Happy birthday to my boppin' alien, Hina-chan~
Karena ku belum punya satu pun merch-mu dan juga kebetulan lagi agak gabut
Makanya kutulis ini oneshot buat perayaan ultahmu, ehe
Boppin' Lovey-Dovey Sleepover!
Ting tong! Bel rumahku berbunyi.
"Yahoo, Aya-chan~ ini aku, aku~!" seru si pemencet bel dengan girang seperti biasa.
Aku hanya terkikik pelan melihat tingkahnya dari intercom.
"Iya, sabar~ ini sedang kubukakan pintunya!" balasku sok galak.
"Maaf mengganggu~" dia mengucap salam dengan riang begitu aku membukakan pintu.
Iya, dia adalah sahabat sekaligus kekasihku di idol band Pastel*Palettes, Hikawa Hina-chan. Soal hubungan kami sebagai sepasang kekasih sebenarnya kami rahasiakan dari agensi kami, sih, hihihi…
"Sepi amat, orang-orang rumahmu pada ke mana? Baru juga aku mau PDKT ke calon mertua dan adik iparku." Komentar Hina-chan.
"Mou… apaan, sih? Baru juga datang sudah sok ingin merayuku." Balasku sambil membawakan sebagian barangnya ke kamarku. "Lagian ini kamu bawa apaan aja, sih?! Mau menginap semalam saja kesannya kayak mau kabur dari rumah!"
"Hmm… buah tangan untuk orang-orang rumahmu, beberapa papan permainan, juga cemilan." Ujar Hina-chan sambil mengingat-ingat.
"Dasar, tumben-tumbennya kamu repot-repot begini…" desahku. "Padahal mah kalau cemilan di sini juga banyak."
"Hayooo, ketahuan deh dietnya sering batal di tengah jalan terus~" goda Hina-chan dengan smug face-nya yang menyebalkan.
Kemudian dia melanjutkan sambil meremas-remas pelan salah satu payudaraku. "Ah, benar juga, sih… kelihatan dari dada Aya-chan yang semakin besar~"
"Da—dasar mesum!" seruku malu sekaligus kesal sambil mundur teratur darinya. Sialnya, di belakangku ada tembok sehingga mempermudah Hina-chan untuk terus menggodaku.
"Heeee? Bukannya kita sering melakukan yang lebih dari ini, A-ya-chan~?" Hina-chan menahanku di tembok.
Kemudian Hina-chan menjilati bibirnya. "Kebetulan lagi enggak ada orang di sini, apa sekarang saja kita lakukan?"
"He—hentikan… aku memintamu menginap bukan karena itu…" kataku dengan air mata menetes karena Hina-chan terus-terusan menjahiliku.
"Ah, Aya-chan mah enggak seru gitu aja udah nangis!" dengus Hina-chan sambil menyilangkan kedua tangan di belakang kepalanya dengan cuek.
"Hina-chan nyebelin…" gerutuku sambil menggembungkan pipi.
"Iya, iya, maaf, deh~ ahahahaha~" ucap Hina-chan sambil merangkul kemudian mengecup pipiku.
"Oh ya, Aya-chan udah mandi sore?" tanyanya kemudian.
"Udah." Jawabku jutek.
"Ih, kok enggak nungguin aku dulu?"
"Maaf saja, ya. Aku enggak mau masih sore sudah 'diserang' sama Hina-chan." Tukasku.
"Dih, gitu… Aya-chan sekarang mah jutek kayak Chisato-chan." Dengus Hina-chan.
"Lebih baik mencegah daripada masih sore pinggangku sudah sakit gara-gara Hina-chan." Lanjutku.
"Jadi, intinya hari ini aku enggak dapat jatah, nih?" rajuknya.
Aku membentuk tanda silang dengan kedua lengan.
"Aku ingin menikmati quality time denganmu tanpa berhubungan intim, Hina-chan." Jelasku.
"Eeeeh? Jadi, aku juga enggak boleh mencium Aya-chan?!" protesnya.
Aku menggaruk pipiku, wajahku memanas.
"Kalau hanya pelukan atau ciuman… aku enggak masalah, kok."
"Syukurlah~! Kalau sama sekali enggak boleh 'kan enggak akan run-run-run malam ini!" seru Hina-chan lega sambil memelukku erat.
"Mou… sudah, ah! Cepat mandi sana!" kataku risih.
"Iyaaaa~" Hina-chan menurutiku dan beranjak ke kamar mandi.
"Cake ini run-run-run banget enaknya~!" seru Hina-chan begitu memakan satu suapan cake yang kubuat untuk dessert.
"Be—begitu, ya? Ehehehehe…" dapat kurasakan wajahku memanas.
"Wah, ini buatan Aya-chan? Hebaaat~!" puji Hina-chan dengan mata berbinar.
"Aku agak kesulitan membuatnya makanya aku minta Lisa-chan dan Tsugumi-chan mengajariku…" ujarku.
"Mereka 'kan hanya mengajari, tapi intinya sebagian besar Aya-chan yang berjuang membuatnya, 'kan?" kata Hina-chan. "Percaya diri sedikit, dong!"
Aku tersenyum tipis. "Iya, Hina-chan benar."
Inilah salah satu sisi yang kusukai dari alien jenius satu ini…
"Hina-chan, mau kupotongkan lagi cake-nya?" tawarku.
"Eh? Masih ada? Mau, mau! Aku masih lapar!" jawabnya dengan mulut belepotan krim.
Aku menyeka krim di sekitar mulutnya dengan tisu. "Hina-chan makannya seperti anak kecil saja."
Hina-chan seketika membatu, mungkin dia agak kaget karena tiba-tiba aku mendekatinya. Aku hanya tertawa kecil lalu memotongkan cake untuknya lagi.
Usai makan, kami pun menuju ke kamarku untuk menonton film bersama. Karena aku kalah janken, jadilah kami menonton film horror.
"Aya-chan, ini bahkan baru pembukaannya saja, lho…" ucapnya dengan nada meledek. "Masa' sudah ngumpet terus di belakangku begitu?"
"Bi—biarin daripada aku kaget!" aku ngeles.
Hina-chan menaikkan kedua bahunya. "Ya sudah, lah. Sekali-sekali aku jadi kelihatan keren walaupun hanya menjadi tameng jump scare."
"Bakka Hina-chan." Dengusku sambil memeluk pinggangnya.
"Biar bakka, tapi Aya-chan tetap suka, 'kan~?" balas Hina-chan sambil menyandarkan kepalanya ke dadaku. "Ah, enaknya~ sofa Maruyama memang lembut~"
"Rese, ah!" gerutuku sambil mencubit lengannya.
"Ittai, ittai, ittai! Hahahaha, maaf deh~" ringis Hina-chan.
Meski aku berkali-kali menjerit dengan heboh di setiap adegan jump scare, Hina-chan tidak pernah sekalipun meledekku yang ada dia malah mengusap kepalaku agar aku lebih tenang.
Senangnya… aku tidak tahu kalau Hina-chan bisa bersikap selembut ini.
Tidak terasa film pun selesai. Aku pun memutuskan untuk mengajak Hina-chan bermain board game sambil ngemil dan mengobrol. Pokoknya, aku harus tetap membuatnya melek sampai jam 12 malam tiba.
"Aku senang, Hina-chan." Kataku.
Dia mengernyitkan dahi. "Hmm… karena?"
"Hina-chan baik banget padaku malam ini."
Hina-chan tergelak. "Jadi, biasanya aku jahat, ya~?"
"Iya, habis Hina-chan menjahiliku terus, sih!"
"Ya, aku 'kan senang menjahili Aya-chan karena kamu beda dari yang lain~!"
"Maksudnya beda?"
"Enggak, ah. Aku enggak mau bilang~!"
"Eeeeh? Ih, Hina-chan mah!"
"Nanti Aya-chan ngambek kalau aku jujur, hehehe." Ujar Hina-chan sambil nyengir.
Aku menangkap kurang lebih maksudnya sehingga aku pun memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut.
"Nee, Hina-chan."
"Hmm?"
"Kok, Hina-chan bisa suka padaku yang penuh kekurangan ini, sih?" tanyaku. "Kenapa Hina-chan jatuh cinta padaku dan yang diajak jadian malah aku, bukan Sayo-chan?"
Hina-chan tampak berpikir keras. Hihihi, aku paling suka melihatnya kebingungan seperti itu. Hina-chan hanya akan menunjukkan ekspresi ini saat memikirkan hal-hal yang tidak logis, seperti percintaan.
"Ya, intinya beda lah perasaan cintaku pada onee-chan dan perasaanku pada Aya-chan." Ujarnya kemudian.
"Bedanya di mana, hayooo?"
"Untuk onee-chan ya untuk onee-chan, untuk Aya-chan ya untuk Aya-chan." Kemudian Hina-chan mulai melakukan pose sok ganteng andalan Kaoru-san. "Intinya, ya seperti itu artinya~"
"Pffft, ahahahahaha!" aku tertawa lepas.
"Eh, kok malah ketawa? Aku udah serius mikirnya lho ini…" dengus Hina-chan.
"Enggak apa-apa, kocak aja gitu. Khas Hina-chan banget jawabannya, fufufu."
"Kalau begitu, sekarang giliranku yang tanya." Tukas Hina-chan.
"Kenapa Aya-chan suka padaku dan jadiannya denganku, bukan dengan Chisato-chan?"
Aku terkesiap. "Sebentar, jadi selama ini kamu pikir aku ada rasa ke Chisato-chan?"
"Kalian 'kan ke mana-mana bareng terus, walau intensitas barengnya Aya-chan masih kalah dari Kanon-chan, sih…"
"Hina-chan memangnya enggak tahu, ya?"
"Enggak tahu soal apa?"
"Meski Chisato-chan selalu bersikap dingin pada Kaoru-san, sebenarnya Chisato-chan sudah lama menaruh hati padanya." Jelasku.
"Kalau dia memang suka, kenapa dia harus jutek ke Kaoru-kun?"
"Chisato-chan kesal karena Kaoru-san banyak berubah terlebih semenjak mengenal karya-karya Shakespeare." Ujarku muram.
"A—ah, begitu rupanya…"
"Tapi syukurlah berkat pementasan Romeo-Juliet untuk merayakan ulang tahun klub teater Haneoka waktu itu, mereka sedikit demi sedikit jadi lebih dekat kembali." Kataku. "Ini semua dari curhatan Chisato-chan padaku, lho."
"Iya, ya… 'kan sayang kalau mereka harus menjauh hanya karena salah satu dari mereka berubah." Tanggap Hina-chan.
Hina-chan menghela napas. "Kata Maya-chan, persona pangerannya Kaoru-kun itu diciptakannya untuk melindungi dirinya yang sebenarnya pemalu dan penakut."
"Intinya, sih… Kaoru-kun hanya berusaha kuat karena absennya Chisato-chan semenjak mereka pisah sekolah begitu lulus dari SD." Ujar Hina-chan.
"Eh? Itu Hina-chan malah lebih tahu dari aku." Komentarku.
"Iya, dong~ koneksiku 'kan banyak~" gelak Hina-chan. "Namanya juga ketua osis, fufufu~"
"Alah, belagu. Itu informasi juga dapetnya dari Maya-chan juga padahal." Dengusku.
Kami pun tertawa.
"Wah, sudah mau jam 12." Kata Hina-chan. "Tidur, yuk. Aku ngantuk…"
"Tu—tunggu sebentar, Hina-chan!" pekikku sambil menarik lengannya.
"Hmm? Apa lagi, Aya-chan?"
"Se—selamat ulang tahun!" seruku sambil memberikan kado yang kubungkus dengan kertas bermotif boppin' jelly cat, maskotnya Hina-chan.
"Terima kasih, Aya-chan~! Boleh kubuka sekarang?" tanya Hina-chan yang jadi bersemangat lagi.
Aku mengangguk.
"Eh? Smartwatch? Aya-chan, ini 'kan mahal…" Hina-chan tiba-tiba merasa sungkan.
"Enggak apa-apa, daripada Hina-chan dimarahi terus di agensi karena sering terlambat dan nyasar..." kataku. "Di jam itu ada fungsi alarm dan GPS, aku harap bisa berguna untuk Hina-chan…"
"Hina-chan enggak suka, ya?" tanyaku sedih.
Hina-chan memelukku erat kemudian mencium bibirku sekilas.
"Terima kasih, Aya-chan." Ucapnya. "Ini hadiah terbaik, pasti akan kupakai!"
"U—untuk suara alarm-nya…"
"Hmm? Ada apa dengan itu?"
"Aku pakai suara Sayo-chan…" ujarku.
Mata Hina-chan berbinar. "Eeeeh? Hebat? Kok, bisa?!"
Aku berdehem. "Ra—rahasia…"
"Wah, pantas saja saat onee-chan menelepon tadi dia enggak mau jawab begitu kutanya soal kelakuan aneh Aya-chan!" jelas Hina-chan. "Rupanya kalian bersekongkol, ya?"
"'Bersekongkol'? Rasanya kok kayak kami menjahatimu begini, sih…" komentarku.
"Lalu, apa hadiahnya hanya ini?" tanya Hina-chan kemudian.
"E—eh?"
"Pita yang tidak biasa kamu kenakan itu pasti ada maksudnya, ya 'kan~?" selidik Hina-chan.
Dengan wajah merah padam aku pun berkata, "Hadiah selanjutnya adalah aku! Be—bercanda, ding…"
Hina-chan menyeringai dan mendorongku hingga aku terbaring di bawahnya.
"Kalau begitu, itadakimasu~" ucapnya dengan senyum licik khasnya.
"Eh, aku 'kan hanya bercanda!"
"Aku enggak dengar~"
Dan Hina-chan pun melucuti pakaianku dari atas sampai bawah.
*wik-wik-wik on progress*
Ehe~ *lenny face*
