Our Love - Kyumin Fanfiction
Genre : Romance
Summary : Cho Kyuhyun calon duda beranak satu yang tidak mengerti dengan kehidupannya sendiri. Sampai malam itu dia bertemu dengan seseorang yang membuatnya mengerti arti hidup. Kyumin/YAOI/Mpreg.
Warning : Dont Like Dont Read
Fic ini merupakan hasil kegalauan dan imajinasi aneh saya karena melihat sungmin crossdress di SS5, cantik banget ampe gayakin kalau Sungmin itu cowo. Cerita gaje and ga menarik, sorry kalo jelek masih amatir soalnya :)
Aku beranjak dari bathup kamar mandi mewah ini setelah selesai dengan kegiatan mandiku selama satu jam, entah apa yang aku lakukan sehingga menghabiskan satu jam hanya untuk mandi. Setelah menutupi tubuhku dengan bathrobe aku keluar dari kamar mandi mewah apartemenku.
Sekarang aku sudah berada dikamarku yang tidak kalah mewahnya dari kamar mandi apartemen ini. Aku memandangi seluruh isi kamarku, berantakan. Dress-dress mewah milikku berserakan diatas kasur begitu juga dengan barang-barangku yang lainnya. Aku tidak berniat membersihkannya karena mungkin sebentar lagi aku akan membuang dress-dress itu dan menggantinya dengan yang baru. Tentu saja, mereka akan membelikannya untukku.
Dengan langkah pelan aku melangkah kemeja rias yang berada tidak jauh dari tempatku berdiri sekarang. Aku duduk disana dan menyilangkan kakiku hingga memperlihatkan paha mulusku. Aku memandangi pantulan wajahku didepan kaca besar meja rias ini.
'Cantik' gumamku pelan. Hei, aku bukannya membanggakan diriku sendiri hanya saja mereka semua mengatakan seperti itu padaku. Tidak ambil pusing dengan itu aku mulai sibuk dengan peralatan make-up yang tertata dimeja rias, sangat banyak karena aku memang suka mengoleksi semuanya. Aku mulai memakaikan bedak, eye shadow,eye liner, blush on dan make up lainnya ke wajahku. Aku memandangi lagi wajahku yang sekarang sudah dilapisi make-up ,aku tetap cantik hanya saja sekarang wajahku terlihat lebih berwarna dan menbahkan kesan seksi dan menggoda menurutku. Lipstick bewarna merah pekat menjadi pilihanku untuk memolesi bibirku yang sebenarnya sudah berwarna kemarahan.
"perfect" desisku, kemudian tersenyum dan beranjak dari meja rias menuju tempat aku menyimpan semua koleksi rambut palsu milikku. Aku memilih salah satu diantara puluhan wig itu dan memakainya. Wig panjang bergelombang berwarna kecoklatan yang aku pakai ini sangat cocok dengan mukaku.
Tidak berlama-lama dengan wig aku meraih bra yang terletak diatas tempat tidur dan memakainya, bra berwana hitam dengan ukuran cup yang besar. Setelah memakainya aku menyumpalkan sesuatu kedalamnya. Apakah kalian heran dengan apa yang aku lakukan sekarang? Untuk apa aku memakai wig dan untuk apa aku menyumpalkan sesuatu kedalam bra ini. Aku memang namja tapi aku menyukai ini. Aku suka memakai baju perempuan, ah~ lebih tepatnya aku menyukai diriku saat menjadi yeoja dari pada diriku sendiri yang merupakan seorang namja. Banyak alasan untuk itu dan aku tidak akan menceritakannya karena aku tidak mau membuka cerita lama dihidupku.
Aku melihat jam dinding dikamarku sudah menunjukan angka 10, aku tersentak kaget. Aku berjanji akan bertemu dengan klienku jam 11 malam dan sekarang aku baru selesai memasang bra. Secepat mungkin aku mengambil dress bewarna merah dan memakainya, aku kemudian memilih high heels 12 cm yang senada dengan warna dressku.
Untuk terakhir kalinya aku memandangi pantulan tubuhku dikaca besar ruang tengah apartementku. Dress merah diatas lutut dengan belahan yang sangat panjang disebelah kirinya memperlihatkan lekukan tubuh seksi milikku. Aku memutar tubuhku kekiri dan kanan meneliti penampilanku. Orang perfeksionis seperti diriku pastinya tidak ingin ada celah sedikitpun pada penampilanku. Sambil membetulkan anting bewarna keemasan milikku aku kembali meneliti penampilanku. Seksi, kesan itulah yang ingin aku dengar dari orang yang akan melihat penampilanku nantinya. Aneh? Aku memang aneh mana ada namja yang ingin disebut seksi dan cantik? Tapi.. aku suka disebut begitu. Lee Sungmin benar-benar aneh pantas saja semua siswa di high school ku dulu membenci dan mengejekku.
"Apa yang kau pikirkan heh" gerutuku sambil memukul-mukul pelan kepalaku, aku tidak boleh mengingatnya. Mengingatnya hanya menambah sesak dadaku, yang perlu aku ingat sekarang adalah bagaimana aku akan melanjutkan kehidupanku kedepannya bagaimana nasip umma dan yeodongsaengku. Yah dan bagaimana caranya agar aku bisa sampai tepat jam 11 di club biasa.
Disinilah aku sekarang, diruang pengap dengan penerangan minim dan hentakan music yang sangat keras memekakkan telinga. Untunglah supir taksi tadi bisa di ajak bekerja sama. Aku merogoh ponsel didalam tasku dan melihat jam disana, sudah jam 11 lewat dan dimana pria itu sekarang. Aku berjalan ke meja bartender dan duduk disana. Memesan minuman yang mungkin bisa mengobati rasa bosanku menghisap rokok ditanganku memperhatikan seisi ruangan gay club ini, disana dilantai dansa banyak yang menari dengan seksinya dengan pasangannya, bahkan ada yang sedang mencumbu partnernya disana. Aku hanya senyum dan mencari-cari klienku, percuma aku datang cepat kalau namja itu telat.
"Apa yang kau lamunkan heh? Lee Hyunmin?" aku menoleh dan tersenyum saat melihat segelas wine berada dihadapanku. Aku kembali tersenyum saat melihat bartender yang membawakan wine tadi.
"Setidaknya sekarang kau sudah memanggilku dengan benar, Lee Donghae-ssi" ucapku sambil mengganti posisi dudukku keatas meja bartender, membuang punting rokokku entah kemana. Aku menatap pemuda yang seumuran denganku ini, dia tampan sangat tampan menurutku. Aku kembali menatapnya dan kemudian mendekatkan bibirku ketelinganya.
"Menurutmu apa yang aku pikirkan, hmm?" bisikku seduktif. Tanganku beralih kedada bidangnya dan memainkan jariku disana, mencoba menggoda namja tampan didepanku ini. Donghae hanya diam menerima perlakuan dariku entah apa yang dipikirkannya.
"Kau sangat menggoda malam ini hyung"ucapnya tidak jelas, bukannya menjawab pertanyaanku. Dia mendekatkan bibirnya kebibirku kemudian menciumnya, ciuman panas yang biasa kami lakukan. Aku tersenyum sementara tanganku sudah bergerak liar di seluruh tubuhnya kemudian berhenti pada selangkangannya. Aku meremas miliknya keras membuat namja blonde ini melepas ciuman kami. Kami sama-sama terengah dan kemudian saling melempar senyum.
"Tanganmu itu nakal sekali hyung" marahnya, aku hanya tertawa kecil dan kembali duduk dikursi tadi sambil tetap menatapnya. "Salahmu sendiri" ucapku masih tersenyum, Donghae menggeram pelan kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya. Aku memilih memperhatikan Donghae yang sibuk dengan pesanannya. Donghae, satu-satunya orang yang masih mau berteman denganku menerima diriku yang seperti ini. Ciuman tadipun hanya bentuk keakraban kita. Donghae pernah menyatakan perasaannya padaku dan aku menolaknya. Hei, aku yang hina ini tidak pantas untuk seorang Lee Donghae.
"Kau melamunkan apa sih? Tidak biasanya kau seperti ini" Donghae menghampiriku lagi, aku hanya melempar senyum padanya kemudian meneguk wine didepanku sampai habis.
"Kau tau kemana anak pemilik Kim Corporation itu? Dia membuat janji jam 11 dan sampai sekarangg batang hidungnya tidak terlihat, uh menyebalkan" gerutuku dan tanpa sadar mempoutkan bibirku—yah kebiasaanku saat sedang kesal.
CUP!
"Jangan memonyongkan bibirmu didepanku kalau kau tidak mau kuhabisi malam ini Lee Sungmin" desis Donghae setelah namja ini mencuri ciuman dariku.
"Arasso tuan Lee Donghae" ucapku dan ingin mempoutkan bibirku lagi tapi tidak jadi saat melihat tatapan mematikan dari Donghae, entahlah aku tidak mengerti Donghae selalu bilang dia akan menghabisi ku setiap aku mempoutkan bibirku. Apakah itu menggoda? Aku rasa itu lebih terlihat imut dari pada menggoda.
"Itu pria kaya yang kau tunggu" ucap Donghae dan berlalu dari hadapanku kembali sibuk dengan pekerjaannya, aku menoleh kebelakang dan mendapati pria yang sudah aku tunggu sedari tadi. Dia tampan dengan kemeja dengan kancing atas terbuka, badan berisi miliknya menambah nilai plus dirinya dimataku. Aku tersentak kaget saat tangan kekar namja melingkar di pinggangku, memelukku posesif.
"Kau telat dan harus membayarku lebih mahal dari ini tuan kim yang terhormat" bisikku kemudian melepaskan tangannya dari pinggangku. Namja tinggi itu hanya tersenyum dan duduk disebelahku. Aku beranjak dari dudukku dan duduk dipangkuannya. Melingkarkan kedua tanganku pada lehernya dan mengecup singkat bibirnya tentu saja diterima dengan senang hatinya. Sementara tangan namja ini sudah bermain-main dipahaku merabanya sesuka hati. Aku hanya bisa mendesah nikmat saat pemuda itu memasukkan tangannya kedalam dressku dan mengelus sesuatu dibawah sana.
"Sial.. kau~ aah" desahku saat namja kim ini dengan lancangnya menekan sesuatu disana. Aku hanya bisa mendesah nikmat saat orang ini terus meremas-rema pantat berisi milikku. Aku meraih bibir namja itu dan menciumnya ganas untuk meredam desahanku. Namja pemilik salah satu perusahaan besar dikorea ini tau titik kelemahanku, karena memang aku sering melakukan seks dengannya. Dia membayarku dan aku memuaskannya, adil bukan. Yah, memang seperti inilah pekerjaanku. Aku Lee Sungmin—ah orang-orang diclub ini memanggilku Lee Hyunmin, mereka tau aku namja dan memang menginginkanku untuk melakukan seks dengan mereka. Karena semua namja yang kutau disini itu gay dan juga namja yang hanya ingin tau bagaimana rasanya berhubungan dengan sesama namja.
Aku malu? Awalnya 5 tahun lalu aku malu melakukannya tapi sekarang hal ini menjadi kesenangan sendiri untukku. Aku mendapatkan uang banyak dari apa yang kulakukan ini, aku bisa membiayai kehidupan eomma dan adikku. Dan juga disini tidak ada orang yang memandangku jijik. Mereka memujiku, menginginkanku, dan aku bisa menyalurkan ke'aneh'an ku disini. Aku suka menjadi wanita aku bisa suka sentuhan-sentuhan yang diberikan oleh namja yang meniduriku. Aku menikmati semuanya dan aku tidak akan menyesal toh ini sudah kujalani dan aku tidak bisa memutar balik waktu.
"Jangan disini heum" aku melepas ciuman kami saat namja ini sudah melampau batas. Dia hanya menganggukkan kepalanya seolah mengerti maksudku. Aku turun dari pangkuannya dan menggandeng mesra lengan namja ini. Kami berjalan beriringan keluar club kehotel tempat biasa kami melakukannya.
"Kau ingin hotel mana chagi?" tanyanya saat kami sudah berada di mobilnya. Aku hanya menggidikkan bahuku karena aku tidak tau harus kemana. "terserah kau saja" ucapku akhirnya. Dia hanya mengaganggukan kepalanya dan menjalankan mobilnya. Entah kemana namja ini akan membawaku yang penting malam ini kuhabiskan berdua dengannya
Aku berdiri didepan gerbang sekolah putraku, menunggunya keluar dari sekolahnya.
"APPAAAA" aku menoleh keasal teriakan itu dan menemukan putraku yang masih berumur lima tahun berlari kearahku. Aku tersenyum dan menggendong namja yang sangat mirip denganku ini, kalau boleh dibilang dia sama sekali tidak mirip dengan ummanya. Aku cukup senang dengan kenyataan itu.
"Bagaimana sekolahmu hari ini?" tanyaku sambil melangkah ke mobil mewah milikku. Sunghyun hanya tersenyum dan mulai menceritakan kegiatannya selama disekolah. Aku hanya tersenyum melihat tingkah Sunghyun saat menceritakan teman yeojanya yang sering memberikan coklat kepadanya.
"Pasang seat beltmu chagi. Kita ke rumah halmonie, appa masih ada urusan. Gwenchana?" tanyaku hati-hati. Sunghyun menggembungkan pipinya kesal kemudian mengangguk pasrah. Sunghyun memang tidak suka dititipikan di rumah eomma 'membosankan, halmonie hanya bernyanyi setiap hari' itulah alasan kenapa minhyun tidak ingin ditinggal di rumah eomma. Tapi, dari pada ditinggal bersama ibunya aku lebih memilih menitipkan nya di rumah eomma.
Aku menoleh kesamping dan mendapati Sunghyun sudah tertidur dengan lelapnya. Aku tersnyum miris mengingat sebentar lagi anak ini akan hidup ditengah-tengah keluarga broken home. Hari ini surat ceraiku diterima oleh pengadilan. Sudah sejak lama aku ingin menceraikan istriku. Dia cantik, dari keluarga terpandang hanya saja aku tidak pernah mencintainya dan semua hanya karena perjodohan. Aku ingin menolaknya tapi aku sangat menyangi eommaku sehingga aku menerima perjodohan itu. Semakin lama aku semakin tidak suka dengan tingkah istriku itu, sampai akhirnya aku tau dia berselingkuh di belakangku. Sedih, kecewa lebih tepatnya. Sejak menikah aku berusaha untuk mencintainya dan berusaha melupakan cintaku. Tapi sayangnya cinta itu tidak sedikitpun tumbuh untuknya. Aku sendiri tidak mengerti kenapa aku tidak bisa mencintai istriku.
Tidak terasa aku sudah sampai didepan rumah mewah orangtuaku, aku segera keluar dari mobil tanpa memakirkan mobilku terlebih dahulu.
"Sunghyun-ah, kita sudah sampai" ucapku sambil menepuk pelan pipi Sunghyun. Mata Sunghyun perlahan terbuka, bocah lima tahun itu mengucek matanya sambil merengut kemudian merentangkan kedua tangannya padaku.
"Gendong~" ucapnya manja. Aku tersenyum dan menyentil hidung Sunhyun "Manja sekali" ucapku dan kami berjalan masuk kedalam rumah orangtuaku.
"HALMONIEEEE" teriak sunghyun dan turun dari gendonganku berpindah ke gendongan eommaku. "Katanya kau bosan kerumah halmonie" godaku saat Sunghyun sibuk bermanja-manja dengan eomma, Sunghyun memberikan death glare gagalnya membuat aku dan omma tertawa pelan.
"Eomma, aku titip Sunghyun ya" eomma menganggukan kepalanya tanpa mengucapkan apapun, kemudian membawa Sunghyun keruang tengah tempat Sunghyun biasanya menghabiskan waktunya. Aku menghela nafas pelan, eomma masih marah karena perceraian itu. Eomma masih belum bisa mempercayai kalau istriku itu bukan gadis baik seperti yang dikenalnya. Eomma menolak perceraianku dengan alasan Sunghyun masih kecil dan membutuhkan kasih saying seorang ibu.
"Eomma mianhe" lirihku, kemudian berbalik keluar dari rumah mewah ini. Aku merasa sangat bersalah pada eomma, sungguh ini kali pertama aku tidak menuruti perkataan eomma. Bagaimanapun juga perceraian ini tetap harus aku lakukan.
Aku memasuki apartemenku dengan langkah gontai, seharian bolak-balik pengadilan-rumah sakit dan menjemput Sunghyun membuatku lelah. Aku mendudukkan diriku disofa kemudian memperhatikan sekitar apartemenku. Tidak ada orang, entah kemana perginya istriku itu. Bahkan aku yakin dia tidak ingat kalau sudah mempunyai anak yang membutuhkan perhatiannya.
Aku merubah posisiku menjadi tidur, menatap langit-langit apartemen. Seandainya dulu aku menolak perjodohan itu pasti sekarang kehidupan rumah tanggaku tidak akan serumit ini. Pasti Sunghyun tidak akan merasakan hidup ditengah keluarga yang tidak lengkap . Sunghyun memang lebih dekat denganku tapi dia pasti merindukan sosok eomma dalam dirinya. Cih, gadis seperti itukah yang dibanggakan eomma? Bahkan isi kepalanya hanya belanja dan hang-out dengan teman-temannya. Aku heran kenapa eomma masih mempercayai gadis licik itu.
Aku merogoh sakuku dan mengambil handphoneku. Men-dial nomor istriku, tentu saja menyuruhnya pulang dan membicarakan perceraian kami. Aku menggeram kesal saat sambungan itu terputus, gadis itu sengaja memutuskan sambungan telfon.
"Sial" umpatku. Aku melempar handphoneku sembarangkan dan kembali menatap langit-langit kamarku. Pikiran ku kacau, ditambah lagi tingkah istriku itu yang membuat moodku rusak. Aku beranjak dari tidurku kemudian melangkah mengambil ponselku menelfon seseorang yang mungkin bisa memperbaik moodku, paling tidak dia bisa memberi solusi untuk masalahku.
"Yoboseo" suara berat seorang namja menyapa gendang telingaku.
"Hyung bisakah kau menemaniku?"
"Eodi?"
"Tempat biasa, aku tunggu kau di apartemenku"
Aku langsung menutup sambungan tanpa menunggu jawaban seseorang diseberang sana. Aku melihat jam yang ada di dinding ruang tamu apartemen, jam 4 sore. Sebaiknya aku mandi dan bersiap-siap untuk bersenang-senang malam ini, melupakan sejenak masalahku.
Aku keluar dari kamar mandi dan heran melihat istriku sedang duduk dipinggir kasur dengan banyak paper bag diatas kasur, belanjaannya mungkin. Aku melangkah tidak peduli dan berjalan kearah lemari pakaian.
"Lihat aku membelikan kemeja baru untukmu" gadis itu sudah berada didepanku dan memperlihatkan kemeja baby blue yang aku yakin baru saja dibelinya. Aku tersenyum paksa dan kembali mengabaikannya. Entah kesal atau apa gadis itu menarik lenganku untuk kembali menatapnya. Aku menghempaskan tangan gadis itu dan membuatnya terdiam. Dengan asal aku memilih baju dan celana kemudian memakainya.
"Kau mau meniduri namja-namja itu lagi malam ini?" ucap gadis itu, aku hanya berlalu melewatinya, mengambil dompet dan handphoneku di atas meja. Aku tidak menggubris pertanyaan gadis itu sama sekali. Gadis itu berucap seenak hatinya saja tanpa tau itu benar atau tidak. Aku memang sering ke gay club dan menyewa namja-namja yang ada disana untuk tidur denganku dan sialnya aku tidak bisa menidurinya. Aku gay? Entahlah akupun tidak tau, bahkan sampai sekarang aku tidak bisa berhubungan dengan namja-namja yang pernah kusewa itu.
"Surat perceraian kita ada dimeja ruang tamu seo segera tanda tangani" ujarku dingin, keluar dari kamar dan menghempaskan pintu itu kasar sebelum gadis itu menolak panjang lebar. Aku keluar dari apartemenku, dan beruntungnya namja yang ku tunggu sedang berada didepan pintu apartemenku dengan tangan siap memencet bel.
"Hi Kyu" ucap namja itu sambil melambaikan tangannya, aku hanya tersenyum dan keluar dari apartemen. Kemudian berjalan kearah lift diikuti namja itu dibelakangku.
"Kau lama hyung" keluhku, namja berkepala besar itu hanya tersenyum dan sibuk dengan handphonenya. "Hyung bisakah kau tidak sibuk dengan handphonemu saat besamaku?" ucapku kesal dan sekali lagi dibalas oleh senyuman olehnya, dasar aneh.
Tring
Pintu lift terbuka dan kami masuk kedalamnya, sepi hanya ada aku dan Yesung hyung. Kami diam tidak berbciara apapun, Yesung hyung tau bagaimana tabiatku saat sedang kacau seperti ini.
"Kyu, kau mau mencoba suasana baru?" ucap yesung hyung memulai percakapan, aku menoleh malas dan menganggukkan kepalaku.
"Terserah, aku hanya ingin kesengangan" gumamku, Yesung hyung menepuk pelan pundakku dan tersenyum dengan bodohnya. "Aku jamin kau tidak akan menyesal ke tempat itu, dan kau bisa secepatnya memutuskan apakah kau normal atau tidak" ucapnya sambil terkekeh pelan, sekali lagi aku hanya menganggukkan kepalaku berdoa semoga saja aku tidak akan bosan disana.
Club yang direkomendasikan oleh Yesung hyung memang agak berbeda dengan club yang sering kami kunjungi. Lebih mewah, dan yah ku akui pelayanannya juga memuaskan. Dipintu masuk saja sudah ada dua orang wanita berpakaian seksi menyambut pemandanganku-eh bukankah ini gay club berarti itu bukan wanita melainkan laki-laki berpakaian wanita. Aku hanya mengangkat bahuku tidak peduli, dua wanita jadi-jadian itu tidak membuatku tertarik sama sekali padahal mereka berpakaian seksi dan sempat meraba tubuhku dan aku hanya biasa saja. Aku sendiri merasa aneh dengan diriku, aku tidak suka berhubungan dengan seohyun istriku dan aku mengambil kesimpulan bahwa aku tidak normal dan aku mencoba berhubungan dengan banyak namja dan aku tidak bisa melakukannya. Aneh!
"Kyu~ turunlah kelantai dansa, kau hanya melamun dari tadi" Yesung hyung menepuk pelan pundakku mengembalikan kesadaranku. Aku meneguk segelas wine diatas meja dan mencoba mengikuti saran Yesung hyung. Aku turun dari lantai dua tempat kami berada menuju lantai dansa. Lagi, aku hanya diam disana dan memperhatikan beberapa pasangan yang sibuk dengan kegiatan mereka, bercumbu panas. Aku heran kenapa disini banyak sekali namja yang berpakaian wanita padahal di club sebelumnya aku tidak pernah melihatnya. Jujur, aku tidak suka tempat seperti ini. Aku kesini hanya untuk membuktikan orientasi seksualku yang sampai sekarang membuatku bingung.
"Hei tampan" bisik seseorang dengan tangan bergelayut manja di lenganku. Aku hanya menatapnya malas dan menerima saja perlakukan darinya. Tidak ada reaksi sedikitpun dari tubuhku bahkan detak jantungku normal-normal saja. Aku melepaskan tangan entah siapa itu dari tubuhku kemudian beranjak duduk di sofa dekat lantai dansa tersebut. Entahlah moodku tidak membaik sedikitpun.
Aku mengedarkankan pandanganku kesekeliling ruangan besar dan pengap dengan asap rokok ini. Pandanganku berhenti pada meja bartender yang tidak jauh dari tempatku. Disana seorang pria dan seorang wanita dengan gaun merahnya sedang asik bercumbu. Wanita itu duduk diatas pangkuan si namja dan melingkarkan tangannya pada leher sang namja. Mereka berciuman panas dan tidak mau mengalah. Aku hanya menelan ludahku sendiri saat melihat adegan itu. Entah kenapa aku ingin merasakan bibir itu juga mencumbu ku. Kaki putih mulus dan pantat seksi itu berada dipangkuanku juga. Tanganku juga ingin mengelus paha itu dan meremas err payudara seksi wanita itu, eh—itu wanita atau pria sih? Anggap saja dia wanita karena dia terlalu cantik untuk ukuran pria.
Aku menggelengkan kepalaku, berusaha mengembalikan kesadaranku. Aku kembali menatap ke arah meja bar dan tidak menemukan lagi dua orang itu disana. Dan betapa kagetnya aku saat melihat dua orang itu sedang berjalan kearahku, mungkinkah mereka berencana ke hotel dan menghabiskan malam berdua. Aku memperhatikan wanita dengan gaun merah seksi itu dengan seksama. Wajah itu, seperti aku pernah melihatnya. Cantik sangat cantik, dan melihat tubuhnya membuat sesuatu dibawah sana menegang. Rasa ingin memiliki tubuh itu entah kenapa sangat besar.
"Kyu, kau aneh sekali hari ini" aku tersadar dari lamunanku dan tidak mendapati dua orang itu lagi. Aku menghadap kearah Yesung hyung yang duduk disampingku dan menatapnya gelisah.
"Hyung aku ingin dia" racauku tidak jelas, dapat kulihat dahi Yesung hyung berkerut tidak mengerti dengan ucapanku. "Hyung aku mau dia" rengekku seperti anak kecil, seolah paham apa maksudku yesung hyung menganggukkan kepalanya dan berlalu entah kemana.
Aku hanya bisa bergerak gelisah ditempat duduku, sesuatu dibawah sadah masih menegang. Kemana Yesung hyung itu, aku sudah tidak tahan dan ingi cepat pulang. Aku bernafas lega saat yesung hyung kembali dengan buku ditangannya.
"Kau lihat siapa yang kau mau disini" aku segera merampas buku itu dari tangan Yesung hyung dan membukanya cepat. Aku ingin tahu siapa orang itu, aku ingin memiliki tubuh itu seutuhnya. Persetan dengan dia yeoja atau namja.
"Sial, kenapa tidak ada" umpatku dan membalik-balik buku yang berisi daftar 'namja sewaan'. "Kau melewatkan halaman depan, mungkin saja orang yang kau cari ada dihalaman depan itu" ucap Yesung hyung tenang, aku langsung membuka halaman depan dan bingo! Orang yang ku cari ada dihalaman depan dan paling atas.
"Lee Hyunmin, aku mau dia hyung berapapun asal dengan dia"
.
.
.
TBC
Beres chap satunya, gimana? jelek pasti
review yah :) - ckhsml
