Disclaimer : J.K Rowling

Pair : Draco M. & Harry P.

Rate : T

Word count : 1067 words

Genre : Romance/Angst

Warning : SLASH Male x Male, OOC, Modifiate Canon. Ga suka ya jangan dibaca ya..

Mine words : Fic ini terinspirasi oleh lagunya Justin Bieber – That Should Be Me. Hehe.. pasti banyak yang protes knapa musti lagunya si abege labil itu *colek aicchan*, tapi kalo aku siy siapapun yang nyanyi asal lagunya enak dan ngedatengin inspirasi, knapa ga? #lah #knapamalahcurhat. Lanjut ya.. Cerita ini terjadi sesudah perang besar, keadaan udah damai (mungkin)..

So, please enjoy my imagination..

That Should Be Me

- Draco's Pov -

Lagi-lagi aku melihatnya bersama gadis itu.

Aku hanya bisa memandangnya dari jauh. Menikmati kilau emeraldnya yang bersinar sangat terang dan indah. Tangannya menggenggam erat tangan gadis berambut merah itu. Senyumnya tak lepas dari wajahnya. Ah, dan rona merah di pipinya, menambah keindahan dirinya.

That should be me holding your hand...

.

#

.

Aku duduk sendiri di meja asramaku saat makan malam. Ya. Bukan hal yang baru kalau aku lebih suka menghabiskan waktu sendiri daripada bergerombolan dengan orang-orang yang terlalu ramai.

Tapi berbeda dengan dirinya. Dia selalu dikelilingi oleh teman-temannya. Teman yang terlihat tulus saat bersamanya. Canda dan tawa selalu terdengar saat dia bersama teman-teman seasramanya itu. Tawa lepas yang mampu membuat senyum di wajahku muncul, walau sekilas. Tawa yang terkadang mampu menorehkan sedikit luka di hatiku.

That should be me making you laugh…

.

#

.

Malam ini sangat cerah. Bulan bersinar dengan terang. Dan lihatlah ratusan bintang diatas sana yang saling bersaing memancarkan keindahannya.

Aku iri dengan bintang-bintang itu. Dengan bulan. Mereka bersinar amat terang, tidak sepertiku. Aku terbiasa dengan kelamnya kehidupan. Tak ada sinar yang membuatku hangat. Namun semua itu berubah saat aku bertemu dengannya.

Sinar emeraldnya. Rona merah di pipinya. Suara tawanya. Erat genggamannya. I love everything about him.

Aku tertawa miris sambil menutup mukaku dengan kedua tanganku.

That should be me... This is so sad…

That should be me... That should be me…

.

#

.

Aku tak bisa bernapas. Hatiku seperti ditusuk sebilah pedang tajam berkali-kali. Otakku tak dapat berpikir jernih. Adegan itu terus menerus berputar dalam ingatanku. Seolah-olah aku tidak punya memori lain selain kejadian itu.

.

Aku baru saja dari perpustakaan dan sedang menuju Aula Besar untuk makan malam saat tidak sengaja di sebuah tikungan aku melihat bayangannya. Ya. Bahkan hanya dari bayangannya saja aku sudah mampu mengenalinya.

Aku menghampirinya perlahan, mencari tahu apa yang dilakukannya di lorong sepi ini.

Namun ternyata keputusanku salah. Yang aku lihat kemudian seakan menampar pipiku berkali-kali. Membuat kakiku lemas. Membuat kepalaku seakan-akan dihempaskan ke tembok berkali-kali.

Aku melihatnya. Dia bersama seorang perempuan keturunan Weasley. Dan mereka sedang berciuman.

Napasku tercekat. Aku hanya mampu terpaku melihat pemandangan itu. Kemudian dengan perlahan aku meninggalkan tempat itu. Meninggalkan hatiku di tangannya, yang tanpa dia sadari, langsung dihempaskannya tanpa peduli.

Aku tak berniat lagi untuk ke aula. Langkahku yang awalnya perlahan, kemudian aku percepat dan aku berlari, berlari sejauh mungkin darinya. Berharap dengan berlari, apa yang kulihat tadi mampu aku lupakan. Tapi saat aku sampai di jendela besar di menara astronomi, memandang langit yang masih bersinar terang, adegan itu masih terpatri jelas di otakku.

Aku tak mampu menangis, karena aku tak pernah menangis seumur hidupku. Aku hanya merasakan perih yang amat sangat di hatiku. Perih yang hanya bisa kusembuhkan dengan mengingat senyumnya.

Aku tersenyum pahit.

That should be me feeling your kiss…

.

#

.

Hari ini adalah hari Sabtu menjelang Natal. Aku memutuskan untuk ikut dengan Blaise dan Theo menuju Hogsmeade. Berharap aku bisa bertemu dengannya. Walaupun kejadian ciuman yang lalu belum mampu aku lupakan, tapi aku akan selalu mencintainya. Kebahagiaannya adalah segalanya untukku.

Aku berpapasan dengannya saat berada di Honeydukes. Satu-satunya kesamaanku dengannya, sama-sama menyukai coklat.

Saat berpapasan itu, aku sempat tersenyum kecil padanya. Senyum terhangat yang hanya akan aku berikan untuk orang yang aku cintai. Dan, oh, dia membalas senyumanku. Senyum yang dilengkapi dengan binar indah dari kedua emerald itu dan juga sedikit rona merah di pipinya.

Apakah aku bermimpi? Atau ini hanya halusinasiku saja? Apakah dia benar-benar membalas senyumku dengan tulus? Entahlah. Aku hanya ingin meyimpan senyum itu di semua sudut memoriku. Mengingatnya sebagai kenangan terindah untukku.

.

Aku duduk sendiri di pojokan kedai sederhana ini. Tak berselera makan, akhirnya aku hanya memesan Butterbeer dan hanya memandang kosong Blaise dan Theo yang sedang menikmati makan siang mereka.

Untuk kesekian kalinya aku mendapat pemandangan tidak enak. Kali ini aku melihat gadis itu menyerahkan sebuah bingkisan berwarna merah dengan pita emas ke tangan pemuda berambut berantakan itu saat aku melangkahkan kaki menuju kedai ini. Rona merah seketika muncul di wajahnya saat kedua sahabatnya menggodanya, membuatnya tersenyum malu.

Aku kembali terpaku, terutama saat tanpa sengaja dia menatapku, dan kembali tersenyum untukku. Sambil menarik nafas panjang, aku berlalu meninggalkan tempat itu.

That should be me buying you gift…

.

Saat hendak pulang ke Hogwarts, lagi-lagi aku melihatnya, bersama gadis itu dan kedua sahabatnya. Entah kenapa, aku ingin memandangnya lebih lama, mematri setiap lekuk dan gerakan tubuhnya, merekam suaranya. Tanpa sadar, aku tersenyum.

Tiba-tiba muncul perasaan tidak enak. Aku memandang sekitarku dan menemukan sesosok pria dengan pakaian serba hitam dan bertopeng khas pelahap maut. Pandangan pria itu tak lepas dari pemuda berambut berantakan dengan emerald yang khas itu. Tangannya memegang erat sebuah tongkat, mengarahkannya ke pemuda dengan julukan The-Boy-Who-Lived itu.

This is so wrong... I can't go on…

Til you believe that… That should be me…

.

Aku segera berlari kencang ke arah calon korban pria itu saat pria itu mulai merapalkan mantra.

Tepat saat aku berhasil memeluknya, aku merasakan sakit yang amat sangat di sekujur tubuhku. Tapi entah kenapa, aku merasakan hangat di dadaku. Aku berhasil menyelamatkan pemuda ini. Pemuda yang kucintai diam-diam. Dan selama ini, aku tak punya nyali sedikit pun untuk mengatakan padanya.

"DRACO!"

Aku mendengar suaranya samar meneriakkan namaku saat aku terjatuh di pelukannya.

Aku tersenyum.

Dengan tangan kananku, aku membelai lembut pipinya, merasakan kehangatannya. Menghapus airmata yang entah mengapa keluar dari mata indahnya itu.

"Aku mencintaimu, Harry," kataku lemah sebelum aku menutup kedua mataku, menyunggingkan senyumku terakhir kalinya untuk cinta pertamaku ini.

.

#

.

- Harry's Pov -

Aku terkejut saat Malfoy muda itu tiba-tiba memelukku. Keterkejutanku bertambah saat tiba-tiba tubuhnya merosot ke bawah. Dengan sigap aku segera memeluknya.

Aku terperangah saat tahu dia baru saja menyelamatkanku dari kutukan maut yang dirapalkan seorang pelahap maut yang sekarang sudah kabur entah ke mana.

"Merlin! Dia baru saja mengatakan kalau dia mencintaiku! Aku tidak salah dengar kan?," batinku.

"Draco! Bangun, Draco! Aku juga mencintaimu! Bangun!" Teriakku sambil mengguncang-guncangkan tubuhnya.

Ya. Aku mencintai Draco. Entah sejak kapan. Yang aku tahu, hari-hariku jadi lebih berarti saat aku bisa melihat Draco, walaupun dengan muka super dinginnya.

Mataku nanar menatap tubuh di pangkuanku yang sudah terbujur kaku itu. Tanpa sadar airmataku mengalir.

"Aku mencintaimu, Draco. Kumohon, jangan tinggalkan aku," pintaku sambil memeluk tubuh pemuda berambut pirang itu.

Tapi semua sudah terlambat…

.

So what would you do when finally you realize you love someone but he's already gone forever?

-THE DEAD -

Akhirnya fic kedua! *nari hula2* Fic yang langsung jadi hanya dalam waktu 3jam ajah! *yaealah, pendek gitu* Sebenernya rencana fic kedua bukan ini, tapi masih dalam perjalanan karna spertinya puanjang banget #orz jadilah saya ngpost yang ini dulu XD

Laluuuu..Makasih buat adek jastin bibir buat lagunya.. Makasih juga buat Kasan dengan saran2nya *lempar sempak item* Makasih buat Meisaroh a.k.a Ordinary Kyuu *a.k.a cewe biasa2 aja #ehh* buat editannya, ga salah kalau kamu kuliah di sastra #ngek en buat geng OOT jugak, I LOP YU PULLL *ciumin atu2*

Buat para reader fic pertamaku yang udah berbaik hati ninggalin jejak ripiu, makasih yaaakkk *bagi2 cokelat kodok* semoga berkenan meninggalkan ripiu lagi untuk fic keduaku ini *pasang muka melas*

Lagi-lagi fic yang dialogue-less #orz plus ungkapan hati sang author #jeger .. R n R yaa :*

-DTK-