Querencia
Chapter 1 : Sarapan
Soonhoon Slice of Life Fanfiction
Starring : Soonyoung; Jihoon; etc.
MATURE FOR 17+ ABOVE
DOSA DAN SEBAGIANNYA TANGGUNG SENDIRI YA GUYS
.
HAPPY READING^^
.
Querencia (.verb)—a metaphysical concept in the Spanish language. The term comes from the Spanish verb "querer," which means "to desire." In bullfighting, a bull may stake out his querencia, a certain part of the bull ring where he feels strong and safe.
.
"Soonyoung."
Jihoon mencicit ditelinga soonyoung yang sibuk mengerjakan tugas akhirnya sebagai mahasiswa—apalagi namanya kalo bukan skripsi.
"Soonyoung ish."
Jadi ceritanya, Soonyoung sedang merajuk. Merajuk kepada Jihoon karena si kecil itu tidak menepati janji nya untuk sarapan sebelum berangkat kuliah. Padahal ini sudah ketiga kalinya mereka membuat perjanjian tapi Jihoon selalu saja melanggar. Soonyoung dibuat kesal jadinya.
"Soonyoung huwaa jawab aku."
Jihoon kelabakan setengah mampus. Soonyoung benar-benar mendiami nya sejak pengakuan sarapan tadi pagi. Begitu Jihoon berkata "aku lupa sarapan lagi, Soonyoung.", Ia hanya tersenyum kecut kemudian meninggalkan Jihoon begitu saja.
Kembali lagi ke Jihoon yang masih berjuang agar Soonyoung berhenti merajuk.
"Soonyoung, sudah lama kita tidak bercinta."
"Soonyoung, mau pergi ke hongkong bersamaku, tidak?"
Barusan itu Jihoon terpaksa menjatuhkan harga dirinya sebagai uke tsundere kelas kakap. Selama empat tahun pacaran, Ini pertama kalinya Jihoon mengajak Soonyoung bercinta secara terang-terangan (meskipun terpaksa, sih). Kalau sudah seperti ini, Jihoon rela melakukan apa saja asalkan Soonyoung berhenti mendiaminya.
Sementara itu Soonyoung masih diam—bahkan memperlihatkan ketertarikan saja tidak.
Jihoon fix sedih sih. Kedua matanya memerah dan air mata sudah menggenang siap ditumpah ruahkan si empu.
"Soonyoung baiklah aku tidak akan buat janji lagi mulai besok kalau aku tidak sarapan makan aku akan makan bersamamu saja biarin aku telat masuk kelas asalkan aku bisa sara—"
Jihoon terkejut bukan main begitu melihat Soonyoung mendadak menoleh kearahnya dan mendekat hingga pangkal hidung mereka bersentuhan
"—pan."
Jihoon menelan ludah. Soonyoung memasang ekspresi tak terbaca. Tapi—ekhem—bisa terlihat jelas kalau ekor mata Soonyoung sibuk menatap belah bibir Jihoon yang merah seperti apel impor.
"Kau tau Jihoon? Barusan itu—adalah jawaban yang sudah kutunggu sejak tadi pagi."
Kemudian semua mengalir begitu saja ketika Soonyoung menyambar permukaan bibir Jihoon yang manis seperti buah cherry baru panen. Jihoon membalas ciuman Soonyoung dengan airmata yang sudah tumpah dipipi chubbynya. Soonyoung tau Jihoon barusan menangis sehingga tanpa basa-basi ia menarik tenguk Jihoon dan berganti posisi agar ciuman mereka semakin nikmat. Jihoon mengalungkan tangannya dileher Soonyoung—sedikit menjambak pangkal rambutnya begitu Soonyoung iseng mengigit lidah kecil Jihoon.
Pasokan oksigen terpaksa menghentikan kegiatan mereka. Sebuah benang saliva terjuntai begitu Jihoon menjauhkan kepalanya dari Soonyoung.
"Maafkan aku soonyoung.."
Jihoon beneran sedih dengan bibir yang sudah meliuk kebawah. Soonyoung terkekeh luar biasa sebelum membawa Jihoon kepelukannya.
"Dimaafkan sayang. Mulai besok, aku akan mampir kerumah mu saja lalu kita sarapan bersama."
"siap bos."
Jihoon betah parah kalau sudah menempel didada bidang Soonyoung. Hangat dan sangat nyaman, pas sekali untuk ukuran kepala nya yang mungil.
"Soonyoung.. kenapa ya kau itu hangat sekali?"
"karena aku memang ditakdirkan untukmu."
Jihoon mencubit manja perut Soonyoung sebab lelaki itu bodoh sekali.
"terus.. besok enaknya kita sarapan apa, sayang?" Soonyoung mengelus lembat puncak kepala Jihoon, sesekali menyesap rambutnya yang bau strawberry.
"apa saja yang penting ada cola."
Soonyoung mendorong Jihoon menjauh, menunjukan protesnya akan cola yang menjadi candu Jihoon selama ini.
"—Ihhhh soonyoung aku bercanda"
Soonyoung yang notabene terlalu mencintai Jihoon bisa apa selain terkekeh pelan kemudian menarik Jihoon kembali ke pelukannya?
"Jihoon, apa perlu kumusnahkan saja semua pabrik cola supaya kamu berhenti meminumnya?"
Jihoon menggeleng agresif. Enak saja Soonyoung mau memusnahkan surga dunianya.
"kalau aku memusnahkan nya kita langsung putus, Soon."
Jihoon melepas pelukannya. Ia meringsek turun dari ranjang besar Soonyoung kemudian menutup jendela dan mengunci pintu kamar. Kemudian beralih mematikan laptop Soonyoung yang menyala, dan kembali keatas ranjang dengan kedua tangan yang melingkar di leher Soonyoung.
Jihoon mungkin sedang kerasukan setan tapi sekarang ini ia benar-benar sedang ingin bercumbu dengan soonyoung.
"kau benar ingin aku bawa ke Hongkong, begitu?"
Jihoon tidak bergeming. Ia fokus menatap mata Soonyoung tapi kedua tangannya turun membuka kancing kemeja Soonyoung. Tidak lupa ia membuka sweater merah nya sendiri—menyisakan tubuh shirtless pucat yang entah kenapa selalu membuat Soonyoung tegang.
"kau nakal sekali, belajar dari siapa hm?"
Jihoon tersenyum manis. Kedua tangannya membantu soonyoung melepas kemejanya dengan tatapan mata yang masih terhubung. Jihoon luar biasa agresif dan Soonyoung tidak boleh menyiakan-nyiakan kesempatan emas ini.
"Jihoon, jangan salahkan aku jika besok kau tidak bisa berjalan seharian."
Sekarang Soonyoung mengambil kesempatan mendorong Jihoon hingga jatuh ke ranjang
"Oh yaaa? Kedengarannya menarik—aku bisa digendong olehmu terus seharian."
Soonyoung terheran-heran. Sebenarnya mahluk apa yang sekarang sedang merasuki Jihoon sampai merubahnya jadi binal dan agresif begini?
Tapi tidak apa
Toh Soonyoung selalu siap untuk membawa Jihoon keliling Hongkong
"Welcome to Hongkong, baby."
Dan seperti apa yang sudah kalian duga, mereka bercinta habis-habisan hingga Jihoon nyaris pingsan. Untung saja Soonyoung masih punya empati sehingga mereka mengakhiri penyatuan setelah tiga kali pelepasan.
Mereka tidur kelelahan sampai siang hari
Rencana dan jadwal sarapan pagi mereka musnah sudah.
.
.
TBC/END?
padahal mau un dan utbk sbm tapi aku malah disini bikin fanfiction, fanfiction porno lagi kwkwkw.
kalo mau lanjut, tau dong syaratnya apahh?
