Disclaimer: I own nothing here. All of them, belong to JK Rowling, Warner Bros company. I just own the plot.
Apa yang Kau Cari?
Harry Potter © JK Rowling
.
.
.
Kapan kau akan sadar? Itu adalah pertanyaan yang selalu kuulang setiap kali aku melihatmu. Aku mengenalmu, sangat mengenalmu. Kau itu lebih dari semua yang kau perlihatkan. Lebih dari itu. Kau, Scorpius Hyperion Malfoy, adalah seseorang yang mungkin tak akan pernah bisa kuraih. Aku—Eleanor Alice Longbottom—hanyalah seorang yang biasa-biasa saja di matamu. Tentu, jauh dari pacarmu, Rose Weasley. Kau terlalu jauh untukku, dan aku tak terlihat di matamu.
-xxx-
Suatu pagi yang lumayan cerah di akhir pekan pada bulan Oktober. Sungguh hari yang sangat bagus untuk melakukan kunjungan ke Hogsmeade. Albus Severus Potter, seorang remaja laki-laki berumur lima belas tahun, berambut hitam acak-acakan, dan bermata hijau cemerlang, sedang menunggu saudara, teman, dan sepupunya dengan menggerutu.
"Hei, Al! Kau tidak pergi ke Hogsmeade?" tanya seseorang dari belakang Al. Itu ternyata Elora Longbottom, cewek Gryffindor seangkatannya. Al mengerjap, El terlihat manis hari ini. "Al? Kau masih di sini? Halo?"
Elora bersedekap. Raut wajahnya merupakan campuran antara geli dan kesal. Al, yang telah kembali sadar dari transnya yang tidak biasa, menatap Elora dengan bingung. "Apa? Kau bilang apa?"
"Kau tidak dengar? Jadi, dari tadi kau melamun, eh?" sindir Elora. Al langsung merasakan wajahnya panas karena malu. "Aku tanya, kau tidak pergi ke Hogsmeade?"
"Oh, tentu saja pergi. Tapi, er, saudara, dan sepupu, ditambah Scorp belum datang. Bagaimana kalau kita pergi bersama, eh?" tawar Al penuh harap. Ternyata raut wajah Al menunjukkan ekspresi sangat berharap, karena saat berikutnya, Elora dan Al sudah berjalan dan mengobrol bersama di sepanjang jalan menuju Hogsmeade. Mengundang banyak kepala bermunculan untuk melihat mereka dan setelahnya, mulai bergosip seru.
Elora tak menemukan lelaki itu dimana-mana. Dia telah menulusuri Hogsmeade dengan cermat. The Three Broomstick, Honeydukes, Madam Puddifoot's, Sihir Sakti Weasley, bahkan Hog's Head. Al yang mengikutinya tampak kebingungan. Mereka berdua saat ini sedang berada jauh di depan Shrieking Shack—Gubuk Menjerit—tempat terakhir yang bisa dipikirkan El untuk mencari pemuda itu.
Tapi ternyata, hasilnya nihil. Akhirnya Elora melangkahkan kaki ke gerbang sekolah dengan setengah-hati. Sampai-sampai cowok yang sejak tadi berjalan di sebelahnya, telah mengajaknya berbicara tapi dia sama sekali tidak dengar.
"El? Kau ini mencari apa sih, atau mungkin, siapa?" Al bertanya pada gadis di sebelahnya. Sudah sangat yakin akan diacuhkan lagi sebelum gadis bermata biru elektrik itu menoleh padanya, nyengir bersalah.
"Oh, maaf ya. Aku sama sekali tak bermaksud mengacuhkanmu. Aku mencari Scorpius," jawab Elora tanpa basa-basi. Membuat Al mendengus kecil di sebelahnya. Tapi Elora tidak dengar, atau malah mungkin tidak peduli.
Sesampainya di ruang rekreasi Gryffindor, kedua remaja itu langsung melempar diri ke sofa berlengan di dekat perapian. Terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing. Hingga akhirnya, sepupu terdekat Al—Rose Weasley—muncul di lubang lukisan dengan wajah berseri-seri dan langsung mengenyakkan diri di sofa di tengah-tengah Al dan El.
"Hai, kalian berdua!" sapanya riang. Sayangnya, dua orang yang disapa Rose tampaknya tidak memiliki suasana hati yang sama dengannya. Karena dua temannya itu hanya menjawab sapaan Rose sekenanya.
"Hei Rosie," jawab El ogah-ogahan, dan tidak menatap Rose melainkan jendela yang sekarang memperlihatkan rintik hujan di luar.
"Um, halo, Rose," gumam Al bosan. Mengikuti arah pandang Elora. Rose berdecak kesal memandang Al dan Elora.
"Ya ampun kalian berdua ini kenapa sih? Kencan kalian gagal?" tanya Rose kesal. Al dan El serta-merta langsung menghujam Rose dengan tatapan siapa-yang-bilang-seperti-itu bercampur tak percaya. Elora telah bertekad untuk sedikit lebih ramah hari ini, sialnya itu tidak berjalan sesuai yang ia harapkan.
"Kencan? Mana ada kencan," kata El dingin, kembali melihat ke luar jendela. Seakan berharap berada di luar, bukan terperangkap di sini. Bersama seorang Weasley dan Potter, pula.
"Lah? Tadi kata Lils kalian berdua kencan di Hogsmeade, lho. Jadi, itu gosip ya?" tanya Rose ingin tahu.
"Apa? Astaga. Pikir saja sendiri. Sudahlah aku mau ti—"
El sudah berdiri dan lengannya tidak sengaja menjatuhkan bungkusan syal Rose, yang bahkan El baru sadari ada di situ. Membuat isinya—yang El pikir adalah Remembrall, sebelum ingat bahwa Rose itu pintar jadi tak mungkin dia mempunyai sesuatu seperti itu—menggelinding ke seberang ruangan. El memungutnya, dan memperhatikan bola kaca itu.
"Eh, itu apa Rose? Dapat darimana? Kau kan, tidak ke Hogsmeade hari ini," ucap Al sambil melihat ke sepupunya itu. Yang ternyata, pipinya sudah merona.
"Um, itu—itu hadiah sebenarnya. Scorpius memberikan padaku tadi. Makanya seharian ini kami mengobrol di halaman kastil, tidak pergi ke Hogsmeade," jelas Rose. Tapi begitu tertangkap olehnya alis Al yang terangkat, dia buru-buru menambahkan pembelaan diri. "Sori. Ini mendadak, jadinya aku lupa memberitahumu. Sori, Al."
Sementara Al dan Rose bertengkar kecil, Elora malah semakin mencengkram bola kaca yang ada di tangannya. Seakan bertekad untuk memecahkannya. Tapi dia tidak bisa, dia hanya membuat tangannya sakit. Dengan raut wajah paling dingin yang dia punya, dia mengembalikan bola itu ke tangan Rose dan naik ke kamar anak perempuan. Sudah cukup untuk hari ini. Dia lelah.
-xxx-
Memasuki bulan Desember, cuaca di luar kastil semakin menjadi-jadi. Sekarang, ke luar kastil bahkan hanya untuk mengikuti pelajaran Herbologi sudah sama saja dengan cari mati. Ini membuat banyak anak kelas lima, yang sudah mulai stress dengan banyaknya pr yang menuntut mereka di tahun OWL ini, jadi sangat senewen.
Tapi tentu saja, itu tidak berlaku bagi Rose. Yang selama anak-anak kelas lima lain mengerjakan pr dengan berkutat pada buku-buku tebal di perpustakaan, Rose mengerjakannya dengan tertawa-tawa di Aula Besar bersama Scorpius. Memancing El, untuk menjadi jauh lebih dingin dan mengerikan daripada sebelumnya. Seperti pada pagi ini contohnya.
"Pagi, Elora," sapa Rose dan Scorpius pada Elora yang baru saja duduk di sebelah Al untuk sarapan.
"Oh, hai. Sedang apa? Mengerjakan pr? Lanjutkan saja, tak perlu menyapaku pun tak apa," balas Elora cepat sambil mulai membuka buku Sejarah dan memakan sarapannya bersamaan.
"Ya ampun, mate. Kau ini kenapa?" tanya Scorpius, yang notabene memang teman Elora sejak kecil.
"Tak apa-apa. Biasalah, senewen karena pr yang menggunung. Ya ampun, aku mau pura-pura mati saja deh," gumam Elora. Scorpius nyengir, dan mencondongkan badannya untuk mengacak rambut sahabatnya itu. Semburat kemerahan muncul di kedua pipi El, tapi dia tetap berusaha tampil dingin dan kaku seperti biasa.
"Aku bukan bonekamu lagi, Mr. Malfoy," kata Elora sinis, sedikit berharap Scorpius akan membalas ucapannya itu. Tapi kelihatannya Scorpius tidak peduli dan kembali mengobrol dengan Rose. Dan Al, yang sedari tadi memperhatikan Elora, melihat bahwa semburat kemerahan yang tadi muncul di pipi gadis itu, sekarang sudah sepenuhnya lenyap. Malah menurutnya, ada aura hitam pekat menguar dari Elora.
"Elora, kau baik-baik saja kan?" tanya Al polos. Tak menyangka bahwa akan diserang dengan jawaban yang tak mengenakkan hati.
"Kalau aku sakit, aku tidak akan ada di sini. Melainkan di rumah sakit, Albus Potter. Cobalah gunakan otakmu dengan benar sekali-kali," jawab Elora tajam. Dan dengan itu, dia menutup bukunya dengan keras, lalu berjalan keluar aula menuju ruang rekreasi. Meninggalkan Al yang sakit hati, juga Rose dan Scorpius melongo hebat memandang punggungnya menghilang di balik pintu.
"Di—dia, kenapa? Apa yang salah sih? Cewek itu tak pernah seperti itu sebelumnya. Tunggu di sini, aku akan kembali," ucap Scorpius dan melesat menyusul Elora. Rose kembali melanjutkan sarapannya, begitu pula Al.
Tetapi, hingga tengah hari, baik Scorpius maupun Elora tak tampak batang hidungnya di manapun. Rose sendiri tidak ambil pusing soal ini, berbeda halnya dengan Al yang sedari tadi mondar-mandir gusar di ruang rekreasi. Membuat Rose yang sedang mengerjakan pr, mendelik sebal padanya. "Bisa tidak sih, kau berhenti jalan-jalan seperti itu? Mengganggu konsentrasi sekali, tahu."
"Ups, sori Rosie. Tak akan terjadi lagi," jawab Al otomatis. Padahal kenyataannya, dia tetap berjalan dari ujung-ujung ruangan tersebut, dan Rose sudah masa bodoh dengan tingkah laku sepupunya itu.
Arloji Al sudah menunjukkan pukul tiga, saat Rose juga menyadari absennya Scorpius dan Elora. Dan kedua sepupu tersebut—Al dan Rose—baru saja akan turun menuju Aula Besar untuk mencari Scorpius dan Elora sebelum mereka bertemu di bawah tangga.
"Darimana saja, kalian?" tanya Rose setengah-khawatir, setengah-kesal.
"Oh, memangnya itu urus—"
"Kami habis mendiskusikan sikap dingin kelewatan Elora. Dan sang terdakwa—" Scorpius memotong kalimat Elora di udara, dan sekarang melirik gadis itu seperti memberi peringatan sebelum melanjutkan, "—sudah setuju untuk tidak bersikap seperti itu lagi. Ya, kan, Elora?"
"Tadi tidak seperti itu. Kau tak bisa rubah sifatku sesukamu. Aku hanya tidak akan dingin kelewatan. Bukan berarti tiba-tiba jadi semacam miniatur Profesor Slughorn yang luar-biasa ceria itu," gumam Elora. Al dan Scorpius tertawa, meskipun Rose tidak.
"Aku cemas tahu tidak? Awalnya kukira kalian akan kembali pada jam makan siang, tapi kalian tidak kembali juga! Bahkan Al sudah lebih dulu khawatir," kata Rose pada Scorpius. Dan Scorpius hanya bisa mengkeret di bawah tatapan ceweknya itu.
"Astaga. Memangnya kalau pun kami tidak kembali sampai malam kenapa? Toh, mereka tidak membiakkan Chimaera di kastil, kan?" dengus Elora kesal. Rose mengalihkan pandangannya ke gadis itu. Mata cokelatnya menyipit.
"Ya ampun, sudah dong. Yuk, turun. Aku lapar nih," sela Al dan mengambil langkah lebih dulu ke Aula Besar.
-TBC-
A/N: Halo semua! Author balik lagi nih! Masih dengan ff chapter, semoga gak jelek kayak yang pertama ya.. Ini tuh, cuma untuk ngisi kekosongan aja sih.. Abisnya gak seru gitu kalo gak ngepost~ Oke, review yang membangun sangat dibutuhkan! Terima kasih! :)
