Disclaimer : demi apapun, naruto bukan punya saya, punya masashi sensei. saya hanya pinjam.
.
.
Fight
.
(Hati hati typo, tulisan mendadak hilang, OOC, AU dan lain-lain. Udh usahain sebagus mungkin)
.
Fight by author03
Uzumaki Naruto x Hinata Hyuga.
Romance\Drama
.
.
.
Please.. Dont like dont read.. Thanks.
.
.
Chapter 1
.
.
.
.
Matahari yang masih bersinar terang tapi rasanya cahaya sang mentari tak bisa menerangi sebuah ruang tamu yang berisi dua manusia yang tengah berdiri dan menatap seorang gadis yang terduduk di salah satu sofa mewah dengan kepalanya yang tertunduk.
Seorang lelaki berbadan gagah dengan mata bulannya yang terus menatap tajam wajah gadis bersurai indigo sepinggang yang terduduk di hadapannya dengan kepalanya yang terus tertunduk, sedangkan seorang gadis bersurai pirang yang masih menatap takut dan iba temannya yang baru saja terkena masalah.
.
.
Jantung sang gadis bersurai indigo yang terus berdegup kencang, ia bahkan tak berani mengangkat kepalanya apalagi menatap ayahnya yang tengah marah-marah tanpa jeda padanya.
"Kau sungguh memalukan, Hinata." sambung sang lelaki menahan amarahnya yang kemudian melangkah pergi. Putrinya yang bernama Hinata sungguh membuatnya malu.
..
Merasa ayahnya sudah pergi, gadis yang bernama Hinata pun mengangkat kepalanya dengan kedua tangannya yang terus terkepal erat. Sialan.. Lelaki sialan itu membuatnya ia terkena masalah.
"Hinata, maafkan aku karena tak bisa membelamu." ucap sang gadis bersurai pirang menyesal ketika dirinya menghampiri Hinata yang menatapnya.
"Ini bukan salahmu, Shion. Seharusnya aku berterima kasih padamu." jawab Hinata entah lega atau kesal. Tapi karena adanya Shion disini, Hinata terhindar dari hukuman ayahnya dan terima kasih karena telah..
"Iya." jawab Shion dengan senyum lembutnya.
.
.
.
.
.
.
07.32
Matahari yang sudah menampakkan dirinya, terlihat disebuah sekolah bernama Sma Konoha mulai dipenuhi para manusia berseragam. Sekolah ini bisa juga di sebut sekolah paling elit di jepang.
.
.
Terlihat seorang lelaki bersurai kuning dengan seragam nya yang jauh dari kata rapi tengah melangkah menuju kantin yang dipenuhi oleh para manusia berseragam.
Brak..
"Astaga.. Maafkan aku, Naruto." ucap seorang lelaki terkejut ketika ia tak sengaja menabrak sang lelaki bersurai kuning tadi.
Byuuurr..
Lelaki bersurai kuning yang dipanggil Naruto langsung merebut segelas air di tangan lelaki kutu buku(menurut Naruto) tadi dan menyiram wajahnya yang membuat semua mata langsung tertuju padanya.
Naruto yang kembali melangkah ketika ia medorong lelaki tadi yang menghalang jalannya tanpa menghiraukan hal yang baru saja ia lakukan. Begitu pun dengan para mata yang langsung berpaling, Lebih baik berpura-pura tak melihat apapun daripada terkena masalah dengan lelaki itu.. Entahlah.. Mengapa lelaki itu senang sekali membully kami? Dan karena suatu hal kami hampir atau mungkin tak bisa melawannya..
.
.
Naruto yang terduduk disalah satu meja di kantin dengan beberapa cemilan yang baru saja ia beli.
Sejujurnya, hal ini sangat menyenangkan untuk dirinya. Membiarkan pakaiannya kacau, rambut kuning, wajah datar, sifat dingin, sedikit membully, Tujuannya hanya untuk merubah sikap culunnya dan entahlah, manusia-manusia disekolah ini malah perlahan takut dan yahh tunduk padanya? Dan anehnya, Para gadis sangat tergila-gila padanya..
Menjadi orang yang berkuasa dan di takuti memang sangat menyenangkan. Dan jika kalian bertanya sejak kapan Naruto menjadi preman sekolah.. Hmm.. Sejak lima tahun lalu atau lebih tepatnya sejak smp kelas satu.
Dulu waktu sd, Naruto adalah orang culun yang terus dibully. Naruto memutuskan untuk berubah ketika ia mulai masuk smp di America. Ia kembali lagi ke jepang ketika ia hendak memasuki kelas satu sma. Tiga tahun bersekolah di America membuatnya tahu banyak hal, salah satunya menjadi idola di sekolah dan menjadi lelaki keren(menurut dirinya sendiri)
"Rambutnya membuat dia terlihat sangat keren."
"Lihatlah mata birunya."
"Bagaimana bisa ada seorang lelaki setampan itu?" bisik-bisik sekumpulan gadis yang terduduk tak jauh dari meja Naruto. Mereka berani bersumpah, saat ini Naruto yang tengah terduduk menatap lurus kedepan dengan satu tangannya yang terus memasukkan pelan sekeping demi sekeping kerupuk ke mulutnya terlihat seperti model. Bagaimana bisa ada lelaki seindah ini?
Meskipun begitu, tak sedikit juga lelaki yang iri padanya. Merasa tingkat Naruto jauh di atas mereka yang membuat mereka tak berani melawan.
Bagi Naruto, dingin itu boleh, kejam itu boleh, membully pun boleh, marah juga boleh tapi tetap pada prinsipnya. Hanya banci yang memukul perempuan. Hah.. Entah keberuntungan atau kebetulan, semua perempuan disekolah ini sangat lembut, ramah dan baik. Entahlah.. Entah hanya didepannya saja atau mereka memang begitu.
.
.
.
.
18.31
Terlihat dua orang gadis yang tengah terduduk berseberangan di salah satu meja di sebuah cafe sambil terus melahap makanan masing-masing.
"Hinata, kudengar kau sudah dimasukan ke Sma konoha?" tanya gadis yang ternyata Shion ketika ia selesai menghabiskan makanannya.
"Apa boleh buat." jawab Hinata murung. Ia ingin satu sekolah dengan sahabatnya ini. Mereka memang baru bersahabatan selama satu tahun tapi rasanya mereka tak terpisahkan. Pertama kali Hinata masuk ke Sma Suna, Shionlah yang menjadi teman pertamanya.
"Kau mau tahu sebuah rahasia?" tanya Shion penuh rahasia yang membuat Hinata menatapnya penasaran.
"Aku juga pindah kesekolah yang akan kau masuki." sambung Shion senang yang membuat senyum Hinata seketika melebar.
"Sungguh?" tanya Hinata memastikan. Semoga Shion serius.
"Hmm.. Aku tak ingin jauh darimu." jawab Shion dengan senyum senangnya.
"Aaa.. Senang sekali!" Pekik Hinata senang. Sahabatnya ini sangat mengerti dirinya. Shion sangat baik, lembut, perhatian dan juga cantik, Bagi Hinata, Shion sungguh sahabat yang sempurna, sangat sempurna.
Teeeett..
Mata Hinata dan Shion yang langsung beralih pada suara ponsel milik Shion yang terletak tak jauh dari mereka.
"Sebentar, ada sms." Ucap Shion sambil meraih ponselnya.
Toneri : Shion? Aku hanya ingin memastikannya lagi. Apa kau yakin kau tak salah? Bisa saja kau salah. Dia gadis yang baik, dia tak mungkin tega mengkhianatiku. Aku masih tak percaya hal itu. Kau sungguh yakin? Maaf.. Bukan aku tak percaya padamu apalagi mengatakan kau berbohong, aku hanya tak yakin..
Shion : aku memang sahabat baiknya tapi aku tak bisa terus menyembunyikan kebenaran ini padamu. Aku tahu ini menyakitkan tapi inilah kenyataannya. Ku harap kau akan mendapatkan gadis yang lebih baik darinya. Lupakan lah masalah ini. Aku tak ingin kau terus bersedih.
Shion yang langsung menekan tombol kunci pada ponselnya dan kembali menatap Hinata yang masih tersenyum senang padanya.
"Aku juga sangat senang." ucap Shion dengan senyum manisnya.
.
.
.
.
.
07.32
Matahari yang sudah kembali meninggi, udara yang terasa sangat segar, para manusia yang telah memulai kebiasaan sehari-hari masing-masing.
Terlihat sebuah mobil Ferrari LaFerrari berwarna emas yang melaju ke tempat bernama Sma Konoha.
"Hinata, mengapa kau terlihat tak senang?" tanya Shion cemberut, ia yang terduduk disebelah kursi pengemudi, lebih tepatnya disebelah Hinata.
"Tidak ada." jawab Hinata sambil menatap Shion dengan senyum tipisnya yang kemudian kembali fokus ke jalanan.
.
Flashback..
"Hinata, ayah peringatkan padamu. Sekali lagi kau membuat masalah, ayah akan mengirimmu ke ibumu. Kau mengerti?" ucap ayah Hinata yang terdengar seperti ancaman untuk Hinata yang telah rapi dengan seragam sekolahnya dan hendak melangkah pergi. Sebelumnya Hinata tak pernah membuat masalah apalagi yang membuatnya malu. Ini yang pertama kalinya dan wajib menjadi yang terakhir kalinya. Tidak, ini pertama kalinya setelah Hinata kembali dari London. Dulu Hinata juga sering mendapat masalah tapi Hinata punya alasan yang sangat kuat untuk itu tapi alasan untuk masalah ini sama sekali tak bisa diterima.
"Aku mengerti ayah." jawab Hinata pasrah. Hal ini bukan hanya memalukan ayahnya tapi juga sangat memalukan dirinya. Bagaimana bisa lelaki sialan i
"Hah.." Hinata menghela nafasnya. Lupakan hal memalukan itu.
Jika dipikir-pikir ini memang tidak sepenuhnya salah Hinata tapi karena tindakan tanpa pikirnyalah yang membuatnya ikut bersalah.
.
Flashback end..
.
"Bagaimana pun itu bukan salahku." Hinata membatin kesal. Alisnya yang kembali tertekuk. Semakin mengingat lelaki itu dan masalah itu membuat dirinya sangat kesal. Ia sungguh salah telah mempercayai lelaki sialan itu.
"Lelaki brengsek. Cuma baik diawal saja. Penghianat."
...
"Maafkan aku. Seharusnya aku tak pernah mengatakan hal itu padamu dan seharusnya aku tak pernah memintamu untuk menerima lelaki itu." Ucap Shion menyesal dengan kepalanya yang tertunduk yang berhasil merebut perhatian Hinata.
"Tidak. Itu bukan salahmu. Aku senang karena aku sudah mengetahui kebenarannya." jawab Hinata cepat ketika ia melihat air mata yang mulai memenuhi pelupuk mata Shion. Ya.. Hinata memang sakit hati tapi ia senang karena ia tak lagi di bodohi lelaki itu.
...
Kedua telapak tangan Shion yang menghapus air matanya yang menetes.
"Apa kau percaya padaku? Apa kau pernah berpikir jika aku akan berbohong padamu?" tanya Shion kecewa dengan kepalanya yang masih tertunduk.
"Tidak. Aku bahkan tak pernah berpikir seperti itu. Kau teman yang baik dan paling mengerti aku. Kau sangat lembut dan jujur. Aku percaya padamu. Aku sangat percaya padamu." jawab Hinata apa adanya dengan senyum tulusnya. Selama ini Shion selalu ada untuknya dan selalu membantunya, Shion sangat baik dan lembut, Shion bahkan tak berani membunuh seekor semutpun. Sangat tak mungkin jika Shion tega membohonginya.
"Terima kasih karena telah mempercayaiku. Aku kira kau berpikir aku hanya mengarang cerita so~
"Tidak. Aku tak pernah berpikiran seperti itu." sela Hinata cepat. Lihatlah.. Temannya sangat lembut sampai-sampai ia tak ingin Hinata terbebani dengan pemikiran seperti itu.
.
.
.
.
.
Naruto yang terperanjak kaget ketika sebuah mobil Ferrari LaFerrari gold hampir menggores mobil Lamborghini Sesto Elemento hitamnya yang baru saja terpakir manis di parkiran sekolah.
Naruto yang langsung keluar dari mobilnya dan menghampiri pintu sang pengemudi mobil ferrari yang hampir menggores mobil kesayangannya ini.
Tok tok tok..
"Hei! Keluar!" Panggil Naruto kesal yang membuat dua manusia penghuni mobil ferrari langsung keluar dari dalam.
"Apakah kau tak lihat mobilku yang terparkir rapi disana? Kau hampir menggoresnya!" marah Naruto tak terima pada gadis bersurai indigo yang mengemudi mobil sialan ini.
"Kalau begitu maafkan aku." jawab Hinata santai. Ini hari pertamanya masuk sekolah, ia sungguh tak ingin ada masalah, mungkin...
"Shion, mari pergi." panggil Hinata yang berhasil menyadarkan Shion yang sedang mematung didekat pintu mobil dengan wajah merahnya yang entah sedang memperhatikan apa.
"Aa.. Iya." jawab Shion tersadar, ia yang kemudian sedikit berlari menghampiri Hinata yang membalikkan badannya dan hendak melangkah pergi tapi lelaki tampan bersurai kuning ini malah menahan pergelangan tangan Hinata.
"Seenaknya saja pergi. Urusan kita belum selesai." marah Naruto tak terima yang membuat Hinata menepis kuat tangan Naruto yang menggengam pergelangan tangannya. Ah... Sedikit pemberitahuan. Hinata menang gadis yang baik tapi hanya pada Shion dan orang-orang yang baik padanya tapi sikapnya akan berubah drastis jika ia dihadapkan dengan manusia yang kurang lebih seperti ini. Padahal kan mobilnya tak tergores sedikitpun mengapa ia bersikeras mencari masalah?
Sejujurnya Hinata itu hmm..
"Kau tak senang? Aku sudah minta maaf." tantang Hinata dengan kedua mata nya yang menatap tajam kedua mata biru yang masih menatap menantangnya. Hinata perempuan yang tak akan bisa di tantang oleh siapapun, dengan alasan apapun jika ia merasa tertantang, ia pastikan ia akan selesaikan tantangan itu hingga ke akarnya. Hinata sangat keras kepala. Yah.. Bisa dikira karena sikapnya inilah ia di keluarkan dari sekolah kemarin dan sikap ini keluar karena sebuah masalah dengan ya.. Bisa di bilang mantan pacarnya?
Berbeda dengan Naruto, sejak kecil Hinata adalah anak yang sangat tomboy, dingin, kasar dan tak bisa dicubit sama sekali. tak bisa dipungkiri, sangat banyak murid yang takut padanya maupun sebaliknya. Waktu dirinya hendak menginjak kelas satu smp, ayah nya mengirimnya ke sekolah khusus perempuan di london dengan tujuan agar sikap Hinata bisa lebih ke arah perempuan tidak sebaliknya. Hinata kembali lagi ke jepang ketika dirinya hendak menginjak kelas satu sma. Ya.. Dirinya sedikit berubah atau bisa di bilang hanya lembut dan jinak dihadapan ayahnya saja tapi sikap pantang dicubit tetap saja tak berubah hmm mungkin sedikit berubah tapi hanya sedikit.
Mengerikan jika mengingat lagi betapa lakinya Hinata waktu sd. Sungguh berbeda dari siswi lainnya yang sangat lembut dan sopan.
"Hinata, sudahlah. Jangan berkelahi disini." pujuk Shion lembut sambil berusaha menarik pergi Hinata yang masih beradu tatapan dengan lelaki tampan di hadapannya.
"Beritahu teman mu ini untuk menjaga sikapnya. Sangat tak sopan." ucap Naruto tak suka ketika matanya menatap Shion yang masih berusaha menarik pergi Hinata.
"Maa-maafkan kami." ucap Shion lembut. Aduh.. Mengapa bisa pagi-pagi sudah melihat sikap Hinata ini.
"Apa? Aku masih disini. Bilang saja langsung padaku." tantang Hinata tak terima yang membuat Naruto kembali menatapnya kesal. Gila. Gadis ini sangat berani dan kasar. Lihatlah temannya yang lembut itu. Naruto berani bersumpah, ini pertama kalinya seorang perempuan menatapnya menantang dan sangat jauh dari kata lembut.
"Kau!" geram Naruto dengan kedua tangannya yang mencengkram erat kerah seragam Hinata tapi tak sedikitpun membuat Hinata bergetar.
"Apa? Kau mau memukulku? Cih." ejek Hinata dengan senyum merendahkan nya. Bagaimana bisa dihari pertama nya sekolah, sudah ada yang mencari masalah dengannya. Jangan bilang dirinya yang 'hampir' atau 'tidak' menggores mobil sialan itu adalah salahnya? Tidak menggores saja sudah begini, apa jadinya jika tadi mobil sialan itu tergores?
"Hanya banci yang memukul perempuan." sambung Hinata yang membuat amarah Naruto seketika menghilang. Naruto yang menjauhkan tangannya dari kerah seragam Hinata.
Naruto bukan banci.. Sialan! Mimpi apa Naruto semalam bisa bertemu gadis seperti ini?
Eh? Tunggu.. Naruto tak pernah melihat dua gadis ini sebelumnya?
"Apakah kalian murid baru disini?" tanya Naruto memastikan. Jika iya wajar saja gadis ini berani menantangnya.
"I-iya." jawab Shion pelan. Semoga tak ada masalah.
"Shion, mari pergi." Hinata yang langsung menarik pergi pergelangan tangan Shion tanpa menghiraukan lelaki brengsek yang entah ingin mengatakan apa.
"Pe-permisi." ucap Shion sebelum ia menjauh dari Naruto. Jantungnya terus berdebar tak karuan.
Naruto yang masih menatap tak percaya punggung gadis bersurai indigo yang melangkah pergi itu.
Apakah dia sungguh seorang perempuan? Perempuan yang Naruto tahu adalah makhluk lembut, baik dan sopan tapi ini? Sangat kasar, tidak baik dan tidak sopan. Sudah salah malah menyalahkan Naruto. Apakah dia berasal dari planet lain?
!
Kedua tangan Naruto yang kembali terkepal erat ketika ia mendapati gadis bersurai indigo tadi yang sedikit memiringkan kepalanya dan melototi Naruto seolah mengancamnya?
"Ha?!" helaan nafas Naruto entah tak percaya atau lucu.
Gadis itu menantangnya?
Sungguh?
"Kau akan menyesalinya."
.
.
"Hinata.. Bisakah kau berjanji padaku untuk tak akan membuat masalah dengan lelaki tadi?" pinta Shion lembut ketika ia mensejajarkan langkahnya dengan Hinata. Sejujurnya lelaki itu terlihat sangat tampan dan keren... Uhuk.
"Tergantung..." jawab Hinata apa adanya yang membuat Shion menundukan kepalanya.
Semoga saja lelaki itu tak memancing Hinata lagi... Shion sungguh tak ingin di cap buruk dihari pertama sekolahnya.
"Hah" Hinata menghela nafasnya lelah. Ia bahkan tak tahu mengapa sikapnya begini. Ia sungguh tak bisa diam jika merasa tertantang, meskipun ia berusaha untuk diam, ia tetap tak bisa. Entahlah.. Apakah dulu ayah atau ibunya juga begini?
.
.
.
.
.
.
08.11
"Pagi Kakashi sensei.." sapa sekumpulan manusia berseragam kompak ketika mereka melihat seorang lelaki bermasker memasuki kelas dengan dua orang gadis.
"Pagi semuanya. Hari ini kita kedatangan dua murid baru." ucap sang sensei yang membuat semua mata tertuju pada kedua siswa yang ternyata Shion dan Hinata. Shion dengan senyum gugup nya sedangkan Hinata dengan wajah datarnya.
Hanya satu detik yang dibutuhkan Hinata untuk mengubah wajahnya menjadi mode menantang. Kedua mata bulannya yang menatap tajam mata biru dipojokan kanan yang telah melototinya entah sejak kapan.
"Umm.. Perkenalkan nama kalian." pinta sang sensei yang dibalas anggukan kecil oleh Shion.
"Aano.. Hallo semuanya.. Namaku Shion dan ini temanku Hinata. Semoga kita bisa berteman baik." sapa Shion lembut dengan senyum manisnya yang cukup membuat para siswa dan siswa merona. Gadis ini sangat cantik... Yah.. Jika berbicara soal cantik.. Semuanya mengakui nya. Shion memang setingkat lebih cantik dan manis dari Hinata yang dari tadi entah tengah menatap siapa tanpa senyum sedikitpun.
"Baiklah.. Silahkan duduk dibelakang sana." pinta sang sensei yang membuat Hinata dan Shion melangkah pergi.
Shion yang mendudukan dirinya di pojokan kiri disebelah seorang lelaki bersurai hitam dan Hinata yang terpaksa mendudukan dirinya di sebelah lelaki sialan berambut kuning tadi atau lebih jelasnya Hinata terduduk dibangku berjarak satu meja dari bangku Shion.
.
Hinata yang meletakkan tasnya di atas meja, menghiraukan lelaki brengsek yang terduduk disebelahnya dan tanpa Hinata sadari, Naruto tengah menunggu kesempatan untuk menendang kursi yang akan didudukinya.
Kedua mata Hinata yang menatap lurus kedepan dengan bokongnya yang hendak menduduki kursi dibelakangnya.
!
Kedua mata Shion yang langsung terbuka lebar ketika ia menatap lelaki bersurai kuning tadi dengan sengaja menendang kursi yang akan diduduki Hinata yang membuat kursinya menjauh dari Hinata. Sialan! Jika sampai Hinata tak menyadarinya dan termakan jebakan itu!
Shion berani bertaruh nyawanya..
.
Sesuatu yang buruk akan terjadi!
.
.
.
.
To be continue..
.
.
Yo.. Next or delete?
Di fic ini.. Setiap kalinya Naruto dan hinata akan seperti anjing dan kucing..
Maaf jika ga bagus.. Moga suka.
