Tubuh mungil dengan balutan seragam siswi SM Junior High School itu mencoba untuk bersembunyi dari para pengawalnya yang sudah bersiap di area parkiran sekolah. Mata rusanya mengamati sekeliling mencoba mencari jalan alternatif untuknya keluar, tak ada jalan lain kecuali mundur. Dengan berhati-hati kaki mungilnya melangkah mundur.
Satu langkah.
Dua langkah.
Tiga langkah.
Pada langkah berikutnya tubuh mungil itu berhenti. Bibir plum-nya mendecih karena kesal. Masih dengan posisi yang sama karena ia harus mengawasi pergerakan para penjaganya. Jemari lentiknya meraba-raba penghalang di belakangnya.
"Dinding menyebalkan." gumaman itu membuat pria yang sedang berdiri di belakangnya tertawa tanpa suara. Karena gemas dengan ulah si mungil pria itupun meremas bongkahan bokong kenyal di hadapannya dengan sebelah tangan. Hal itu sontak membuat si mungil berbalik dan memekik tertahan saat melihat siapa pelakunya.
"Sudah selesai bermainnya?" pertanyaan yang terkesan biasa namun smirk di wajah tampan itu berhasil membuat si mungil berdigik. Wajah tampannya dibawa mendekati wajah manis si mungil yang menunduk dalam menatapi sepatunya sendiri. Sebelah tangannya sudah ia julurkan untuk meraih dagu si mungil lalu diangkatnya wajah manis itu dan terlihatlah wajah kesal dengan mata rusa beningnya mencari-cari suatu fokus selain wajah namja tinggi di hadapannya.
CHU
Sebuah kecupan didaratkan tepat di kedua belah bibir pink tanpa polesan milik sosok yang lebih mungil. Bibirnya ia majukan beberapa senti ke depan. Sang pria menjauhkan kepalanya dari si mungil lalu menggeleng-geleng.
"Hentikan itu, Luhan. Atau kau mau aku memasukimu di sini?" ucapan yang terkesan santai namun sanggup membuat sosok yang dipanggil Luhan sontak mengembalikan bibirnya ke posisi semula. Ia tidak ingin image sebagai murid teladannya diambil oleh siswa lain akibat kelakuan gila pria yang berstatus sebagai tunangannya itu. Setelah melirik Luhan yang sudah memasang wajah biasa tangan besar sang pria menariknya dengan lembut namun terkesan tergesa-gesa.
"YAK! Kita mau kemana ahjussi mesum?" Luhan mencoba mengimbangi langkah pria yang lebih tua delapan tahun darinya itu.
"Membeli gaun untukmu. Atau kau mau lingerie saja?" sang pria berkata sembari menatap tubuh Luhan dari ujung rambut hingga sepatunya.
"Aku ini namja, untuk apa membeli gaun?" suaranya mengecil pada ujung kalimat.
"Kau sendiri yang memakai pakaian yeoja–"
"Aku 'kan memakai ini untuk menyamar."
"Dan itu sangat cocok untukmu, sayang." bisiknya tepat di telinga namja yang lebih mungil.
"YAK! AKU MEMBENCIMU, OH SEHUN!" pekiknya sembari menghentak-hentakkan kedua kakinya yang malah membuatnya terlihat makin menggemaskan bagi namja di sampingnya.
"Aku juga mencintaimu, sayang." tangan lebarnya mengusak kepala mungil yang ditutupi rambut palsu itu dengan lembut.
.
.
.
Say That
.
.
.
Author : Ciervo Azul
Genre : Drama, Romance
Warning : Typo(s),YAOI, dll.
Rate : M
Length : Two Shots
Cast :
.:.) Luhan
.:.) Sehun
.:.) Others
Summary :
Luhan yang malang harus bertunangan dengan namja yang memiliki hormon berlebih seperti Sehun. "Apa kau mencintaiku?" –Sehun. "Aku membencimu, ahjussi mesum." –Luhan.
.
.
.
.:: Dedicated to Nyonya Xiao'Lu ::.
.
.
Setelah membubarkan para pengawal dari area parkir salah satu sekolah ternama di Korea Selatan itu Sehun segera membawa Luhan ke dalam Audi hitamnya. Sepasang anak adam itu hanya berdiam diri, Sehun yang fokus pada mengemudi dan Luhan yang duduk tenang sembari menatap ke luar kaca mobil. Rasa bosan mulai menghantuinya, ini terlalu hening dan ia benci keheningan. Dengan dorongan rasa jengah ia mengambil sebuah keping cd di dalam dashbord lalu menyalakannya.
Niga bogo sipeoseo
(Aku merindukanmu)
Neomu bogo sipeoseo
(Aku sangat merindukanmu)
An doeneun jul almyeonseo
(Aku tahu ini dilarang)
Siganeul doedolliryeo hae
(Tetapi aku mencoba untuk mengulang waktu)
Bang han kyeone gidaeeo
(Aku bersandar pada satu sisi ruangan)
Neoreul bulleobojiman Say Yes
(Dan memanggil namamu, katakan ya)
Ijhyeojin ne moksoriman
(Hanya mencoba melupakan suaramu)
Lagu dari salah satu boy band yang sedang naik daun itu mulai terdengar ditemani dengan dentingan piano. Sehun yang awalnya fokus pada jalanan di depannya sesekali melirik pada namja mungil di sampingnya yang sedang bernyanyi mengikuti lagu yang sedang ia pasang. Sebuah senyum tipis terkembang di bibir tipisnya. Namun saat meresapi lirik lagu tersebut keningnya mengerut.
"Kau sedang sedih?" tanyanya sembari menarik rem tangan karena lampu lalu lintas sedang berwarna merah. Luhan menghentikan acara bernyanyinya lalu menatap Sehun sembari mengerjap polos.
"Aku bahkan baru sadar ini lagu sedih." ia terkekeh atas kebodohannya sendiri.
"Tapi lagu ini bagus. Aku sangat menyukainya." sambungnya sembari mengulum senyum. Sehun menatap Luhan sembari menaikkan salah satu alisnya.
"Bagaimana denganku?" Luhan menatapnya dengan jengah.
"Aku membencimu, ahjussi mesum." Sehun mengindikkan bahunya tak peduli. Ini sering terjadi, ia sudah terbiasa dengan jawaban itu.
"Nanti malam kau makan sendiri, aku harus bertemu seseorang." pernyataan itu membuat si mungil memfokuskan pandangannya pada namja albino di sampingnya, lebih tepatnya pandangan tak suka yang ia berikan. Sehun tersenyum menang dalam hati.
'Kena kau.' batinnya.
"Dengan siapa?" ada nada curiga dalam pertanyaan itu.
"Seorang yeoja" jawab Sehun dengan santai.
"Apa dia ahjumma sexy yang datang ke kantormu waktu itu?" suara Luhan mulai meninggi namun Sehun menanggapinya dengan anggukan yang terkesan biasa.
"Jangan harap kau bisa masuk ke kamarku malam ini." ancam Luhan sembari bersekedap dada. Sehun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya lalu kembali melajukan mobilnya setelah lampu lalu lintas berubah menjadi hijau. Tiga puluh menit mereka habiskan dalam perjalanan, saat sampai Luhan terlebih dahulu memasuki rumah menuju kamar pribadinya. Sehun berjalan dengan santai di belakang, saat berpapasan dengan pengasuhnya sejak kecil Sehun langsung mengajaknya berbincang.
"Jung ahjumma, nanti malam aku akan makan malam di luar. Pastikan Luhan memakan makan malamnya, jangan sampai dia sakit. Aku percaya kepadamu, ahjumma." Sehun memberikan senyuman terbaik sebagai penutup.
"Apa tuan muda akan bertemu dengan–"
"Ya, aku akan bertemu dengannya, sudah lama kami tidak berkencan. Mungkin aku akan pulang besok pagi." potong Sehun. Yeoja paruh baya bermarga Jung itu menganggu mengerti.
"Semoga tidak ada wartawan yang melihat kalian."
"Semoga saja." Sehunpun melangkahkan kakinya menuju kamarnya yang tepat berada di sebelah kamar Luhan.
.
.:: Say That ::.
.
Audi R8 berwarna hitamnya sudah terparkir di area khusus milik restoran jepang yang sudah di-booking khusus untuknya dan seseorang yang telah menunggunya di ruang VVIP. Pandangannya ia edarkan ke setiap sudut restoran, memastikan tak ada seorang wartawanpun yang berada di sana. Puas dengan ketidak beradaan mahluk pemburu berita itu ia langsung menuju meja resepsionist. Setelah berhadapan dengan resepsionist Sehunpun dibawa ke lantai dua, memasuki sebuah ruangan yang cukup besar untuk dua orang. Melihat orang yang ditunggu sudah datang membuat yeoja di depan Sehun segera memeluknya dengan tak sabar.
"Aku sangat merindukanmu." kekakuan sempat hinggap di diri Sehun, namun itu tak berlangsung lama setelahnya ia membalas pelukan dari aktris yang lebih tua tujuh belas tahun darinya.
"Aku juga merindukanmu." balasnya sembari mengulum senyum hangatnya. Saat pelukan hangat itu dilonggarkan sepasang onyx kelam itu berpandangan.
"Bagaimana kabar tunanganmu? Siapa namanya? Luna... Luga–"
"Luhan. Dia baik-baik saja. Hanya sedikit cemburu dan itu normal kurasa." ada kesan bangga di balik kalimat itu.
"Hahh andai aku sudah pensiun dia pasti tidak akan cemburu."sesalnya. Sebuah genggaman Sehun hadiahkan pada sang yeoja tak lupa usapan-usapan menenangkan diterima telapak tangannya.
"Semua akan baik-baik saja. Ayo kita makan, aku sudah lapar sejak tadi." Sehun memegang perutnya dengan wajah kelaparan yang dibuat-buat. Sang yeoja memanggil pelayan yang bertugas melayani ruangan mereka lalu memesan beberapa menu untuk dihabiskan berdua dengan namja di hadapannya.
"Makan yang banyak. Buka mulutmu, aaaa~" sesekali Sehun menerima suapan dari sang yeoja begitupun sebaliknya.
"Bagaimana Jepang?" Sehun mulai membuka percakapan.
"Menyenangkan seperti biasanya. Liburan kemarin memang yang terpanjang tapi terasa biasa karena kau tidak ikut." Sehun terkekeh mendengarnya.
"Appa juga harus ikut kalau aku ada." godanya pada sang yeoja membuat sang target memberenggut kesal.
"Kau sendiri? Bagaimana hubunganmu dengan Luhan? Apa kalian sudah pernah melakukannya?" pertanyaan bertubi-tubi itu ia lontarkan untuk mengalihkan pembicaraan.
"Tentu saja, aku 'kan namja dewasa. Kami hampir melakukannya setiap malam." Sehun berkata dengan banga dan lugas namun sebuah pukulan di kepala yang ia peroleh.
"Luhan itu masih dibawah umur. Tega sekali kau melakukan itu pada anak lima belas tahun sepertinya. Aku tak menyangka pernah melahirkan namja mesum sepertimu." omelan itu terlontar begitu saja dari bibirnya.
"Eomma... Kata-katamu. Lagi pula Luhan harus membiasakan diri untuk melayani calon suaminya di ranjang sejak dini." bisik Sehun dengan hati-hati. Berada di tempat umum seperti ini memang harus diwaspadai karena bisa saja alat penyadap ada di sekitar mereka.
"Hahh aku hampir lupa. Jangan terlalu sering melakukannya, dia masih sekolah. Ingat itu, Oh kecil."ancam yeoja yang berstatus sebagai ibu Sehun itu sembari mengacungkan jari telunjuknya ke hadapan wajah sang anak.
"Ya, akan kuingat, nyonya Oh." acara makan malam merekapun berjalan dengan lancar dan kencan ibu-anak itu berlanjut di apartment rahasia Kwon Mina; ibu Sehun. Lima jam sudah mereka menghabiskan waktu bersama, ketika dirasa cukup akhirnya Sehunpun pamit undur diri. Waktu menunjukkan pukul dua dini hari dan Sehun baru sampai di kediamannya. Jung ahjumma yang menyambutnya untuk membuka pintu. Ia sempat menanyakan perihal Luhan yang dijawab dengan baik-baik saja. Setelahnya ia berjalan menuju kamar namja manisnya, pintunya selalu terkunci namun tidak menjadi penghalang karena Sehun memiliki kunci cadangannya.
CKLEK
Dibukanya pintu dengan ukiran rumit di setiap sisinya itu dengan pelan. Kamar itu hanya diterangi lampu tidur yang membuat kesan remang dan nyaman. Sosok mungil itu ada di sana, meringkuk bagaikan janin sembari memeluk erat boneka rusa yang besarnya hanya setengah dari tubuhnya. Setelah menutup kembali pintu, ia melangkahkan kaki jenjangnya kearah ranjang. Ditatapnya wajah tenang sang tunangan yang terlihat bagaikan malaikat tertidur. Tak mau berlama-lama, ia langsung membuka kemeja dan celana bahannya menyisahkan boxer hitamnya lalu mengambil posisi di samping namja manis pemilik kamar, direngkuhnya tubuh mungil yang sedang membelakanginya. Sebuah kecupan di puncak kepala berambut coklat madu diberikannya.
"Aku sudah pulang, sayang." bisik Sehun sembari menyamankan posisi tidurnya dan tak lama kemudian iapun tenggelam dalam lautan mimpi.
...
Keesokkan harinya, Luhan bangun terlebih dahulu, tubuhnya menggeliat dalam rengkuhan Sehun. Tanpa sengaja butt kenyalnya menggesek penis sensitif sang dominan yang mau tak mau membuat kesadaran sang pemilik penis terkumpul sepenuhnya.
"Morning sex di hari Sabtu kedengarannya tidak buruk." bisikan sensual itu membuat tubuh Luhan berdigik dengan sendirinya.
"A-aku tidak sengaja menyentuhnya. I-itu han–"
"Kau sudah membangunkannya dan harus menidurkannya sebagai pertanggungjawaban, litte deer." gigitan lembut di salah satu telinga; salah satu daerah sensitif Luhan, membuatnya mulai terangsang. Remasan lembut di bagian selatannya membuat si mungil menutup matanya, wajahnya memerah dan napasnya mulai memburu.
"Enghh" desahan tertahan yang membuat smirk di bibir tipis namja bermarga Oh itu semakin melebar.
"Kau bahkan menikmati sentuhanku, sayang." kini bibir tipisnya mulai menyapa leher jenjang namja dengan posisi bottom tersebut. Jilatan demi jilatan ia berikan guna merangsang pasangannya untuk meminta lebih. Gigitan-gigitan kecil mulai menyapa leher berkulit mulus tersebut dan terciptalah beberapa kiss mark di sekitar lehernya. Gesekan penis tegang sang dominan pada butt si mungil juga menambah keintiman keduanya.
"Aku akan bermain lembut." sebuah anggukkan pasrah diberikan Luhan sebagai persetujuan. Dengan gerakan cepat Sehun merubah posisinya menjadi menindih Luhan yang tertidur di ranjang dengan wajah terangsangnya. Jemari panjanganya ia bawa untuk membuka piama two pieces milik Luhan, dengan sengaja ia menyisahkan celana dalam Luhan yang terlihat amat sempit akibat ulahnya tadi memainkan Luhan kecil. Kembali diremasnya penis mungil Luhan yang tampak menegang di dalam balutan sebuah kain.
"Sehunhh... Lepaskanhh."desahan Luhan yang sarat akan permohonan membuat smirk tak pernah lepas dari bibir Sehun.
"You have to beg for it, baby."jemari panjang itu masih memainkan penis mungil Luhan yang nampak mengeluarkan pre-cum karena celana dalamnya mulai basah.
"Daddy, please..." mata rusanya yang semula terpejam mulai terbuka dan langsung saja menatap mata tajam Sehun dengan tatapan sayunya. Dalam sekali hentakan celana dalam itu terlepas dari tubuh Luhan dan berakhir terlempar entah kemana. Sehun menatap kedua buah puting Luhan yang sudah tegak menantang bibir tipisnya untuk segera menyesap keduanya. Wajah tampannya sudah berada di hadapan salah satu puting Luhan, hembusan napas panas ia berikan pada benda mungil berwarna pink tersebut yang membuat sang pemilik menggeliat tak nyaman. Tak mau mengulur waktu lebih lama bibir tipisnya segera meraup puting kiri Luhan sedangkan puting kanan ia mainkan dengan tangan kirinya tak lupa tangan kanannya memberi hand job pada Luhan kecil di bawah sana.
"Feels good, baby?" tanya Sehun di sela hisapannya.
"Yeah, it feels good, daddy." Luhan memejamkan kedua matanya meresapi kenikmatan yang diberikan sang tunangan pada tiga titik sensitifnya. Dadanya ia busungkan, kedua tangannya menahan kepala bagian belakang Sehun agar tak berpindah ke lain tempat. Penis mungil itu berkedut tanda ia akan segera klimaks dan Sehun yang mengerti akan hal itu langsung mempercepat ritme permainannya. Sesekali ia remas kedua twin balls yang menggantung meminta perhatian dari tangannya. Tiga remasan terakhir dan Luhanpun mendapatkan puncaknya.
"DADDYHHH." Sehun membiarkan Luhan menikmati masa-masa klimaksnya, mata tajamnya menelusuri tubuh mungil yang dipenuhi peluh itu. Luhan sangat menggairahkan. Saat kedua mata rusa itu terbukan dan menatapnya dengan sayu jangan lupakan bibirnya yang sedikit terbuka, Sehun langsung saja meraup bibir plum itu dengan bernapsu. Tak lupa salah satu jari panjangnya memasuki lubang anal berwarna merah yang sudah berkedut sejak tadi seolah memohon untuk dimasuki. Hole sempit itu terus menelan jari Sehun, dimaju-mundurkannya jari itu hingga membuat namja mungil di bawahnya meleguh tertahan karena kenikmatan. Merasa kurang dengan satu jari iapun memasukkan dua jari berikutnya untuk melebarkan hole sempit milik Luhan yang sialnya tak pernah terasa melar. Sehun masih mencari sweet spot Luhan yang terengah-engah di bawahnya setelah acara perang lidah dimenangkan oleh namja albino itu.
"There, daddy! There!" smirk Sehun mengembang saat ketiga jarinya dapat menemukan titik kenikmatan Luhan. Berulang kali dihujamnya ketiga jari itu pada tempat yang sama. Desahan namja berwajah cantik itu memenuhi isi ruangan. Tangan Sehun yang lain tak luput dari penis Luhan yang kembali menegak. Tak berapa lama kemudian erangan kenikmatan Luhan terdengar kembali. Sehun mengusap penisnya yang sudah siap sejak tadi, diarahkannya kejantannya ke lubang merah Luhan. Gesekan milik Sehun pada pintu hole Luhan sangat mengganggu.
"Sehun, masukkan ahh." protes Luhan saat napsunya suda di ubun-ubun.
"Beg for it, baby shh." sebisa mungkin Sehun menahan keinginannya untuk mengehentakkan penisnya ke dalam hole sang bottom.
"Daddy, masukkan penis tegangmu ke dalam hole sempitku yang berkedut-kedut ini. Kumohon..." wajah memelas dengan rona merah di kedua belah pipi dan mata sayunya yang sangat menggoda cukup untuk meruntuhkan dinding pertahan Sehun.
"I'm in, baby." dalam sekali hentakan penis dengan ukuran luar biasa itu langsung tertanam sepenuhnya dalam hole ketat Luhan. Sang dominan menghadiahi kecupan-kecupan ringan di wajah sang submisif untuk menenangkannya. Setelah beberapa saat keheningan menyelimuti sepasang anak adam tersebut, akhirnya anggukan pelan dari namja berstatus bottom itu membuat Sehun memaju-mundurkan tubuh bagian selatannya secara perlahan. Kedua tangannya meremas bongkahan padat nan kenyal milik Luhan sementara bibirnya memanjakan kedua puting tegang yang haus akan hisapannya.
"Faster daddyhhh."jemari mungilnya ia sematkan pada helaian dark brown sang dominan, sesekali menjambak dan mengusaknya hingga surai itu menjadi tak beraturan. Sehun menambahkan kecepatan hujamannya dalam hole Luhan. Dinding rektum yang mengetat menambahkan sensasi memabukkan bagi kejantanan Sehun. Leguhan demi leguhan keluar dari kedua belah bibir mereka, dan pekikan kenikmatan Luhan terdengar saat Sehun menemukan sweet spot-nya dan di waktu bersamaan tangan lebar milik sang dominan memanjakan penis mungil sang submisif. Sehun yang mulai di luar kendali menghujamkan penisnya dengan brutal. Milik Luhan sudah membesar tanda ia akan mengeluarkan air maninya dan Sehun menambah intensitas tumbukkannya. Tak berapa lama kemudian Luhan kembali klimaks dan mengeluarkan cairan kentalnya di tangan dan dada bidang Sehun. Tak mau kalah dengan sang submisif, Sehunpun terus menumbuk sweet spot Luhan dengan telak. Dua tumbukkan terakhir dan sang dominan mencapai puncaknya. Napas keduanya sama-sama terengah, Sehun membaringkan tubuhnya di sebelah Luhan.
"Aku mencintaimu." sebuah ucapan yang sudah sering Sehun lontarkan, namun kali ini terlontar dari namja mungil yang sedang meringkuk menenggelamkan wajahnya di dada bidang nan nyaman milik Sehun. Kikikan halus itu terdengar mengganggu telinga si mungil.
"Aku selalu mencintaimu, sayang." usapan halus punggu putih polos itu membuat sang pemilik mendongakkan wajahnya menghadap tunangannya.
"Apa yang kau lakukan semalam sampai pulang larut?" pertanyaan itu lagi, ini bukan kali pertama Luhan mengintrogasinya setelah bertemu dengan Kwon Mina –sang ibu-. Sehun mengulum senyumnya, ia suka sekali saat-saat seperti ini. Luhan yang cemburu sangat menggemaskan di matanya.
"Makan malam lalu berkunjung sebentar ke apartment pribadinya."wajah tak bersahabat Luhan membuat tawa Sehun pecah di ruangan yang dipenuhi dengan boneka rusa dan unicorn itu. Luhan memberenggut kesal melihat respon dari Sehun. Ketika kedua lengannya akan terlepas dari tubuh Sehun ia tersentak.
"Dia eomma-ku, sayang." sontak mata rusa itu membola, jangan lupakan rahangnya yang terbuka lebar. Ia terkejut, bahkan sangat amat terkejut. Sehun menjelaskan perihal status sang ibu yang membuatnya tak bisa leluasa bertemu dengannya. Ia lahir saat ibunya masih berusia tujuh belas tahun akibat melakukan kegiatan intim dengan sang ayah. Setelah mengetahui hal itu sang ayah langsung menikahi ibunya. Awalnya mereka terlihat bahagia, tetapi kesedihan terus menghantui sang ibu. Mimpinya untuk menjadi seorang pulik figur musnah sudah saat ia hamil. Agency tempatnya bernaung sebagai trainee memiliki peraturan yang mana tak akan menerima seorang berstatus sebagai ibu ataupun ayah dengan usia muda sepertinya. Melihat sang istri yang cukup tergoncang membuat ayahnya mengalah, ia membebaskan sang istri untuk berkarir. Sebuah surat cerai atas nama dirinya dan sang istri telah tercetak dan keduanya sama-sama sepakat untuk membesarkan Sehun tanpa diketahui media massa. Beruntung pernikahan mereka hanya dihadiri oleh keluarga inti jadi tak banyak pihak yang tahu.
.
.:: Say That ::.
.
Dua minggu berlalu setelah pengakuan Sehun perihal sang ibu yang selalu membuat Luhan penasaran, cemburu dan berakhir dengan rasa malu. Luhan baru saja menyelesaikan jam pelajaran tambahannya, sejak semalam ia sama sekali tak menemukan keberadaan sosok sang tunangan. Ia sangat berharap saat kaki mungilnya sampai di area parkir ia bisa menemukan Sehun menunggunya sembari duduk di kap mobilnya seperti biasa yang ia lakukan. Namun nihil, tak ada mobil Sehun di sana. Mobil yang biasa menjemput Luhan saat Sehun sedang sibuk juga tak ada. Saat namja berwajah manis itu sibuk dengan pikirannya sendiri, seseorang tak dikenal membekapnya dengan sapu tangan beraroma asing yang membuatnya tak sadarkan diri. Tak ada satupun yang mencurigai hal itu karena keadaan sekolah sedang sepi. Sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan kedua namja denga tingkat kesadaran yang berbeda itu.
"Mereka sudah di sana?" pertanyaan itu terlontar setelah sang pelaku pembekapan memasuki mobil tersebut dengan tubuh mungil Luhan yang ia rebahkan di sampingnya.
"Ya, mereka sudah menunggu kita." anggukan mengerti diberikan sebagai jawaban dan mobil itu mulai menjauh dari sekolah Luhan menuju tempat dimana sang Boss menunggu hasil tangkapan mereka.
...
Kening namja cantik itu mengkerut menandakan kesadarannya akan segera kembali. Tangan mungilnya meraba setiap sisi yang bisa ia gapai. Mata rusanya ia buka, tangan kirinya mengepal lalu ia bawa ke mata kirinya. Mengusap-usapnya beberapa kali lalu melakukan hal yang serupa pada mata lainnya. Luhan terduduk di sofa nyaman tempatnya tertidur tadi. Ruangan ini sangat gelap namun tiba-tiba seseorang menarik gorden jendela yang nyatanya sangat besar di depan Luhan dan langsunglah sinar bulan purnama memasuki ruangan tersebut. Orang asing yang Luhan tak tahu siapa itu berdiri kurang lebih enam meter dari tempatnya. Onyx coklat kelamnya menangkap pergerakan orang itu, ia mendekati sebuah grand piano lalu menekan beberapa tutsnya yang menghasilkan alunan harmonis yang ia kenal.
"Lagu ini 'kan–" gumam Luhan terhenti saat orang itu menyanyikan sebuah lagu. Ia kenal suara dan lagu ini. Suara yang tak ia dengar sejak semalam, suara yang selalu mengucapkan kata-kata cinta padanya, suara yang selalu enggan untuk diminta bernyanyi namun kali ini ia menyanyikan lagu kesukaan Luhan yang berlirik sedih namun indah.
Oh neomu yeppeoseo neomuneomu gowaseo
(Oh kau sangat indah, kau sangat lembut)
Buseojil geot gatassdeon
(Jika kau tetap menyimpan memori-memori itu)
Geu chueokdeureul ganjikhago idamyeon
(Yang terlihat sangat rapuh)
Luhan mendekatinya dengan senyuman yang tak lepas dari kedua belah bibirnya. Langkah kakinya tak terburu-buru. Ia berjalan dengan perlahan mengikuti ritme lagu kesukaannya.
You Say You Say
(Kau bilang, Kau bilang)
Geudaewa naega hamkke
(Lagu ini)
Bureugon haedeon i norae
(Yang seharusnya kau nyanyikan bersamaku)
Honjain bamimyeon I Stay
(Saat kau sendirian di malam hari, Aku tetap di sini)
Saranghae saranghae
(Aku mencintaimu, Aku mencintaimu)
Eonjena ireohge neoreul gidarigo isseo
(Aku selalu menunggumu seperti ini)
Malhaejwo naege Just Stay
(Katakan pada untuk tetap di sini)
Geudaeyeo Say Yes
(Akankah kau berkata ya)
Nyanyiannya terhenti saat menyadari ada sosok mungil di sampingnya. Ditatapnya tubuh mungil yang bergetar dengan isakan dari bibir plum-nya.
BRUK
Ditabrakkannya tubuh mungil itu pada dada bidang sang tunangan. Diangkatnya tubuh Luhan dan memposisikannya di atas pangkuan nyamannya. Usapan-usapan serta kalimat penenang terlontar dari bibir sang dominan.
"Kenapa kau menangis hmm? Apa suaraku seburuk itu?" sebuah kekehan di ujung pertanyaan menggelikan itu membuat si mungil dalam rengkuhannya mendongak dengan mata yang masih mengeluarkan air mata dan langsung saja Sehun menghapuskannya dengan ibu jarinya.
"Aku merindukanmu, ahjussi mesum!" Luhan mengembungkan kedua pipinya tak lupa bibirnya dimajukan beberapa senti. Sontak gerutuan yang terbilang menggemaskan itu membuat Sehun tak tahan untuk mengulum bibir menggoda Luhan. Setelah puas menyatukan bibir tipisnya dengan bibir mungil namja manis di hadapannya itu ia langsung memundurkan tubuh sang submisif. Salah satu tangannya memasuki kantung jas berwarna abu-abunya.
"Apa kau mencintaiku?" pertanyaan yang selalu Sehun lontarkan kepada Luhan. Sang tunangan memutar matanya malas lalu menatap Sehun dalam.
"Aku sangat mencintaimu, daddy."
CHU
Sebuah kecupan manis dihadiahkan si mungil sebagai pelengkap kalimatnya. Keduanya saling melempar senyuman satu sama lain. Tiba-tiba tangan Sehun yang tak kosong terangkat ke hadapan Luhan, dibukanya kotak beludru yang berisikan sebuah cincin.
"Menikahlah denganku"
.
.
.
FIN
:: Author's note ::
To readers :
Ini ff two shots pertama gua, gantung kan? Emang kelanjutan cerita tergantung couple gua nerima lamaran gua apa kaga(?). Jangan protes soal lagunya yang ga pas, gua lagi suka sama lagunya Seventeen – Say Yes dan tadinya pengen bikin selipan angst gitu di tengah tapi takut kepanjangan ntar jadi ya gini wkwk *ditabok*. Typo bertebaran keknya soalnya gua ga ngedit sama sekali. Review juseyo~
.
To Nyonya Xiao'Lu :
Happy 2nd monthsary, deer. Entah kamu mikirnya gimana pas aku mutusin kamu kemarin, tapi yang pasti itu cuma bohongan ok? Kamu emang ga ada salah apa-apa, maaf udah bikin kamu sedih. Jahat emang aku mah. Seperti yang kamu lihat di ff ini, si PertaMina yang kemarin pasang rls sama aku itu emak rena. Aku nyiapin ff ini buat ngelamar kamu, tapi rasanya kurang greget gitu kalo Cuma ff. Ya udah sekalian aja aku ngerjain kamu. Marah ya? (Pastilah, retoris banget gua -_-"). Terserah sih kamu mau jadian sama si GD hyung itu kan hak kamu, paling nanti aku yang galau berkelanjutan hahaha *katawa miris*. Tapi ya kalo kamu mau maafin aku ya aku seneng banget. Bales di pm aja ya. Love you /xoxo/
.:: Say That ::.
16:06 WIB
Tangerang, 04/05/16
