GOURMET

Cast: Kim Mingyu, Jeon Wonwoo

pairing: Meanie

Type: Romance, Finclet

"Hyung! Buka mulutmu ahhm..." Sosok laki-laki berkulit tan mengangkat sendok tinggi-tinggi, mencoba menyuapi laki-laki putih di hadapan.

"Tidak usah bodoh! Aku bisa sendiri." Bentak laki-laki putih itu.

"Unng... Kalau aku biarkan kau makan sendiri nanti makananmu tidak habis, aku sudah bersusah payah membuatkannya untukmu." Protesnya.

"Mingyu!" laki-laki putih itu menepis sendok yang sedari tadi bertengger didepan wajahnya, hampir menjatuhkan apa yang ditampung sendok.

Mingyu tahu betul kebiasaan kekasihnya―Jeon Wonwoo ketika makan. Ia hampir tidak pernah menghabiskan makanan yang seharusnya menyusupi tenggorokannya itu, membuat Wonwoo terlihat kurus terlebih ringkih. Nutrisi yang seharusnya menjadi energi ditubuh Wonwoo terbuang sia-sia karena Wonwoo selalu membuang makanannya, membuat laki-laki putih itu mudah sakit akibat daya tahan tubuh yang rendah―kurang asupan makanan. Bahkan ketika mereka berdua sedang kencan seperti ini, Mingyu yang selalu setia membuatkannya makan malam tercengang akibat perbuatan hyungnya itu, ketika ia memergoki Wonwoo yang akan membuang makanan yang ada di piringnya ketika ia lengah. Peristiwa yang terjadi kala kencan ketiga mereka di rumah Wonwoo―enam bulan lalu ketika mereka baru dua minggu resmi menjadi sepasang kekasih.

"Wonwoo hyung!" ucap Mingyu manja.

Wonwoo hanya menatap malas, culas nampak di bibir. Bahkan ia tidak membuka mulutnya satu incipun menuruti permintaan Mingyu. Pandangannya ia alihkan pada acara talkshow di televisi. Alasannya tidak mau makan bukanlah karena hal sepele; bukan karena ia menjaga berat badannya agar terlihat kurus, ataupun karena ia membenci sayur―Ia benci semua makanan. Wonwoo menderita Hypogeusia, sebuah penyakit dimana penderitanya hanya mampu mengecap beberapa rasa saja. Wonwoo hanya mampu mengecap rasa manis, salah satunya adalah cokelat. Wonwoo suka cokelat.

"Aku hanya mau makan cokelat."

Pandangannya masih mengarah pada televisi, tangannya terlipat di depan dada. Kepalanya didongakkan dan kaki disilangkan. Arogan.

"Kau harus makan ini hyung. Lihat! Siapa yang mampu menolak Chicken Cream Soup buatanku? Bahkan orangtuaku menyukainya. Ini adalah makanan dari Western yang sangat lezat dan menyegarkan, kau tidak perlu mengunyahnya dan dibiarkan melewati mulutmu saja!"

"Ya! Aku mau cokelat."

"Tidak hyung! Kau lihat disini? Aku mengiris dagingnya super tebal dan aku memasukkan kaldu yang banyak. Pasti aromanya sangat lezat bukan? Tidak lupa aku masukkan cincangan brokoli dan irisan wortel yang super kecil. Aku tidak tahu apakah kau menyukai sayur atau tidak, tapi aku hanya ingin agar kau sehat Wonwoo-hyung."

Mudah bagi Mingyu bicara, ia tidak merasakan apa yang Wonwoo rasakan. Penderitaannya selama bertahun-tahun: menahan lapar seharian akibat penyakitnya yang mengakibatkan lidahnya tidak mampu mengecap rasa. Wonwoo selalu merasa mual tiap kali makanan menyentuh lidahnya, tidak ada rasa―seperti orang sakit. Aroma makanan dihadapannya memang sangatlah menggugah selera, tetapi Wonwoo sering merasakan keadaan itu. Perasaan dimana nafsu makannya memuncak ketika mencium aroma lezat makanan, lalu termual-mual ketika makanan itu menyentuh lidahnya―tidak ada rasa.

Wonwoo melirik sekilas, pandangannya ia alihkan lagi pada televisi.

Mingyu mendecak malas, Wonwoo yang ia kenal memanglah seorang sinis yang selalu membangkang perintahnya. Ia sudah terbiasa dengan sikap keras kepala Jeon Wonwoo. Mingyu tahu cokelat itu enak, tetapi mengkonsumsi cokelat setiap hari bukankah tidak baik? Terlalu sering memakan camilan manis itu dapat merusak gigi, ia khawatir gigi Wonwoo rusak.

"Baiklah kalau begitu, aku tidak peduli kau kelaparan hyung. Aku mau bersantai."

Mingyu meluruskan kakinya, kursi yang ia diduduki memang pendek―malah kelewat pendek bagi Mingyu. Peralatan di meja makan Wonwoo terbilang mini, membuat Mingyu yang memiliki tubuh jangkung pegal karena terlalu lama mendudukan bokongnya disana. Ditatapnya lamat Wonwoo yang terduduk dikursi yang serupa dengan Mingyu dihadapannya, rahangnya tegas―tanda bahwa dirinya ngambek karena keinginannya tidak terpenuhi. Mingyu merasa kasihan, sebenarnya ia tidak ingin memperlakukan Wonwoo seperti ini. Tubuhnya ringkih dan dirinya mudah tersakiti. Mingyu jadi tidak tega.

"Terserah!"

Mingyu merogoh saku, meraih batangan disana. Cokelat. Mingyu memang selalu menyiapkan cokelat tiap kali berkunjung ke rumah Wonwoo, ia tahu betul kekasihnya sangat menyukai cokelat. Rencananya Mingyu akan memberikan cokelat itu apabila Wonwoo sudah memakan makan malam yang dibuatnya sebagai gratitude. Mingyu membuka kemasan cokelat tersebut lalu memoteknya, menciptakan suara riuh agar sang kekasih mengalihkan pandangannya dari televisi. Nihil. Obsidian laki-laki putih di sebrangnya masih terpana oleh tayangan di layar putih. Mingyu tak habis akal, ia telan setengah dari potongan cokelat barusan.

"Manis." Katanya lembut.

Wonwo reflek menatap Mingyu. Matanya membulat, mulutnya tercengang. Tak kuasa melihat makanan manis yang sedang dimakan lahap oleh seorang Mingyu.

"Kim Mingyu.."

"Apa?"

"Berikan padaku cokelatnya!"

"Ambil sendiri hyung, namun sayangnya aku akan menghabiskan semuanya."

Mingyu balas dendam, tidak rela masakannya diabaikan oleh Wonwoo. Laki-laki tan itu melahap setengah dari sisa batangan cokelat tadi, memakannya bulat-bulat. Dapat dilihatnya Wonwoo mengatupkan mulutnya, ternganga lebar. Mingyu puas. Ia memang ingin membuat Wonwoo kesal, ia sudah merencanakan sesuatu agar Wonwoo mau memakan makanan bergizi buatannya.

"Mingyu.."

Wonwoo bangkit dari kursinya, menyebrangi meja yang menjadi penghalang antara dirinya dan Mingyu. Tak peduli mangkuk dan isinya bertumpahan sempurna akibat perbuatannya. Ditatapnya lamat seorang Mingyu, laki-laki tan itu tampak berpura-pura tidak memedulikan sosok putih yang kini duduk di atas meja disampingnya―mengabaikan. Pandangannya hanya diarahkan pada layar putih dihadapan. Wonwoo mendengus kesal, ia belum makan seharian ini, dari pagi ia hanya minum susu cokelat. Saat Mingyu mengabarinya akan datang Wonwoo memang senang karena ia tahu Mingyu akan membawakannya cokelat, namun sayangnya Mingyu belum menyerah juga menyodorkannya makanan yang ia buat. Sekali lagi membuat Wonwoo kesal.

Perutnya minta diisi, namun cokelat yang sudah ditunggunya telah habis dilahap Mingyu. Mingyu mengecap-ngecapkan bibirnya, kelihatannya cokelatnya belum habis. Bahkan dengan sengaja Mingyu menjilat bibirnya, membiarkan cokelat yang melapisi lidahnya berceceran disekitar bibir. Wonwoo panas. Marah, lapar, kesal semua bercampur menjadi. Wonwoo berdiri, dihampirinya seorang Kim Mingyu.

Mingyu hampir tersedak. Pasalnya laki-laki putih yang sedang ngambek pada dirinya tadi tiba-tiba saja duduk di pangkuannya lalu memulai ciuman panas. Dengan kasarnya Wonwoo melumat bibir Mingyu, membuka mulutnya lalu memasukkan lidahnya paksa. Wonwoo meraih sisa-sisa cokelat dimulut Mingyu dengan daging tak bertulang miliknya, mengabseni satu-persatu gigi Mingyu di dalam sana. Tak lupa tarian yang ia buat berkunjung pada rongga terdalam milik pria yang sedang didudukinya. Gusi Mingyu ia sapu, pun lidah ia ajak bergulat juga. Namun Mingyu masih terdiam, tidak nampak balasan berarti yang ia buat. Wonwoo dengan agresifnya menilik seluruh isi mulut Mingyu, meniti apa saja yang berada di dalam sana.

Manis. Cokelatnya manis, itulah yang ia rasakan. Tangannya ia lingkarkan pada leher sosok pria tan itu. Mencengkramnya erat, bahkan rambut Mingyu ia remas. Sementara sosok dibawahnya hanya pasrah menerima perlakuan dari Wonwoo―Mingyu hanya mendecak malas. Wonwoo tidak ingin kelewatan satu incipun ruang di dalam sana, cokelat yang biasa ia rasakan manis bertambah manis dalam mulut Mingyu. Tapi berapa kalipun ia mencoba memasukkan lidahnya itu rasa manisnya perlahan berkurang, cokelatnya habis. Wonwoo melepaskan ciumannya, berganti kini ia memundurkan wajahnya beberapa senti lalu ditatapnya bibir merah yang ia lumat tadi.

Wonwoo kesal, Mingyu malah mengalihkan pandangan pada televisi dibelakangnya. Wonwoo cium sekali lagi bibir itu, melumatnya kasar. Pegangannya ia sampirkan pada rambut Mingyu, mencengkramnya keras. Tangan yang satunya lagi meremas bahu Mingyu, pakaiannya kini kusut tak terarah. Wonwoo kembali memasukkan lidahnya dalam ruang basah―panas itu, menyapa apapun yang berada di dalam sana. Satu menit, dua menit, tiga menit, Wonwoo tidak tahan. Ia butuh oksigen, tapi kenapa sosok yang ingin ia dominankan ciumannya kini tak bergerak seincipun. Tak menerima ajakannya bergumul. Apa ia kurang menggairahkan? Percuma jika ciumannya kini didominankan oleh Wonwoo tapi apa gunanya bila yang didominankan tidak bergerak atau bahkan terangsang sama sekali.

Padahal erangan dan rintihan sudah ia ciptakan untuk mengundang libido seorang Kim Mingyu, namun pria tan itu bahkan tidak mengalihkan maniknya pada televisi tadi. Wonwoo menyerah, ia mulai kehabisan nafas. Pegangannya ia kendurkan.

"Apa kau kehabisan nafas hyung? Percuma saja, cokelatnya sudah habis."

Wonwoo tak menjawab, ia kesal.

"Atau kau tidak berhasil menggodaku?" senyumnya merekah.

Oh sungguh, kini kekesalannya sudah mencapai klimaks. Bahkan Mingyu yang sedari awal sudah tahu tujuannya mencumbu pria itu malah berpura-pura tidak tahu. Wonwoo ingin bangkit dari duduknya, ingin mengunci diri di kamar. Menghindari makhluk tan yang berhasil menyudutkan emosinya.

"Jangan harap! Aku hanya ingin cokelat mu."

"Hey mau kemana?"

Mingyu segera menarik lengan sosok yang sedari tadi bertengger pada pahanya tersebut, mencegah langkahnya pergi.

"Bukan urusanmu!"

Wonwoo menarik lengannya, namun nihil. Wonwoo sangatlah lemah jika dibandingkan pria dihadapannya kini. Mingyu menarik lengan Wonwoo, kembali mejatuhkah sosok ringkih itu pada pahanya. Kini gantian, Mingyu yang mencumbu sosok diatasnya. Wonwoo hampir terloncat kaget. Ciuman Wonwoo tidak ada apa-apanya jika dibandinkan Mingyu, ciuman Mingyu lebih panas, lebih dahsyat, lebih menggairahkan. Mingyu melepas tautannya.

"Ini yang kau mau kan hyung?" tanyanya datar.

Wajah Wonwoo memerah, jantungnya berdebar tak karuan. Bahkan matanya membulat menatap paras yang sedari tadi mencemoohnya kini sudah berganti menjadi seringai. Olahraga jantung ini membuat dirinya terasa panas. Bahkan baru beberapa detik ini Mingyu mencumbunya namun Wonwoo sudah merasa terangsang.

"A-Aku harus pergi."

Wonwoo mencoba berdiri lagi. Gagal. Mingyu menariknya keras-keras, bahkan menubrukkannya ke atas meja. Sang dominan sesungguhnya sudah terbangun.

"Aku yang mengajak, kau yang menerima. Tidak ada sejarahnya Jeon Wonwoo mampu membuatku terangsang, terlalu cepat sepuluh tahun."

Mingyu mencumbunya habis-habisan, ia bisa menguasai ciuman itu sampai lima menit atau lebih. Membuat sosok kecil dibawah tertatih, tak sanggup menerima serangan gejolak nikmat itu. Tapi Mingyu bukanlah seorang pengalah. Tak peduli liur siapa kini yang sudah membanjiri sosok tak berdaya di atas meja, Minyu tetap melanjutkan lumatannya. Berkali-kali Wonwoo melawan tapi tidak bisa, sosok itu masih mengapitnya.

Dari bibir ia mengalihkan ciumannya pada rahang tegas Wonwoo, membuat Wonwoo kegelian tapi nikmat dalam waktu yang bersamaan. Lalu leher, Mingyu menjilat leher putih itu. Mencium tak lupa mengulum. Sesekali ia menggigit. Menciptakan rintihan dari bibir sosok di bawahnya. Lalu tulang selangkanya, Mingyu sudah lama ingin mencicipinya. Bahkan ia pernah hampir bertaruh dengan teman-temannya untuk bisa menandai sosok putih itu dibagian terseksi dirinya tersebut. Tak hanya leher, Mingyu memasukkan tangannya pada baju Wonwoo, meraba tubuh ramping nan kurus tersebut. Ingin sekali ia buka kain yang membalut tubuh laki-laki di bawahnya kini. Tangannya yang satu lagi ia letakkan pada kelamin laki-laki di bawahnya. Bahkan sesekali Mingyu meremasnya.

Takut.

Wonwoo takut. Ia takut lebih dari ciuman. Segera ia kepalkan kedua tangannya, menyanggah dada Mingyu dari dirinya, ingin ia sudahi kegiatan seksual ini. Tapi Mingyu kelewat berat, Wonwoo hampir tidak mampu bernafas. Energinya habis, Wonwoo lemas sekali. Seharian ini ia belum makan.

"T-Tidak! Aku mohon! Aku akan memakan soup nya!" teriak Wonwoo, ia mencoba melawan.

"Terlambat hyung. Ayo lanjutkan di kamar."

Tbc/End?


Niatnya kalo ada yg minta lanjut ini dibikin ova jja,,(emangnya anime?)

Baca juga Meanie Thought!