.
.
.
.
"Hey! Kau mau melanjutkan kemana?"
"Aku lebih memilih menjadi sidekick."
"Mineta! Minta foto donk!"
"KAU BERCANDA?!"
"TENTU SAJA IYA!"
Hari ini merupakan hari penting bagi Yuuei. Hari dimana salah satu angkatan di Yuuei, angkatan Midoriya Izuku dan yang lainnya, lulus dari sekolah. Setelah acara kelulusan, tampak beberapa siswa berkumpul. Sekadar berfoto bersama, atau bercakap-cakap sebelum berpisah.
Hal yang sama juga dilakukan oleh kelas A, kelas Pahlawan. Mereka berkumpul, bersenda gurau, bahkan ada yang menangis karena akan berpisah.
"Jadi, kita sebagai murid Yuuei yang sudah lulus, punya kewajiban untuk berkontribusi dalam masyarakat! Karena kita adalah pahlawan, dan…"
"Dan dia mulai lagi." Bisik Sero kepada Kaminari sambil melihat Lida Tenya, sang ketua kelas—maksudnya mantan ketua kelas-mereka, yang memulai 'pidato'-nya, tidak lupa dengan tangannya yang bergerak aneh. Kemudian Yaoyorozu sebagai mantan wakil ketua kelas menghentikan pidato gaje tersebut, disambut dengan suara tawa yang lain dan kalimat protes dari Lida.
Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang memisahkan diri dari kerumunan itu. Sang pemuda berambut pirang, bermata merah, dan dengan quirk ledakan yang mematikan. Siapa lagi kalau bukan Bakugou Katsuki. Dia memisahkan diri, berjalan menuju sebuah bata kecil yang dijejer rapi melingkari beberapa tanaman, dan mendudukkan dirinya. Dia merasa gerah, padahal ini adalah musim semi.
DUK!
Saat dia melamun, tiba-tiba seseorang mendudukkan dirinya di sebelah Katsuki. Dia menoleh dan mendapati sepasang mata bulat cokelat, dengan pipi tembem, dan rambut coklat.
Uraraka Ochako.
"Oh! Hai Bakugou-kun!"
"Berisik kau, Wajah Bulat! Apa yang kau mau?!"
"Ara-ara, Bakugou-kun. Jangan galak-galak begitu. Aku hanya duduk disini." Ujar Ochako mengabaikan tatapan tajam dari Katsuki. "Aku capek berdiri terus."
"Dasar lemah." Ochako yang mendengarnya cemberut.
"Aku kan tidak sepertimu."
Hening sejenak. Katsuki melihat Ochako sekilas. Uraraka Ochako, cewek yang dulu dia benci hanya karena dia berteman dengan Midoriya Izuku. Dia salah sedikit dari beberapa cewek yang berani berhadapan dengannya, bahkan mengajaknya ngobrol seperti teman biasa. Padahal semua anak cewek yang pernah satu sekolah dengan Katsuki saat SD dan SMP selalu ketakutan bahkan saat ditatap olehnya. Dia juga tahan dengan ucapan kasar dan pedas dari Katsuki, dan entah bagaimana saat mengobrol dengan Ochako, dia juga tahan dengan omongan bawel Ochako.
"Ada apa? Bakugou-kun?"
Tersentak.
Tentu saja. Ochako yang tadi melihat kerumunan orang kini menoleh, menatapnya. Tidak pernah ada cewek yang berani menatap matanya duluan, kecuali ibunya. Mendengar pertanyaan Ochako, Katsuki langsung menekuk mukanya, memasang wajah bengis.
"Apa maksudmu?!"
"Bakugou-kun dari tadi kelihatan lebih tenang, tidak seperti biasanya. Ada apa?" Tanya Ochako dengan mata bulatnya.
"Bukan urusanmu! Figuran! Aku tidak ingin dikhawatirkan oleh orang lemah sepertimu!" bentak Katsuki, peduli amat kata-katanya menusuk gadis itu.
"Heh! Begini-begini, aku sudah menjadi lebih kuat!" sanggah Ocahko.
"Cih!"
Kalau dipikir-pikir, Ochako memang sudah berkembang. Saat festival olahraga kelas 2 dan kelas 3, dia berhasil maju sampai babak semifinal, tapi dikalahkan oleh Todoroki. Dan saat kelas 3 dia dikalahkan oleh Tetsutetsu. Entah kenapa, mengingat itu saja membuatnya kesal.
"Ngomong-ngomong, Bakugou-kun. Habis ini, kau mau kemana?" Tanya Ochako, membuka pembicaraan lagi.
"Pulang."
"Bukan itu. Apa rencanamu setelah lulus?"
"Apa pedulimu! Urusi saja urusanmu sendiri!"
"Aku cuma bertanya! Belum tentu kita ketemu lagi!"
"Siapa juga yang ingin bertemu lagi dengan sampah sepertimu!"
"Huft" Ochako yang mulai menyerah menggembungkan pipinya, menghadap ke arah lain.
Hening sejenak di antara mereka.
"Tokyo."
"Eh?"
Ochako menoleh, terkejut. Katsuki memberi tahunya. Sejak kapan dia bertingkah seperti itu. Tidak! Dari awal Ochako berpikir bagaimana bisa dirinya duduk lama bersama Katsuki disini. Katsuki yang tidak suka dengan tatapan Ochako meraung.
"Ada apa dengan tatapanmu?! Mau kuledakkan?!"
Ochako hanya berkata 'huh', tersadar kembali. Dia menggoyang-goyangkan kakinya.
"Tokyo, ya. Kuliah atau kerja?"
"Ya tentu saja kerja sebagai pahlawan! Aku akan ditempat Best Jeanist." Ujar Katsuki.
"Oh, semangat ya!" ujar Ochako sambil mengacungkan tinjunnya, yang hanya dibalas Katsuki dengan kalimat "Menjijikkan." Ochako hanya tertawa mendengarnya. Dia sudah terbiasa dengan perkataan Katsuki.
Beberapa saat kemudian, Katsuki baru sadar. Ochako adalah orang pertama dari kelasnya yang mengetahui hal ini. Dia menggelengkan kepala dan melirik Ochako.
"Kalau kau?"
"Apa?"
"Jangan berlagak bodoh! Jangan cuma aku yang memberitahumu!" ketus Katsuki sambil melihat kerumunan di depannya, mengalihkan pandangan.
"Heh? Apa Bakugou-kun ingin tahu?" Ochako bertanya dengan nada menggoda.
"Jangan main-main!" bentak Katsuki merasa dipermainkan, yang disambut dengan tawa Ochako.
"Kagoshima."
Mata Katsuki melebar sedikit mendengarnya. Perlahan dia menoleh kearah Ochako. Didapatinya Ochako yang hanya tersenyum.
"Kagoshima?"
"Yup!"
Sesaat hening. Katsuki bergumam pelan, "jauh".
"Hmm? Apa yang kau katakan?" Tanya Ochako mendengar ucapan Katsuki yang tidak jelas.
"Tidak ada. Apa yang kau lakukan disana, Muka Bulat?!" Tanya Katsuki, lebih seperti perintah. Ochako meringis mendengarnya.
"Aku diterima di sebuah agensi pahlawan yang mengawasi riset masalah antariksa. Berhubung Kagoshima adalah tempat penelitian dan riset antariksa, tempat itu sangat cocok untuk quirk-ku yang, kau tahulah. Zero Gravity." Jelas Ochako, sedangkan Katsuki menatap tajam gadis di sebelahnya.
"Memang jauh sih, jauh banget malah. Jadi mungkin habis ini kita tidak akan bertemu lagi." Ujar Ochako. Pandangannya meredup. Katsuki menoleh ke arah lain sambil mendengus.
"Baguslah!" Katsuki tidak tahu apakah kata itu jujur dari hatinya atau tidak. Hatinya tiba-tiba berdenyut, sakit.
"Ochako-chan, kesini!" tiba-tiba seorang gadis berambut hijau, Asui Tsuyu, memanggil Ochako. Ochako segera bangkit.
"Aku pergi dulu, Bakugou-kun!" ujar Ochako sambil berlari ke arah Tsuyu, disusul oleh teriakan Katsuki "PERGI KAU JAUH-JAUH!"
Setelah berteriak, Katsuki memandang punggung Ochako yang semakin menjauh. Jarak mereka yang semakin merenggang.
.
.
.
.
"Habis itu, Mineta berkata 'bentuk rambutku itu seperti punya Jiro.' Kemudian, kepalanya langsung dicolok oleh kabel jack milik Jiro. Hahahaha!"
"Apa yang lucu dari itu?!"
"Hah, Bakugou-kun sama sekali tidak punya rasa humor sedikitpun."
Saat ini, jam setengah 9 malam, Katsuki dan Ochako tengah pulang bersama, menuju stasiun. Tadi mereka semua mengadakan pesta di rumah Yaoyorozu, tapi Izuku, Hagakure, Ojiro, Tsuyu, dan Sero sudah pulang duluan, disusul oleh Ochako dan Katsuki. Karena tidak ada yang mau pulang lagi selain mereka dan pesta masih berlanjut, maka Ochako dan Katsuki memutuskan pulang bersama.
"Bakugou-kun, ayo mampir ke konbini." Bujuk Ochako saat mereka berdua melewati konbini.
"Hah?! Apa yang mau kau lakukan?!" Tanya Katsuki ketus.
"Aku mau beli sesuatu. Bahan makanan di rumahku sudah habis."
"Kenapa kau tidak membelinya di konbini dekat rumahmu?!"
"Jam segini konbini di daerah rumahku sudah tutup. Ayolah Bakugou-kun!" bujuk Ochako sambil membulatkan matanya yang memang sudah bulat. Katsuki hanya mendecih sambil berbelok ke konbini, yang disambut oleh teriakan 'hore!' dari Ochako.
Ting Tong
"Selamat datang!"
Ochako segera ke rak makanan dan mengambil telur, sosis, susu, dll. Sedangkan Katsuki berjalan santai sambil mengambil sekaleng kopi dari rak minuman, kemudian menghampiri Ochako.
"Kau beli ini?" tanya Katsuki melihat rak belanja Ochako. Dia tahu Ochako tinggal sendiri di apartemen, tapi bahan makanan sedikit ini? Ini tidak akan bertahan untuk 3 hari.
"Karena sebentar lagi aku akan pergi ke Kagoshima, jadi aku tidak memerlukan banyak bahan makanan." Jawab Ochako.
"Sosis dan susu? Pantas saja kau gemuk!" sindir Katsuki tajam.
"Aku tidak gemuk! Cuma tembem!" gerutu Ochako sambil menggembungkan pipinya. Katsuki mengabaikan gerutuan Ochako dan menatap tajam rak belanja Ochako. Perkataan Ochako tentang Kagoshima membuat Katsuki risih. Emosinya bergejolak, rasanya dia tidak ingin mengingat hal itu.
Saat hendak membayar belanjaan, Ochako berkata kepada Katsuki yang pesanan kopi kalengnya sudah dibayar duluan.
"Kau duluan saja."
"Beraninya kau menyuruhku!" bentak Katsuki, tapi tetap menurut dan keluar. Setelah membayar pesanan Ochako yang lumayan, dia keluar dari konbini dan mendapati Katsuki sudah tidak ada.
Ochako menghela napasnya kasar, kemudian tersenyum miris. "Dia benar-benar meninggalkanku." Ujarnya pelan.
TUANG!
Ochako mendengar suara kaleng beradu dengan besi, dan menoleh ke asal suara yang berada di belakangnya. Terlihat Katsuki yang berada di sisi lain konbini. Di sampingnya ada tong sampah besi. Tampaknya dia baru membuang sampah.
"Kau lama sekali, Muka Bulat! Cepatlah, aku capek." Gerutu Katsuki kasar sambil menghampiri Ochako yang masih terpaku.
"Eh? Bukannya kau sudah pulang?" Tanya Ochako masih belum menghilangkan keterkejutannya.
"Kau sendiri yang menyuruhku keluar duluan, dan kemudian kau mengusirku, begitu?!" bentak Katsuki kesal. Apa sih mau gadis di depannya?
Ochako menepuk dahi dengan tangannya yang bebas. "Maksudku, kau pulang duluan."
"JADI APA MAUMU HAH?!" sekarang Katsuki benar-benar kesal. Kemudian dia menatap tajam Ochako.
"Ya udah, ayo pulang!" Katsuki berjalan duluan, kemudian Ochako menyusul.
"Maaf ya. Jangan marah-marah terus, Bakugou-kun." Ujar Ochako mencoba menenangkan Katsuki, yang tentu saja tidak berhasil.
"Padahal bila kau menghilangkan sifat emosionalmu, kau itu cukup tampan lho."
Bahu Katsuki tersentak sedikit mendengarnya.
"Aku tidak peduli tentang itu." Ujar Katsuki ketus.
"Heh? Banyak anak cewek kelas sebelah yang membicarakanmu lho. Ya, kecuali anak cewek kelas kita, karena sudah tahu sifat aslimu."
"Tutup mulutmu, Muka Bulat!" ketus Katsuki. Beberapa saat kemudian, mereka berdua sampai di stasiun.
"Sampai disini, kita berpisah, Bakugou-kun. Kita beda kereta." Ujar Ochako.
"Berisik, Muka Bulat! Pergi dan jangan kembali lagi!"
"Mulutmu benar-benar jahat ya, Bakugou-kun. Aku yakin kau akan kesulitan mencari pacar yang bisa menangani mulut kasarmu." Ujar Ochako sambil tertawa kecil. Katsuki terdiam sejenak.
'Tidak juga, aku menemukannya. 1 orang'
"Ngomong-ngomong Bakugou-kun, makasih ya sudah menemaniku pulang." Ujar Ochako. Katsuki yang mendengarnya hanya mendengus.
"Menggelikan, kalau tidak bareng, mana sudi aku menemanimu!" ketus Katsuki. Tapi bukannya sedih dengan ucapan Katsuki, tiba-tiba Ochako menaruh telapak tangannya, terkecuali jari kelingkingnya, di dada bidang Katsuki. Katsuki tentu saja terkejut.
"Apa yang kau—"
"Aku tahu kok. Aku tahu." Ucap Ochako memotong protes Katsuki.
Beberapa detik mereka bertahan dalam posisi ini, sampai kemudian tiba-tiba berbunyi pemberitahuan bahwa kereta yang Ochako naiki sudah sampai.
"Keretaku sudah sampai. Kalau begitu, mata ashi—" ucapan Uraraka terputus, dia teringat sesuatu. Dia merogoh sakunya, dan menaruhnya di saku Katsuki yang masih terpaku. Ochako berjalan pergi tapi sebelum itu, dia berbalik ke arah Katsuki sambil tersenyum manis.
"Sayounara, Katsuki-kun."
Ochako berjalan pergi, kemudian menghilang di pintu pengecekan tiket. Katsuki terdiam sejenak, kemudian merogoh sakunya dan mendapati sebuah gantungan kunci berbentuk granat dan bebatuan. Katsuki kemudian menatap tempat terakhir Ochako terlihat.
"Dasar bodoh, Ochako."
[End?]
Konbini: Mini market
*Yang terakhir itu, tadinya Ochako mau ngomong mata ashita (sampai jumpa besok), tapi diganti dengan sayounara (selamat tinggal)
Salam hangat
