.
Who's Crazier?
('MMO Ent. Trainee' Kang Daniel x 'Fantagio Trainee' Ong Seong Woo)
BlueBerry's Fanfic
Don't Like, Don't Read
.
Daniel sedang tidak berada dalam pikiran warasnya sewaktu dia menumpu lutut dan menghentikan langkah Pemuda marga Ong di gerbang Kampus mereka, tidak peduli dengan reaksi 'warga Kampus' lainnya dan hanya fokus pada Seongwoo yang memandang dirinya dengan pandangan biasa. Pikir Daniel Seongwoo akan memukul kepalanya dengan keras untuk mengembalikan kewarasan yang dicemari oleh keempat temannya, tapi Seongwoo hanya memandangnya dengan tatapan biasa yang membuat Daniel membuka mulutnya untuk serangkai kalimat penentu hidupnya. Salahkan pada orangtua yang mendesak dirinya untuk segera menikah, atau salahkan pada keempat temannya yang hanya melihat dari jauh setelah melontarkan ide konyol agar Daniel melamar siapapun yang mengenakan pakaian sama dengannya hari ini, silahkan juga salahkan pada dirinya yang tidak berada dalam pikiran waras dan menuruti ide konyol temannya. Jelas, ini bukan salah Seongwoo yang mengenakan pakaian warna merah jambu, tidak berbeda dari warna pakaian yang Daniel kenakan.
Daniel mempertanyakan segila apa Ong Seong Woo hingga dia mengangguk dengan acuh sebagai jawaban dari 'kau mau menikah denganku?', sungguh, Daniel bukan sedang mengatakan 'kau ingin makan jjajjangmyeon atau ramyeon? Kupikir, jjajjangmyeon lebih baik'. Daniel mungkin bisa menertawakan ekspresi wajah Jisung juga ketiga temannya pada kesempatan lain, tapi Daniel sendiri tidak yakin dengan ekspresi wajahnya saat ini. Seongwoo mengusap wajah dengan kasar dan berkata bahwa dia akan melanjutkan perbincangan mereka setelah dia selesai kuliah, meninggalkan Daniel yang mendapat jabatan tangan atau tepukan semangat di bahu oleh teman-temannya yang sudah lepas dari rasa terkejut. Daniel sendiri tidak tahu apa yang dirayakan dari 'Seongwoo menerima lamaranmu' seperti kata temannya, karena Daniel tidak tahu apa hal baik dari melamar seseorang yang asing. Pengetahuan Daniel tentang Ong Seong Woo hanya sebatas senior dari fakultas yang sama, Daniel memegangi kepalanya yang terasa pening dan memilih membahas itu pada lain waktu.
Daniel tidak mengerti dengan antusias temannya yang ingin mengadakan pesta kecil sebagai perayaan lamaran diterima, bahkan Daniel sendiri tidak begitu antusias dengan hal itu. Tangan Daniel mengambil asal kantung makanan ringan dan menaruhnya di keranjang, beralih pada lemari pendingin juga memilih beberapa jenis minuman yang berbeda . . .
"Dimana mereka?" Daniel ingat empat temannya masih duduk dan mengoceh berisik di bangku depan toko serba ada, setelah mengatakan jenis minuman yang mereka inginkan (Daniel mulai berpikir bahwa temannya senang karena memiliki alasan untuk mendapat makanan gratis). Tapi, Daniel tidak melihat satupun dari mereka sewaktu dirinya hendak membayar makanan ringan dan minuman di kasir
"Kau menghabiskan ini sendirian?" Suara tidak dikenal juga tidak asing membuat Daniel menoleh, menemukan Pemuda yang memiliki telinga lebar tengah melihat keranjang belanjanya dengan mulut terbuka seperti merasa kagum
"Tidak, seharusnya aku menghabiskan ini bersama temanku" Memori Daniel mengingat Pemuda ini sebagai orang yang dilamarnya dengan konyol pagi tadi (memang dia tidak bersikap konyol selama melamar Pemuda ini, tapi kalau memikirkan alasan dia memilih melamar Pemuda ini rasanya sangat konyol), Daniel merutuki perasaan canggung yang menyerangnya tanpa alasan
"Ayo kita bicara, kalau kau tidak ada kelas" Seongwoo membuka suara setelah Daniel menerima kantung plastik dengan isi belanjaannya, tidak memberi kesempatan bagi Pemuda marga Kang itu melarikan diri. Seharusnya dia membuat alasan dan mengatakan dirinya memiliki kelas, tapi Daniel hanya diam dan menunggu Seongwoo melakukan transaksi untuk dua botol minuman ukuran sedang
"Hei, kau masih mau berdiri disana?" Tangan Seongwoo mendorong pintu utama selagi menoleh dan melontarkan tanya pada Daniel, membuat Daniel mengekor langkahnya yang menyamankan diri pada bangku depan toko serba ada
"Maaf, tentang lamaran yang tadi pagi. Aku sedang tidak berada di pikiran warasku" Daniel menjadi pihak pertama yang membuka suara, sementara Seongwoo meneguk satu botol minuman yang dibelinya hingga tersisa setengah
"Jadi, sebenarnya kau tidak ingin menikah denganku?" Ujar Seongwoo dengan ringan, menyimpan kembali botol minuman pada kantung belanja miliknya. Daniel mengusap bagian belakang kepalanya selagi memproses perkataan Seongwoo yang seolah menyatakan Pemuda itu tidak menolak untuk menjalin hubungan serius dengannya, hubungan serius yang melibatkan sumpah tidak kalah serius dan mempengaruhi kelanjutan hidup mereka
"Senior sungguhan ingin menikah denganku?" Pertanyaan Daniel dibalas anggukan santai Seongwoo, seolah Daniel menanyakan 'apa kau suka makanan ringan?'. Daniel sendiri bukan tipe orang yang senang membuat sesuatu menjadi rumit, dia bisa dikatakan orang paling santai dalam kelompok bermainnya. Kalau ada tugas ya kerjakan semampunya, kalau pakaian terkena noda ya bersihkan semampunya lalu cuci bersih saat tiba di rumah, kalau menyukai seseorang ya cukup menyatakan dengan ungkapan tulus yang dia miliki. Tapi, Daniel tidak berpikir ajakan menikah yang tiba-tiba dengan orang tidak akrab itu sesuatu yang bisa disikapi dengan santai selagi menghabiskan camilan dan meminum soda
"Aku percaya, kau bukan bajingan yang melibatkan pernyataan serius dalam permainan tantangan bodoh. Jadi, lamaran yang kau katakan pagi tadi tentu memiliki alasan bagus. Hei, aku minta makanan ringanmu ya?" Kepala Daniel terlalu penuh untuk menolak perkataan Seongwoo, membiarkan Pemuda marga Ong itu meraih kantung camilan dari plastik belanjanya
"Senior sendiri . . . " Daniel mengatupkan mulutnya sewaktu Seongwoo mengangkat sebelah tangan, hendak menyela perkataan Daniel
"Panggil saja dengan 'Hyung', panggilan 'senior' itu terlalu canggung untuk orang yang menikah bukan?" Ada tawa kecil pada akhir kalimat Seongwoo, tidak mengurangi rasa pening di kepala Daniel. Seongwoo sungguhan ingin menikah dengannya, maksudnya Seongwoo serius menerima lamaran yang dia lakukan seadanya pagi tadi? Kalau lamaran diterima semudah ini, mungkin seharusnya Daniel melamar Gadis Cantik dari fakultas lain yang sering dibicarakan teman-temannya
"Jadi, Hyung memiliki alasan untuk menerima lamaranku?" Tanya Daniel yang direspon anggukan oleh Seongwoo, membuat Daniel memasang ekspresi serius dan menunggu jawaban Seongwoo dengan rasa ingin tahu
"Alasanku karena, aku sedang tidak memiliki pasangan" Kalau tidak ingat bahwa dia sendiri yang menumpu lutut dan melamarnya di gerbang Kampus, mungkin Daniel ingin melemparkan kaleng soda yang dipesan Taewoong pada kepala Seongwoo. Mungkin, pukulan keras bisa mengaktifkan pikiran waras Seongwoo –itupun kalau Seongwoo memang memilikinya–
"Maksudku, aku baru ditinggal Kekasihku yang memilih orang lain. Tapi, Nenek ingin melihatku berada di altar dan menikah dengan seseorang, sebelum kondisi kesehatannya semakin menurun. Jadi, kupikir aku beruntung karena kau yang melamarku pagi tadi, hingga aku tidak perlu melakukan proses pendekatan entah dengan siapa yang pasti membutuhkan waktu lama" Seongwoo menjelaskan lebih lanjut, membuat Daniel berpikir Dunia begitu sempit dengan mengumpulkan 'orang-orang bermasalah' seperti mereka dalam satu kondisi yang mengikat
"Orangtuaku terus mengatakan kalau mereka ingin melihatku memiliki pasangan, mereka bilang usia mereka sama dengan usiaku sewaktu mereka memutuskan untuk menikah. Kakek dan Nenek dari pihak Ibuku menikah pada usia satu tahun diatasku, jadi orangtuaku mengatakan berulang kali padaku untuk menemukan pasangan hidup karena berpikir usia ini bukan usia yang terlalu muda dan senang bermain juga bukan usia terlalu tua yang menyulitkan pergerakan juga membuat hubungan menjadi kaku" Ekspresi kagum pada wajah Seongwoo membuat Daniel melontarkan tawa kecil, tawa kecil pertama hari ini karena dia hanya menaruh awan mendung di atas wajahnya sedari pagi tadi
"Itu pemikiran yang hebat. Kau mempercayainya?" Kedengaran konyol dan sulit untuk dipercaya memang, jadi Daniel hanya mengangkat bahu dan tersenyum karena raut antusias di wajah Seongwoo yang tidak dia tahu begitu menggemaskan. Mungkin, perkataan orangtuanya memang benar, tapi setiap orang tentu memiliki kepribadian yang berbeda dan tidak bisa disamakan. Mungkin, hal ini berhasil dengan lancar pada orangtua maupun Kakek dan Neneknya, tapi tidak ada hal yang menjamin bahwa hal ini akan berhasil pula pada Daniel dan Seongwoo
"Kalau begitu, ayo kita segera menikah" Lontar Seongwoo yang bisa membuat Daniel tersedak kalau saja dia tengah berusaha menelan sesuatu, Daniel memandangnya dengan sorot tidak mengerti
"Maksudmu, melakukan kontrak seperti Full House atau semacamnya?" Daniel tidak mengerti sosok seperti apa Seongwoo itu, perkataan santai si Ong justru membuat bahu Daniel tidak bisa bersandar dengan nyaman. Orang ini serius ingin menikah dengannya, mengiyakan untuk sungguhan menikah tanpa obrolan serius juga perkenalan lebih jauh tentang masing-masing
"Jadi, kau ingin berpisah denganku, setelah melamarku di depan Gerbang Kampus dan menikah selama beberapa bulan?" Seongwoo menaruh kantung camilan di meja, membersihkan jarinya dari remahan makanan ringan dan memandang Daniel dengan serius
"Apa Hyung sungguhan ingin menikah denganku hingga kita menghabiskan masa tua bersama?" Tanya Daniel yang dibalas ekspresi mengernyit dari Pemuda di hadapannya
"Kau terus bertanya padaku, apa karena sebenarnya kau ragu dan tidak menginginkan hubungan ini? Kalau kau tidak menginginkannya, maka tidak perlu melakukannya" Ujar Seongwoo dalam mode serius, membuat Daniel mengatupkan mulut karena tidak bisa membalas. Seongwoo dalam mode santai atau Seongwoo dalam mode serius sama-sama membuat kepala Daniel pening, hingga Daniel hanya bisa memegangi sisi kepalanya yang terasa berputar
"Terima kasih, untuk lamaran dan makanan ringannya. Kau bisa menemuiku, saat kau merasa yakin denganku" Suara derit bangku yang bergeser mengganggu pendengaran selama beberapa saat, manik Daniel mengikuti pergerakan Seongwoo yang menyimpan kantung makanan ringan dalam plastik belanja dan hendak berlalu
"Ayo kita bertemu, pada penghujung pekan" Daniel tidak yakin untuk mengucap sumpah sehidup semati dengan orang yang tidak begitu akrab baginya, tapi dia tidak pernah mengatakan kalau dia merasa ragu dengan Seongwoo. Dengan mode santai, Seongwoo menyetujui ajakan bertemu Daniel dengan mengangguk
"Aku yang menentukan tempatnya" Ganti, kepala Daniel terangguk untuk menyetujui perkataan Seongwoo. Anggap saja 'terima kasih' karena Seongwoo tidak mempermasalahkan lamaran tiba-tiba dari orang tidak akrab sepertinya, tangan Daniel terangkat untuk membalas lambaian tangan Seongwoo yang semakin menjauh. Ocehan berisik dari arah belakang menyadarkan Daniel bahwa teman kelompok bermainnya tidak benar-benar pergi sedari tadi, hanya menjauh atau bersembunyi agar Daniel memiliki waktu bersama 'calon pasangan hidupnya' (ugh! Itu terdengar menggelikan, jadi Daniel hanya akan menyebutnya sebagai Ong Seong Woo saja).
.
Kalau ada yang mengatakan Seongwoo itu aneh atau gila karena dengan mudah menerima lamaran sederhana tanpa barang juga kata pengantar romantis, temannya akan mengatakan bahwa Ong Seong Woo sudah gila dan aneh sedari lama, sedari mereka berada pada tahun kedua dan mengurus adik kelas dari tahun pertama. Kang Daniel termasuk diantara sekian adik kelas yang mereka urus, bukan tipe orang yang suka mencari masalah walau Hoeseung sempat berpikir wajahnya seperti anak berandalan, Daniel itu termasuk tipe penurut yang ramah dan menyenangkan. Tidak heran kalau dia langsung memiliki banyak penggemar dalam satu bulan, tapi mengherankan bagi Hoeseung sewaktu Seongwoo mulai mengoceh tentang Daniel (memang bukan dengan raut memuja yang digunakan para Gadis saat membicarakan Daniel, tapi ada raut antusias setiap kali Seongwoo menceritakan tentang Daniel). Hoeseung lebih terkejut dengan Daniel yang melamar Seongwoo di suatu pagi, membuat Hoeseung menuduh Seongwoo memantrai Daniel atau semacamnya.
Seongwoo sungguh khawatir kalau Neneknya meninggal karena tersedak makan malam saat dia mengatakan ada seseorang yang melamarnya, melupakan rasa khawatirnya karena sang Nenek tidak percaya ada yang ingin menjadi pasangannya. Nenek mengatakan Seongwoo tidak perlu khawatir dengan kesehatannya, dia mengerti kalau Kekasih Seongwoo meninggalkan Seongwoo karena orang lain yang dianggap lebih keren, dia mengerti kalau membutuhkan waktu lama untuk bisa melihat Seongwoo menikah, jadi Seongwoo tidak perlu berbohong padanya. Pembicaraan panjang yang mengesalkan bagi Seongwoo akhirnya mendapat respon bagus dari Neneknya, percaya bahwa ada Pria Tampan dengan rambut merah muda yang mengajak cucu kesayangan (yah, Seongwoo itu cucu satu-satunya) menikah. Nenek menceritakan bagaimana dia dilamar oleh Mendiang Kakek Seongwoo dahulu, sementara Seongwoo sibuk menghabiskan menu makan malam dan hanya mengangguk untuk merespon cerita sang Nenek, walau Seongwoo juga tidak mendengarkan karena sudah tahu cerita ini luar kepala.
Tangan Seongwoo dipegang oleh seseorang saat Seongwoo hendak melangkah memasuki halaman depan yang sempit, decakan malas terdengar dari Seongwoo yang menduga Daniel akan melontarkan banyak pertanyaan seperti sebelumnya. Daniel mengusap bagian belakang kepalanya karena ragu untuk melontarkan pemikiran, membuat Seongwoo ganti menarik tangan Daniel dan menutup pintu gerbang . . .
"Kau tidak mengatakan, bahwa kita akan bertemu dengan keluargamu, Hyung" Pandangan Seongwoo menelusuri penampilan Daniel dan tidak berpikir ada yang perlu dipermasalahkan, Neneknya bahkan sering melihat dirinya hanya mengenakan pakaian dalam sewaktu mengambil koran atau susu langganan di depan gerbang. Pandangan Seongwoo seolah menanyakan 'ada yang salah?' pada Daniel
"Apa masalahmu, kalau kita bertemu dengan anggota keluargaku? Bukankah kau merasa yakin padaku?" Seongwoo tidak memiliki maksud untuk mendesak Daniel, kalau dia terlihat seperti itu. Seongwoo hanya ingin memastikan bagaimana hubungan mereka saat ini, Daniel yang melamar dirinya seharusnya Daniel sudah memiliki persiapan hubungan serius mereka
"Kupikir, ini terlalu cepat" Alis Seongwoo terangkat, merasa bingung dengan perkataan Daniel. Kalau Daniel berpikir saat ini adalah waktu yang terlalu cepat untuk bertemu anggota keluarganya, kenapa Pemuda itu menumpu lutut dan melamarnya di hadapan warga Kampus lainnya seolah Pemuda itu tidak memiliki pemikiran waras
"Aku berpikir, pernyataanmu yang terlalu cepat" Balas Seongwoo selagi meraih kunci dari saku pakaian, memasukkan batang besi dengan gantungan bentuk Bola Dunia itu pada lubang kunci dan memutarnya sebanyak dua kali. Seongwoo melangkah masuk terlebih dahulu, mengganti sepatu yang dia kenakan dengan sandal rumahan miliknya
"Nenek, aku sudah pulang!" Daniel mengangkat kepala dari kegiatan melepas sepatunya sewaktu Seongwoo selesai mengunci kembali pintu dan berseru berisik, ada ekspresi senang di wajahnya yang menarik sudut bibir Daniel hingga melengkung
"Oh! Kau sudah datang, bersama si Pemuda Tampan dengan rambut merah muda" Sahut Nenek yang mengalihkan fokus dari sesi belajar memasak di acara televisi yang tengah dia tonton. Daniel yakin Nenek tidak pernah bertemu dengannya atau melihat gambarnya hingga bisa membuat kesimpulan, jadi tentu Seongwoo yang memberi deskripsi tersebut untuknya
"Ah, Nenek. Seingatku, aku hanya menyebutnya sebagai junior satu tahunku, bukan Pemuda Tampan seperti yang Nenek katakan" Ralat Seongwoo dengan cepat, menyadari Daniel yang melirik padanya dengan senyuman miring
"Iya. Kau memang menyebutnya sebagai junior satu tahunmu, tapi kau juga mengatakan bahwa dia itu Pemuda Tampan yang memiliki rambut dengan warna menarik seperti kembang gula" Nenek sudah mengembalikan pandangan pada layar datar di hadapannya dan menghembuskan nafas sewaktu menyadari sesi belajar memasak dari acara tersebut sudah selesai
"Hei, si Pinky" Daniel tidak merasa dirinya adalah Jo Kyeolkyeong, atau sekedar memiliki wajah yang mirip dengannya, tapi memang siapa lagi yang bisa disebut 'Pinky' dalam ruangan ini? Jadi, dia melihat Nenek Seongwoo dan mengangguk sebagai tanda dia mendengar panggilan dari Nenek
"Kau masih mau berdiri disana? Tempat di sebelahku kosong" Seongwoo tersenyum karena merasa lucu dengan tingkah canggung Daniel yang duduk dengan posisi tegak di sebelah Neneknya, bukan bersandar nyaman seperti yang dia dan Neneknya lakukan
"Beruang Merah Muda, apa kau bisa memasak?" Panggilan akrab dari Nenek membuat Daniel mengerjap, tidak berpikir dia akan dipanggil seperti itu oleh Wanita Dewasa usia sekitaran tujuh puluhan. Kalau diantara teman di kelompok bermainnya, panggilan aneh bukan hal baru dan sudah menjadi hal yang tidak lagi dipermasalahkan
"Sedikit" Ibu jari dan telunjuk Daniel memberi jarak, merendah dengan mengatakan bahwa dia tidak begitu pandai memasak. Ada satu anggukan tanda mengerti dari Nenek Seongwoo, melirik sebentar pada Seongwoo yang meraih toples makanan ringan di meja dan memakannya sendiri alih-alih menawarkan pada Daniel
"Seongwoo ini tukang makan unggulan, jadi aku pikir dia harus memiliki pasangan hidup yang pandai memasak. Aku tahu Seongwoo akan menjadi 'istri' dalam hubungan kalian, tapi aku ingin memastikan kau bisa menyediakan masakan layak makan untuknya. Jangan pikir aku tidak suka atau meragukanmu, juga jangan pikir aku hanya ingin memanjakan Seongwoo" Ujar Nenek yang dibalas anggukan Daniel
"Tentu, aku tidak berpikir seperti itu. Nenek hanya memastikan Seongwoo mendapat pasangan yang bisa mengerti tentangnya, aku mengerti" Balas Daniel dengan senyum tipis, senyuman tampan yang sering memancing keributan di area Kampus kalau Seongwoo tidak salah mengingat. Seongwoo berhenti mengunyah camilan sewaktu Nenek berpaling padanya dan menepuk lengannya dengan kencang, menghasilkan jeritan kecil yang lebih memiliki alasan karena terkejut
"Kau harus bersyukur, bahwa orang ini tidak berada di pikiran warasnya, hingga dia memilihmu menjadi pasangan hidupnya" Secara tidak langsung, Nenek mengatakan bahwa tidak ada orang waras yang ingin memilihnya menjadi pasangan hidup mereka, membuat Seongwoo merengut dan memakan camilan dalam jumlah besar sekaligus
"Pinky-ssi, aku tidak percaya saat Seongwoo mengatakan ada orang yang melamarnya. Aku tahu kalau dia baru saja diputuskan oleh Kekasihnya, dia hanya keluar dari kamar untuk makan pada pekan sebelumnya. Jadi, aku memukul kepalanya dan mengatakan padanya untuk berhenti mengkhayal" Nenek Seongwoo sangat pandai mengarang cerita hingga terdengar meyakinkan, membuat Seongwoo hanya mendengarkan selagi memakan camilan dari toples makanan ringan. Lagipula, Seongwoo tidak berani melawan orang tua, khawatir mendapat balasan lebih buruk yang tidak diinginkan
"Dia meyakinkanku bahwa itu memang benar, lalu dia menceritakan tentangmu. Seongwoo bilang kalau kau adalah salah satu junior paling baik dengan menuruti semua kata masuk akal dari senior yang membina, kau menarik karena berani melawan sewaktu ada perkataan yang menurutmu hanya omong kosong, lalu dia jadi memperhatikanmu karena melihat kemampuan menarimu dari akun sosial media yang kau miliki. Bagian terakhir, dia akan mengajakmu ke rumah pada penghujung pekan agar aku bisa melihat bahwa kau itu tampan" Seongwoo bisa merespon dengan dagu terangkat kalau Neneknya hanya melebihkan cerita, tapi dia memang mengatakan seperti itu pada acara makan malam mereka. Tidak, Seongwoo bukan menyukai Daniel dengan cara romantis, dia hanya mengagumi Daniel sebagai senior berpikiran waras –yang diragukan oleh temannya– juga penikmat musik melalui gerakan
"Oh~" Pandangan Daniel mengarah pada Seongwoo, membuat Seongwoo berpura sibuk mencari makanan ringan yang terjatuh ke lantai. Cara bicara Nenek membuatnya seperti orang yang menyukai Daniel secara romantis, dan membuatnya merasa tidak memiliki wajah untuk melihat Daniel hingga beberapa waktu
"Aku harus menelepon layanan pesan antar, kenapa pengantar pesanan belum juga datang?" Bibir Seongwoo merapat sebelum merutuki Nenek yang meninggalkan dirinya dan Daniel dalam keadaan canggung, atau mungkin itu hanya perasaannya
"Nenekmu pandai mengarang cerita, Hyung" Kata Daniel, menjadi pihak pertama yang membuka suara. Seongwoo mengangkat pandangan dari lantai putih, menghentikan kegiatan berpura mencari makanan ringan untuk melihat Daniel yang memandangnya dengan tersenyum geli
"Iya, Nenekku memang pandai dalam pelajaran mengarang sedari sekolah dasar" Timpal Seongwoo dengan senyum lebar untuk menutupi rasa canggung, berpindah untuk menempati posisi yang sebelumnya ditempati oleh sang Nenek
"Hyung mengatakan, Hyung ingin menikah karena khawatir dengan kondisi kesehatan Nenek, tapi dia terlihat baik saat ini" Daniel menahan nafas sewaktu Seongwoo melirik tajam padanya, namun kembali bernafas dengan baik karena Seongwoo menyibukkan diri dengan toples makanan ringan
"Apakah aku harus menunggu dia berbaring dengan selang infus atau alat bantu pernafasan untuk mencari pasangan hidup lalu merencanakan pernikahan tanpa persiapan mendalam?" Ujar Seongwoo dengan santai, mendapat balasan dari Daniel berupa anggukan menyetujui
"Jadi, Hyung ingin kita segera melakukan pertemuan keluarga?" Pertanyaan Daniel dibalas dengan Seongwoo yang melontarkan tawa geli, merubahnya menjadi tawa keras karena ekspresi bingung di wajah Daniel yang dia pikir begitu lucu
"Lihat, siapa yang begitu serius dan memikirkan pertemuan keluarga sekarang" Seongwoo masih tertawa dengan keras, tidak lagi melihat ekspresi orang di sebelahnya yang mungkin menatap dirinya seolah dia adalah orang paling aneh yang pernah ditemui. Daniel yang mulai serius dengan hubungan mereka dan mengatakan tentang pertemuan keluarga terasa menggelitik perut Seongwoo, tidak tahu bagaimana cara merespon hal tersebut selain dengan melontarkan tawa sekeras yang dia bisa.
Pada sisi sebelah Seongwoo, masih ada Daniel yang memandangi si Ong menertawakan entah apa dengan tawa keras. Kalau Daniel berpikir sekrup yang mengatur pikiran waras Seongwoo terlepas, artinya sekrup pikiran warasnya pun mengalami hal yang sama, karena dia turut melontarkan tawa ringan tanpa mengetahui alasan Seongwoo tertawa sebenarnya. Daniel hanya berpikir Seongwoo itu, bagaimana cara menyebutkannya? Seongwoo itu . . . menggemaskan, mungkin.
.~~~KKEUT (?)~~~.
Masih punya utangan fanfic lain, malah bikin fanfic baru. Udah ngerjain dari pekan lalu sih, tapi baru bisa dipublish pekan ini. Buat yang nge request OngNiel jadi ortunya L Woojin, dedek Woojin baru dimunculin di bagian berikutnya ya (itupun kalo bagian ini dapet respon yang bagus). Aku tahu masih banyak kesalahan dan kekurangan, jadi silahkan review ^v^
