Hetalia Axis Powers © Himaruya Hidekaz

.

.

An AmeBel fanfiction

For 30 Days OTP Challenge

01 - Holding Hands

.

.

Bau obat-obatan dan alkohol memenuhi ruangan. Suara decitan roda dan tapak kaki yang tergesa-gesa menjadi hal biasa yang terdengar. Di balik tirai itu ada ratusan orang mengais harapan bagi dirinya atau bagi keluarganya. Tak sedikit pula yang hampir bahkan telah kehilangan harapan. Syukurlah aku bukan termasuk yang terakhir.

Di bilik yang hanya dibatasi sehelai tirai hijau ini, kami menunggu detik-detik paling mendebarkan. Lebih mendebarkan daripada saat aku menghadap kakak-kakanya untuk memintanya menjadi pengantinku. Atau saat kami berdua mengikat janji dihadapan Tuhan. Tidak, ini berbeda. Karena sebentar lagi hidup kami pun akan berubah.

Di hadapanku, seorang wanita berbaring lemah menahan sakit. Wajahnya yang jarang menampilkan ekspresi tampak pucat. Tangannya sesekali mengelus perut besarnya, seakan menenangkan sesuatu yang sedang bersemayam di dalam sana.

"Sakit lagi, Nat?" pertanyaan ini kulontarkan untuk yang kedelapankalinya. Dalam keadaan normal mungkin Natalya sudah menamparku.

Anggukan kepala diiringi erangan pelan menjadi jawaban atas pertanyaanku. Tanpa bertanya lagi, aku mengarahkan tangan pada punggungnya, mengelusnya dengan lembut. Berharap dapat meringankan rasa sakit yang di deritanya.

Sebelah tanganku masih setia menggenggam tangannya. Aku memandang wajah Natalya yang basah oleh keringat, dia balas memandangku. Aku mencoba tersenyum agar dia merasa lebih tenang, tapi sepertinya gagal. Diriku yang sesalu optimis tak bisa menghilangkan kegelisahanku untuk saat ini.

"Alfred..." ujarnya lirih.

"Ya? Kau haus? Atau ada yang sakit lagi?"

Kali ini gelengan. Tiba-tiba genggaman tangan kami semakin mengerat. Ternyata Natalya yang melakukannya. Dan tanpa ditahan, Natalya menangis. Bukan tangisan kencang, hanya airmata yang terus mengalir dari kedua matanya.

Aku sedikit panik melihatnya seperti ini, karena memang jarang sekali aku melihatnya menangis. "Na-Nat, kenapa menangis? Jangan-jangan bayinya akan keluar! Aku akan panggilkan dok–"

"Tak perlu. Jangan pergi, tetaplah di sini bersamaku," Natalya menahan lenganku.

Mendengar ungkapannya, aku kembali mendudukkan diri di sampingnya. Kugenggam tangannya lagi, "Maaf, aku terlalu panik." Dia masih memandangku dengan mata berair. Secara spontan, tanganku bergerak menyeka air mata itu. Jangan menangis, sayang.

"Al, maukah kau berjanji padaku?" tanyanya tiba-tiba.

"Tentu saja. Apa itu?"

"Berjanjilah untuk selalu bersamaku, menggenggam tanganku. Pinjami aku kekuatan." Dia berkata dengan suara yang bergetar.

Aku tercengang mendengarnya. Ini pertama kalinya Natalya meminta sesuatu pada seseorang. Dan aku bangga menjadi orang pertama itu.

Kubalas dengan senyuman, kali ini senyuman tulus tanpa paksaan. Tangan kami yang bertaut semakin erat, seakan menyalurkan kenyamanan pada diri masing-masing. "Pasti, Nat. Aku akan selalu bersamamu, menggenggam tanganmu," terakhir, kukecup punggung tangannya.

Tinggal menghitung menit, keluarga kita akan bertambah. Dan kita akan menyambutnya dengan senyuman. Sampai saat itu tiba aku akan terus menggenggam tanganmu, agar kau tahu bahwa aku selalu bersamamu.

01 – Holding Hand: Fin

.

.

.

a/n: Ciao ciao~! Saya anak baru di fandom Hetalia. Akhirnya bisa kesampean bikin fic buat OTP saya, AmeBel! Cuma bisa bikin segini sih, mudah-mudahan bisa kuat sampe akhir. Dan terima kasih karena sudah membaca. Semoga terhibur!