Oneshoot

Promise?

By:truee...

Pair: Yesung - Donghae

Warning: Yaoi, OOC, Crack, dan banyak unsur keidak jelasan.

DON'T LIKE, DON'T READ


.

.

.

Ketika sebuah perasaan yang salah menghinggapi hatinya.

Ketika kedewasaan yang seharusnya menjadi prioritas dalam menyelesaikan masalah tak ada.

Dan ketika sebuah kesalahpahaman terjadi.

.

.

.

"Kenapa dia harus kembali" gumam seorang namja manis, mata polosnya telah tergenang air yang siap tumpah membasahi pipi mulusnya. Ia memeluk tubuhnya sendiri, menenggelamkan kepala diantara dua lutut yang ia tekuk, berusaha menyembunyikan wajah kelamnya. Punggung rapuh itu terlihat naik turun, menggambarkan betapa sesaknya perasaannya saat ini.

Cklek

Pintu kamar tempat sang pemuda manis mengurung diri terbuka, terlihat sosok namja tampan dengan rambut hitam yang tertata rapi, memasuki ruangan tersebut. Mata sipitnya menatap sendu pada sosok manis yang terlihat begitu rapuh itu. Dengan perlahan ia langkahkan kakinya mendekati sang namja manis yang tangah terduduk meringkuk.

"Donghae-ah" panggil sang namja tampan pada sosok manis tersebut. Tangan mungilnya mengusap lembut pada punggung Donghae, yang dibalas dengan penolakan, terlihat dari punggung Donghae yang berjenggit menjauh.

Suasana hening mendominasi ruangan tersebut, hanya sesekali terdengar isakan yang lolos dari bibir Donghae yang selanjutnya terdengar seperti isakan tertahan, seperti ia tengah berusaha terlihat kuat.

"Hae-ya" sang namja tampan berusaha mengambil perhatian Donghae kembali.

"Kenapa kau kembali Jong Woon-ssi?" kali ini sebuah jawaban terdengar dari bibir Donghae, wajahnya yang sedari tadi ia sembunyikan, kini terangkat memperlihatkan wajahnya yang terlihat berantakan –mata dan hidung yang memerah dan wajah yang basah dengan air mata.

"Hae-ya" lidah namja tampan –yang dipanggil Jong Woon atau sebut saja ia Yesung— terasa kelu, tak kuasa berucap saat melihat tatapan terluka dari Donghae. Betapa sekarang ia merasa bersalah.

"Kenapa harus kembali?" kembali ia menyembunyikan wajahnya diantara kedua lututnya.

"Mianhaeyo" Yesung berucap penuh penyesalan, mata sipit itu sudah tergenang air mata. Ia rengkuh tubuh rapuh Donghae kedalam dekapan hangatnya. Tak ada penolakan yang Yesung dapatkan, hanya tubuh Donghae yang mengikuti segala perlakuan lembutnya, sudah terlalu lelah menangis mungkin, atau memang itu adalah pelukan hangat yang sangat ia rindukan.

.

.

.

Tangan mungil Yesung tengah bergerak teratur mengelus surai lembut Donghae yang kini tengah tertidur. Yesung tersenyum lembut melihat wajah Donghae yang tengah tertidur dengan damai, walaupun bisa terlihat jelas mata yang tengah tertutup itu terlihat sembab.

"Mianhae Hae-ya, jika aku kembali dan mengacaukan kehidupanmu kembali. Tetapi sungguh, aku, hyung-mu sangat merindukanmu" Yesung berucap lirih, mengucapkan perintaan maaf yang sesungguhnya telah ia ucapkan berulang kali.

"Mianhae, karena telah meninggalkanmu, dan membiarkanmu hidup sendiri, aku memang hyung yang jahat" matanya menyusuri wajah Donghae, melepas rindu setelah lama tak melihat wajah manis itu.

"Lima tahun eh? Aku sungguh kejam ne?" bibirnya menyunggingkan senyuman bodoh "Aku telah meninggalkanmu selama itu" dan mata sipit itu kembali memerah tergenang air mata. Ia rebahkan tubuhnya disamping Donghae, dengan tak melepaskan pandangannya dari sosok Dongsaeng manisnya itu.

"Mianhae, mianhae, mianhae" tangan mungil itu megusap pipi Donghae yang terlihat tirus.

"Aku..aku seharusnya bisa bersikap dewasa saat itu, mianhae" perlahan ia dekatkan wajahnya pada wajah Donghae, mengamati wajah manis itu, senyum manis terukir indah dibibirnya. "Saranghae" ia menempelkan bibirnya pada dahi Donghae, menyalurkan rasa rindu dan rasa bersalahnya. Selanjutnya ia peluk tubuh Donghae, dan ikut memejamkan matanya yang sudah terasa lelah.

.

.

.

Kedua nyawa itu telah tersadar dari tidur lelapnya. Walau tak ada yang berniat mengubah posisi nyaman dengan pelukan hangat keduanya, atau pelukan Yesung lebih tepatnya. Donghae yang terdiam dalam dekapan itu, dan Yesung yang sibuk memeluk dan menciumi pucuk kepala Donghae.

"Kenapa kau kembali?" keheningan di kamar dengan nuansa biru muda itu terpecah ketika Donghae kembali melayangkan pertanyaan yang sama.

"Mianhae" dan jawaban yang sama pula yang ia dapatkan, hanya sebuah kata maaf tanpa penjelasan yang ia dapatkan.

"Wae? Kenapa kau hanya terus meminta maaf? Aku tidak butuh permintaan maafmu, aku hanya butuh penjelasanmu, kenapa kau pergi? Bukankah aku sudah bilang jika aku hanya butuh kau disampingku? Aku hanya butuh kau hyung, aku membutuhkanmu, kenapa kau meninggalkanku. Apa aku begitu hina dimatamu karena aku mencintai hyung kandungku sendri huh? Karena itu kau meninggalkanku selama lima tahun? Meninggalkanku sendiri disini" Donghae merancau pelan, rancauan yang berakhir dengan tangisannya kembali, menumpahkan segala kesedihan dan kekecewaannya.

"Aniya! Kau tak salah, aku lah yang salah, aku Hae. Aku yang tega meninggalkan Dongsaengku" Yesung mengeratkan pelukannya, membuat tangis Donghae teredam dalam dekapannya.

.

.

.

Matahari telah berada pada puncaknya, yang berarti bahwa hari itu sudah tidak bisa dikatakan pagi lagi, akan tetapi hal tersebut tidak berpengaruh bagi dua insan yang masih bergelung didalam selimut, walau tidak satupun diantar mereka yang tertidur. Hanya berbagi kehangatan dan melepas kerinduan.

"Jangan tinggalkan aku lagi hyung" Donghae berucap pelan, dengan nada memohon.

"Aku tidak akan meninggalkanmu lagi. Entah itu sebagai hyung yang kau sayangi, atau sebagai namja yang kau cintai, aku akan selalu berada disisimu mulai saat ini, jadi jangan bersedih lagi arraseo?" wajah tampan itu terlihat semakin tampan ketika bibirnya menyunggingkan senyuman, senyuman penuh arti yang ia berikan pada Donghae.

"Yaksok?" tangan yang sedari tadi ikut bersembunyi dalam dekapan hangat itu terangkat, ia sodorkan jari kelingkingnya dihadapan Yesung, menanti sambutan dari lawan bicaranya. Yang justru disambut kekehan ringan oleh Yesung.

"Ya!" bibir tipis itu mengerucut saat Yesung justru menertawakannya.

"Arraseo, yaksok" Yesung menjawab dengan diselingi tawa renyahnya, tangan jahilnya mencubit gemas hidung mancung Donghae, yang selanjutnya menyambut jari kelingking Donghae, kedua jari kelingking itu bertautan. Berakrir dengan tawa dari keduanya.

.

.

.

"Kenapa harus pergi lagi? Bukankah baru kemarin kau sudah berjanji tak akan meninggalkanku lagi? Kau sudah lupa huh? Dasar pikun" Donghae berucap kesal setengah mencibir saat Yesung meminta izin untuk kembali ke Chungnam dengan alasan mengambil beberapa barang penting yang tertinggal dan pakaian – pakaiannya.

"Wae? Kau sangat takut kehilanganku hm? Sangat takut aku tak akan kembali?" Yesung memasang senyum jahilnya, berusaha menggoda Donghae.

"Aish" tangan yang sedari tadi mengancingkan mantel tebal pada Yesung terhenti, wajahnya kesalnya mendongak menatap Yesung yang sedikit lebih tinggi darinya. Kedua alis tebalnya seperti menyatu, matanya memicing lucu, dan bibirnya mengerucut imut. Membuat tawa Yesung meledak.

"Aish jinjja" kakinya ia hentakan, menunjukkan bahwa ia benar benar kesal.

"Kau tak perlu khawatir, kau bisa memegang ucapanku. Aku akan kembali untukmu, bukankah jarak seoul Chungnam tidak jauh? Aku hanya pergi sehari kemudian akan kembali kesini. Kau tak perlu khawatir aku tidak akan kembali" setelah berhasil mengontrol tawanya, Yesung mengucapkan rentetan kalimat menenangkan bagi Donghae "Kembali untukmu nae Donghae, dongsaeng yang kucintai" kedua tangan mungilnya menangkup wajah manis Donghae, sedikit mengangkat wajah manis itu, kemudian mengecup lembut bibir tipisnya, membuat donghae mengembangkan senyuman yang dihiasi semburat merah pada kedua sisi pipinya.

"Yaksok?"

"Yaksok!"

.

.

.

Suasana ramai khas stasiun kereta api menyambut Donghae, mata polosnya menelusuri setiap sudut stasiun, berharap dapat menemukan Yesung, diantara lalu lalang orang orang di stasiun tersebut.

Dan batinnya memekin senang ketika melihat namja tampan dengan tubuh beralut mantel tebal dan topi rajut yang menutupi sebagian rambut hitamnya. Tangannya yang tengah memegang benda berentuk persegi panjang itu melambai lambai ke arah Yesung, yang sayangnya sang empunya tak melihat, memuat Donghae mendengus sebal.

"Yesung hyung~!" kakinya berjalan cepat menuju ke arah Yesung, takut akan kehilangan sosok itu sebelum ia berhasil menyerahkan dompet—benda persegi panjang itu—pada Yesung.

"Bagai mana dia bisa seeroboh ini aish" gumamnya pelan, merutuki kecerobohan Yesung. Ia terus bergumam tidak jelas, dan kali ini ia merutuki kecerobohannya sendiri saat matanya kehilangan sosok Yesung yang menghilang di antara kerumunan manusia manusia dalam stasiun kereta itu.

Mata polos itu memicing, saat ia melihat namja dengan balutan mantel dan topi rajut yang sangat ia kenal, dan ia bisa memastikan siapa itu—walau yang terlihat hanya punggungnya—tengah berpelukan erat dengan namja—yang dapat ia lihat wajahnya dengan jelas.

Tak ingin berpikiran sempit, ia tetap berdiri pada tempatnya, menyaksikan sebuah pemandangan yang terasa menyesakkan dadanya, berharap dugaannya salah, berharap namja yang memunggunginya itu bukanlah hyungnya, atau kekasihnya atau sebut saja Yesung.

Pertahanannya runtuh saat pelukan dua namja itu terlepas dan dapat dengan jelas ia lihat bahwa sosok itu benar benar Yesung hyungnya. Matanya yang sedari tadi memanas, kini tengah melelehkan air beningnya, dompet yang berada dalam genggaman tangannya ia cengkram kuat.

"Ini kah janjimu hyung?" Donghae berucap lirih saat ia melihat Yesung berjalan berdampingan dengan namja imut tadi memasuki gerbong kereta, yang mungkin akan membawa mereka ke Chungnam atau ketempat lainnya.

"Hiks" Isakan kecilnya lolos, teredam bunyi bising kereta yang mulai berjalan. Ia langkahkan kakinya berlawanan dengan jalannya kereta, tak ia pedulikan tatapan heran orang orang yang melihatnya menangis sepanjang jalan.

.

.

.

"Terimakasih Minnie-ah, sungguh pertemuan yang tak terduga, dan terimakasih untuk tiket keretanya"

"Tidak usah sungkan hyung"

"Jika kita bertemu lagi, aku akan mengembalikan uangmu dua kali lipat, jeongmal gomawo Sungmin- ah"

"Kita harus bertemu lagi, dan itu saat aku dan Ryeowook-ah akan menikah bulan depan. Saat itu kau harus mengembalikan uangku dengan kado yang mahal arraseo?"

"Waaah jinjja? Tentu saja aku akan datang! Aku akan datang dengan Donghae dan membawakan kado termahal untukmu".

.

.

.

END

.

.

._.

RnR Juseyo~