Hiden Love . . .

Hai all aku author baru disini, baru beberapa minggu hehe. Jadi kalau ada salah kata yg tidak pas atau Gaje atau ngebosenin atauu yah pokoknya yg lainnya mohon dimaklumi dan mohon bantuannya pada semua^^

O iya sebelum ke cerita aku ingin berterima kasih pada Kanan (Nana Naa) karena sudah membantuku membuat cerita dan menambah-nambah inspirasi. Cerita ini muncul karena atas kehendak pengalaman kanan sendiri, Hahaha saya sampai ngekek mendengar ceritanya XD

Ok dah sebelum kalian garing coz kelamaan nunggu ni cerita kapan mulainya, mending langsung aja yukk. . .

Disclaimer : Tetep punya Om Tite Kubo, Reina Cuma minjem sementara

Chapter 1. Ichigo dan Rukia nyasar ?

Sore ini, Rukia baru keluar dari sekolahnya untuk pulang. Hari ini hari yg sangat melelahkan bagi Rukia, dimana aktivitas berkumpul pada hari ini membuat Rukia harus pulang sore. Ia berjalan dengan gontai menuju halte bus diseberang jembatan yang ia lewati. Wajahnya nampak lemas, dekil and dekumel, pakaiannya berantakan compang-camping sana sini mirip sekali dengan anak jalanan. Tak lama kemudian bus yg Rukia tunggu muncul, ia menaikinya tanpa bilang kemana tujuannya ia akan pergi. Rukia hanya diam ia langsung duduk di bangku ke tiga dekat jendela. Dijalan Rukia merasakan ada yang ganjil dengan daerah tempat tinggal yg sering ia lewati saat berangkat ataupun pulang sekolah, daerah ini terasa asing bagi Rukia. Akhirnya Rukia membuka mulutnya untuk bicara.

"Hei pak supir, kau membawa mobil ini kemana ?".

"Aku menuju ke Karakura".

"Apa ? ini bukan bus kearah Seiretei ?". Rukia shock

"Ya jelas bukanlah dek, bus menuju Seiretei sudah lewat 2 jam yang lalu, dan itu bus yg terakhir".

"Apa ? bus yg terakhir ?. Sekali lagi Rukia shock

"Iya dek".

"Oh tidakkk aku salah naik bus argh. . .". Rukia kesal

"Aku ingin turun disini saja pak". Pinta Rukia

"Baiklah".

Kemudian bus pun berhenti. Lalu Rukia turun sambil mendengus kesal.

"Argh. . . sialll belum puaskah Kami-sama menyibukanku dengan kegiatan padat sekarang aku malah salah naik bus, dan yg lebih parahnya lagi aku tak tahu jalan pulang, aku kesasarrr. . .".

Rukia terus saja meratapi nasibnya yang malang ini. Ia terus saja berjalan sendirian tanpa tahu arah tujuan. Rasanya ia seperti jadi Bolang (Bocah ilang). Masih pakai seragam plus tas mirip banget sama anak minggat dari rumah. Ia merasa bosan berjalan sendirian lalu Rukia mengeluarkan Handphonenya kemudian memasang hearphone ditelinganya, mendengarkan musik yang ia sukai sambil berjalan dengan PD-nya. Rukia tengok jam yg berada di Handphonenya "Sudah jam 16.30, sudah sore aku harus cepat-cepat pulang".

Sedekat mata memandang Rukia melihat seorang anak kecil yg sedang menyembrang jalan tanpa melihat kanan kiri, sedangkan dikejauhan Rukia melihat mobil Kijang berwarna silver sedang meluncur dengan kencang.

"Gawat nyawa anak itu dalam bahaya!"

"Awassssss. . . . . .!, Brukkk. . .terdengar suara benda jatuh Rukia berhasil menyelamaatkan anak itu, suara itu tak lain dan tak bukan adalah suara jatuh mereka berdua yg begitu kencang. Saat mobil tadi mulai dekat refleks Rukia berlari dan menarik anak itu. Berhasil. . .

"Kau tidak apa-apa ?".

"Aku. .aku tidak apa-apa".

"Syukurlah kalau kau tidak apa-apa".

"Te. .terima kasih kak".

Lalu Rukia berdiri mengulurkan tangannya untuk memberi bantuan anak itu untuk bangun.

"Namamu siapa dik ?".

"Aku. .aku Yuzu, Kakak sendiri siapa?".

"Aku Rukia Kuchiki, makanya lain kali kau harus lebih berhati-hati ketika menyebrang jalan lihat kanan kiri pastikan sudah tak ada mobil yg lewat, lihat gara-gara kecerobohanmu nyawamu hampir melayang".

"mm. .maafkan aku Rukia-nee, aku kurang hati-hati."

"Yasudah, rumahmu dimana ?. biar kakak antar pulang ya ?."

"Baiklah Rukia-nee arigato."

Rukia mengantarkan Yuzu sampai rumahnya. Saat akan membuka pintu pagar terdengar suara seorang yg sedang mengomel karena adiknya belum pulang. Seorang itu muncul dari balik pintu

"Argh. . .Yuzu kau kemana saja kenapa lama seka. . .". kata-kata seorang itu terhenti ketika melihat gadis mungil yg bersama adiknya, Yuzu.

"Jeruk ?."

"Cebol ?."

. . .

. . .

"Ohhh. Jadi begitu ceritanya!".

"Ichigo jadi rumahmu disini ya ?".

"Iya aku tinggal disini, heii kenapa kau bisa kedaerahku ? rumahmu kan di Seiretei bukan di Karakura ?." Tanya Ichigo penasaran.

"hmm itu. . .." Rukia nyengir lalu menjelaskan semuanya

. . . . .

"Baiklah ayo kita kerumahmu, aku akan mengantarmu pulang sekalian aku ingin ke rumah Renji, rumah Renji searah dengan rumahmu kan Rukia ?."

"mm. .iya, tapi tidak usah Ichigo aku bisa pulang sendiri".

"Apa kau bilang ? pulang sendiri? Kau sedang kesasar ingin pulang sendiri, itu mustahil."

"Tapi. . .."

"Sudah jangan menolak, anggap saja ini adalah bentuk balas budiku padamu karena sudah menyelamatkan Yuzu."

"hmm Baiklah kalau begitu".

Mereka pergi menggunakan bus lagi, mereka duduk bersebelahan, ichigo berada dekat jendela.

"Ternyata Seiretei masih banyak hutannya ya? Sejuk sekali." Kata Ichigo sambil melihat keluar jendela

"Apa ? Hutan? Di Seiretei hanya sedikit pohon yang tumbuh, dipinggiran jalan banyak rumah penduduk dan tukang dagang."

"Apa ?. Kau serius ? Tapi jalan yang kita lewati hutan belantara semua." Kali ini Ichigo yg terkejut. Rukia langsung melihat keadaan sekitar yg bus ini lewati

"Kau benar ini hutan, oh my god kita salah arah."

"Lalu harus bagaimana ?"

"Aku tidak tahu."

Tiba-tiba bus kehilangan kendali sepertinya bus oleng. Ciiiiittttttt. . .bus berhenti mendadak. Supir yg mengendarai keluar untuk memeriksa apakah ada yg rusak. Disusul dengan Ichigo dan Rukia.

"Ada apa ?" tanya Rukia

"Ban bocor, mungkin terkena sesuatu benda tajam". Jelas supir itu dengan penuh penyesalan.

"Apa akan memakan waktu lama untuk memperbaikinya?" tanya Ichigo.

"Mungkin iya karena dihutan seperti ini sulit untuk mencari bantuan".

Ichigo dan Rukia melihatnya Iba.

"Pak biar kami saja yg mencari bantuan, bapak tunggu disini saja" usul Rukia

"Kami ? aku juga"

"Iya bodoh, ayo kita cari". Rukia langsung menarik lengan Ichigo kedalam hutan. Kini mereka sudah menghilang dari pandangan pak Supir itu. Mereka berjalan di dalam hutan.

"Bodohh. . .kenapa kau mencari bantuan didalam hutan ha' ?".

"Yaa siapa tahu aja ada penduduk yg tinggal disini, Ichi".

"Cihh dasarr".

"Aduhh. . .kenapa tak ada sinyal sama sekali disini". Keluh Rukia sambil mengangkat Handphonenya tinggi-tinggi agar mendapati sinyal

"Yah. .yah low bett yahhh Handphone ku low bet, aku belum memberi kabar pada Hisana". Rukia terlihat sibuk sendiri

"Heii bisakah kau diam, berisik tahuuu"

"Kalau tidak bisa kenapa ?".

Ichigo diam

"Semakin kita berjalan kedalam semakin tak ada penghuni Rukia, lebih baik kita balik lagi saja"

"Yasudah".

Hari mulai gelap sekarang jarum jam menunjukan pukul 17.30, sepertinya matahari akan terbenam, langit pun mulai berwarna gelap. Burung-burung berterbangan, Angin malam mulai terasa dingin menyentuh kulit gadis mungil ini.

"ICHIGOOOOO!. Aku lelah aku tak tahan lagi mengikutimu, kau hanya berputar-putar, kita sudah melewati jalan yg sama sejak tadi, kapan kita sampainya ?.

"Sabar sedikit kenapa ? nanti juga akan ketemu jalan keluarnya".

"Ahh sudahlah Ichigo kau hanya bisa membuatku tambah kesasar setelah aku kesasar ke rumahmu sekarang kehutan, aku menyesal mengikutimu Ichigo"

"Jadi kau menyesal ?". Kalau begitu aku sangat kesal karena kau mengomeliku terus, bersabarlah sedikit". Keduanya nampak emosi

"Kesabaranku telah habis Ichigo, aku tak mau mengikutimu lagi, dengan mengikutimu aku tambah kesasar, mendingan aku cari jalan keluar sendiri"

"Ok, baiklah terserah kau saja aku juga sangat terganggu oleh ocehanmu setiap kau berada disampingku dan gara-gara menolong kau aku jadi ikut kesasar huh"

"O jadi begitu, kau merasa terganggu baik aku akan pergi"

Keduanya tadi sama-sama emosi, mereka berpisah dihutan sedangkan hari sudah malam, hutan ini menjadi nampak seram. Ichigo terus memikirkan Rukia setiap ia melangkah, itu sangat terasa berat. Ichigo khawatir pada Rukia bagaimanapun dia itu wanita. Rukia yg berjalan sendirian merasa merinding dan kedinginan. Ia mulai merasa ketakutan. Tiba-tiba Rukia diserang oleh makhluk aneh berbadan besar. Sepertinya Rukia akan menjadi santapan malam makhluk buas itu.

"AAAAAaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa. . . *ruki treak kenceng pake toa sampe ichi yg nan jauh dimato budek dengernya*

Walau teriakan Rukia samar-samar terdengar oleh telinga Ichigo, Ichigo bisa merasakan firasat buruk itu. Ichigo yg takut terjadi apa-apa pada Rukia berlari ketempatnya berada walau ichigo tak tahu Rukia dimana, Ichigo tetap berlari dengan memanfaatkan insting.

"Rukia tenang aku akan melingdungimu". Sambil terus berlari

Betapa terkejutnya Ichigo melihat Rukia terbaring diatas tanah dengan penuh luka, darahnya mengkilat terkena pancaran sinar bulan yg mengenai kulit Rukia yg penuh darah. Mungkin ia tadi sempat melakukan pertahanan pada dirinya untuk menyelamatkan dirinya sendiri hingga ia terluka. Sekarang makhluk itu telah meruntuhkan pertahanan Rukia dan siap akan memakannya.

Crooootttttt. . .darah bertaburan, Ichigo telah menebas makhluk itu dengan pedang yg ia temukan di balik dedaunan kering diatas tanah. Makhluk itu sekarang telah mati. Ichigo berlari menghampiri Rukia yg tak sadarkan diri. Ichigo mencoba menggoyang-goyangkan tubuh Rukia berharap ia masih sadar. "hn. . Ichi. ." ia bicara ia masih hidup syukurlah, lalu ichigo memeluk tubuh Rukia erat.

"Rukia kau tunggu disini, bertahanlah aku akan membuat obat herbal untukmu". Dengan tergesa-gesa Ichigo mencari dedaunan yg bisa dibuatnya ramuan, kemudian Ichigo mulai membuatnya dengan menghaluskan daun itu dengan batu lalu menempelkannya pada luka Rukia agar lukanya tertutup.

"Tahan ya Rukia mungkin ini akan sedikit terasa sakit". Ichigo mulai menempelkan ramuannya pada tubuh Rukia yg luka kakinya, lengan bawahnya hingga telapak tangannya, dahinya.

"Selesai, semoga obat ini manjurr"

Ichigo menatap wajah Rukia yg kini sedang tertidur, itu lebih baik karena mungkin rasa sakitnya takkan terasa. Dibelainya rambut Rukia dengan halus berniat tak ingin membangunkannya, ternyata Rukia membuka matanya, Rukia mencoba untuk duduk ditatapnya mata coklat Ichigo, seakan ia tak percaya bahwa yg menolongnya adalah Ichigo, ya ini benar-benar Ichigo.

"Ichigo. . .aku. . .aku sangat takut ichi, aku sangat takut" kemudian Rukia menangis

Perlahan Ichigo mendekap tubuh Rukia kedalam pelukannya dan berusaha membuat ia merasa nyaman dan aman saat ini.

"Sttt. . .sudah Rukia kau tidak usah menangis, kau selamat, kau aman sekarang bersamaku disini, kau tak perlu takut selama ada aku disampingmu yg selalu akan menjagamu dan melindungimu". Dipeluknya erat Rukia lalu Ichigo mengusap-usap lembut rambut Rukia untuk menenangkannya, Rukia terisak nangis. Ichigo melepas pelukannya, menaruh tangannya diatas pipi rukia menghapus air matanya yg keluar.

"Kau jelek jika menangis, kumohon jangan menangis lagi"

Rukia mengangguk, Brukbukbukbuk. . . .

"Hahaha kau lapar ya midget ?"

Rukia hanya menunduk malu kalau saja keadaannya sekarang ini baik-baik saja sudah kucincang halus Ichigo karena mengatakanku midget. "Ayo kita cari makanan sekarang naiklah dipunggungku"

Sunyi. . .langkah mereka sunyi tak ada yg mau memulai pembicaraan, akhirnya ichigo memulai pembicaraan "Rukia"

"hn"

"Kau tau"

"tidak"

"dengarkan aku selesai bicara dulu bodoh"

"Ya bicaralah"

"Aku jadi teringat ibuku"

Rukia diam, mencoba mendengarkan dengan baik

"Waktu kecil dia selalu menggendongku dipunggungnya saat kakiku terluka karena jatuh tersandung batu persis saat aku menggendongmu sekarang ini. Setiap kali aku di gendong aku selalu merasa nyaman bersandar pada punggungnya itu membuatku sangat senang memiliki Ibu seperti dia. Senyum yang selalu ia berikan padaku, Pelukan yg ia beri saat aku menangis aku sangat merindukan semua itu, hingga jika kejadian itu tak pernah terjadi. . .kata-kata ichigo berhenti

Kejadian Ibuku meninggal gara-gara menyelamatkanku, jika kejadian itu tak terjadi dan membuatku kehilangan Ibuku. . .aku. . .aku ingin sekali melakukan hal yang sama seperti Ibuku sekarang ini saat aku sudah besar"

Wajah ichigo nampak datar dan biasa saja namun dari sorot matanya terlihat jelas kalau ia sedih, menyesal, rindu pada Ibunya. Walaupun Rukia yg berada dibelakang punggung Ichigo dan tidak melihat bagaimana expresi wajah Ichigo saat ini, ia dapat merasakannya, merasakan perasaan Ichigo. Ia tahu karena tubuhnya sedikit bergetar saat mengucapkannya.

"Aku ingin mengendongnya saat ibuku juga terluka, ingin memeluknya saat ia bersedih, memberinya senyuman, dan membuatnya merasa bangga telah memiliki anak sepertiku, aku sangat ingin membahagiakannya, aku ingin membalasnya, membalas kasih sayangnya yang ia berikan untukku, Yuzu, dan Karin. Tapi. . .aku tak sempat melakukan itu semua karena ia telah pergi meninggalkanku selamanya"

Rukia mendengar ucapan Ichigo yg sedikit gemetar merasakan apa yang dirasakan Ichigo, Rukia tahu Ichigo sangat sedih, lalu Rukia mengusap pelan punggung Ichigo supaya perasaan Ichigo lebih tenang.

"Rukia, aku berjanji akan terus menjagamu, melindungimu dan teman-temanku juga. Aku tak ingin kehilangan orang yg aku cintai dan aku sayangi lagi untuk yang kedua kalinya"

Rukia tersenyum mendengarnya

"Ichigo kau tak perlu menyesal seperti itu, kematian ibumu bukan salahmu. Kematian itu pasti akan datang pada semua manusia takkan ada yg bisa menghindarinya kalau itu memang sudah takdir. Setiap Ibu pasti punya naluri yg sama yaitu melindungi anaknya walaupun harus mengorbankan nyawanya demi orang yg ia sayangi tetap hidup. Dengar ya Ichigo mungkin Ibumu senang disana karena berhasil menyelamatkanmu dan kau tetap hidup, tapi ibumu akan sedih bila kau terus merasa menyesal seumur hidupmu dan menganggap perjuangan ibumu diatas sana itu gagal"

Ichigo tercengang atas kata-kata Rukia, kata-katanya ada benarnya juga, jika ia terus-terusan seperti ini ibu takkan bahagia disana.

"Kau harus bangkit Ichigo, kalau kau tak bisa membahagiakannya didunia, maka. . . bahagiakanlah ia di surga"

DEG. . .

Sepertinya kata-kata rukia telah menyadarkan hati Ichigo "Ya kau benar juga Rukia kau telah menyadarkanku, Terima kasih Rukia"

Tak ada respon "Hei Rukia kau tertidur ya, walahh kau ini cepat sekali tertidurnya" Ichigo nampaknya sedikit menyunggingkan senyuman di bibirnya. "Aku akan mencarikan makanan untukmu"

. . . . .

. . . . .

Perjalanan panjang telah dilalui oleh Ichigo, akhirnya ia menemukan sebuah Rumah kecil ditengah hutan, Ichigo sangat berharap orang yg menghuni rumah ini orang baik yg akan memberikan mereka sedikit makanan dan tumpangan untuk semalam. Ichigo menghampiri rumah itu

"Permisi. . .tok tok tok"

"Ya. . .sebentar aduhh siapa sih yg datang malam-malam begini" kata gadis yg berambut panjang berwarna orange kecoklatan dari dalam rumah. Lalu ia membuka pintu

"Maaf menganggu kami kesasar dihutan bolehkah kami minta sedikit makanan ?"

Ternyata yg mpunya rumah orang yg baik hati, pemilik rumah itu mempersilahkan Ichigo masuk ke dalam lalu membaringkan Rukia yg masih tertidur dikursi. Pemilik rumah tertegun melihat lelaki berambut orange itu menggendong seorang gadis kecil, "itu pasti adiknya" gumam pemilik rumah dalam hati

"Siapa namamu ?"

"Oh iya saya belum memperkenalkan diri namaku Ichigo Kurosaki"

"hmm Kurosaki, aku Inoue Orihime. Lalu siapa gadis itu"

"Ah. . . dia temanku namanya Rukia Kuchiki"

"Dia kenapa tubuhnya penuh luka begitu ?"

"Dia terluka saat dihutan". Jawab ichigo singkat

Ichigo menjelaskan semuanya kenapa ia bisa sampai sini

"Ohh jadi begitu ceritanya, baiklah biar ku ambil makanan dulu" Inoe pergi ke dapur

"Ichigo. . ."

"Rukia kau sudah bangun"

"Dimana ini ?" #matanya masih merem melek

"Kita dirumah seseorang tadikan kau lapar jadi aku meminta makanan sekalian menumpang istirahat malam ini"

Munculah Inoue dari dapur dengan membawa sebuah piring berisi makanan

"Oh kau sudah bangun ya, kau pasti lapar. Ini makanan buatmu, dimakanlah seadanya" Inoue tersenyum kearahnya

Rukia merasa pertanyaan itu ditujukan untuk dirinya

"Ichigo siapa gadis ini ?" tanya Rukia berbisik pelan tapi tetap saja inoue dapat mendengarnya

"Aku Inoue Orihime, kuchiki-san. Aku tinggal disini. Senang berkenalan denganmu"

Rukia kebingungan sekali lagi kenapa gadis ini tahu namaku

"Ichigo kenapa ia tahu namaku ?"

"Ayo tak perlu sungkan"ucap inoue sambil tersenyum ramah

"Terima kasih Inoue maaf merepotkanmu"

"Ah tidak apa-apa aku tinggal sendiri di rumah ini jadi aku tidak merasa direpotkan"

"Ayo Rukia makan tadikan kau lapar biar aku suapin"

"hee kenapa harus disuapi? , aku bukan anak kecil aku bisa sendiri"

"Bagaimana caramu makan sendiri tanganmu saja terluka begitu mau makan sendiri ?"

Kata-kata Ichigo ada benarnya juga karena Rukia kalah dalam berargumen kali ini ia hanya menggembungkan pipinya.

"Imut"pikir Ichigo

"Buka mulutmu 'Aaaaa. . . #sambil nyodorin sendok berisi makanan kedalam mulut Rukia. Akhirnya Rukia mau juga disuapi oleh Ichigo. Sedangkan Inoue hanya bisa tertawa melihat mereka berdua.

"Kalian ini seperti sepasang kekasih saja"

Kata-kata Inoue berhasil membuat Ichigo dan Rukia blushing, mereka pun memalingkan wajah yg sudah memerah karena malu. Inoue tertawa lagi

"Kalian lucu sekali" sebenarnya jantung Inoue gugup dari tadi sejak ia melihat Ichigo untuk pertama kali, mungkin karena baru pertama kali Inoue bertemu dengan lelaki tampan. Namun Inoue berusaha menyembunyikannya.

"Apakah kami boleh menginap disini hanya untuk 1 malam ?"

"hmm de. .dengan senang hati Kurosaki-kun lagi pula hari sudah larut malam, masa aku tega membiarkan kalian tidur diluar dan diterkam hewan buas"

"Ya kau benar, Terima kasih banyak ya Inoue" ucap Rukia.

Inoue tak bisa menahan rasa gugupnya lagi ia pun pergi memasuki kamar, lalu menutup pintu

"Hu ha hu ha. . .tarik napas buang tarik napas buang" sekarang ia agak lega wajahnya bersemu merah "Kurosaki-kun"

"Aku sudah kenyang Ichigo"

"Baiklah"

"Aku akan keluar diteras cari angin, disini panas sekali"

. . . .

. . . .

Rukia duduk diteras rumah badannya ia senderkan ketembok lalu menekuk lututnya. Rukia menegadah keatas dipandangnya bintang yg bertaburan diatas langit yg begitu gelap. Tidak lama kemudian Ichigo menghampiri Rukia yg sedang asik menatap langit. Kemudian duduk disebelahnya.

"Kau sedang apa ?"

"Ah tidak aku hanya menatap bintang"

Mereka kembali diam, nampaknya mereka masih merasa canggung gara-gara pertengkaran konyol mereka di hutan tadi.

"mm. .Ichigo kenapa tadi kau menolongku ?"

"Karena aku ingin".jawab ichigo sekenanya

"Kenapa kau ingin ?"

"Karena. . .masa aku tega membiarkanmu dimakan makhluk buas ?"

"Lalu kenapa kau takut aku dimakan makhluk buas ?"

"Karena aku peduli padamu"

"Kenapa kau peduli padaku ?"

"itu karena. .karena ahk sudahlah kau bertanya terus, aku tidak mau membahas tentang itu lagi" Ichigo kebingungan

"Aku kan hanya ingin tahu"

"Cihh. .kau ini bukannya berterima kasih padaku, dasar tak tahu terima kasih"

"Hee ? aku ? berterima kasih padamu, untuk apa ?. tanya rukia sambil mengerutkan alisnya

"Apa katamu ? untuk apa ? dasar kau ini memang benar-benar tak tahu terima kasih, jelas-jelas aku telah menolongmu hampir mengorbankan nyawaku sendiri hanya demi menolongmu, kau tahu ?"

Rukia manyun "Yaaa baiklah lalu aku harus apa ?"

"Kau harus bilang. . terima kasih banyak Ichigo karena kau telah menolongku aku sangat berhutang budi padamu, cepat katakan!"

"Ha ? harus seperti itukah ?"

"Iya, ayo katakan"

"Ya baiklah #pasrah# Te. .terima ka. .s. .sih banyak Ichigo ka. .kau telah me. .me. .nolongku a. .aku sangat berhutang budi pa. .pa. .damu" Ucap Rukia terbata-bata

"Nahhh begitu anak pintar #mengucek-ngucek rambut Rukia#"

Ichigo yg mengacak-ngacak rambut Rukia membuat mereka saling berpandangan. Mata violet Rukia menatap mata musim gugur Ichigo. Suasana menjadi aneh mereka merasa gugup. Rukia langsung sadar dari keterhipnotisannya itu langsung memalingkan wajahnya begitu juga dengan Ichigo.

Sekarang mereka berdua sedang menatap langit yg penuh dengan bintang-bintang yg menghiasi gelapnya langit malam. Sunyi hanya itu yg mereka rasakan. Antara satu dengan yg lainnya tak ada yg memulai pembicaraan hingga akhirnya Ichigo mengakhiri kesunyian ini.

"Kau tau bintang itu"

"hn"

"Bintang itu melihat kita"

"Kenapa ?"

"Karena bintang itu tersenyum kepada kita untuk menerangi hati kita yg gelap"

"Benarkah?" Rukia mulai mengantuk

"Ya. Apakah kau tau ? kekuatan bintang sangat menakjubkan. Bintang menerangi dunia pada malam hari bersama bulan. Sinar bintang muncul dari dalamnya sedangkan bulan hanya dapat bersinar jika matahari mau membagi sinarnya pada bulan. Tanpa matahari bulan takkan bersinar" ichigo berbicara sambil menatap bintang.

"Lihat ada bintang yg paling terang" rukia mengarahkan jari telunjuknya keatas langit

"Itu bintang kejora, bintang paling terang dan selalu berkelap-kelip"

"Aku ingin seperti bintang itu"

"Benarkah kau ingin menjadi bintang kejora ? mungkin kalau ibuku sudah berada diantara salah satu bintang diatas sana"

"Maksudmu ?" Rukia tak mengerti dan menengok kearah Ichigo lalu menatap wajahnya yg sendu dan sedih.

"Ya ibuku sudah menjadi bintang diatas sana"

Rukia terdiam ia menyesal menanyakan hal itu. Rukia dapat mengerti melalui mimik wajah ichigo yg menampakan raut kesedihan yg terlihat jelas. Ichigo tetap melanjutkan pembicaraan.

"Bintang juga punya keajaiban untuk mengabulkan setiap permintaan"

Ichigo melihat kesamping ternyata Rukia sudah tidur pulas bersandar pada pundaknya

"Ck. .dasar anak ini aku sedang bercerita malah tidur kau kira aku sedang mendongeng untukmu heh bisa-bisanya kau tertidur" Ichigo menggerutu.

Ichigo tersenyum melihat wajah manis Rukia saat sedang tidur lalu mengalihkan pandangannya pada langit lagi. Sesuatu benda langit jatuh sepertinya bintang jatuh. Ichigo langsung mengucapkan permohonan

"Aku harap kita bisa seperti ini terus Rukia, selalu bersama. Aku ingin melindungimu, aku tak ingin kehilanganmu. Sungguh aku tak ingin karena hanya kau lah bintang yg menerangi jiwaku, bintang yg mandiri"

Tanpa mereka sadari bahwa dari tadi ada sepasang mata yg mengawasi mereka, Inoue mengintip dari jendela, ia merasa sedikit mm yaa sedikit "tidak suka".

. . . .

. . . .

Habis gelap terbitlah terang. Habis malam munculah pagi. Matahari mulai muncul untuk menyinari dunia. Cahayanya terang abadi, terdengar suara siulan burung-burung hutan. Udara yg sejuk selalu ada saat pagi. Udara segar yg belum terkena polusi oleh kendaraan-kendaraan ataupun asap-asap yg merusak udara dan atmosfer lapisan ozon bumi. Begitu juga dengan kedua manusia yg masih tertidur berhadap-hadapan sepertinya mereka tak sadar kalau wajah dan posisi tidur mereka berhadapan satu sama lain. Kicauan burung membuat gadis mungil bermata violet ini terbangun, matanya terbuka. Penglihatannya samar-samar semakin jelas, sepertinya dia belum juga menyadarinya. Disusul oleh Pemuda berambut orange yg mulai membuka matanya perlahan dan tentunya masih dalam keadaan setengah sadar. Kini mata mereka berdua benar-benar dapat melihat jelas. Mereka melebarkan bola matanya seolah tak percaya dengan apa yg dilihatnya dihadapannya

"AAAAAAAAAAAAAaaaaaaaaaaaaaaa. . ." keduanya berteriak memecahkan kesunyian dan kedamaian pagi ini. Inoue mendengar suara teriakan itu pun ikut terbangun. Ichigo dan Rukia langsung mengambil posisi duduk dan agak menjaga jarak.

"Hoamm ada apa ?"

"Tidak ada apa-apa" jawab keduanya kompakan

Inoue makin bingung *ya iyalah baru bangun tidur*

"Aku ingin keluar mencari udara segar" kata ichigo lalu keluar rumah

"Aku ingin minum hauss" Kata Rukia memasuki dapur

Inoue hanya melongo ditinggal oleh kedua orang itu. Inoue yg sudah terlanjur terbangun pergi keluar mencari makanan.

Didapur Rukia masih tak percaya, ia masih teringat kejadian tadi. Rukia meneguk segelas air untuk menenangkan pikirannya akibat shock.

"Ke. .ke. .napa bisa Ichigo tidur bersebelahan denganku ? tadi malam apa yg terjadi ?" Rukia bicara sendiri, ia langsung mengingat-ngingat memory-nya tadi malam. Seperti sedang menyusun sebuah ingatan yg berantakan menjadi sebuah kesatuan jawaban. Setengahnya dari memory itu mulai diingatnya "Seingatku aku tidur dan. . .dan arghhh aku tak ingatttt setelah itu apa yg terjadi, aku kan sedang tidur"

"Ahh tidak! jangan-jangan, ah tidak mungkin itu tidak mungkin terjadi" Rukia menggeleng-ngelengkan kepalanya lalu menyilangkan kedua tangannya di dadanya.

Rukia berjalan keluar dari dapur sambil memejamkan matanya seakan ia berusaha menghapus pikiran itu di otaknya "Tidak. . .tidak"

BUKK! Rukia menabrak tubuh Ichigo *salah sendiri jalan sambil merem* saat itu Rukia langsung membuka matanya karena kaget apa yg telah ditabraknnya tadi, ternyata Rukia menabrak Ichigo. Rukia melihat Ichigo dan langsung kepikiran kejadian pagi tadi saat baru bangun tidur. Rukia kembali menyilangkan tangannya di dada dan melihat Ichigo dengan sinis.

"Kenapa kau ? hei hei jangan menatapku dengan tatapan seperti itu, itu menyeramkan!"

Rukia yg sadar sikapnya aneh didepan Ichigo langsung kembali normal keposisi biasa

"Tidak" kata-kata itu yg terlontarkan oleh Rukia padahal sebenarnya ia ingin bertanya banyak pada Ichigo, semua pertanyaan telah tertumpuk diotaknya namun Rukia malu bertanya *sesat dijalan wkwkwk* kemudian Rukia hendak kembali kedapur karena melihat Inoue yg baru masuk dari pintu dapur dibelakang, Rukia berinisiatif untuk membantu Inoue memasak.

"Aku ingin membantu Inoue memasak"

"Hei jangan" Ichigo menggenggam tangan Rukia berusaha mencegahnya

Rukia merasakan tangannya digenggam, langsung menghentikan langkahnya dan menoleh pada Ichigo, lalu menoleh pada bawah tangannya. Ichigo yg melihat arah tatapan Rukia , langsung melepas tangannya yg sedang menggenggam tangan Rukia.

"Jangan lakukan itu tanganmu masih luka!"

"Tidak aku tidak apa-apa, kau tak perlu mengkhawatirkanku"

"Aku bilang jangan ya jangan kau masih sakit nanti kau tambah luka"

"Aku baik-baik saja Ichigo, aku tak suka dikhawatirkan"

"Tidak kau tidak boleh" bentak Ichigo, Ichigo menjadi salah tingkah.

"Bi. .biar aku saja yg membantunya" Ichigo menyentuh kedua pundak Rukia dan memaksanya duduk dikursi lalu pergi ke dapur

Rukia melongo melihat tingkah Ichigo yg tak biasanya ini

"Ada apa dengannya ? aneh sekali dia!"

Kini Rukia sendirian duduk diruang tamu, ia merasa sangat bosan berada sendirian diruangan ini. PRANGGGGGG. . .!

"Suara apa itu ? arahnya dari dapur" Rukia beranjak dari kursi menuju dapur.

"Inoue apa yg ter. . ." lagi-lagi ucapan Rukia terhenti saat melihat pemandangan yg berada di depan matanya. Sebuah piring pecah dan jari tangan Inoue yg terluka mungkin akibat terkena pecahan piring saat akan membersihkan serpihan-serpihan. Yang lebih mengejutkannya lagi Ichigo sedang menggenggam tangan Inoue yg penuh luka untuk melihat seberapa parah lukanya. Rukia tertegun tatapan Ichigo seperti khawatir sedangkan Inoue wajahnya hanya bersemu merah. Rukia diam ia tak tahu harus melakukan apa, baru kali ini ia melihat wajah Ichigo yg sebegitu khawatirnya.

DEGG. .

Rukia tak tahu apa yg ia rasakan saat ini, ia binggung hatinya terasa miris melihat mereka berdua. Rukia masih berada diambang pintu dapur tanpa mereka ketahui keberadaannya sejak tadi, Rukia pun keluar meninggalkan mereka berdua mencoba menenangkan hatinya yg terasa gundah. Rukia lalu berjalan-jalan disekitar rumah Inoue *gak bakal kesasar*. Rukia pun pergi kesungai yg berada tak jauh dari rumah Inoue. Rukia berjongkok ditepi sungai *pasti mau boker wkwkwk* oh nyatanya bukan ia hanya berjongkok disitu lalu melihat bayangan dirinya yg terpantul pada air yg mengalir.

"Kenapa Ichigo, wajahmu seperti itu kepadanya ?" Rukia bertanya walau tau mungkin takkan ada yg menjawabnya.

"Tatapan itu seperti. . .saat kau menatapku waktu itu" Rukia berusaha mengingat bayangan tatapan Ichigo. Bayangannya buyar saat perutnya berbunyi minta diisi makanan.

"Uhh lapar" Rukia memegang perutnya. Ia pun berdiri lalu berjalan meninggalkan sungai yg sejak tadi membisu hanya suara gemericik air saja yg terdengar. Ichigo telah selesai membantu Inoue memasak bahkan makanannya pun sudah siap dimeja. Ichigo mencari-cari Rukia karena didalam rumah ia tak menemukan sosoknya. "Rukia ! Rukia. . ." Ichigo keluar rumah, ia belum menemukan Rukia, "Rukia dimana kau ?" Saat itu matanya melihat seorang yg sedang berjalan kearahnya, Gadis pendek, berambut sebahu dan bermata violet. Ya tak salah lagi itu Rukia, Ichigo berusaha menatapnya. Rukia berhenti melangkah saat 5 meter jarak mereka bertemu. Rukia diam lalu mengacuhkan tatapan Ichigo dan kembali berjalan pincang melewatinya.

"Dari mana kau ?"

Langkah Rukia terhenti lalu menoleh kearah Ichigo

"Apa pedulimu padaku ?" jawab Rukia ketus

"Aku hanya bertanya!. Sudah kubilang jangan menampakan wajah seperti itu!"

"Weeekk" ejek Rukia dengan menjulurkan lidahnya keluar kemudian Rukia berlari pelan ke dalam rumah meninggalkan Ichigo yg masih berada ditempatnya.

"Cihhh. . dasar anak itu awas kau ya!"

. . . .

Rukia menghampiri Inoue dimeja makan yg sedang menaruh makanan yg sudah siap

"Ahh Kuchiki-san ayo kita sarapan mumpung makanannya masih hangat"

Rukia hanya diam, perhatiannya tertuju pada jari tangan Inoue yg terbalut kain.

"Jarimu kenapa ?" tanya Rukia datar

"Oh ini, tadi aku tak sengaja memecahkan piring saat mau membersihkan serpihan-serpihan belingnya, jariku tak sengaja terkena serpihan itu jadi terluka sedikit, tapi tenang Kuchiki-san lukanya tak parah dan sudah diobati kau tak perlu khawatir" (Author : sapa juga yg khawatir padamu) jawab Inoue sambil tersenyum.

"Oh" jawab Rukia singkat sambil menarik kursi untuk duduk.

"Oiya dimana Kurosaki-kun?"

Belum sempat Rukia menjawab Ichigo udah keburu nongol dan menghampiri meja makan yg mereka tempati. Ichigo duduk disebelah Rukia.

"Maaf kalau makanannya hanya ada ini, silahkan kalian makan aku cuma bisa bikin Ikan, udang goreng, Ubi, kerupuk, emping semuanya enak *lho ? malah jadi Obama ?*.

"Iya tidak apa-apa kok Inoue". Respon Rukia

"Selamat makan!". Ucap Inoue dengan riang.

Mereka mulai akan makan. Di saat yg sama Rukia dan Ichigo akan mengambil Ikan dengan sumpitnya, mereka bertatapan Ichigo akhirnya mengalah pada Rukia. Membiarkannya mengambil ikannya duluan. Dan lagi-lagi disaat yg sama Ichigo dan Rukia ingin mengambil udang goreng, sumpit mereka bertabrakan lagi. Kali ini Rukia yg mengalah. Inoue melihat tingkah laku mereka dari tadi tanpa Ichigo dan Rukia ketahui. Suasana dimeja makan terasa kaku. Hening. . . Ichigo dan Rukia hanya diam dan sibuk menyantap makanannya. Inoue menatap mereka berdua lagi dan berusaha memecah keheningan ini

"Apa kalian teman satu sekolah ?"

"Ya kami teman satu sekolah" Ichigo yg menjawab Rukia hanya diam.

"Oh, ada apa dengan Kuchiki-san ?"

Rukia hanya diam *dasar tidak sopan ditanya malah diem (ruki dimarahin author)*. Ichigo yg tak mendengar jawaban dari mulutnya Rukia saat ditanya oleh Inoue, mencoba mengambil alih.

"Ahh Rukia dia memang seperti itu. Dia selalu diam kalau ada sesuatu yg mengganggu pikirannya"

Rukia yg mendengar kata-kata Ichigo tentang dirinya mengerutkan dahinya sambil memegang sumpit. "asal saja dia bicara"batin Rukia.

Sepertinya Ichigo tak mau berhenti bicara, dia menceritakan semua hal tentang diri Rukia sambil tersenyum tanpa dosa kearah Inoue.

"Dia juga suka mukulin orang, kadang aku juga yg jadi sasaran tendangannya. Cebol-cebol begini juga sadis" ucap Ichigo sedikit berbisik namun tetap saja terdengar oleh telinga tajam Rukia.

Rukia semakin mengerutkan dahinya sambil memejamkan mata untuk meredam emosinya yg mungkin akan meledak-ledak dirumah orang. Rukia langsung panas, wajahnya merah semerah tomat menunjukan bahwa Rukia tak bisa lagi menahan amarahnya.

"Apa dia bilang? Cebol. Dia mau cari mati apa!" batin Rukia kesal

Inoue melongo mendengar cerita Ichigo tentang Rukia, tak disangka badan kecil tapi suka berkelahi. Rukia kemudian berdiri dari tempat duduknya sambil memegang sumpit.

"Oh Kuchiki-san kau sudah selesai ya?"

Rukia diam ditempatnya menunggu emosinya di luar batas seperti Gunung merapi meletus dan mengeluarkan lahar panasnya. Emosi mulai memuncakk

3

2

1

Dannnnnn. . . .

Buk. .buk. . buk. .buk. .buk

Dipukulah kepala berambut orange itu oleh Rukia dengan menggunakan sumpit yg ia pegang tadi. Kesabarannya kali ini sudah habis. Rukia tak akan berhenti memukul kepala Ichigo seakan Rukia sedang memukuli drum berwarna orange. Ia terus saja memukulnya dengan sangat keras sehingga menghasilkan suara yg begitu khas.

"Sekali lagi kau menyebutku cebol kau tak akan hidup ditangankuuu!"

"Aw aw aw i. .iya aduh iya. .aw aw iya. . . udah sakit Rukia aw aw ampun ruk ampun sakit tau" Ichigo meringis kesakitan. Inoue yg menyaksikannya merasa ngeri melihat Rukia yg sedang marah.

Setelah kepala Ichigo benjol 6 tingkat *bedeehhh* Rukia baru berhenti karena merasa puas telah menyiksa Ichigo lalu tersenyum tanpa dosa kepada Inoue yg masih ngeri melihat Rukia yg melakukan KDRT terhadap Ichigo.

"Hmm arigato Inoue makanannya sangat lezat, aku sudah selesai. Setelah ini kami harus pulang" Rukia membungkuk tanda berterima kasih. Lalu Rukia menoleh ke arah Ichigo yg meringis kesakitan dan memberi deathglare pada Ichigo.

"Bagaimana ? pasti enak sekalikan rasanya merasakan pukulanku. Kalau kau mau lagi kau bisa memintanya padaku dan tak segan-segan aku memberikannya" sindir Rukia

"hm eh tidak usah terima kasih ini sudah cukup" jawab Ichigo gelagapan.

"Kalau begitu aku tunggu kau diluar" ucap Rukia dengan wajah dinginnya.

Sekarang tinggalah Inoue dan Ichigo dimeja makan

"Kurosaki-kun apakah sakit ?" tanya Inoue khawatir.

"Ahh tidak apa-apa aku sudah terbiasa menjadi bahan pelampiasan pukulannya" ucap Ichigo meyakinkan sambil memegang kepalanya yg sedikit perih.

"Akan kuambilkan kompres untuk mengompres kepalamu" tawar Inoue.

"Ahh sudahlah aku tidak apa-apa"

"Tidak apa-apa, mana bisa setelah dipukul kau tidak apa-apa, biar aku ambilkan nanti kepalamu makin bengkak" Inoue pergi kedapur. Ichigo tertegun mendengar ucapan Inoue.

Inoue kembali dengan membawa kain yg berisi es batu lalu menyerahkannya pada Ichigo. Ichigo menempelkan kompressan itu di atas kepalanya yg bengkak

"Arigato Inoue" Ichigo langsung keluar menemui Rukia yg sudah menunggunya dari tadi. Inoue mengantar mereka sampai depan rumah.

"Inoue maaf kami banyak merepotkanmu hehe" ucap Rukia

"Ah tidak usah sungkan Kuchiki-san, aku sangat senang ada yg berkunjung ke rumahku"

"Dan Terima kasih atas tumpangan dan makanannya" ucap Rukia sambil membungkukan badannya.

"Iya sama-sama Kuchiki-san"

"Inoue maaf ya tadi kami berdua membuat keributan yg disebabkan oleh si kerdil ini" kali ini Ichigo yg angkat bicara.

Rukia mencubit perut Ichigo karena sudah mengatainya "kerdil" Rukia kembali tersenyum pada Inoue seakan mereka baik-baik saja. Inoue sweetdrop.

"Au. .au. .au sakit Rukia hentikan au. . au. .aku kan hanya bercanda" Ichigo berteriak kesakitan.

Rukia pun melepas cubitannya diperut Ichigo.

"mm. .kalian sebelumnya tersesat dihutan ini, bagaimana cara kalian keluar dari hutan ini ?"

Ichigo dan Rukia berpandangan "Benar juga ya bisa-bisa kami tersesat lagi" lalu mereka nyengir "hehehe tidak tahu"

"Ya sudah biar aku tunjukan jalan pulangnnya, aku tak mau kalian tersesat lagi, kebetulan jalan raya tak jauh dari sini"

"Baiklah, tolong ya Inoue" ucap Ichigo.

Mereka mulai berjalan "Heyy tunggu aku Ichigo aku tak bisa berjalan cepat kakiku masih sakitt"

"Ya baiklah aku akan menunggumu, tapi cepatlah sedikit!"

"Inoue tunggu Rukia dulu" pinta Ichigo

"Iya iya aku sudah berusaha berjalan cepat Ichigo" jarak Rukia sudah dekat dengan Ichigo. Rukia hampir menyusulnya. Rukia berusaha labih cepat lagi tapi dia malah tersandung akar bohon yg keluar dari dalam tanah dan menindih Ichigo yg ikut terjatuh didepannya BUKKK! Mereka berdua jatuh Ichigo berada dibawah dan Rukia berada diatas. Inoue kaget melihatnya. Rukia mencoba mengangkat kepalanya yg hampir menyentuh tanah itu. Wajah mereka berdekatan bahkan hidung mereka hampir bersentuhan. Mereka bertatapan agak lama membuat Inoue tarus saja memerhatikannya disana. Rukia mulai gugup melihat wajah Ichigo dalam jarak yg sedekat ini. Begitu juga dengan Ichigo yg jantungnya berdegup tak karuan. Dengan cepat Rukia bangun dari atas tubuh Ichigo dan berlalu meninggalkan Ichigo yg masih terbaring.

"Ayo Inoue kita jalan lagi, sudah tidak jauhkan ?"

"eh mm. .iya ayo"

Ichigo pun bangun lalu tersenyum kecil atas kejadian tadi, baginya wajah Rukia sangat lucu ketika dilihat dari dekat. Ichigo tertawa "Hahaha"

"Huaaaaa jalann raya akhirnya kita keluar dari hutann" teriak Rukia girang karena sudah keluar dari hutan.

Mereka telah menemukan jalan raya namun jarang dilewati oleh kendaraan umum mungkin ada tapi tidak banyak.

"Aku akan menemani kalian disini sampai kalian mendapatkan kendaraan untuk menumpang"

"Ahh tak perlu seperti itu Inoue" ucap Rukia

"Tidak apa-apa aku sangat senang bisa menolong orang, aku takut terjadi apa-apa pada kalian"

"Padahal kalau terjadi apa-apa kan ada aku yg akan membela diri dan menjaga Rukia" ucap Ichigo sambil merangkul tubuh Rukia. Rukia sedikit terkejut atas perlakuan Ichigo terhadapnya.

"Tapi bagaimanapun juga aku sangat berterima kasih padamu Inoue, kau telah banyak membantu kami" ucap Rukia.

Sejauh mata melihat terlihat sebuah mobil bak terbuka yg akan melintasi jalan ini. Saat mulai mendekat Inoue memberhentikan mobil itu.

"Bolehkahh. . ." kata-kata Inoue terhenti saat melihat siapa yg mengendarai mobil itu.

"Paman ?. . ."

To be contiuned. . .

Pamann ? siapa ya pamannya ? tunggu aja chap selanjutnya

Maaf kalo masih acak-acakkan penulisannya*pundung dipojokan* . Aku buat cepet, nyelesein satu chapter dalam 3 hari capekk sangatttt! .

Uh buat Ka nan maaf ya ada adegan yg aku ilangin yg Rukia dililit uler itu saia tak tega membayangkannya udah mah badan luka-luka banyak keluar darah masih tak berdaya dililit uler lagiii, Haduhhh kasihann nasibnya *dasar author gk tegaan*

Ya sudahlahhh kemungkinan chapter selanjutnya bakal lama updatenya coz saia mau fokus ke tugas sekolah (biar liburan tetep dikasih tugas) jadi siap-siap pas masuk sekolah langsung babak belur wkwkwkwk.

PLEASE REVIEW