Disclaimer : Belongs to Masashi Kishimoto

Genre : Romance

Rate : T

Warnings : AU, maybe contain a little bit OOC n typo

ooo

Sekali lagi Temari meremas rambut pirangnya dengan frustasi, matanya menatap ngeri layar MacBook di hadapannya, kurang dari 7 jam pamornya mendadak meroket ke seluruh penjuru negeri, sekarang namanya sudah menjadi buah bibir di semua lapisan masyarakat. Hampir semua surat kabar menulis headline yang sama,

PEWARIS UCHIHA CORP. UCHIHA ITACHI TENGAH BERCIUMAN DENGAN SOSIALITA PAPAN ATAS SABAKU TEMARI DI SEBUAH NIGHT CLUB

Jika setelah ini ayahnya tidak mencoret dari daftar ahli waris maka ia akan dengan sukarela akan menyerahkan Lamborghini-nya pada Tenten, yang memang sudah mengincar mobil kesayangannya itu sejak lama.

'Tuhan! Tidakkah hariku pernah lebih buruk dari pagi ini?'

Ia bahkan belum sepenuhnya sadar ketika memeriksa Macbook-nya pagi ini, setelah Tenten dengan heboh meneleponnya dan menyuruh memeriksa headline surat kabar. Dan betapa terkejutnya ia ketika layar Macbook perlahan menampilkan gambar Uchiha Itachi tengah berciuman dengan dirinya, tidak, itu mungkin wanita yang mirip dengan dirinya. Bahkan jika memang Tuhan menciptakan beberapa manusia yang sama di dunia, kata orang-orang ada beberapa orang yang mirip dengan kita di belahan dunia lain, semua ini terlalu mirip. Rambut pirang wanita itu begitu mirip dengan dirinya, struktur wajahnya, dan mini dress Pucci berwarna ungu yang sama dengan yang ia kenakan saat ini.

'Oh Tuhan! Itu memang aku' batinnya putus asa seraya membenturkan kepalanya ke meja.

Temari memejamkan matanya berusaha mengingat apa yang sebenarnya terjadi tadi malam,

x~x~x

Temari sedikit bergidik ketika bartender menyerahkan segelas Cosmo pesanannya, jika ia tidak ingat bahwa minuman berwarna campuran antara pink dan oranye pucat bisa menghilangkan sakit hatinya, walau sesaat, maka ia akan tidak akan mau minum cairan menjijikkan itu.

Saat ini Temari tengah terdampar di sebuah night club,sendirian dengan hati terkoyak-koyak setelah ia putus dengan kekasihnya atau lebih tepat mantan kekasihnya, Shikamaru. Setelah begitu banyak pertengkaran, air mata dan sakit hati maka mereka berdua memutuskan mengakhiri hubungan cinta mereka. Ingat akan tujuannya datang ke night club ini maka tanpa ragu-ragu lagi, Temari mulai meneguk koktailnya.

Meskipun statusnya sebagai seorang sosialita papan atas yang sarat dengan kehidupan glamor, selama ini ia selalu menjaga prinsipnya untuk tidak menyentuh alkohol jika tidak terpaksa dan harus didampingi orang lain, no alcohol when she alone, tapi kali ini adalah keadaan darurat, jadi tanpa banyak pertimbangan ia langsung mengarahkan Lamborghini -nya ke tempat ini. Sebenarnya ini sangat riskan, pergi sendirian ke night club mengingat metabolisme tubuhnya tidak terlalu bersahabat dengan asupan alkohol. Jadi jangan salahkan Temari jika dalam dua tegukan saja, kepalanya sudah mulai terasa ringan.

Temari baru menelan tegukan ketiganya ketika merasakan ada seseorang yang duduk di sebelahnya.

"Sendirian?" tanya sebuah suara maskulin di dekatnya.

Otaknya mengatakan bahwa sebaiknya ia mengacuhkan saja teguran itu, tapi ada sesuatu dalam suara itu yang menarik perhatiannya, maka kali ini tubuhnya tidak sinkron dengan otaknya.

"Uchiha." Desisnya sambil menyipitkan matanya, " Bukan urusanmu." Jawabnya sambil kembali menatap kembali minumannya.

"Sedang apa kau disini? Mana kekasihmu?" tanyanya sambil mengedarkan pandangan mencoba mencari sosok yang ia maksud.

"Urus saja masalahmu, Uchiha. Jangan campuri masalahku."

"Ah, jadi berita itu benar. Kau sudah putus dari Shikamaru?"

'Damn! Berita memang cepat menyebar di kalangan jet set seperti kami.' Umpatnya dalam hati.

Temari tidak menjawab pertanyaan pria disampingnya itu, malah ia lebih semangat meneguk Cosmo-nya.

"Menjalin hubungan dengan pria yang lebih muda, ternyata tidak mudah ya?"

Wanita berambut pirang itu sedikit geram mendengar komentar yang terlontar dari mulut pria itu, entah sejak kapan Uchiha satu ini menjadi nyinyir mulutnya, karena setahunya Uchiha Itachi sangat lekat dengan image dinginnya. Sekali lagi ia malas adu argumen dengan pria itu, maka untuk melampiaskan kekesalannya ia meneguk banyak-banyak Cosmo di tangannya tanpa mendengarkan Uchiha Itachi yang terus mengomentari dirinya.

Telinganya terasa berdenging mendengar komentar-komentar Itachi, kepalanya terasa semakin berdenyut-denyut akibat alkohol di dalam aliran darahnya sudah merasuki otaknya, maka secepatnya ia harus menghentikan pria itu agar sakit kepalanya tidak menjadi-jadi. Temari menghadap ke arah Itachi dan mencondongkan badannya, tanpa pikir panjang ia membungkam bibir yang sedari tadi terus mengomentarinya.

Itachi terkejut menyadari apa yang dilakukan Temari padanya, bibir ranum Temari mulai melumat bibirnya. Pria itu tersenyum sekilas dan meletakkan tangannnya di belakang kepala Temari, bibirnya mulai membalas ciuman wanita itu. Itachi semakin mengeratkan cengkeramannya di rambut pirang Temari ketika ciuman mereka berubah menjadi ciuman panas dan penuh hasrat.

x~x~x

Dalam kesempatan lain, mungkin Temari akan setuju dengan pendapat Tenten bahwa foto mereka terlihat bagus, angle sesuai, pencahayaan oke, keduanya terlihat sangat photogenik. Bisakah ia meminta softcopy foto itu pada fotografernya untuk koleksi pribadi?

Crap! Ia mulai tertular virus pervert Kakashi.

Sebuah ketukan di pintu kamarnya membuyarkan pikiran Temari.

"Nona, Kazekage-sama meminta Anda untuk menemuinya sekarang di ruang kerjanya." Seorang pelayan memberitahu maksud kedatangannya.

'Tamat sudah riwayatku.' Batinnya putus asa.

ooo

My Shotacon Girl

Nadeshiko Ama

ooo

Ceramah panjang lebar ayahnya tentang menjaga nama baik keluarga, kesopanan seorang wanita, etika di tempat umum, membuat paginya terasa begitu menyedihkan. Tidakkah ayahnya tahu bahwa ia tengah dalam masa berduka akibat putusnya ia dengan Shikamaru, belum lagi kepalanya yang masih berdenyut-denyut membuat kepalanya terasa terbelah menjadi dua. Haruskah ayahnya membuat ia semakin desperate dengan semua wejangannya itu.

Temari mengucap segala kosakata yang ia ketahui tentang rasa syukur saat sebuah dering telepon menyelamatkannya dari keputusasaan tingkat tinggi. Sebuah kekesalan tergurat jelas di wajah ayahnya ketika mendekat ke pesawat telepon yang terletak di meja kerjanya. Temari sudah akan beranjak pergi, ketika ayahnya mengisyaratkan agar ia tetap duduk tenang, ia sedikit lemas bahwa ini semua belum berakhir.

Kening Temari berkerut ketika dengan cepat nada suara ayahnya berubah menjadi penuh wibawa saat menjawab telepon, kemana suara penuh kemarahan dan kejengkelan ketika menceramahi dirinya tadi. Keheranan Temari semakin menjadi-jadi ketika tawa ayahnya menggema di ruang kerjanya yang sepi. Jangan salahkan Temari bila saat ini tanpa sebab ia mendapat firasat buruk, karena ayahnya menjawab telepon dengan penuh semangat dan sesekali melihat dirinya. Ia menyiapkan semua cadangan mental bajanya untuk bersiap menghadapi kejutan yang sepertinya akan segara muncul dalam hidupnya.

ooo

Temari mengekor di belakang ayahnya memasuki sebuah restoran khas Jepang di pusat kota. Sekilas ia melirik bayangannya terpantul di kaca, dress sutra berwarna sangria yang membalut tubuhnya, menonjolkan mata dark green dan rambut pirangnya. Ayahnya disambut oleh seorang pelayan yang akan mengantarkan mereka ke sebuah ruangan yang tampaknya telah dipesan ayahnya. Ia sedikit heran kenapa tiba-tiba ayahnya bermurah hati untuk mengajaknya makan siang di tempat yang mewah seperti ini setelah insiden yang ia perbuat kemarin malam, sangat kontras bila dibandingkan dengan kemarahannya tadi pagi. Mereka telah sampai di depan sebuah ruangan, pelayan membuka pintu kertas di hadapan mereka. Ayahnya memimpin masuk dan ia pun tak punya pilihan lagi selain mengikuti.

Keduanya disambut oleh suara berat seorang laki-laki

"Selamat datang Kazekage-sama."

"Terima kasih Uchiha-sama."

Temari langsung menegakkan kepalanya yang sedari tadi menunduk ketika mendengar sapaan yang diucapkan ayahnya. Betapa terkejutnya ia ketika mendapati dirinya berada di ruangan yang tidak kosong, ada dua orang pria berbeda usia dan seorang wanita yang masih terlihat cantik di usianya yang tidak lagi muda.

"Ini pasti Temari, duduklah." Sapa wanita tersebut.

Temari hanya bisa mengangguk dan menuruti permintaan tersebut.

"Kau cantik sekali." Wanita itu kembali berkata setelah ia sudah duduk bersimpuh di seberangnya. "Lebih cantik daripada di foto." Rasanya Temari ingin ditelan bumi saja saat ini, sepertinya ulahnya kemarin belum selesai dan masih berbuntut panjang.

Temari hanya bisa tersenyum kikuk mendengar pujian itu, diliriknya pria yang ada di hadapannya, masih memasang poker face dan dengan tenangnya meneguk segelas ocha, rasanya ingin sekali Temari melemparkan clutch-nya ke wajah tampan itu .

Untung saja ketiga orang tua itu tidak lagi membahas perbuatan mereka berdua kemarin, mereka akhirnya menikmati santap siang yang sesekali diselingi obrolan bisnis dan pertanyaan-pertanyaan remeh dari Uchiha Mikoto.

"Sebaiknya pertunangan kalian dipercepat saja."

Temari yang sedang menikmati segelas ocha langsung tersedak mendengar penuturan Uchiha Fugaku.

"A..Apa?" Temari bertanya dengan tergagap .

"Pertunangan kalian, kami sudah membicarakannya tadi pagi dan kami sepakat sebaiknya segera meresmikan saja hubungan kalian berdua, apalagi publik sudah mengetahuinya melalui media."

"Tu..tunggu, kami tidak mungkin bertunangan hanya karena kemarin..."

"Maksud Temari, hubungan kami masih kemarin sore, terlalu cepat untuk bertunangan. Mungkin kami harus menunggu beberapa bulan lagi, begitu kan maksudmu, Temari?"

Temari tidak punya pilihan lagi selain mengangguk menyetujui alasan Itachi ketika dilihatnya ketiga orang tua itu begitu terkejut mendengar kalimatnya tadi.

"Itu tidak masalah Temari, jika kalian sudah merasa yakin satu sama lain, lama atau tidaknya suatu hubungan bukan masalah."

Temari ingin sekali menenggalamkan dirinya di Samudra Atlantik ketika mendengar perkataan ibu Itachi, bagaimana ia bisa yakin dengan putranya? Jika kemarin yang mereka lakukan cuma sebatas perbuatan orang yang sedang mabuk. Diliriknya Itachi seolah meminta bantuan untuk menolak rencana konyol ini, tetapi apa daya pria itu masih memasang wajah tenang seolah pasrah untuk menyetujui permintaan kedua keluarga itu.

Makan siang pun usai dengan rencana-rencana Mikoto yang ingin mempersiapkan sendiri pesta pertunangan mereka tanpa bantuan dari EO.

Temari segera menghentikan langkah Itachi yang akan keluar dari ruangan.

"Bisa kita bicara?"

Ketiga orang lainnya segera meninggalkan ruangan setelah Itachi berjanji akan mengantar Temari pulang ke kediaman Sabaku.

"Apa?"

"Dengar Itachi, aku tidak mau bertunangan denganmu."

"Kenapa?" tanyanya tenang sambil memasukkan sebelah tangannya ke saku celananya.

"Are you insane? Kita tidak punya hubungan apa-apa, bagaimana bisa kita bertunangan? Pokoknya kita harus menyusun rencana untuk membatalkan rencana ini."

"Aku tidak mau. Aku tidak mau mengecewakan ayahku."

"Itachi..~" keluhnya putus asa. "Ini bukan masalah mengecewakan orang tua atau tidak, ini tentang masa depan kita, kau akan menghabiskan sisa hidupmu denganku. Apa kau mau itu? Lagipula kau bukan tipeku. Kau sudah dengar kan gosip yang beredar tentangku? Aku ini shotacon dan lolita complex. Kau mau menghabiskan hidupmu dengan wanita sepertiku?"

Wajah Itachi berubah menjadi serius mendengar pengakuan Temari barusan, ia menegakkan tubuhnya dan memandang tajam ke arah wanita di hadapannya.

"Dengar Temari. Jika kau suka menjalin hubungan pria yang usianya lebih muda darimu seperti Shikamaru ataupun pada pria yang wajahnya imut seperti Sasori, itu bukan berarti kau shotacon ataupun lolita complex. Bagiku itu hanya seleramu saja yang buruk terhadap pria."

Lidah Temari seolah kelu mendengar teori Itachi tentang dirinya, maka ia hanya bisa terdiam menatap pria itu tanpa bisa membalas perkataannya.

oOo

Suara desingan panah yang menancap tepat di tengah papan dart diselingi suara tawa seorang wanita.

"Dia bilang apa tentangmu, Temari?"

"Seleraku buruk tentang pria." Jawabnya sambil membenamkan wajahnya ke bantal.

Saat ini Temari berada di rumah Tenten, ia meminta Itachi mengantarnya ke rumah sahabatnya itu dan bukan ke rumahnya.

Suara tawa Tenten kembali terdengar, ia menghempaskan pantatnya di sebelah Temari yang masih menelungkupkan badannya di ranjangnya.

"Astaga, aku sungguh tidak mengerti jalan pikiran Itachi. Jelas-jelas kau sudah mengakui kelainanmu itu, tapi dia masih beranggapan seperti itu." Suara tawa geli Tenten kembali terdengar.

"Tutup mulutmu, Tenten. Kelainan katamu? kau pikir dirimu normal berpacaran dengan cowok bishounen macam Neji yang bahkan lebih cantik dibanding dirimu." Temari membalikkan badannya dan menatap langit-langit.

"Yah what can I say, kita berdua memang punya selera yang aneh pada laki-laki. Tapi aku masih heran dengan jalan pikiran Itachi."

"Pikiran orang jenius itu tidak akan dimengerti oleh kita, hanya sesama jenius yang mengerti mungkin." Temari memiringkan badannya dan meraih boneka panda di tengah ranjang Tenten dan mulai membelai-belai perutnya yang berbulu.

"Kalau begitu tanya saja pada Shikamaru, dia jenius kan?"

Tenten hanya mengangkat tangannya ketika Temari mengambil ancang-ancang melemparkan boneka kesayangannya ke wajahnya.

"Jadi kau akan bertunangan dengan Itachi?"

"Kecuali kau mau menampungku setelah ayah mencoretku dari daftar ahli warisnya, mungkin aku tidak akan bertunangan dengan Itachi."

"Itu berarti kau positif akan bertunangan dengannya." Tenten mengambil kesimpulan sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. "Wah selamat Temari! Kau akan segera bertunangan."

"Diam Tenten, kau membuat hariku semakin buruk." Temari berkata dengan putus asa sambil kembali membenamkan kepalanya di bantal Tenten.

To be continued...

Author's note:

Whoops... Bukannya publish fic multichap yg lain malah, publis new fic. Ya sudahlah, sudah terlanjur, dibaca and review aja ya...

Multichap yang lain masih dalam proses kok, sabar ya...