/pro·logue/

.

.

.

Baekhyun berjalan sembari meregangkan ototnya. Dia lelah karena harus naik ke lantai teratas dari gedung itu. Tepatnya di lantai ke 18. Lift yang digunakan kantor tersebut hanya berhenti hingga lantai 14. Entah mengapa, dia juga tidak mengerti.

Pukul enam lebih 14 petang dia benar-benar harus sudah sampai di lantai teratas darigedung tersebut. Tugas hariannya sudah menanti. Ini merupakan tugasnya ketiga, dan masih ada sekitar dua tugas lagi yang menanti di hari itu. Sebuah kartu berwarna cokelat sebesar tiket kereta Harry Potter di tahun pertama itu ia genggam dibalik kantong jubah berwarna hitam miliknya. Sebuah topi fedora berwarna senada sudah bertengger di atas kepalanya.

"Ini sangat membosankan." Ucapnya sembari membuka pintu menuju bagian rooftop dari gedung.

Ketika Baekhyun membuka pintu tersebut, ia mendapati seorang pria dengan tubuh lebih dari enam kaki sedang berdiri di atas pagar pembatas gedung. Baekhyun menggelengkan kepala, merasa sangat familiar dengan kejadian seperti ini. Kejadian dimana seseorang berada di ujung dunia satu dengan dunia yang lainnya.

Baekhyun menghela nafasnya sembari melangkah mendekat. Sempat dia menarik jam yang ada di sakunya. Masih ada waktu sekitar delapan menit lagi, dan dia memutuskan untuk mengamati pria yang sedang berdiri.

"YA! Kenapa kau bodoh dan melakukan ini?" tanya Baekhyun dengan wajah datar.

Lelaki itu tidak bergeming. Dia lebih memilih untuk mendongakkan wajahnya dan menghirup nafasnya dalam-dalam. Baekhyun juga sempat melihat kantong mata tebal yang menggantung di mata lelaki tersebut. Wajahnya terlihat lelah dan berantakan. Sedikit raut muka pucat juga terpapar disana.

"Sebegitu stressnya kah dirimu hingga melakukan ini?" Baekhyun mengeluarkan kartu berwarna cokelat yang ia bawa sedari tadi, "Yah… usiamu masih sangat muda untuk mati, Tuan Park." Gumamnya dengan nada yang menyayangkan.

Baekhyun mendecakkan lidahnya sebelum berucap, "Park Chanyeol, usia 28 tahun, meninggal pada tanggal 14 Juni 2017, pukul enam lebih 14 menit karena—"

"Baekhyun-ah—"

Baekhyun menghentikan ucapannya ketika mendengar namanya terpanggil. Tidak, tidak akan mungkin lelaki itu melihat dirinya. Dia sedang melaksanakan tugas dan mengenakan fedora. Tidak akan ada manusia yang akan bisa melihatnya. Kecuali… kecuali para manusia terhukum.

Baekhyun yang terkejut itu mendongakkan kepalanya, "YA! Kau menyebutkan namaku? Kau bisa melihatku?"

"—sudah sepuluh tahun berlalu dan aku belum bisa memaafkan diriku sendiri. Selama sepuluh tahun juga aku dihantui rasa bersalah dan hidupku terasa tidak tenang."

"YA! Kau menyebutkan Baekhyun—itu aku?" Baekhyun berteriak dan ingin melepas fedoranya. Tapi itu tidak mungkin. Dia tidak boleh terlihat oleh manusia biasa. Hanya manusia terhukumlah yang boleh melihat dirinya. Jika dia melanggar ketentuan itu, Dewa pasti akan melakukan hal yang sama padanya.

"Baekhyun-ah, maafkan aku. Aku tahu disana, kau pasti sangat membenciku. Tapi aku benar-benar merasa bersalah," lelaki bernama Chanyeol itu terlihat meneteskan air matanya, "aku sudah menyerah dan sangat membenci diriku sendiri Baekhyun-ah. Aku… aku merasa kehilangan dirimu dan aku mencintaimu, sungguh."

"YA! Kau membicarakan diriku?" tanya Baekhyun emosi—dan sudah berdiri di sebelah lelaki itu.

Lelaki itu masih berusaha mengendalikan dirinya. Isak tangis terselip di suaranya yang berat. Beberapa kali telapak tangannya mengusap air mata yang mengalir di pipinya—dan terdengar jeritan depresi di setiap nafas yang ia hela.

"Park Chanyeol-ssi!"

Baekhyun tahu dia melakukan hal yang percuma. Lelaki itu tidak akan bisa melihatnya. Sekencang apapun Baekhyun mengeluarkan amarahnya, lelaki itu tidak akan pernah mengetahui keberadaannya.

Untuk pertama kalinya Baekhyun mengesampingkan tugasnya. Ia lebih memilih untuk bertanya dalam ketidak mungkinan. Kartu berwarna cokelat itu diremas dengan segenap keingin tahuannya. Menghadap ke arah dimana sang lelaki berdiri dalam keputus asaan. Tangis lelaki itu semakin menjadi, bahkan semakin sulit untuk mengendalikan dirinya sendiri.

"Baekhyun-ah, aku ingin pergi bersamamu. Aku ingin berada pada dunia yang sama denganmu—"

Seharusnya lelaki itu sudah melompat; seharusnya lelaki itu sudah pergi; dan seharusnya lelaki itu sudah ke dunia yang ia inginkan. Tapi semuanya terlambat, ketika terdengar suara pintu yang terbuka dan sebuah teriakan yang menyebutkan sebuah nama.

"PARK CHANYEOL! HENTIKAN! JANGAN LAKUKAN INI!"

Teriakan wanita itu membuat semua yang seharusnya terjadi berubah. Disaat itu, Baekhyun menarik jam sakunya, melihat waktu yang sudah tiba.

Pukul enam lebih 15 menit; dan Baekhyun tahu bahwa dia sudah terlambat.

.

.

.

TBC.