LOVE

Desclaimer: Anime yang bersangkutan bukan milik kyo.

Rate : M

Warning! : Gaje, ooc, bahasa gak baku, imajinasi liar, typo dimana-mana, gak suka gak usah baca!, dll.

Pair: Naruto x Hinata x Sakura..

Genre : Drama, Romance, Action

Summary: Cinta. Merupakan suatu kata yang umum bagi setiap manusia yang ada. Namun, dari kata-kata itulah, banyak misteri tentang kehidupan yang di jalani seorang Namikaze Naruto. pemuda yang menjalani kehidupan keduanya di masa yang berbeda. Dimana ia harus bertemu dengan gadis teman smpnya dimasa ini. Namun semua itu tak berjalan dengan mudah ketika sebuah Cinta terhalang oleh berbagai dinding yang membuat ego masing-masing melambung tinggi. Kisah seorang Namikaze Naruto, pemuda keras kepala dan pendiam.

.


Chapter 1: meeting.

.

.

.

Pagi hari yang cerah. Dimana burung-burung berkicau dengan merdunya. Dan sinar matahari yang menyinari bumi ini dan membangunkan setiap manusia yang terlelap dalam alam mimpinya.

Tak sedikit di pagi yang cerah ini, setiaP manusia ada yang telah bangun dari tidurnya untuk melakukan aktifitas pagi mereka seperti halnya memasak bagi kaum hawa. Dan mungkin bekerja atau bersekolah tentunya.

Begitu pula seorang pemuda bersurai pirang dengan iris blue shapire yang saat ini sedang berada di salah satu taman yang ada di kota tokyo ini.

Kota ini merupakan salah satu kota di jepang Yang berada di benua asia.

Sedangkan pemuda yang sekitar berumur 16 tahun itu sedang melakukan aktifitas kesehariannya. Yang memang rutinitasnya setiap dia bangun tidur dipagi hari.

Berolah raga.

Dimana dengan begitu, dia bisa tetap menjaga kesehatan dan tubuhnya serta rohaninya pula.

Terlihat pemuda itu sedang melakukan gerakan menaik turunkan tubuhnya yang tergantung terbalik di salah satu tiang yang ada di taman itu.

"95, 96.. 99,100.." ucap pemuda itu yang focus menghitung angka yang dia peroleh dalam gerakannya itu.

Tap.

Dengan mudah, pemuda pirang itu turun dari tiang itu dengan sedikit melompat dan mendarat dengan kedua kakinya dengan mulus.

Kratak! Kratak!

Terdengar suara seperti patahan tulang dari pemuda bersurai pirang yang kini menggerakkan tubuhnya untuk merilekskan otot-ototnya yang kaku setelah berolah raga.

Pemuda itu terlihat memakai celana trining panjang dengan sepatu dan memakai jaket khusus untuk olahraga. Tubuhnya yang tinggi tegap itu terlihat karena hasil olah raganya yang rutin.

"ini hari pertamaku.. aku tak boleh terlambat.." gumam pemuda itu yang setelah melihat jam tangan yang ada di pergelangan tangan kirinya itu.

Dengan cepat, pemuda itu kembali berlari menuju apartemennya dimana dia tinggal di kota ini. karena waktu telah menunjukkan pukul 06.30, dimana sekolahnya akan dimulai setengah jam lagi.

.

.

.

.

_(LovE)_

.

.

.

.

Naruto pov.

.

Perkenalkan, namaku adalah Namikaze Naruto. aku telah selesai melakukan aktifitas pagi ku seperti biasanya. Tapi ntah kenapa aku masih bingung dengan keadaanku saat ini.

Kenapa?, karena aku seharusnya telah mati dalam perang Shinobi beberapa abat yang lalu. tapi nyatanya aku tersadar ketika aku berada didalam sebuah makam!.

Kau bisa bayangkan betapa anehnya dirimu ketika tau dirimu telah death, itu bahasa inggris di zaman ini yang artinya 'mati'. dan terbangun dalam sebuah peti dalam makam yang membuatmu sangat sulit bernafas.

Aku juga tak tau apa yang menimpaku. Tetapi sekelebat ingatan sering muncul dikala aku melakukan aktifitas.

Contohnya saja ketika aku baru keluar dari makam itu dengan susah payah. aku melihat nama di batu nisan yang ada di makam tempatku itu, bernama Namikaze Naruto. aku tak tau siapa itu. tapi ketika itu pula, sebuah ingatan seperti kaset rusak muncul begitu saja didalam kepalaku.

Dimana dalam ingatan itu, aku, atau mungkin orang bernama Naruto ini hidup di zaman modern ini yang meninggal ketika dia baru lulus smp.

Itu membuatku pusing seketika kau tau!. untungnya ketika aku tersadar, pakaian yang ku gunakan memang telah robek disana sini hingga membuatku seperti gelandangan. Walaupun ketika aku mengingat dimana aku tinggal dulu, pakaian yang robek sudah biasa karena serangan senjata tajam dari musuhku. Tapi pakaian robek ini dikarenakan dimakan usia dan mungkin beberapa hewan dalam tanah ini.

Tapi tubuhku ini tak ada yang aneh sedikitpun. tak ada yang berkurang karena hewan dalam tanah itu yang seharusnya telah menggerogoti tubuh ini kan. ntahlah aku pusing memikirkan itu.

Tapi yang membuatku bingung adalah..

Aku, dan orang bernama Naruto ini sama-sama mati.

Dan kenapa tubuh Naruto ini kembali hidup dengan aku yang menghuninya. Ditambah siksaan ingatan milik pemuda bernama Naruto ini selalu membuatku sakit kepala.

Kau tau ingatan tentang kegiatan keseharian, teman dan lain-lain muncul begitu saja ketika aku kesulitan menghadapi zaman modern ini.

Bahkan yang namanya apa itu, aku lupa.. mo-,.. mobil.. yah itu. mobil. Aku masih belum mengerti tentang kendaraan itu. karena di zamanku, mobil belum ditemukan. Kami hanya bepergian dengan kuda dan berlari. Bahkan melompati dahan demi dahan untuk sampai ke tempat tujuan yang ber mil-mil jauhnya.

Hah,.. aku pusing mengingat semua itu. tapi yang pasti, aku telah satu minggu menjalani kehidupan yang menurutku up normal ini sejak aku bangun dari makam itu.

Dan sedikit demi sedikit aku telah belajar system yang ada di zaman ini. dimana di abad 21 ini, aku dapat mendapatkan uang dari bekerja. Dan masih ada beberapa lagi yang baru aku pelajari memang.

Tapi dengan itu, aku dapat menyewa tempat tinggal bernama apartemen ini dengan uang yang.. mm.. aku 'dapat' dari seseorang yang menyerangku waktu aku menelusuri kota ini dengan tampangku yang seperti gelandangan. Itulah sebutan orang dizaman ini.

Tapi sudahlah, kita bahas lagi tentangku lain kali. Aku sudah siap saat ini untuk pergi ke sekolah. Dimana sekolah itu yang aku tau adalah wajib untuk setiap manusia agar mendapatkan hidup yang layak dizaman ini. Ntahlah, mungkin sama seperti yang ada di academi tempatku dulu.

Aku berjalan menatap datar sekitarku. Dimana saat ini aku memakai pakaian murid sma yang ada di kota ini. atau tempatku bersekolah.

Aku tak terlalu suka keramaian seperti ini. ataupun kebisingan kendaran yang bernama mobil dan mo- apa aku lupa namanya. Kendaraan beroda dua pokoknya.

Karena aku saat ini berjalan menyusuri jalan di pinggir jalan khusu mobil di sebelah kiriku itu. aku hanya bingung tentang cara berpakaian orang di zaman modern ini. bagaimana tidak, perbedaannya sangat jauh. Dimana ditempatku kami menggunakan pakaian yang mudah untuk bergerak, armor atau pelindung besi di beberapa bagian tubuh kami dan senjata tajam yang disebut kunai yang kami gunakan untuk bertempur atau mempertahankan diri.

Tapi dizaman ini taka da satupun yang terlihat membawa senjata tajam. Kecuali orang yang menyerangku waktu itu sih. dan pakaian yang digunakan di zaman ini terlihat lebih simple dan apa ya,. Pokoknya sulit untuk dijelaskan.

Pokoknya berbeda.

Aku terus berjalan hingga beberapa blok. Hingga aku tiba di depan sebuah sekolah Sma. Dimana di gerbangnya itu, lebih tepatnya di atas gerbangnya bertuliskan SMA Konoha Gakuen. Dimana Sma ini merupakan salah satu sekolah unggulan yang ada di kota ini.

Bagaimana aku bisa mendaftar ke sini?, nanti juga akan terlihat setelah aku tiba di ruang kepala sekolah.

Naruto Pov End

.

Dimana saat ini, pemuda bernama Naruto ini memandang sekitar. Tak ada murid lain yang berkeliaran atau keluar masuk di sekolah ini. membuat pemuda ini memicingkan penglihatannya ke arah jam tangan yang di tatapnya saat ini.

Seketika kedua bola mata pemuda itu membola. Dan langsung berlari kearah gedung besar yang ada di dalam area sekolah itu.

Tap! Tap! Tap!

Wuss!

Sebuah taman bunga dengan air mancur ditengahnya menghalangi jalanya yang sedang berlari ini, karena seharusnya jalan yang ada terbelah oleh taman itu yang lebarnya sekitar 3 meter. Tak mau memutarinya, Naruto memilih melompatinya tanpa sadar.

Tap!

Naruto mendarat dengan mulus dengan jarak selebar itu di sebelah air mancur yang tinggi itu. dia melanjutkan larinya.

Dimana dihadapannya gedung sekolah ini berbentuk n dengan sebuah bangunan lagi yang ada di tengah huruf n itu. Naruto pergi menuju ke tempat bangunan di tengah itu.

.

.

Dengan kecepatannya berlari, Naruto sampai di depan pintu bangunan tengah itu dan masuk menghiraukan tatapan melongo murid dan guru yang melihatnya. Karena saat ini sudah pukul 07.15, dimana kelas sudah dimulai.

Hingga sampai dia di lorong bangunan itu, dan memicingkan penglihatannya ketika melihat sebuah tikungan ke kiri yang ada di lorong depannya itu. dan masih menghiraukan penghuni sekolah ini yang melihatnya.

Hingga Naruto berbelok ke lorong itu.

Srett!

Brukk!

"ittai!.."

Dengan terkejut, dia hampir saja menabrak seorang yang juga terkejut dengan kedatangannya itu hingga membuat orang didepannya tadi terjengkang kebelakang karena mengira dia akan tertabrak oleh pemuda di hadapannya tadi. Hingga dari pendengaran Naruto yang berhasil melompati orang itu, suaranya adalah seorang gadis yang mengaduh kesakitan.

"maafkan aku nona. Sedang terburu-buru.." ucap Naruto yang telah membalik tubuhnya yang berada di belakang gadis itu dan berjalan di depan gadis yang saat ini terduduk dengan mengelus sesuatu dibalik rok belakangnya yang sakit itu.

"ah.. tak-tak apa pemuda-san.. a-aku juga yang telah mengagetkanmu kok.. " balas gadis itu yang menundukkan wajahnya malu dengan semburat merah di pipinya itu setelah menerima uluran tangan Naruto.

Deg!

Detak jantung Naruto seperti berhenti berdetak sejenak ketika pandangannya menatap gadis itu. dengan mata membola dan pandangan yang tak lepas sedikitpun dari wajah gadis yang tak berani melihat ke arahnya itu.

"go-gomenesai!.. te-terimakasih bantuannya. Aku harus pergi ke kelasku karena pe-pelajaran sudah dimulai!.." gadis pemalu itu melenggang pergi begitu saja meninggalkan Naruto yang terpaku dengan gadis itu tanpa menoleh kebelakang kearah gadis itu pergi atau sekedar mengedipkan mata.

'gadis itu.. mirip sekali dengan.. ' batin Naruto menjeda kalimatnya.

.

.

"Hinata.." lanjutnya dengan gumaman lirih dengan keadaan yang masih terpaku.

.

.

.

.

_(LovE)_

.

.

.

.

Class 1A.

.

Kelas 1A, merupakan kelas untuk para murid kelas 1 sma di Konohagakuen ini. kelas ini berada di gedung dua. Atau gedung seperti hurup n jika dilihat dari udara ini. sedangkan gedung yang ada di tengah itu merupakan gedung satu. Yaitu gedung khusus kepala sekolah, staffnya dan guru yang mengajar di SMA ini.

Sedangkan di kelas 1A ini murid-murid sedang melakukan proses belajar mengajar. Dimana guru yang sedang menerangkan dan murid-murid sedang mendengarkan guru tersebut. Walaupun beberapa murid memang sedang melakukan aktifitasnya seperti mengobrol dengan berbisik dan sebagainya. Yang terpenting tak mengganggu guru yang sedang menerangkan didepan kelas itu.

"hei, ku dengar akan ada seorang murid baru di kelas kita.." bisik seorang gadis di kelas itu pada teman sebangkunya yang ada di sebelah kirinya.

"iya aku tau.. pasti dia murid yang dikatakan sensei waktu itu kan.." balas temannya itu.

"entahlah, tapi menurutmu dia laki-laki atau perempuan?.." Tanya gadis yang pertama itu.

"dia?, mungkin laki-laki.." jawab gadis itu cuek.

"wahhh!.. senangnya jika dia laki-laki.." ucap gadis pertama itu.

"kau ini.. bilang saja kau ingin menjadikannya kekasih.." balas gadis nomer 2 itu yang menatap temannya datar. Sedangkan yang ditatap hanya cengengesan.

Begitupun obrolan para gadis yang ada di kelas ini. para gadis yang terkenal dengan penggosip, itu tak menghiraukan penjelasan dari sensei mereka yang ada di depan kelas.

"hah.. aku bosan.. andai murid baru itu laki-laki, aku akan menjadikannya temanku dan mentraktirnya makan!.. hehe.. dengan begitu aku akan mendapatkan teman baru disini. Ini adalah kesempatan yang bagus untukku!.." gumam seorang murid laki-laki yang saat ini sedang duduk dipojokan dibelakang bagian kiri dengan semangatnya untuk mendapatkan teman baru.

"kau gila?. Mana ada yang mau menjadi temanmu jika perilakumu aneh seperti itu.." balas seorang temannya yang duduk disebelah kanan pria itu dengan malasnya.

"diamlah!.. aku yakin dia mau jadi temanku. Karena aku sangat ingin sekali mempunya teman sebanyak mungkin.." ucap pria pertama dengan semangat. Walaupun dengan nada pelan karena saat ini mereka sedang dalam pelajaran.

"apa kau tak menganggapku temanmu?.. yasudah kalau begitu.." sahut pria malas disebelah pria yang bersemangat itu.

"ah!.. titidak bukan begitu, kau adalah teman pertamaku.. maksutku, aku sangat ingin memiliki banyak teman. Apalagi jika ada murid baru yang sekelas dengan kita.. itu akan menjadi peluang untukku!.." ucap pria bersemangat itu setelah menepuk-nepuk pundak temannya yang menidurkan kepalanya di meja dan menatapnya malas itu.

"terserah kau sajalah.." ucap pria malas itu yang memejamkan matanya untuk pergi ke alam mimpi.

Membiarkan pria bersemangat di sebelahnya yang mengoceh tak jelas tentang teman dan teman.

Hingga tak berselang lama, pukul 08.00. sebuah derap langkah kaki terdengar di depan kelas itu. dan menampakkan bayangan di balik jendela yang tertutup gorden itu. yang dimana seorang terlihat berjalan menuju pintu di kelas 1A itu dengan diikuti pandangan seluruh murid yang ada di dalam kelas.

Tok! Tok! Tok!

Dan benar saja, ketukan pintu terdengar dibalik pintu yang tertutup itu. dimana bayangan seseorang yang sebelumnya menghilang di tembok sebelah pintu.

Semua yang ada didalam kelas itu menatap arah pintu. Termasuk guru yang mengajar saat ini yang menghentikan penjelasan materinya.

"masuklah!.." ucap guru perempuan tersebut yang mengintruksikan siapa diluar sana untuk masuk.

Kriet!

Seorang membuka pintu tersebut dan menampakkan siapa yang meminta ijin untuk masuk barusan.

Semua murid menatap pemuda itu dengan berbagai macam ekspresi. kagum, senang, marah dan.. Shok berat.

Hingga masuklah seorang pria bersurai pirang beriris blue shapire yang menatap datar seluruh penghuni kelas termasuk guru yang juga memandangnya.

Bahkan saat dia berjalan menuju ke samping guru perempuan yang tersenyum padanya itu, seluruh pasang mata menatapnya. Mengikuti pergerakan pria pirang berwajah datar itu.

Berhentilah pria itu di samping kiri guru perempuan yang mengajar itu. yang dimana keduanya sama-sama menatap ke seluruh murid yang ada di kelas itu.

"apa kau murid baru itu?.." Tanya guru itu dengan senyuman yang menoleh ke pemuda disampingnya.

"hm.." balas Naruto dengan menyerahkan sebuah surat ditangan kanannya yang dia ambil dari saku celana di kananya pada guru perempuan itu. guru perempuan itu menerimanya dan membacanya.

"ini surat keterangan tentangmu dari kepala sekolah ya?.. baiklah, silahkan perkenalkan dirumu pada teman-teman barumu di kelas ini Namikaze-san.." ucap guru itu setelah membaca surat dari kepala sekolah.

"hm.. Namikaze Naruto.." ucap Naruto datar dengan singkat padat dan jelas.

Kedua tangannya yang sejak awal dimasukkan ke saku celananya dengan tas yang dia gendong hanya sebelah. Rambut pirangnya bergoyang sedikit karena hembusan angin dari jendela luar yang ada di samping kanannya. Gorden jendela luar yang tak tertutup itu membuat sinar matahari yang tadinya tertutup oleh cuaca mendung, kini bersinar menerobos awan hitam itu dan menyinari Naruto.

Bersamaan dengan itu..

"KYAAA!..."

Seluruh gadis yang ada di kelas yang menatap Naruto berteriak gaje setelah Naruto mengucapkan namanya dengan kebetulan cuaca yang mendukung.

Membuat guru perempuan itu pun ikut bersemu merah menatap pemuda disampingnya.

Gruduk!

Beberapa murid gadis yang ada berlari dari bangkunya dan mengerumuni Naruto yang seperti tersangka copet yang tertangkap. Dimana setiap gadis berusaha memegang tangan Naruto hingga membuat pemuda itu terpojok di tembok dibelakangnya.

"kyaa!, kau berasal darimana Namikaze-kun?!.."

"boleh aku minta nomer handphone'mu Namikaze-kun?!.."

"Namikaze-kun!, maukah kau berkencan denganku malam ini?!.. aku akan memberikan apapun yang kau mau termasuk tubuhku Namikaze-kun!.."

Teriak para gadis itu gaje yang membuat tatapan datar Naruto berubah menjadi tatapan takut pada gadis-gadis yang sepertinya ingin sekali memangsanya itu.

"SIALAN KAU PEMUDA TAMPAN!.."

"AKU IRI PADAMU PRIA PIRANG!.."

"KU BUNUH KAU WAHAI PARA PRIA TAMPAN!.."

Sedangkan para murid laki-laki yang baru mengenal Naruto ini, berteriak gaje dengan tingkah gaje mereka masing-masing dengan hidung yang mimisan menyaksikan Naruto dikerumuni para gadis idola kelas mereka masing-masing.

Bahkan ada yang menatapkan kepala mereka di meja dengan keras. dan ada pula yang pundung di pojokan dengan aura kelam yang aneh bagi siapapun yang menyaksikannya.

Sedangkan guru perempuan cantik itu juga masih terpaku dengan semburat merah diwajahnya menatap wajah Naruto tanpa bergerak sedikitpun untuk memisahkan para 'monster ganas' itu dari Naruto.

Namun berbeda dengan beberapa orange murid laki-laki dan perempuan yang menatap Shock pemuda pirang didepannya dengan mata membola sempurna dan ketakutan yang terlihat.

Bukan hanya itu, tubuh mereka bergetar karena menatap wajah Naruto yang bahkan saat ini tak menunjukkan wajah datarnya. Melainkan wajah ketakukan terhadap para gadis yang seperti ingin memangsanya itu.

Ntah apa yang dipikirkan beberapa orang itu ketika menatap Naruto hingga membuat mereka terpaku Shock dengan tubuh bergetar hebat dan keringat mengucur dari dahi beberapa orang laki-laki itu.

Seperti sedang melihat hantu gentayangan.

'tak mungkin..' batin beberapa orang tersebut yang menatap Naruto Shok saat ini.

.

.

.

.

_(LovE)_

.

.

.

.

Jam istirahat SMA Kohohagakuen.

Di atap gedung 2 bagian barat. Seorang pemuda bersurai pirang sedang duduk bersila menghadap belakang gedung ini.

Dimana posisinya saat ini duduk bersila dengan kedua tangan diatas kedua lututnya dan kedua mata yang terpejam.

Bermeditasi.

Angin yang menerpa tubuhnya karena berada di atas gedung itu dengan sinar matahari yang ada, tak mengurungkan niatnya. Bahkan taka da sedikitpun gerakan yang terjadi pada tubuh pemuda itu. hanya seragam dan surainya saja yang bergoyang karena hembusan angin siang ini.

Dimana seharusnya setiap murid yang ada di sekolah memanfaatkan waktu istirahat ini untuk makan dan minum di kantin untuk mengisi perut mereka yang lapar dan kehausan.

Tapi tidak dengan pemuda pirang satu ini. dia bermeditasi untuk menenagkan pikirannya dan berusaha berkonsentrasi penuh dengan apa yang ada di zaman ini.

Kriet!

"a-ah!.. ternyata sudah ada murid yang datang kesini ya.. lebih ba-baik aku tak mengganggunya.." ucap seorang gadis yang baru saja datang dari pintu beberapa meter dibelakang pemuda pirang itu yang sepertinya akan berbalik pergi.

"tak apa.. kemarilah nona.." ucap pemuda pirang itu tanpa bergerak sedikitpun yang langsung menghentikan langkah gadis yang akan pergi itu.

'ah!.. di-dia mendegar ucapanku?. Padahal jaraknya dari sana jauh..' batin gadis itu kaget.

Karena biasanya memang dia disini untuk makan siang. Karena pemandangan dari atas sini memang indah dan membuat gadis itu sering kesini. Ketika temannya datang pun dia tak pernah mendengar jika dari jarak sejauh itu. kecuali temannya itu berteriak kearahnya atau ketika gadis itu melihat kea rah pintu. Tapi pemuda pirang ini bisa mendengar sejauh ini?. batin gadis cantik itu.

Tap Tap Tap

Gadis itu kembali menutup pintu itu dan berjalan mendekati pria di hadapannya dengan wajah menunduk malu.

Hingga sampai tepat disamping kiri pria itu, gadis itu memberanikan diri untuk duduk di sebelah pria yang sedang duduk bersila itu beberapa meter. Takut mengganggu kegiatan pria itu tentunya.

Kaki jenjang nan mulus gadis itu terlihat karena rok dari seragam sekolah ini yang memang diatas lutut. Wajah gadis itu memandang takut pada pemuda pirang yang ada di sebrangnya.

Walaupun keduanya duduk tanpa alas, tapi lantai yang ada di atap ini di keramik dengan indah. Hingga terlihat seperti lantai dalam kelas pada umumnya.

"kau tak perlu takut padaku nona.. aku bukan orang jahat.." ucap pemuda pirang itu lagi dengan posisi yang sama.

"ti-tidak.. a-aku tak takut padamu.. ta-tapi aku aneh saja padamu. Aku belum pernah melihatmu di SMA ini sebelumnya.." jawab gadis itu dengan kedua tangannya meremat kantung plastic yang dia bawa saat ini. gugup.

"bukankah tadi pagi kita bertemu nona?.. dan memang aku murid baru disini." Jawab pemuda pirang itu yang tak lain adalah Naruto dengan keadaan yang sama.

"be-benarkah?, itu tadi ka-kau?, gomenasai.. karena aku tak melihatmu tadi.. tapi darimana kau tau jika ini adalah aku, orang ya-yang berpapasan denganmu tadi pagi?.. kau bahkan tak melihatku sama sekali se-sejak tadi.." Tanya gadis itu semakin gugup karena merasa bersalah telah mengacuhkan pria yang ternyata orang yang sama dengan yang ditemuinya tadi pagi.

"aku bisa mendengar dari suaramu yang indah itu. lagipula tanpa indra penglihatan, manusia masih dapat melihat dengan pendengaran mereka.. dan aku mengenalimu sejak kau masuk kesini dengan mendengar suara indahmu.." ucap Naruto datar tanpa merubah posisinya.

Sedangkan gadis yang dia maksut merona wajahnya tanpa dapat dilihat oleh Naruto yang tetap focus saat ini. cengkraman gadis itu pada kantung plastic yang digenggamnya semakin erat.

"be-benarkah?,. kau bisa sampai sejauh itu me-mengenali seseorang?.. kau hebat.." puji gadis itu yang menundukkan wajahnya dengan semburat merah di pipi mulusnya itu. senyuma terpampang di bibir peach'nya yang menggoda setiap kaum lelaki yang melihatnya.

"tidak. Aku hanya mengingat apa yang pernah aku pelajari. Dan perlu kau ingat nona, bukan hanya aku yang bisa melakukannya. Setiap manusia memiliki potensi yang sama.. namun hanya beberapa yang faham dan bisa memaksimalkan potensi yang ada dalam tubuh itu.. termasuk indra pendengaran yang telah ku jelaskan tadi nona.." jelas Naruto datar.

Namun gadis di sampingnya hanya menatap bingung pada Naruto dengan memiringkan wajahnya serta jari telunjuk yang dia apit ujungnya di bibir peachnya. Membuatnya terlihat semakin imut dan manis dengan wajah terlihat polos itu.

Namun sayang, Naruto tak melihat itu semua. Dan yang ada di sana hanya mereka berdua.

"uuhhmm.. aku tak faham dengan potensi yang kau maksut itu.. t-tapi aku dapat mengerti dengan setiap manusia yang memilikinya itu. tapi hanya beberapa yang bisa menggunakannya seperi dirimu ini, kan?.." ucap gadis cantik itu yang tetap dalam mode yang sama.

"kau benar nona.. tapi yang jelas.." ucap Naruto menjeda kalimatnya ketika dia rasa meditasinya cukup dan memilih membuka matanya dan menatap gadis disampingnya dengan tatapan datar.

Srett!

"ka-kau dimana?!.." ucap gadis itu kaget ketika melihat sendiri pemuda di samping kanannya yang sejenak pandangan mereka bertemu, menghilang dari tempatnya menyisakan sebuah lesatan udara.

"aku masih manusia pada umumnya.."

"kYAA!.."

Greb!

Baru saja kekagetan gadis itu melihat pemuda itu menghilang, sebuah suara dari sisi kirinya membuatnya terkaget hingga hampir terjungkal ke sisi kanan dengan tubuh bagian belakangnya. Tapi untung pemuda yang muncul di sebelah kirinya itu menahan kedua tangannya dan membuat gadis itu berada dipelukan san pria pirang.

"ma-maaf nona karena mengagetkanmu.. tapi aku tak bermaksut seperti itu." ucap Naruto dengan gugub dan rona merah tipis diwajah datarnya memandang kearah lain.

Sedangkan gadis yang baru ia lepaskan pelukannya itu hanya terpaku menatap wajah tampan Naruto dengan wajah memerah. Apalagi pelukan yang tak sengaja dilakukan pemuda itu untuk menariknya tadi dalam keadaan terduduk, membuatnya semakin membeku.

'kami-sama. Mimpi apa aku semalam!.. kyaa!.. seorang pria memelukku!..' batin gadis itu gaje dengan rasa kagetnya. Karena selama ini tak ada seorang pria pun berani menyentuhnya. Apalagi memeluknya!. Walaupun tanpa sengaja. Batin gadis itu.

"tak-tak apa kok.. maaf aku merepotkanmu.." ucap gadis itu malu dengan menundukkan wajahnya yang tertutup surai indigonya itu.

"ah!,. Nona, aku lupa kita belum berkenalan sebelumnya.. perkenalkan, namaku Namikaze Naruto.." ucap Naruto yang kembali kewajah datarnya dengan sedikit senyum simpul diwajahnya. Yang memang dia berusaha memecahkan suasana yang kaku beberapa menit itu.

"uhmm.. Na-namaku, Hyuga Hinata.. salam kenal, Namikaze-san.." balas gadis beriris amethyst dengan surai indigo indah itu yang bernama hinata.

"panggil saja aku Naruto.." ucap Naruto kembali.

"ba-baiklah Naruto-san, ka-kalau begitu kau juga ha-harus memanggilku dengan namaku.. bukan margaku.." balas Hinata yang terseyum dengan wajah tertunduk tak berani memandang wajah Naruto.

"baiklah,. Hinata.." ucap Naruto datar seperti biasa dengan senyum simpul menatap gadis pemalu di samping kanannya itu.

Mereka duduk hanya berjarak beberapa centi dengan cara duduk mereka masing-masing.

"uhhmm,.. Naruto-san, apa kau lapar?.. aku membawa bekal dari rumah dan beberapa roti dari kantin tadi.. a-apa kau mau?.." ucap Hinata yang baru ingat tujuannya kesini. Untuk makan siang. Dan kebetulan ada teman barunya disini yang sekalian saja dia tawarkan makanan. Mungkin pria itu juga lapar. Batin Hinata.

"bekal?.. apa itu?.." Tanya Naruto tak mengerti dengan yang dimaksut Hinata.

"ini.. bekal buatanku sendiri.. jika kau lapar, ka-kau bisa memakannya.." ucap Hinata yang menunjukkan sebuah kotak makan yang berbentuk persegi panjang tipis yang diambilnya dari kantung plastic digenggamannya tadi, dan menyerahkannya pada Naruto setelah membuka kotak makannya itu.

"mm.. aromanya sedap.. tapi aku belum pernah melihat makanan ini. apalagi sesuatu berbentuk lingkaran dengan garis melingkar ditengah ini.. aku hanya tau jika yang putih itu adalah Nasi.." gumam Naruto bingung sambil menunjuk-nunjuk beberapa lauk yang memang hanya ada di zaman modern ini.

Namun gadis di hadapannya yang memang saat ini mereka saling berhadapan. Gadis itu terlihat bingung untuk sementara. Dan langsung tersenyum, memilih menanggapi pria dihadapannya beberapa centi itu yang menurutnya agak aneh. Atau amnesia?. Batin gadis cantik itu.

Hinata mengambil sumpit yang ada di dalam kantung plastic disebelahnya, dan memeganggnya dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya menopang kotak makan miliknya. Hinata tersenyum manis.

"ini,. adalah onigiri. Masakan khas jepang. Ini.. dan ini adalah naruto.." Hinata menjelaskan secara detail pada Naruto sambil menyumpit lauk yang dia maksutkan. Dan lauk terakhir yang membuat wajah Naruto seperti anak kecil yang ketakutan. Dengan mata yang menatap tajam lauk naruto itu dan ekspresi yang membuat Hinata harus menahan tawanya sekuat tenaga.

Apalagi posisi wajah Naruto yang semakin mendekat pada kotak makan dengan focus ke lauk bernama naruto itu. hingga beberapa centi lagi wajah itu akan menyentuh kotak makan itu. membuat Naruto seperti posisi menunduk.

"bffft.. hahaha.." hancur sudah pertahanan Hinata. Dia tertawa terbahak-bahak dengan tangan kanan menutup bibir peachnya agar tak tertawa lebar menyaksikan tingkah aneh bin lucu dari Naruto itu.

"apa yang lucu?.." Tanya Naruto yang mengangkat wajahnya menatap datar Hinata yang tertawa itu.

"thi-tidak kok Na-aruto-san.. hah hah.. aku hanya, lucu saja dengan tingkahmu.. ka-kau seperti tak pernah melihat lauk seperti ini.." jawab Hinata dengan berusaha menghentikan tawanya.

"memang.. di tempat asalku tak ada makanan seperti ini. apalagi 'naruto'?,.. kau membuat makanan ini dari daging manusia yang bernama naruto?!.." Tanya Naruto dengan wajah agak takut. Tapi tertutup dengan wajah datarnya.

"tentu saja tidak Naruto-san. Itu hanya namanya sa-saja.. ini bukan dari daging manusia.. ini cobalah.." jelas Hinata sambil menyumpit lauk naruto dengan nasi. Lalu menyuapikannya pada Naruto yang memicingkan matanya saat ini karena lauk didepan mulutnya itu.

"aromanya memang lezat. Tapi,.. apa kau benar akan menyuruhku memakan makanan dengan namaku ini?.." Tanya Naruto sambil memilihat Hinata lalu melihat makanan di depan mulutnya, melihat Hinata lagi, melihat naruto lagi, Hinata lagi, naruto lagi. Hingga beberapa lagi. Yang membuat Hinata harus menahan tawanya lagi.

"huftt.. iya N-naruto-san.. ayo makanlah.." Hinata meyakinkan Naruto dengan senyumannya pula.

"ba-baiklah.. aauumm.." ucap Naruto setelah itu membuka mulutnya dan memakan makanan yang disuapkan Hinata padanya.

Hinata semakin tersenyum manis ketika melihat reaksi Naruto yang seperti menyukai masakan buatannya. Walaupun Hinata agak bingung dengan sikap pemuda ini. tapi yang jelas, sepertinya pemuda ini bukan orang jahat, batin Hinata,

"ini.. aa.." ucap Hinata dengan bibir yang ikut terbuka menyuapi Naruto lagi dengan bekal yang ia miliki. Dan disambut dengan cepat oleh pemuda pirang itu yang kembali melahapnya dengan antusisan.

"mwaswakwanmu,. Lwezat Hwinata.." puji Naruto dengan mulut yang masih mengunyah makananya.

"jika makan jangan berbicara Na-naruto-san.. kau bisa tersedak.." ucap Hinata sambil tersenyum menatap Naruto yang juga menatapnya heran.

Naruto yang kemudian melihat kotak makan yang dibawa, kemudian beralih ke kantung plastic disebelah kanan Hinata. Lalu mengambilnya tanpa permisi. Membuat Hinata bingung menatap tingkah Naruto.

"ini.. karena kau menyuapiku dengan bekalmu, aku akan menyuapimu dengan roti ini. karena aku tidak membawa makanan.. dan lagi, untuk mebalas kebaikanmu Hinata.. ayo buka mulutmu.." ucap Naruto yang telah mengambil isi dalam kantung plastic itu yang adalah roti berbentuk senwitch dibungkus plastic bening yang telah dirobek oleh Naruto dan menyodorkan roti itu ke depan bibir peach Hinata.

"ta-tapi.. aku bisa makan sendiri kok.." ucap Hinata yang kembali gugup dengan semburat merah yang kembali muncul.

"sudahlah.. aku hanya membalas kebaikanmu. Dan lain waktu aku yang akan membelikanmu makanan.." ucap Naruto datar sembari bingung menatap Hinata.

"te-terserah kau sa-saja.. aaa.. aummhh" ucap Hinata pasrah dan membuka mulutnya melahap sedikit ujung roti itu dengan semburat merah diwajahnya.

Mereka berdua menghabiskan waktu dengan istirahat dengan makan diatap gedung 2 itu.

.

.

.

.

_(LovE)_

.

.

.

.

Malam hari, salah satu apartemen di kota Tokyo.

.

Seorang pemuda pirang yang sedang tiduran telentang dengan kedua tangan sebagai diliapat dibelakang kepalanya yang berfungsi sebagai tumpuan kepalanya. Sedang menerawang ke atas dimana atap apartemennya itu berada.

Pemuda pirang itu kembali mengingat apa yang terjadi ketika dia berada di sma dihari pertamanya ini.

.

Flashback.

Ruang kepala sekolah SMA Konoha gakuen.

.

"selamat datang Naruto-kun.. walaupun kau mungkin terlambat, tapi tak masalah karena ini merupakan hari pertamamu.." ucap seorang kakek tua yang duduk dikursinya dengan meja didepannya dengan bertuliskan di papan nama kecil itu adalah 'kepala sekolah'.

Dimana kepala sekolah berjanggut putih itu sedang duduk dikursinya menyambut seorang pemuda bersurai pirang yang baru masuk kedalam ruangannya. Dan saat ini pemuda itu berdiri di hadapannya dengan wajah datar.

"terimakasih jiji.. tapi kenapa kau mau membantuku agar aku bersekolah disini?, bukankah kita baru saja saling kenal beberapa hari lalu?.." Tanya pemuda pirang itu yang tak lain adalah Naruto.

Kakek itu mengepulkan asap rokok dari pipa yang dia pegang saat ini. senyuman di wajah keriputnya tetap terlihat yang dia tujukan pada Naruto.

"tak ada Naruto-kun. Aku hanya suka dengan anak muda pemberani dan penolong seperti mu. Kau tau kan bahwa aku ini sudah tua. Dan aku suka sekali melakukan kebaikan. Dan kebetulan, aku bertemu denganmu dijalan waktu itu. dan kaulah yang menolongku dari para berandalan itu." jawab kakek itu yang menjelaskan awal pertemuan mereka berdua.

"tapi jiji, aku hanya melakukan tugasku saja sesame manusia.. kita memang diwajibkan saling tolong menolong.." bantah Naruto yang merasa kakek itu berlebihan terhadapnya.

"sudahlah Naruto-kun. Kau bisa mengandalkanku. Karena aku adalah Hiruzen Sarutobi,. Kepala sekolah disini. Sekaligus pemilik dari SMA ini.. jadi kau bisa meminta bantuanku kapanpun kau mau.." ucap Hiruzen dengan bangganya yang terlihat gaje di pandangan datar Naruto.

"hah,.. terserah kau sajalah jiji.. tapi yang pasti, aku tak terlalu paham dengan pelajaran yang ada di sekolah ini." ucap Naruto.

"tak masalah. Nilaimu masih dapat di tunjang dari beberapa prestasi dan absensimu Naruto-kun. Jadi kau tak perlu khawatir.. sekarang terima ini dan serahkan pada gurumu di kelas 1A.." perintah Hiruzen yang memberikan amplop yang isinya adalah surat dari Hiruzen. Pemuda pirang itu menerimanya.

"trimakasih jiji. Tapi aku harap, kau berjanji padaku untuk merahasiakan tentang diriku ini.. seperti katamu waktu itu.." ucap Naruto pada Hiruzen.

"yah,. Aku bisa pegang ucapanku Naruto-kun.." balas Hiruzen dengan senyumannya.

"hm.. aku pergi dulu jiji.." Naruto melenggang pergi dari hadapan Hiruzen yang hanya menatap punggung Naruto dengan senyuman.

'tak ku sangka jika orang seperti itu masih ada di dunia ini.. dan ku harap adanya dirimu didunia ini, akan membantu manusia yang ada disekitarmu..' batin Hiruzen dengan wajah sedih.

Flashback End

.

"hah.. aku tak mengerti dengan semua ini. kenapa aku dihidupkan lagi dalam zaman yang berbeda. Padahal aku baru ingin merasakan tenang dialam sana.." gumam pemuda bernama Naruto itu meratapi nasibnya yang bisa dibilang keberuntungan atau kemalangan.

Tok! Tok! Tok!

Terdengar suara ketukan pintu dari luar apartemennya itu. dan membuatnya mau tak mau harus bangun untuk pergi membuka pintu apartemennya itu.

'siapa yang bertamu malam-malam begini. Aku juga tak memiliki satu kenalan pun didunia ini.. selain Hinata tentunya.' Batin Naruto sembari berjalan melewati ruang tamunya ke arah pintu yang ada di dekat ruang tamunya itu.

Kriet!

Seketika wajah heran menghinggapi Naruto ketika tau siapa yang datang bertamu malam-malam begini. Seorang gadis cantik yang baru saja dipikirkannya.

"Hinatap?.. kenapa kau kemari malam-malam begini?. Dan bagaimana kau bisa tau alamat tempat tinggalku?." Tanya Naruto beruntun karena tiba-tiba gadis ini muncul tanpa ada informasi apapun.

"uhmm.. Naruto-san, maaf jika aku mengganggumu malam-malam begini. Tapi bisakah kau,. Mm. membantuku sesuatu?.. dan aku tau alamatmu dari kepala sekolah ketika pulang sekolah tadi aku ber-tanya padanya. Dan aku baru datang malam-malam begini karena sore tadi aku bingung harus " Tanya Hinata dengan gugup dan rasa bersalah akibat ulahnya ini.

"hah,.. baiklah. Kau mau minta tolong apa Malam-malam begini?.." Tanya Naruto datar.

"ma-maukah kau membantuku mencari ku-kunci apartemenku?, kuncinya hilang ketika aku baru sadar telah tiba di pintu apartemenku.. ma-makanya aku belum sempat berganti pakaian.. maaf.." ucap Hinata lirih dengan semburat merah dipipinya.

"ha?.. hah. Baiklah. Ayo ku temani kau.. tapi tunggu aku mengambil jaketku dulu. Dan sepertinya kau juga kedinginan.." ucap Naruto yang pergi setelah mendapat persetujuan Hinata yang menganggukan kepalanya itu.

Hanya perlu beberapa detik Naruto mengambil jaketnya itu dan sebuah jaket juga yang dia bawa saat ini.

Cklak!

Naruto mengunci pintu apartemennya setelah itu dia berbalik menghadap Hinata yang ada dibelakangnya.

"ini pakailah,. Kau pasti kedingin." Ucao Naruto datar dan memakaikan jaket berwarna hitam itu pada tubuh Hinata yang hanya memakai seragam sekolahnya.

Sedangkan Hinata hanya merona merah karena perlakuan Naruto yang mengagetkannya. Dia hanya bisa menurut.

"ayo, Hinata.." ajak Naruto yang menggaet tangan mulus Hinata pelan.

Sedangkan gadis cantik yang masih terpaku itu hanya terkaget dan mengikuti tarikan lembut Naruto.

Mereka berdua berjalan dengan Naruto yang memimpin dengan Hinata yang mengekor dibelakangnya dan tangannya yang di genggam Naruto.

.

.

.

.

To be continue...

.


A/N: maaf jika Kyo belum merampungkan fict yang sebelumnya. Tapi kyo ingin nulis ini fict sebelum hilang dari ingatan Kyo.

Yah mungkin ini fict bertema bertema Drama, Romance yang ingin kyo buat.

Jadi maaf jika banyak typo ataupun hal lain yang merusak mata bagi kalian.. :D

Silahkan tinggalkan jejak atau berikan komentar kalian lewat review.

.

Kyoigneel Out.

.

Next chap 2: something unexpected..