Nonaku Hinata

Chapter 1

Matahari telah terbenam. Cahaya mentahari sudah tergantikan dengan kerlapan lampu neon berwarna-warni dari pertokoaan yang berdiri disepanjang jalan Konoha. Dipinggir jalan, seorang wanita berambut indigo terlihat sedang menenggak minuman dari gelas yang hanya setinggi ibu jarinya dengan sangat tersiksa. Tidak ada niatan sama sekali untuk berhenti meskipun minuman berwarna keemasaan itu malah semakin membakar tenggorokannya. Ia tertawa sambil memandangi kilauan cahaya yang terpantul di bibir gelas. Menatapnya dengan intens kemudian terdiam. Tangan mungilnya mulai beralih pada botol hijau yang ada di samping gelas yang ia letakkan. Menuangkan isinya ke dalam gelas. Sayangnya, sedikitpun tidak keluar cairan keemasan dari sana. Ia mengendus, kesal. Kepalanya terasa berat.

Sekilas terlintas gambaran seseorang di kepalanya. Entah kenapa, rasa kesal itu semakin berada di puncaknya. Dirogoh ponselnya dari kantung mantel. Membuka flipnya lalu memencet tombol 5. Terdengar bunyi nut panjang dan tidak beberapa lama suara pria menggantikan suara nut tadi.

"Uchiha!" Panggil wanita itu pada orang yang sedang ia hubungi dengan nada kesal.

Orang yang dihubungi hanya menjawab dengan dua kata andalannya, `Hn`.

"Kau benar…,"Ucap wanita indigo itu.

Hening.

TIdak ada respon. "Apa kurangku…?" Tanyanya miris sambil menepuk-nepuk dadanya. "…apa aku kurang cantik?" Tanyanya sekali lagi.

Tidak ada jawaban.

"…aku memang tidak cantik… hehehe…" Ujarnya. "Aku ini jelek!" Makinya pada dirinya sendiri. Raut wajahnya kembali berubah, kadang senang dan terkadang sangat pesimis. Pasti jika kalian melihatnya, kalian berfikir dia gila. Tapi tidak, dia tidak gila. Dia hanya mabuk. "Kenapa aku selalu sial? Ini semua salahmu. Pokonya salahmu!"

Sekali lagi tidak ada jawaban. Hening.

"Aku… hik-" Kepalanya terasa semakin berat. Perlahan pandangannya semakin buram. Ia mengejapkan mata berusaha tetap sadar tetapi sia-sia. Semuanya sudah berubah menjadi gelap.

.

.

.

.

.

.

"Cih, apa ini Hyuuga Hinata?" Ujar seorang pria berambut raven yang ditata sedemikian rupa hingga dapat melawan gravitasi. Mata onyxnya menatap tajam seorang wanita yang sedang tidur dalam posisi duduk dengan kepala tergeletak di atas meja. Terlihat meja itu penuh dengan botol-botol hijau yang sudah kosong isinya. Ia tau itu botol apa, yah itu botol-botol arak. Arak murahan dengan bau yang sangat tidak enak.

Seorang wanita paruh baya mendatanginya lalu menyerahkan selembar kertas berwarna putih pada pria itu. Seakan mengerti si pria langsung merogoh selembar uang bernominal 10 ribu yen dari dompetnya. "Simpan kembaliannya," Ucapnya datar.

Dengan wajah yang berseri-seri wanita paruh baya itu pergi meninggalkannya. "Bahkan untuk membayar minumanmu saja kau tidak bisa," Ucapnya datar pada wanita yang sedang tertidur di depannya. Ia pun membopong wanita itu sambil bergumam kecil.

.

.

.

.

.

Sebuah mobil Ferrari sport berwarna biru tua memasuki mansion mewah Uchiha. Beberapa maid menyambut kedatangan orang yang keluar dari mobil mewah tersebut sambil menunduk hormat. Terlihatlah seorang pria berambut raven keluar dari mobil mewah itu. Ia berputar menuju pintu kanan mobil dan membukanya. Terlihat seorang wanita muda berambut indigo sedang dalam keadaan setengah sadar dan mabuk. Wanita itu bergumam tidak jelas.

Si pria berbaik hati ingin membopong wanita yang ada di mobilnya. Seakan tidak tahu diri, si wanita malah memukuli pria itu. "Kau mau ku tolong tidak!" Teriak Si pria dengan geram.

Tidak ada respon, Si wanita hanya terbatuk kecil. Sekali lagi, Si pria mencoba untuk menggendong Si wanita. Tapi sayang, niat baiknya selalu ditolak dengan cara menjambak rambut kebanggaan miliknya. "Ya sudah! Kau jalan sendiri!" Ucapnya dengan kesal. Ia berbalik, berniat pergi meninggalkan wanita yang ada di dalam mobilnya tapi tertahan ketika si wanita menarik ujung kemeja mahalnya.

"Gendong!" Rengek Si wanita manja. Ia mengulurkan kedua tangannya keatas, meminta Si pria menggendongnya. Si pria hanya mendecak kesal tapi pada akhirnya ia menurutinya. Ia berjongkok dan menggendong si wanita di punggungnya.

Para Maid hanya memandang mereka sambil tersenyum dan sedikit menahan tawa. Ini adalah kali pertama tuan mereka membawa seorang wanita. Dan yang menakjubkan lainnya adalah yang dibawanya yaitu wanita mabuk dan merengek minta digendong. Walaupun tuan mereka terlihat ketus tetapi tuannya sama sekali tidak menolak. Malah tuanya sangat menikmatinya.

.

.

.

.

.

.

"Hyuuga Hinata, bisakah kau diam!" Ucap si Uchiha dengan sedikit membentak pada wanita yang sedang ia gendong dipunggungnya. Si wanita yang ia panggil Hyuuga Hinata, hanya tertawa-tawa kegirangan layaknya seorang anak kecil yang sedang bersemangat menceritakan hari pertamanya di sekolah. Bila kita perhatikan terlihat wajah si Uchiha sangat merah, menahan marah atau…

"Kau harus tau, Uchiha Sasukeeee…. Da-da-nya seperti meeellllooon…" Hinata berujar asal sambil menekankan kata terakhirnya. Ia mengulurkan kedua tangannya yang ada dipundak Sasuke sambil meremas-remas udara lalu tertawa.

Lain Hinata lain juga Sasuke, wajah pria yang dipanggil Uchiha Sasuke semakin memerah, lebih tepatnya memerah karena malu. Jelas saja sejak tadi, telinga Sasuke disuguhi oleh pikiran dan kata-kata mesum dari wanita yang ia gendong. Betapa tersiksanya ia harus menahan ekspresi juga menahan berat tubuh Hinata yang terbilang cukup berat. Hal ini semakin membuat para maid yang mengikuti mereka dari tadi hanya bisa mati-matian menahan tawa mereka, agar tuannya tidak berbalik memarahi mereka.

"Yah… pantas aja, Aku kalah… hiks- dadaku saja baru numbuh. Hik-" Kali ini Hinata langsung memegang dadanya sambil menatap miris.

Alhasil, mati-matian pria yang di panggil Sasuke mempertahankan keseimbangan dengan membungkukan badannya mendesak Hinata untuk berpegangan pada pundaknya. Beberapa maid tidak dapat menahan tawa mereka. Tetapi langsung terhenti setelah tuan mereka mengobral deathgler andalanya.

"HI-NA-TA!" Ucap Sasuke geram. Urat dahinya berkedut-kedut. "Singkirkan pikiran mesummu HINATA!"

Hinata hanya tersenyum, senang, tidak merasakan aura hitam yang menyelimuti diri Sasuke. Ia mengalungi leher Sasuke dengan kedua lengannya. Wajahnya ia tumpukan pada tekuk leher Sasuke.

"Kau… menang-"

"Ayah… ibu… kaka… Hanabi… maafkan aku…" Ucap Hinata terisak.

.

.

.

.

.

.

Sinar matahari mendesak masuk ke dalam, melewati sela-sela tirai jendela yang sempit. Suara-suara burung berkicau, menggema sampai kedalam ruangan. Bagaikan tuan putri, seorang wanita berambut indigo sedang meringkuk di atas ranjang yang didominasi warna biru tua dengan damainya. Ia menarik selimutnya sampai ke kepala untuk menghindari suara bising dari kicauan burung. Ia terlalu lelah, sekedar untuk membuka mata. Lagi pula siapa yang sudi meninggalkan kelembutan kain sutra yang sekarang menyelimutinya?

Tunggu dulu!

Kain sutra?

Dahi wanita itu mengkerut. Ia berusaha berfikir. Dengan susah payah ia membuka matanya. Lalu dengan horror menyingkap selimutnya tiba-tiba. Menyadari ini bukanlah kamarnya, Jendela kaca yang besar yang di tutupi tirai berwarna biru dan putih. Televisi layar datar berwarna putih yang tergantung di dinding di atas bupet putih dengan gagang berwarna biru. Sofa berwarna biru tua di samping ranjang yang berwarna putih dan diselimuti kain sutra berwarna biru. Dan lagi panjama siapa yang ia pakai. Ia mengerjapkan matanya.

"kyaaaaaaa…!"