BEFORE WE BECAME YOTSU NAITO
CHAPTER 1: Riku Hamashima
--- In someplace... ---
"AMPUN, NGGAK?!" bentak seorang gadis berambut hijau tua dengan mata abu-abunya yang menyiratkan rasa benci.
"A... Ampuni kami! Kami menyerah!!" teriak beberapa anak-anak remaja yang tadi menantang gadis itu berkelahi. "Kami menyerah, Riku!"
Setelah berteriak panik, anak-anak remaja lelaki itu langsung berlari kabur dari gadis itu, meninggalkannya sendirian.
Gadis galak itu menjilat punggung tangannya yang mengalir darah. "Huh! Cowok-cowok di kota ini pengecut... Ngajak berantem kok ke cewek sih..." keluhnya sambil merapikan rambutnya yang terurai, membiarkannya tertiup angin.
Gadis itu mulai berjalan di gang tempat dia berjelahi dengan anak-anak remaja yang menantangnya berkelahi itu. Yah, dia sadar bahwa tingkah lakunya sama sekali tidak mencerminkan seperti seorang gadis. Menerima dengan mudah tantangan berkelahi dari perempuan maupun laki-laki. Tidak suka memakai parfum. Bertutur kata kasar disertai umpatan. Selalu menyendiri. Membentak pada orang yang belum terlalu dikenal.
Namun dengan mudahnya gadis itu menyembunyikan itu semua melalui prestasinya. Dia sadar kalau dia sangat ahli dalam hal akademik ataupun fisik, dan banyak orang ingin sekali menjadi seperti dirinya.
"Riku! Kau dapat nilai 100 lagi untuk test fisika kita! Kau memang bintang kelas kita, Riku Hamashima!"
"Nilaimu sempurna untuk tes kanji. Pertahankan dengan baik."
"Dribble sempurna dan jump yang mantap! Kau memang hebat, nona Riku!"
"Lukisan yang indah Riku Hamashima! Kau berhak menjadi nomor satu dari sekolah kita!"
"Hebat, Riku! Kau mendapat nilai sempurna! Kau sangat sempurna, Riku! Kau bisa diterima di universitas manapun!"
Terdengar bisikan-bisikan guru-guru sekolahnya, tergiang-ngiang di ingatannya. Semuanya hanya guru. Tak ada satupun kata-kata yang teringat dari ingatan gadis itu. Bisa dibilang, pujian para gurulah yang menjadi nafasnya. Kalau tak ada, sama saja mati. Dan sendirian.
"Hey, cewek, mau main sama aku?"
"TIDAK!"
"Ooh, kasar sekali kau rupanya. Mau nantang berantem?"
"... Boleh saja."
BAK
BIK
BUK
DESH
GUBRAK
BRAK
KROMPYANG
CRASH
KRAAK
PREKS
KREK
BRUK
"Ka... Kami menyerah!!"
"AMPUN, NGGAK?!"
"A... Ampuni kami! Kami menyerah!"
Kejadian itu selalu berulang-ulang terjadi saat ada seseorang atau lebih menggoda Riku. Dengan mudahnya dia menerima tantangan berkelahi dan dengan mudahnya menang.
"Haah..." Riku mengehela napas. Apa semua dunia seperti ini? Prestasi yang mengagumkan, perkelahian tak berarti, dan... Rasa sepi ini?
TLUK!
Riku menunduk. Ada sebatang bunga liar yang terinjak sepatu Riku. Riku menjauh sedikit.
Bunga itu tertunduk lemas. Sebatang bunga liar berkelopak kuning. Seperti bunga matahari, hanya saja dia sangat kecil dan tumbuh melalui bunga yang berubah menjadi biji yang tajam yang selalu menempel dimana-mana untuk mencari tempat tumbuh baru.
Kedua mata abu-abu Riku menatap bunga itu. Perlahan-lahan dia berjongkok, lalu mencoba menegakkan posisi bunga itu.
Bunga itu tetap terkulai layu, membuat hati Riku sedih karena sudah menghancurkan hidup bunga itu. Kedua alisnya menekuk, tetap ingin bisa menyelamatkan bunga itu. "Kumohon... Jangan mati...!" pinta Riku.
/Kau ingin bisa menolong bunga itu?/
Riku tersentak. Dia mendengar suara seseorang. Suara seorang ibu yang hangat. Mendengar suara tadi membuat Riku merasakan sesuatu yang aneh dari aura yang terpancar dari suara yang lembut itu.
/Aku mengerti kau ingin menolong bunga itu. Aku tahu, dibalik jiwamu yang liar dan mengerikan, kau mempunyai rasa tanggung jawab dan kasih sayang yang tak terkira. Hanya saja orang-orang tak mendengarkan suaramu yang kecil.../
"SUARAKU TAK KECIL!" teriak Riku kesal. "AKU SELALU BERTERIAK!"
/Meski kau berteriak, apakah ada orang yang menjawab teriakanmu?/
Riku terdiam. Benar juga. Meski memiliki intonasi suara yang keras, tak ada seorangpun yang ingin berbicara dengannya. Mereka seperti tak ingin mendengar siapapun saat Riku berbicara padanya. Karena itulah, Riku menjadi selalu tak sabaran dan selalu mengumpat orang-orang yang masih tak terlalu dikenalnya, termasuk teman-teman sekelasnya.
"Aku..."
/Tutuplah kedua matamu/
Riku menurut. Dia merasa bisa percaya dengan suara yang dipenuhi kasih sayang itu.
/Kau akan merasa sedikit panas disekitar badanmu. Jangan takut. Jangan buka matamu sebelum rasa panas itu hilang. Jangan ragu-ragu dalam memilih keputusanmu. Kau mampu menjadi seorang pemimpin yang hebat.../
KAAATS
Sekujur badan Riku terasa panas sekali. Seperti terbakar api yang berkobar. Apa ini?! Seseorang, tolong aku! Riku ingin sekali membuka kelopak matanya. Namun dia terus bertahan menerima rasa panas membara di tubuhnya. Dia terus menahan rasa panas itu lama sekali. Namun dia tetap bertahan.
Entah kapan Riku masih merasakan rasa terbakar itu.
.
.
.
.
Sekitar beberapa menit, rasa panas yang ada di sekujur tubuh Riku menghilang. Dia membuka kedua matanya. "HAH?!"
Setelah membuka kedua matanya, dia melihat penampilannya sendiri. Sebuah pakaian berwarna biru tua, dengan dua buah pedang kembar dengan cahaya kilat hitam.
/Kau adalah Riku Hamashima, Yotsu Naito pertama berlemen Bayangan. Kau adalah pemimpin Yotsu Naito yang melindungi Bumi bersama Pritéar/
Bersamaan dengan suara itu lenyap, Riku terbaring kaku di tanah, tak sadarkan diri.
--
Chapter 1 selesai! Tribut Riku Hamashima... Hem, bagaimana menurut kalian? ^^
