic hancur-sehancur-hancurnya!
Summary : Nyawa Kurapika di selamatkan oleh seorang pemuda, ketika ia mengalami kecelakaan. Dan di tubuh Kurapika mengalir darah pemuda itu. Kurapika pun menganggap pemuda itu sebagai cinta pertamanya.
.
.
.
.
Don't like, don't read… XD
.
Chapter 1 : Ketika Cinta Pertama Berakhir
Hunter Hingh School…
Begitulah yang tertera di gugus depan sekolah yang satu ini. Tapi jangan salah, meskipun nama sekolah ini terdengar 'berbahaya,' sayangnya sekolah ini adalah sekolah elit dan merupakan SMU terbaik di kota ini. Selain itu Hunter High School, juga mengajar para siswanya kedisiplinan, agar mereka menjadi siswa berprestasi dan disiplin. Hanya orang-orang yang memiliki kelebihan tertentu yang dapat masuk ke sekolah ini. Rata-rata sih, kelebihan itu adalah… kejeniusan…
Jam besar yang terdapat di tengah atas gerbang sekolah ini masih menunjukkan pukul 07.00 pagi. Masih lima belas menit lagi sebelum pelajaran pertama dimulai. Para siswa yang berseragam kemeja putih, celana panjang biru tua, blazer hijau, serta dasi biru tua panjang melengkapi penampilan mereka. Sedangkan para siswi mengenakan kemeja putih, rok biru tua setengah paha, blazer hijau, dan dasi pink yang diikat dileher hingga membentuk huruf X. Para siswa dan siswi itu memasuki gerbang SMU tersebut, dengan santainya.
Termasuk siswi yang satu ini, seorang siswi berseragam sama dengan siswi lainnya, yang sedang berjalan dengan santainya, dengan tatapan lurus ke depan tanpa melirik ke arah lain sedikitpun. Rambutnya yang berwarna pirang keemasan pendek itu membuatnya nampak mencolok, sehingga siapapun yang dilewatinya harus melirik padanya. Tubuhnya yang normal, tidak kurus tidak gemuk, serta kulitnya yang putih membuat para lelaki terpana, serta membuat para wanita cemburu. Kecantikan gadis itu semakin lengkap saja, dengan iris mata sebiru samudra yang dapat membuat siapapun yang melihatnya tenggelam dengan keindahan mata itu.
"Kurapika!" sapa seorang gadis berambut pink panjang yang diurai, berlari pada gadis pirang, yang dipanggil Kurapika itu.
"Neon?" gumam Kurapika melihat gadis yang mendatanginya. "Ada apa?"
Neon memasang tampang cemberut, "kenapa semalam kau tidak hadir di pesta Shizuku? Padahal 'kan dia sudah mengundangmu! Padahal banyak anak cowok yang tanpa diundang pun hadir ke pesta itu hanya untuk melihatmu!"
Kurapika memutar bola matanya, "aku tidak peduli dengan anak-anak cowok bodoh itu! Selain itu… aku tidak bisa hadir semalam, karena aku ada urusan. Yah, aku akan minta maaf pada Shizuku nanti," ujar Kurapik datar.
Yah, sebenarnya Kurapika adalah gadis yang cukup populer dikalangan anak cowok. Bahkan para kakak kelas perempuan gemas melihatnya, dan para adik kelas banyak yang menggemarinya. Bagaimana tidak, wajahnya yang seperti malaikat itu, penampilannya yang terbilang cukup keren, kejeniusan otaknya yang di atas rata-rata, serta sikapnya yang selalu saja tampil cool pada siapapun terutama pada kaum adam. Tak jarang, ada laki-laki yang menyatakan cinta padanya. Tapi kita sudah tahu pasti jawabannya 'kan?
Kurapika melangkahkan kakinya memasuki gerbang, bersama teman sekelasnya, Neon yang ada di sampingnya.
"Sepertinya aku terlalu cepat datang!" gumam Neon.
"Kenapa? Itu bagus 'kan?" ucap Kurapika sedikit menoleh pada gadis cantik yang ada di sampingnya.
"Huh! Soalnya pelajaran pertama itu olahraga! Dan gurunya itu sangat menyebalkan!"
"Maksudmu Bashou sensei?"
"He-eh! Dia selalu saja memberikan pelajaran yang sulit! Seperti minggu lalu!"
"Sulit? Minggu lalu 'kan hanya lompat tinggi?"
"Aku tidak suka olahraga!" Neon mendengus kesal.
Terukir senyuman tipis di bibir mungil Kurapika. Dia sudah menganggap Neon sebagai saudara perempuannya sendiri.
.
#skip time
.
Matahari senja membuat segalanya berpadu dengan warna orange. Para pelajar pun siap pulang ke rumah masing-masing. Yah, pelajaran di sekolah ini memang berlangsung lebih lama dibanding sekolah lainnya.
Kurapika berjalan dengan santainya, keluar dari gerbang itu. Rumahnya agak jauh dari sekolah. Itulah sebabnya dia harus naik kereta, atau pun bus untuk pulang. Hari ini dia memutuskan untuk menaiki bus, karena malas menunggu di stasiun kereta.
Kurapika berdiri di dekat lampu lalu lintas yang cukup sepi itu, menunggu lampu khusus penyebrang berubah warna menjadi hijau. Kurapika tak melihat ada penyebrang lain, hanya dia saja. Tempat itu juga cukup sepi. hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang di sana, dan beberapa kendaraan yang lewat.
Ketika lampunya berubah warna menjadi hijau, Kurapika melihat ke kiri dan ke kanan terlebih dahulu, lalu melangkahkan kakinya menyebrang.
Jalanan itu sangat sepi, membuat rasa waspada dan hati-hati Kurapika berkurang.
Mobil mewah hitam berhenti di depan zebra cross, menunggu tanda jalan untuk kendaraan.
Sambil berjalan, Kurapika memperhatikan mobil itu. Dia tak dapat melihat dengan jelas siapa yang mengendarainya. Tanpa ia sadari, sebuah truk yang berlawanan arah dari mobil itu melaju dengan cepatnya ke arah Kurapika, tanpa terlihat olehnya.
Ckiiiiittt…
BRAKKK!
Kecelakaanpun tak terhindarkan.
Truk itu langsung menabrak tubuh Kurapika, sehingga ia harus terlempar sejauh beberapa meter.
'Mati… aku akan mati…'
BRUKKKK!
Kurapika merasakan sakit yang teramat sangat di seluruh tubuhnya. Ia bisa mendengar suara keributan. Tubuhnya tak bisa di gerakkan.
Kurapika berhasil membuka sedikit matanya. Dengan buram, ia dapat melihat sesosok pemuda di depannya. Tak begitu jelas, tapi ia bisa tahu kalau orang itu adalah laki-laki. Namun detik selanjutnya, pandangannya kembali mengabur, hingga semuanya berubah gelap. Seluruh indra Kurapika pun, tak bisa ia gunakan lagi.
.
~AM I REALLY HATE YOU?~
.
Terlihat Kurapika berdiri di depan cermin kamarnya, mengenakan seragam sekolahnya. Di dahi dan pipinya terdapat perban yang tertempel, sedangkan di lengan kiri dan lehernya terlilitlah perban putih.
Kurapika menghela nafas panjang. Sebulan yang lalu memang hari-hari yang melelahkan baginya. Selama sebulan itu ia hanya bisa terbaring lemah di rumah sakit, tanpa bisa melakukan apa-apa. dan baru saja semalam ia keluar dari rumah sakit, namun sekarang dia malah memutuskan untuk pergi ke sekolah.
.
Kurapika's pov
.
Sekali lagi aku menghela nafas. Aku teringat akan insiden kecelakaan yang terjadi sebulan yang lalu itu. Kupikir… aku akan mati… ternyata tidak.
Suster di rumah sakit itu hanya bilang padaku, bahwa ada seorang pemuda yang mengendarai mobil hitam, langsung membawaku ke rumah sakit itu. Katanya, kalau terlambat sedikit saja, aku tak akan bisa selamat. Pemuda itu juga sempat menyumbangkan darahnya untukku. Selain itu dia juga bilang, usianya masih sangat belia. Sebaya denganku mungkin?
Andaikan aku bisa bertemu dengannya… dan mengucapkan terima kasih. Aku sangat ingin bertemu dengannya, orang yang telah menyelamatkan nyawaku. Sejak itu pun aku mulai mengagumi pemuda itu… meskipun aku sendiri tidak tahu siapa orang itu. Tapi aku selalu berdoa agar dia diberi keselamatan dan kebahagiaan. Kuharap aku bisa bertemu dengannya, suatu saat nanti…
Aku juga tidak tahu… tapi… mungkin orang itu juga adalah cinta pertamaku, meski aku tak mengenalinya sama sekali. Di tubuhku ini… mengalir lah darahnya.
Aku menggeleng lemah, dan segera mengambil tasku dan meninggalkan rumahku hendak menuju sekolah.
.
Normal pov
.
Di sekolah,
"Kurapika!" sapa Neon ceria, ketika Kurapika masuk ke kelasnya. Di susul dengan teriakan senang dari teman Kurapika lainnya.
"Kyaaaaa!" teriak Kurapika ketika Neon langsung saja memeluknya erat, sukses membuat rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya.
"Ah! Maaf Kurapika! habisnya, aku senang sekali sih!" ucap Neon sambil nyangir lebar.
Kurapika hanya memegangi bahunya yang sakit, sambil menatap Neon kesal. Siswa-siswi lain hanya bisa tertawa meilhat tingkah kedua orang itu.
"Bagaimana keadaanmu Kurapika?" tanya seorang gadis berkaca mata mendatanginya.
"Hn, aku baik-baik saja," jawab Kurapika datar, seraya berjalan ke bangkunya, dan meletakkan tasnya di sana, lalu duduk.
Semua teman ceweknya langsung mengerumuninya, menceritakan hal-hal yang terjadi di sekolah ini selama ia tak ada. Tak jarang mereka bertanya pada Kurapika. Kurapika hanya bisa menjawab singkat, mengangguk, atau hanya sekedar menggeleng saja.
"Kenapa kau tidak bilang kalau kau masuk rumah sakit? Tuh 'kan! Kami tak bisa menjengukmu!" protes Neon kesal.
"Hn, aku hanya tak ingin merepotkan," jawab Kurapika datar.
"Kau ini!"
"Ohya Kurapi—"
Kring kring kring…
Percakapan mereka terpaksa terhenti oleh bunyi bel yang menandakan pelajaran pertama dimulai. Kurapika sedikit lega, bisa bebas dari kerumunan cewek-cewek itu.
Pelajaran pertama pun dimulai dengan tenang…
.
#skip time
.
Jam istirahat,
Kurapika berjalan, menyusuri sekolahnya, hendak menuju perpustakaan sekolah. Yah dia memang sejak dulu mempunyai hobi membaca buku, terutama buku sejarah.
Ia lalu memasuki perpustakaan yang sepi itu. Jarang sekali para siswa memasuki perpustakaan ini jikalau istirahat sekolah, kecuali mereka butuh bahan untuk tugas rumah mereka. Mereka lebih memilih untuk menghabiskan jam istirahat mereka di kantin, atau tempat-tempat menarik lainnya, terkecuali Kurapika, dan beberapa murid yang lain yang sedang membaca di sini. Kurapika pun berjalan menyusuri rak-rak buku yang tertata rapi di sana.
Matanya langsung tertuju pada sebuah buku bersampul biru tua, yang ada di bagian atas rak. Dengan sedikit berjinjit, Kurapika pun menggapai buku itu, dan memperhatikannya. "Break Day… oleh Ron Kaby…" gumam Kurapika membaca judul buku serta nama penulisnya itu.
Senyuman lengsung tersungging di wajah cantik gadis itu. Dia pun mengambil kursi yang berada paling ujung, dan duduk di sana. Dibukanya buku itu, dan mulai membaca.
.
.
.
Setelah beberapa halaman ia baca, Kurapika dapat mendengar langkah kaki seseorag menuju dirinya. Namun ia tak mengubris langkah kaki itu.
Orang itu lalu duduk di kursi depan Kurapika, yang dibatasi oleh sebuah meja. Kurapika yang merasa terusik, lalu menghentikan aktivitas membacanya, dan melihat siapa yang berani duduk seenaknya tanpa permisi terlebih dahulu di depannya.
Dilihatnya seorang pemuda yang berseragam sama seperti seragam siswa lainnya, namun ia tak mengancing blezernya. Rambutnya berwarna hitam berkilau. Mata onix-nya terlihat fokus memperhatika deret demi deret kata yang tersususn rapi hingga membentuk sebuah kalimat yang tertera di atas kertas, buku bersampul merah tebal yang dibacanya. Di dahinya terdapat tanda berbentuk salip yang aneh.
Kurapika memutar bola matanya. 'Setidaknya bilang permisi dulu, kek!' kesal Kurapika dalam hati. Ia lalu menutup bukunya, hendak meninggalkan meja itu, dan mencari tempat lain yang lebih sepi untuk membaca.
"Maaf mengganggumu," ucap pemuda itu datar, sukses membatalkan niat Kurapika ketika ia hendak berdiri dari kursinya.
"Eh?" ucap Kurapika heran.
Pemuda itu menghentikan aktivitas membacanya, dan menatap gadis yang duduk di depannya.
"Kau murid kelas dua yah? Oh, salam kenal…" ucap pemuda itu memberikan senyuman menawannya.
Kurapika menaikkan sebelah alisnya. "Kau siapa?"
"Aku Kuroro Lucifer, kelas tiga…"
"Oh,"
Kurapika pun kembali duduk, dan melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda tadi.
"Kau belum memperkenalkan namamu," ucap Kuroro sukses menghentikan aktivitas membaca Kurapika (lagi).
Kurapika memutar bola matanya, "Kurapika," sahutnya singkat, padat, dan jelas, lalu kembali membaca.
Keheningan menyelimuti mereka, hingga bel menandakan jam pelajaran akan dimulai. Kurapika pun menutup bukunya, meninggalkan tempat itu, tanpa mengubris Kuroro.
Kuroro memutar badannya memperhatikan punggung Kurapika yang semakin menjauh. Seringai tipis terukir di wajah tampannya. "I got you…" gumamnya.
.
.
Pukul 03.00 sore,
Bel SMU Hunter pun berbunyi, menandakan waktu untuk pulang. Para siswa dan siswi berhamburan keluar gerbang, tengan tujuan masing-masing. Termasuk Kurapika.
"Kyaaaaaa!" teriakan histeris dari sejumlah siswi, disusul dengan siswi lainnya, sukses membuat Kurapika terkejut. Ia pun segera menoleh ke sumbar suara.
Dilihatnya segerombolan anak cewek, yang menatap seorang pemuda, yang tak asing baginya. Anak cewek itu nampak malu-malu dengan wajah merona merah. Semakin lama, kerumunan itu semakin banyak saja. Kurapika baru sadar, bahwa ia satu-satunya murid perempuan yang berdiri di sana. Sisanya sedang menatap seseorang dengan kagum.
Kurapika lalu melihat ke biang masalah ini. Matanya membulat, ketika melihat orang yang sedari tadi diteriaki dan dikagumi itu adalah Kuroro, orang yang tadi mengajaknya ngobrol di perpustakaan.
Kurapika menaruh sebelah tangannya di pinggang. 'Dia siapa sih? Aku juga baru melihatnya! Tapi… apa dia se-populer itu?' pikir Kurapika.
"Hoi, dia itu siapa?" tanya Kurapika pada salah seorang siswa kelas tiga yang ada di dekatnya.
"Kau tak mengenalnya? Dia itu Kuroro Lucifer! Dia murid baru di sekolah ini, sebulan yang lalu! Sejak dia datang ke sekolah ini, fans-nya pun semakin banyak juga! Ah! Itu pacarku! Kenapa dia juga ikut-ikutan mengejar Kuroro? Maiko-chaaaann…!" teriak kakak kelas itu seraya meninggalkan Kurapika.
Kurapika diam sejenak. "Ah! Bodo amat!" gumam Kurapika seraya meninggalkan tempat itu. Beberapa anak cowok menjadi kagum melihatnya, tak tergoda sedikitpun dengan wajah tampan sang Lucifer.
"Kuroro senpai apa senpai sudah punya pacar?"
"Senpai, rambutmu terlihat berkilau dan lembut! Apa aku boleh memegangnya?"
"Kuroro-kun, bantu aku buat PR dooonkk…"
"Senpai, tanda apa itu di dahi senpai?"
"Waaaahh… aku suka sekali dengan senpaaaii…"
"Mau tidak, jadi pacarku?"
Meski dikerubungi bagaikan kue yang dikerubungi oleh semut, Kuroro masih tetap memasang ekspresi datar, tanpa mengubris para siswi gila tersebut. Dengan santai, ia berjalan menuju tempat parkiran. Namun hal itu malah membuat para Kuroro fc itu makin menjadi-jadi saja.
"Waaahh! Dia keren bangeeett!"
Piiiippppp!
Kuroro membunyikan klakson mobilnya, agar para siswi itu menyingkir. Mereka pun menurut. Kuroro langsung saja memacu mobilnya menjauh dari sekolkah itu. Para siswi hanya melambaikan tangan pada mobil Kuroro yang menjauh, sedangkan para siswa hanya menatapnya kagum.
.
Kembali ke Kurapika,
Ia berjalan, menyusuru trotoar hendak menuju stasiun kereta. Langkahnya santai, dengan tempo yang tetap. Tangannya yang memegang tas menyerupai koper yang dimiliki setiap siswa itu diletakkan di belakang.
Kurapika langsung mendengar suara sebuah mobil melaju dari belakang. Ia sontak menoleh ke sumber suara.
Matanya membulat sempurna, ketika melihat sebuah mobil hitam yang tak asing baginya sedang melaju, melewatinya begitu saja. Sekilas, ia dapat melihat Kuroro, adalah si pengendara mobil itu. Kurapika terdiam, memperhatikan mobil hitam tersebut yang semakin menjauh.
"M—mobil itu… mobil milik orang yang telah menyelamatkan hidupku…'" gumam Kurapika tak percaya.
'Tapi kenapa Kuroro yang mengendarainya? Apa mobil itu miliknya? Jadi… dia yang telah…' Kurapika langsung menggeleng cepat, membuang segala pikirannya itu.
'Tidak mungkin! Pasti hanya mobilnya saja yang mirip!' batin Kurapika. 'Ah… lebih baik aku tanyakan saja padanya besok!'
Ia pun kembali berjalan.
Langkahnya terhenti ketika ia sampai di depan sebuah toko roti yang ada di tepi jalan. Kurapika pun memutuskan untuk masuk, hendak membeli roti untuk dirinya sendiri.
Di dalam,
Kurapika memerhatikan menu yang tertera di kasir. Ada roti susu, coklat, dll. Ia nampak menimbang-nimbang roti apa yang hendak ia beli, tanpa sadar, orang yang ingin ia temui besok, juga sedang makan di sana.
"Aku pesan roti susu dua, dan roti—kyaaaaa!"
BRUKKK!
Kurapika segera membanting orang di belakangnya, ketika merasakan seseorang menyentuh bokongnya dari belakang. Si pelaku hanya bisa meringis kesakitan.
"Siapa kau? Apa yang kau lakukan?" bentak Kurapika dengan wajah yang sedikit merona. Aura hitam mulai terpancar di sekelilingnya, sukses membuat orang itu semakin merinding ketakutan.
Tak lama kemudian, datanglah satpam toko itu, mengamankan pria yang tadi mengusik Kurapika.
"Maaf nona, pria ini tadi hendak mencopet anda. Maaf sudah membuat anda terganggu, biar dia kami yang urus. Terima kasih atas kerja samanya," ujar satpam tersebut seraya meninggalkan tempat itu.
Kurapika mendengus, "huh! Mengganggu saja!" gumam Kurapika. Ia lalu kembali berbalik ke kasir. Penjaga kasir itu hanya bisa menatap Kurapika tak percaya plus ketakutan.
"Ohya, roti susu dua, dan yang coklat satu," ucap Kurapika kembali tenang.
"M—mau makan di sini, atau di bungkus?" tanya pegawai itu.
"Bungkus,"
"Baiklah, silahkan menunggu beberapa menit,"
Kurapika lalu pergi duduk di kursi panjang dekat situ, yang memang disediakan untuk pelanggan yang minta bungkus, seperti Kurapika.
Kurapika melipat kedua tangannya di dadanya, dan memejamkan matanya di sana. Semua orang yang tadi sempat shock pun kembali makan, terkecuali pemuda yang duduk di dekat jendela itu. Ia masih memperhatikan Kurapika dengan seksama. "Bocah yang menarik," gumam pemuda yang tak lain adalah Kuroro itu.
Setelah pesananya jadi, Kurapika pun membayar kasir itu dan meninggalkan toko tersebut tanpa menoleh ke arah lain sedikitpun. Pandangannya tetap lurus ke depan.
"Pantas saja ditabrak truk separah itu dia masih hidup…" gumam Kuroro menyeringai tipis, menatap kepergian Kurapika.
.
~AM I REALLY HATE YOU?~
.
"Yang benar saja…"
"T—tapi… aku 'kan menyukaimu!"
"Dengar yah botak! Aku tidak peduli kau menyukaiku atau bahkan membenciku! Tapi saat ini aku tak ingin berpacaran dengan siapa pun!" tegas Kurapika, di sebuah tempat yang cukup sepi, belakang sekolah. Di dekatnya terlihat seorang pemuda lebih tua setahun dengannya, berkepala botak, yang diketahui bernama Hanzo.
"Hei! Kau cewek pertama yang mengejekku seperti itu!" Hanzo mulai emosi.
"Lantas kau mau apa?" ucap Kurapika dingin.
Hanzo mengepalkan tangannya kuat-kuat, dan menggertakkan giginya.
"Cih!" decaknya sebelum ia pergi meninggalkan Kurapika.
"Haaahh…" desah Kurapika lega. "Dasar cowok bodoh!"
"Rupanya kau cukup populer juga…"
Suara itu sukses mengagetkan Kurapika. Dia sontak menoleh ke sumber suara. Matanya membulat sempurna ketika melihat Kuroro, langsung muncul dengan tangan yang ia masukkan ke saku celananya. Kurapika langsung memalingkan wajahnya, berusaha tampil seketus mungkin. Dia tak ingin bermasalah dengan pria yang satu ini.
"Sedang apa kau di sini?" tanya Kurapika datar.
"Hanya mencoba kabur dari gadis-gadis bodoh itu. Tapi… ternyata di sini aku menemukan gadis yang lebih bodoh lagi…"
"Apa katamu?" kesal Kurapika mengepalkan tangannya menahan emosi.
Kurapika langsung ingat rencananya kemarin, untuk bertanya pada Kuroro tentang peristiwa kecelakaan itu. Tapi rasanya saat ini dia sebal melihat pemuda yang satu ini. Selain itu dia juga berpikir, bahwa kemungkinan Kuroro yang menyelamatkan nyawanya pada waktu itu, hanya 5%, karena ia hanya dapat memutuskan dari mobil saja. Sedangkan mobil itu, pasti bukan satu orang saja yang mempunyainya 'kan?
"Kau jangan marah begitu! Dasar cewek galak!"
"Kau sudah bersiap untuk bertemu penciptamu?" Kurapika semakin emosi saja dengan ejekan-ejekan Kuroro yang terdengan pedas baginya.
"Baiklah… aku hanya bercanda… dasar!"
"Sudahlah… tak ada gunanya berdebat denganmu!" ketus Kurapika seraya mencoba untuk melangkahkan kakinya, meninggalkan Kuroro.
"Aku tak menyangka, gadis yang kemarin menghajar pencopet di toko roti ternyata lebih galak dari yang kupikirkan," ucap Kuroro santai, sukses menghentikan langkah Kurapika.
Kurapika langsung menatapnya tajam, "apa maumu?"
Kuroro lalu menyeringai. "Akhirnya kau tertarik dengan permainan ini… setidaknya sejak sebulan lebih yang lalu,"
Kurapika berusaha mencerna perkataan dari Kuroro. Ia langsung tersentak kaget ketika 'mencurigai' arti dari perkataan itu. Tubuhnya langsung gemetaran.
"…apa maksudmu?" tanya Kurapika.
"Kau gadis yang kecelakaan di dekat toko bunga, akibat truk itu 'kan…" ucap Kuroro langsung merangkul pinggang Kurapika dari belakang dengan satu tangan, sedangkan tangan satunya ia masukkan ke saku celana.
Kurapika masih tak percaya dengan perkataan Kuroro. Dia ingin menoleh, dan meminta menjelaskan semua ini. Tapi tentu saja itu takkan terjadi, menyadari bahwa jarak mereka saat ini sudah melebihi batas kewajaran.
"J—jadi kau…" Kurapika tak menoleh sedikitpun.
"Benar, aku adalah pahlwanmu… orang yang dulu menyelamatkan nyawamu…"
DUK…
Bagaikan batu besar yang saat ini langsung menimpa kepala Kurapika, ketika mendengar perkataan itu. Dia langsung mendorong tubuh Kuroro, sehingga pemuda itu harus mundur beberapa langkah ke belakang.
Kuroro rasanya ingin tertawa, ketika melihat tampang Kurapika yang sedang kebingungan, ditambah dengan rona merah di wajahnya. Seandainya boleh, Kuroro ingin memotret gadis jutek itu. Sayangnya dia masih sayang nyawa.
'Tidak mungkin… tidak mungkin… orang yang menyelamatkan jiwaku adalah orang yang sangat kukagumi! Tidak mungkin orang itu adalah dia!' pikir Kurapika shock.
"Kau bohong!" teriak Kurapika langsung saja berlari meninggalkan tempat itu, meninggalkan Kuroro yang tersenyum padanya.
'Bohong… semua itu bohong! Orang yang menyelamatkan nyawaku tak mungkin cowok bodoh itu!' teriak Kurapika dalam hati sambil berlari sekencang-kencangnya.
.
.
"Kuroro, kau tak pulang?" tanya seorang pemuda berambut coklat bertampang polos pada Kuroro yang sedang duduk di kursi sambil memainkan ponselnya. Saat ini di kelas hanya ada mereka berdua.
"Ah, kau pulang duluan saja, Shalnark…" ucap Kuroro malas.
"Hehe… kau takut dengan gadis-gadis penggemarmu itu yah?" goda Shalnark.
"Aku tidak takut, aku muak dengan mereka…"
"Yaaahh… kukira kau beruntung! Sudahlah… aku pulang duluan saja, sampai jumpa," ujar Shalnark seraya meninggalkan tempat itu.
Kuroro terdiam di kelasnya sendirian.
"Haaaahh…" dia menghela nafas panjang.
Tak lama setelah itu terukirlah senyuman kecil di bibirnya. Dia teringat wajah Kurapika ketika jam istirahat tadi. Wajah yang benar-benar langka, ketika ia kebingungan dengan wajah memerah. Benar-benar terlihat aneh baginya.
"Dasar gadis bodoh…" gumamnya.
Setelah kurang lebih satu setengah jam Kuroro di kelas, dia pun memutuskan untuk pulang.
Ia lalu menuju tempat parkir, yang di sana hanya terdapat mobilnya saja. Matanya membulat ketika melihat seorang gadis sedang bersandar di pintu mobilnya, menunggu seseorang.
"Kurapika?" gumam Kuroro lalu berjalan ke mobil itu.
"Kau menungguku dari tadi?" tanya Kuroro tak percaya.
Kurapika hanya diam, dan menatap Kuroro dengan tatapan kosong. Ia lalu bangun dari sandarnya di mobil hitam Kuroro.
"Ketika kecelakaan itu… kupikir aku akan mati. Tapi berkat kau, sekarang aku masih bisa melihat matahari, belajar, dan melakukan apapun yang kuinginkan…" Kuroro memperhatikan Kurapika dengan seksama, mendengarkan perkataan gadis itu.
'Aku tak tahu, apa aku harus mengatakan ini, tapi…' mata Kuroro membulat ketika Kurapika langsung sedikit membungkukkan badannya dan menunduk. "Terima kasih…"
Kuroro masih tak percaya, dengan apa yang dilihatnya barusan. Kurapika lalu kembali mendongkak, dan menatap Kuroro datar.
Seringai lagi-lagi terukir tipis di wajah tampan itu. Kuroro langsung meletakkan kedua tangannya di mobil, menahan Kurapika di sana. Kurapika hanya menatapnya bingung plus terkejut. Kuroro semakin mempersempit jarak antara wajah mereka.
Gadis itu dapat merasakan hembusan nafas Kuroro di wajahnya. Ia hanya bisa memejamkan matanya rapat-rapat, dengan wajah yang memerah. Hingga kini, wajah Kuroro ada di samping leher Kurapika, dan menyandarkan dagunya di bahu gadis itu.
"Di sini…" Kuroro memegangi sebelah bahu Kurapika, dan sebelah tangannya lagi tetap menepel di mobil. "Di tubuhmu ini… mengalir darah seorang Lucifer…"
Kurapika tersentak kaget mendengar pernyataan Kuroro. Namun ia hanya masih bisa diam, dan menatap lurus ke depan dengan tatapan tak percaya.
Kuroro kembali menghadapkan wajahnya dengan wajah Kurapika. Semakin lama jarak antara wajah mereka semakin dekat. Kurapika masih shock, tanpa bergeming sedikitpun.
3 cm…
2 cm…
1 cm…
Dan…
Cup…
Bingo! Pemuda pemilik iris onix hitam gelap itu berhasil merebut ciuman pertama dari gadis pemilik iris biru sapphire tersebut.
Setelah kurang lebih sepuluh detik bibir mereka saling bersentuhan, Kurapika langsung tersadar dari shock-nya. Dia langsung mendorong tubuh Kuroro, namun Kuroro langsung memegang kedua pergelangan tangan Kurapika, dan menegakannya di mobil, tepatnya di atas kepala Kurapika. kurapika merasa Kuroro semakin menekan tubuhnya.
Kurapika mencoba melawan, tapi entah mengapa tubuhnya sangat ini sudah sangat lemah. Ia tak dapat melawan Kuroro. Gadis itu mencoba memalingkan wajahnya, namun Kuroro kembali menciumnya.
Dwaaggghhh!
Adegan panas itu terhenti seketika, ketika Kurapika langsung saja menendang 'kelemahan' Kuroro dengan lututnya. Kuroro langsung saja mundur, meringis kesakitan, sambil memegangi 'kelemahan'nya yang telah menjadi korban itu.
"Apa yang kau lakukan?" protes Kuroro.
PLAKKK!
Tamparan panas Kurapika pun menyusul di pipi Kuroro. Kuroro memegangi pipinya sambil menatap Kurapika datar. Dilihatnya gadis itu menatapnya penuh amarah, dengan mata yang berkaca-kaca. Saking kerasnya tamparan Kurapika, hidung dan sudut mulut Kuroro malah mengeluarkan cairan merah.
Kurapika menggesekkan tangannya di bibirnya, menghapus bekas ciuman Kuroro dengan kasar. "Dasar brengsek!" teriak Kurapika langsung saja berlari meninggalkan tempat itu.
Kuroro menatap kepergian Kurapika dengan tatapan datar. Dihapusnya darah merah segar yang mengalir di wajahnya. Tak lama setelah itu, Kuroro tersenyum kecil.
"Dia menangis..?" gumam Kuroro seolah menahan tawanya.
.
.
Sementara itu, terlihat Kurapika terduduk sendirian di kursi stasiun. Hujan nampak mengguyur daerah itu dan sekitarnya. Di tempat itu hanya ada beberapa orang saja, yang sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Namun Kurapika tak mengubrisnya. Dia tetap duduk di kursi tunggu itu, membiarkan hujan mengguyur tubuhnya.
Mata sapphire-nya menatap kosong ke depan. Air matanya menyatu dengan hujan.
"Cinta pertamaku… berakhir…"
.
.
.
~TO BE CONTINUED~
.
Fuiiihhh… *nge-lap keringat di dahi*
Akhirnya chapter kali ini selesai juga…
Gomen para readers sekalian, soalnya Natsu fic Natsu yang berjudul Wareware No Ryōhō gak bisa di update segera, soalnya dokumen chapter empat yang udah Natsu ketika Natsu ada di laptop Natsu yang saat ini lagi di service!
Rasanya aneh juga, kalo Natsu gak pernah aktif di FFn! Jadi Natsu ngetik aja fic abal ini pake laptop Onii-kun Natsu yang Natsu colong, pas dia lagi tidur! Hehehehehe… bukan cuma buat iseng, tapi juga buat nge-ramein fandom HxH, dan memuaskan para readers! (meski akhirnya para readers keracunan setelah membaca fic ini).
Yosh! Natsu mau tanya, gimana pendapat para readers tentang fic ini? Terlalu abal? GaJe? Atau norak?
Juga, apa adegan kissunya terlalu mature yah? Soalnya Natsu nge-gambarin adegan kissu itu, setelah nge-baca novel temen Natsu! Tapi cuman scene ciumannya doank! Selain itu, Natsu gak nge-jiplak adegannya! Cuman terinspirasi aja!^^
Yosh! Natsu mau minta pendapat para readers tentang fic ini (minta, minta! Beli donk!)
Mau ngasih kritik, saran, konkrit, pujian, bahkan FLAME sekalipun, Natsu terima dengan senang hati.^^v
Akhir kata, review please… X3
.
~ARIGATOU~
NATSU HIRU CHAN
