"Ahh.. Ahomine! Hentikan.. Ahhhh! Aahh.." suara itu terdengar ke seluruh penjuru ruangan gelap berisikan dua orang pria berbadan kekar.
"Diamlah, Bakagami. Aku sedang menikmati permainan ini. Ahh.. Yeah! Sedikit lagi!" suara decitan ranjang itu semakin kencang karena kedua insan diatasnya berusaha untuk menambah dominasi.
"Ahomineeeeeeee…." Teriakan itu mengakhiri permainan mereka.
Permainan game gulat di PS3 yang baru milik Kagami Taiga.
"Ah, sial! Aku kalah lagi." Gerutu pemilik PS3 yang kalah dari pria bersurai biru tua yang ada disebelahnya.
"Tentu saja. Yang bisa mengalahkanku hanya aku." Ucap pria bodoh bersurai biru tua itu dengan cengirannya.
"Hee? Benarkah? Memangnya siapa yang mengalahkanmu di winter cup kemarin? Dasar bodoh! Tau dirilah sedikit." Ucap Kagami menggurui pria yang lain, Aomine Daiki.
"Hmmpph! Iya-iya.. Aku tahu. Hanya kau yang bisa mengalahkanku." Ucap pria berkulit tan itu kemudian mengacak rambut pria beralis bercabang di sebelahnya. Kagami Taiga hanya memasang wajah tak peduli pada apa yang dilakukan Aomine Daiki terhadap rambutnya.
"Hei, berhubung ini sudah larut, aku akan menginap lagi ya."
"Apaaaaaa? Kau mau menginap lagii? Tidaaaakkkkk! Makananku akan cepat habis kalau kau menginap!" protes Kagami yang disusul jitakan dari pria disampingnya.
"Hei, jangan mengatakan seolah aku yang menghabiskan semua makananmu, padahal kau sendiri yang menghabiskannya duluan sebelum aku sempat memintanya sedikit darimu. Bakagami."
"Tentu saja itu antisipasi agar kau tidak mengambil bagianku!"
"Dasar orang Amerika!" Aomine menggeleng-gelengkan kepalanya menahan rasa kesalnya.
Sudahlah pemirsa, percakapan dua orang bodoh tidak akan pernah selesai kecuali ada yang mengalah. Dan, tentu saja kalian tahu, mereka berdua tidak ada yang mudah mengalah. Kecuali pria biru yang akhir-akhir ini memang sudah mulai berubah karena kekalahannya di pertandingan basket di Winter Cup. Yang tentunya, semenjak saat itu membuat dua orang bodoh diatas menjadi akrab.
Ah, iya. Perubahan apa saja yang telah terjadi pada pria biru kita? Mari kita sebutkan satu-satu. Seperti yang dikatakan Kuroko Tetsuya, Aomine sudah bisa bermain basket dengan tersenyum. Lalu, apa yang dikatakan teman setim-nya, Aomine sudah bisa bermain dengan maksimal tanpa meremehkan lawannya. Kalau kata dirinya sendiri, Aomine sudah mulai punya ketertarikan pada cinta.
Wow! Siapakah orang beruntung yang mampu membuat pria kekar nan tampan dengan keseksian maksimal karena kulit tan yang terbakar matahari dan sifat alami yang tak ingin dikalahkan itu tertarik, selain basket tentunya, sampai ia sendiri berpikir bahwa ia sudah tertarik? Tentu saja ia adalah orang hebat! Hihihi!
.
.
Aomine Daiki berjalan dengan tampang malas di jalanan kota Tokyo. Sekolah memang tidak pernah membuatnya bersemangat. Apalagi, tidak ada orang yang dia sukai di sekolahnya. Rasanya memang berat ya, jatuh cinta itu?
"Tidak, Aomine-kun. Yang berat itu melihat orang yang kita sukai tidak peka."
"Hmm, kau benar Kurokocchi! Apalagi itu adalah Kagami Taiga, orang paling bodoh setelah Aominecchi. Tidak heran-ssu. Benar kan, Midorimacchi?"
"Hng, mereka berdua sama-sama bodohnya."
"Shin-chan! Jangan jahat begitu pada Dai-chan!"
"Aka-chin, aku mau ke toilet, ayo temani aku.."
"Jangan manja, Atsushi."
"Kalau begitu, Kuro-chin!"
"Eh? Murasakibaracchi! Jangan bawa Kurokocchi kuuu!"
..
..
..
"EEEEEHHHHHHHHHHHH? SEDANG APA KALIAN DISINI!" Teriak pria biru tua kita yang tidak sempat terekspos di percakapan Generation of Miracle itu.
"Aku tadi menemukan mereka di jalan." Ucap sang emperor bermanik heterochrome melirik Kise yang sudah kembali bersama Kuroko begitu Murasakibara masuk ke dalam toilet. Hal itu dilanjutkan anggukan dari pria tsundere berkacamata di sebelahnya.
"Aku berangkat sekolah bersama Kurokocchi tadi pagi-ssu, lalu ada Muracchi baru saja keluar dari supermarket dengan setumpuk snack di tangannya. Lalu—"
"Hentikan, Ryouta. Kau berisik sekali." Sebuah gunting sudah siap terjang di sebelah leher Kise.
"Maa-maafkan aku, Aka-Akashicchi!"
"Jadi, Dai-chan sekarang menyukai Kagamin ya? Waaaaah, hebat sekali!"
"KALIAN SEMUA TAU DARI MANAAA?!" pekik pria berkulit tan itu panik seperti cewek SMA yang lagi PMS.
"Kurokocchi tadi pagi memberitahuku~" Kise sang model memberitahu dengan wajah riangnya.
"Akusih tadi dengar waktu Tetsuya dan Ryouta sedang bercerita." Sang emperorpun ikut menyahuti.
"Aku tidak tahu dan tidak mau tahu-nanodayo."
"HAAAAHH? KAU SENDIRI TAHU DARI MANA TETSU?"
"Memangnya Aomine-kun kira, aku tidak pernah memperhatikan ketika kalian berdua sedang bersama atau ketika Aomine-kun sedang memperhatikan Kagami-kun dari jauh dengan wajah berseri-seri?" jawab sang pengguna miss-direction itu dengan wajah datarnya.
"Hmpppphhhhhhh!" beberapa anggota kisedai menahan tawanya mengetahui orang yang sebelumnya paling tidak peduli pada orang lain, dan menganggap diri sendiri adalah yang terbaik kini bisa menjadi orang yang jatuh cinta juga.
"HOOI! BERHENTI TERTAWA!" sang Ace kini dirundung blushing akut a la Midorima kalau sedang bersama Takao.
"Tidak usah malu-malu, Daiki. Kami akan membantumu." Emperorpun mengeluarkan perintah terbarunya: GPADKT atau Gerakan Pendekatan Aomine Daiki dan Kagami Taiga. Dan semua yang dia katakan adalah mutlak, dan selalu benar.
Glek. Seluruh pasukan Kiseki no Sedai menelan ludah bersamaan. Baiklah, ini adalah sebuah kisah singkat yang panjang tentang perjuangan seorang Aomine Daiki memperoleh cintanya dengan bantuan teman-teman SMP nya.
.
.
.
Mission Failed?
.
.
Kuroko no Basuke is Tadatoshi Fujimaki's
A fanfiction from salmoow
.
.
Pair: (Aomine Daiki & Kagami Taiga) Generation of Miracles
Rated: M
Genre: Humor, Romance, Lovey Dovey, Fluffy, dll :v
.
.
Warning!: Ini pertama kali buat saya membuat fic yaoi rate M X)) Jadi, maafkan saya kalau ceritanya agak abal dan tidak menarik untuk dilihat. Typos. Pemilihan bahasa yang tidak tepat. Berpotensi mengakibatkan muntaber, panu, kadas, kurap, dll.
.
.
-Maji Burger. Wed, 23 July 20xx, 4:30 pm-
"Menurutku juga begitu! Yang penting kau menuruti apa kata kami saja, Dai-chan!" ucap satu-satunya wanita yang ada di gerombolan itu, Momoi Satsuki.
"Aku setuju dengan Momoi-san. Lebih baik, kau tidak perlu ikut mengurusi apa rencana kami. Kau hanya perlu menggunakan segala kesempatan yang ada!" Timpal pria dengan rambut biru muda, Kuroko Tetsuya, yang makin lama tingkahnya makin mirip dengan sang emperor. Lalu ia menyeruput vanilla milkshake nya.
"Haaaaaahhh, kalian ini pemaksa sekali! Terserah kalian saja!" sang calon yang akan dicomblangkanpun hanya pasrah menerima kenyataan dan sadar bahwa ia sebentar lagi akan dipermalukan.
"Aku sih tidak peduli." Sahut pria yang lain, Midorima Shintarou, pria berkacamata dari Shutoku. Pria itu membawa lampu neon. Barang keberuntungan katanya.
"Hidoii-ssu! Midorimacchi! Kita ini kan satu tim! Masa kau tega membiarkan Aominecchi patah hati? Aku akan berjuang, Aominecchi! Kau tenang saja!" ucap Kise Ryouta, sang ace SMA Kaijou, yang kemudian memegang pundak Aomine dan merasakan deburan ombak di belakang mereka..
"Mine-chin, aku minta burgermu ya?" ucap sang raksasa, Murasakibara Atsushi, yang diikuti tatapan horror dari teman-temannya karena ia telah menghabiskan setumpuk burger pengganti camilan.
"Baiklah, kalau begitu, kita tidak boleh membiarkan hal ini bocor ke Taiga, kalau sampai bocor, kalian akan berurusan langsung denganku. Terutama kau, Tetsuya. Aku mengawasimu." Ucap emperor pemilik manik heterochrome dari Rakuzan, Akashi Seijuurou, pimpinan Kiseki no Sedai di masa jayanya dulu .
Alhasil, keputusan itu sudah tidak dapat diganggu gugat dan merekapun sudah siap dengan seluruh daya tempur maksimal!
.
.
-Fri, 25 July 20xx, 2:45 pm-
Kagami Taiga sedang berjalan santai menuju rumahnya sebelum ia sepintas melihat sekelebat pelangi yang melintas di sebrang jalan. Iapun mengucek mata lalu memandang langit yang cerah. Ia tak melihat ada awan hitam pertanda hujan, mungkin pelangi tadi hanyalah perasaannya saja..
"Atau bukan Cuma perasaanmu, Kagamicchi Taiga. Nyiahahahahaha!" ucap seorang dari salah satu gerombolan pelangi yang bersembunyi di balik rumah warga, pemilik rambut berwarna kuning.
Syat!
"Diamlah, Ryouta." Sang pemimpin Gerakan Pendekatan itu mengayunkan guntingnya dan berhasil memotong beberapa helai rambut milik Kise Ryouta. Sang model hanya mengangguk tegang. Merekapun mengintip lagi keadaan di sekitar.
"Tetsuya, kau sudah memasukkan obat pembuat demamnya kemarin?"
"Hai!"
"Shintarou, kau sudah mengecek posisi Daiki?" Akashi mengecek rencananya.
"Hngg. Dia sedang istirahat di rumahnya."
"Satsuki, kau sudah memberikan kunci rumah Daiki pada Ryouta?"
"Siap, sudah!"
" Baiklah. Pasukan, kita jalankan plan pertama!"
"Haii!" serempak para anggota bodoh tetapi jenius itupun berpencar untuk melangsungkan rencana pertama mereka.
PLAN 1
TUMBAL : KISE RYOUTA
TARGET : KAGAMI TAIGA
MISI : MEMBAWA KAGAMI KE RUMAH AOMINE
Kise Ryouta terlihat berlari tertatih-tatih dengan napas tersengal-sengal dari kejauhan.
"Haaahh.. Haaahh.. Kagamicchi! Kagamicchi! Tolong!" panik Kise.
"Kise! Kau sedang apa? Kenapa kau hah?!" Kagamipun ikut panik.
"Aominecchi.. Haah.. Haahh.. Aominecchi pingsan! Aku tidak tau harus minta tolong siapa! Dan kebetulan aku bertemu Kagamicchi di sini! Ayo Kagamicchi!" Ryouta Kise, sang model sekaligus aktor ini rupanya sudah benar-benar professional karena Kagami Taiga panik dan berlari mengikuti Kise.
"Kise sudah berhasil. Kalian siap di tempat masing-masing!" ucap pemimpin gerakan tersebut melalui HT yang sudah di bagikan kepada seluruh anggotanya.
"Haii!"
.
.
-Aomine's House: Fri, 25 July 20xx, 3:07 pm-
"Kagamicchi! Ayo cepat! Aominecchi ada di lantai atas! Aku akan ke apotik sebentar!" Kise mengarahkan Kagami untuk segera naik ke lantai atas. Kagamipun dengan sigap langsung menuju ke kamar Aomine dan menemukan Aomine yang terbaring menggigil di kasurnya.
"Ahomine? Oi, Ahomine? Kau baik-baik saja?" Kagami mengguncang tubuh Aomine.
"Mmnngh.. Ka-Kagami..?" matanya yang masih belum fokus akibat pusing yang melanda, hanya bisa melihat siluet Kagami dengan rambut yang kemerah-merahan. Kaget tiba-tiba ada Kagami di kamarnya, ia langsung mengerti bahwa saat ini teman-temannya tengah melangsungkan rencana mereka. Sepertinya perasaannya tentang ada sesuatu di minumannya kemarin memang benar.
'Sial. Apa yang harus kulakukan? Darimana dia tahu aku sakit?' pikir Aomine dalam hati.
"Kau tidak apa-apa? Ada yang sakit?" tanya Kagami pengertian. Wajah Kagami yang khawatir itu membuat Aomine berdebar seperti tokoh di komik cewek. Aduh, Aomine…
'Ah, Akashi sialan!' Aomine yang blushing karena demam tinggi itu akhirnya merobohkan tubuhnya di atas tubuh Kagami.
"Kepalaku pusing sekali.." ucap Aomine setengah melantur.
.
.
Kagami Taiga, korban keisengan Kiseki no Sedai itu saat ini tengah memeras kompres yang sudah digantinya beberapa kali namun tetap tidak berpengaruh apapun terhadap pria berkulit tan yang tidak berdaya di hadapannya. Tidak berdaya. Glek!
"A-ahomine, kau sudah minum obat atau belum?" tanya Kagami akhirnya. Aomine hanya menggeleng pelan.
"Ah, tadi Kise bilang dia sedang pergi ke apotek, tapi sampai sekarang belum pulang juga.. Pergi ke apotek mana sih dia.." gerutu Kagami pada diri sendiri. Aomine yang badannya sangat lemas itu menarik-narik tangan Kagami dan menyuruhnya untuk menunduk.
"Di bawah, dekat dapur, ada kotak obat." Ucap Aomine dengan suara serak-serak badai topan yang ditelinga Kagami terdengar sangat.. uhh.. seksi? Kagami menelan ludah dan beranjak keluar dari kamar Aomine untuk mengambilkan obat dan air.
"Kalian puas?" ucap Aomine dengan susah payah karena demamnya yang naik.
"Sssst! Diamlah, Aominecchi! Kagamicchi akan datang sebentar lagi!" ucap seseorang di balik jendela kamar Aomine. Aomine hanya memutar matanya malas.
Tok. Tok. Kagami masuk membawa nampan berisi segelas air dan obat. Ia lalu meletakkan nampannya di meja di sebelah kasur Aomine.
"Hei, Kagami, bisakah kau menutup tirai jendelanya? Agak sedikit silau." Pinta Aomine dengan suara parau. Kagami menghela napas dan menuruti kata-kata Aomine. Kise yang berada di balik jendela, langsung memberi sinyal kepada pemimpinnya.
"Akashicchi! All clear!" ucap Kise yang kemudian melompat turun dari atap lantai satu rumah Aomine dengan mulus.
"Kau yang sakit ternyata lebih merepotkan ya." Gerutu Kagami.
"Mnggh.."
"Hei, Aho? Kau baik-baik saja?" tanya Kagami panik mendengar timpalan Aomine dan menemukan bahwa Aomine tengah bernapas dengan berat dan sudah menutup matanya. Aomine yang sudah sangat lemaspun tidak menjawab apa-apa.
"Aho?" Kagami dengan sigap mengambil termometer di meja sebelah kasur Aomine dan mengukur suhu tubuhnya. 38.5 derajat! pantas saja dia lemas seperti ini!
Kagami segera mengambil obat dan dimasukkan ke dalam mulutnya bersama seteguk air. Ia kemudian duduk di pinggir kasur Aomine, menundukkan kepalanya dan menempelkan bibirnya pada bibir Aomine untuk segera menaruh obat ke dalam mulut Aomine dengan lidahnya. Aominepun meneguk obatnya dan sedikit terbatuk ketika selesai meminum semuanya dari mulut Kagami. Lalu Kagami kembali meneguk air dan memberikannya lagi kepada Aomine.
Aomine yang masih menutup matanya, kemudian menjilati lidah Kagami yang masih berada di dalam mulutnya. Suhu tubuh Aomine yang panas serasa mengalir ke mulut Kagami dan membuat tubuh Kagami terasa panas. Kagami yang dapat merasakan lidah Aomine yang bermain-main dengan lidahnya, akhirnya mengikuti Aomine dan saling berdansa dengan lidah masing-masing. Meskipun ini curang, karena Aomine sedang sakit, tapi kapan lagi Kagami bisa mendapatkan kesempatan ini?
Merekapun menghentikan ciuman itu untuk mengambil napas. Napas mereka terengah. Wajah Kagami sudah sangat merah. Bibir yang terpisah itu membuat benang saliva tipis yang kemudian terputus dan membuat lelehan di sudut bibir Aomine. Pria berambut biru tua itu membuka matanya, mengusap sudut bibirnya dengan ibu jari dan menjilatnya.
WOW! Bahkan, Aomine yang sakit parah saat ini terlihat lebih seksi daripada yang biasanya, pikir Kagami. Kagamipun menerjang Aomine lagi, yang disambut oleh Aomine. Mereka berciuman semakin panas dan membuat desahan-desahan erotis di sekeliling mereka. Aomine memagut bibir Kagami dengan lembut namun agresif. Hingga tanpa disadari, kini Kagami sudah berada di atas tubuh Aomine. Namun itu bukanlah hal penting bagi kedua remaja itu.
"Mnggh, Ao.. Mmmhh.." Kagami memegangi rambut Aomine dan memperdalam ciuman mereka.
Tangan kekar yang panas milik Aomine, kini tengah menelusup ke balik seragam Kagami dan mengelus tubuhnya pelan sehingga membuat Kagami mendesah di sela-sela ciuman mereka. Tangannya meraba perut dan dada Kagami berurutan. Ketika tangan milik pria berkulit tan itu sampai di sebuah tonjolan di dada Kagami, pria itu menggeliat diatas tubuh Aomine dan menggesek penis Aomine sehingga membuatnya ikut mendesah.
"Ngghh.. Kagamihh.." desahnya pelan dan menggerakkan pinggulnya lagi dengan perlahan agar bisa merasakan kenikmatan itu lagi. Sambil memainkan nipple Kagami, tangan Aomine yang lain bergerak menuju selangkangan Kagami dan menemukan sesuatu yang telah mengeras di sana meskipun masih terbungkus dengan seragam. Aominepun mengelus dan memijat-mijat benda keras itu tanpa membuka celana milik pria alis cabang itu.
"Ahh.. sshh.. mmnggh.." Kagami semakin menciumi Aomine dengan agresif dan memegangi tangan Aomine yang ada di selangkangannya. Aomine tiba-tiba bergerak dengan cepat dan membalik keadaan mereka. Kini, Kagami lah yang berada di bawah Aomine. Tanpa memperdulikan demam Aomine, mereka kembali berciuman dan Aomine kembali memainkan benda keras milik Kagami. Tangan Kagami melingkar di leher Aomine dengan ketat. Berusaha mendominasi ciuman mereka.
Ciuman Aomine kemudian turun ke leher Kagami. Ia mencium, menjilat, dan menghisap leher itu berkali-kali sehingga menimbulkan banyak bercak kemerahan di sana. Ciuman Aomine semakin turun dan sampai di dada bidang Kagami yang sudah terekspos karena dibuka oleh pemiliknya beberapa detik lalu. Aomine kemudian menjilat dan menghisap pelan salah satu nipple Kagami tanpa menghentikan pijatan dan remasan di pangkal paha Kagami yang masih terbungkus. Kagami merasa sesak.
"Ahhhhh.. Aomineeeehhhh.. Mmmngaaahhh.." Kagami mendesah semakin hebat. Lidah Aomine lalu menelusuri perut berotot Kagami dan sampai di tempat ia bermain. Aominepun membuka celana Kagami dan membuatnya setengah polos.
Aomine membuka paha Kagami lebar-lebar. Disana, terlihat penis Kagami yang sedikit mengucurkan precum yang menjulang dengan gagah. Tanpa babibu, Aomine langsung melahap milik Kagami dan membuat pemiliknya mendesah hebat. Terlebih suhu panas dari mulut Aomine menambah sensasi kenikmatan pria itu.
"Ahhh, Ahh-ahomineeeee! Mnggghh.." Kagami memejamkan matanya menikmati blowjob dari Aomine. Tangannya memegangi kepala pria hot berkulit tan itu dan membantunya menaik-turunkan kepalanya. Layaknya pro, Aomine seolah tau tempat kenikmatan untuk dirasakan Kagami dan memainkan lidahnya di ujung kejantanan milik Kagami, sehingga membuat Kagami melenguh nikmat.
Kagami yang biasanya hanya melakukan mastrubasi sendirian, kali ini merasakan sensasi berbeda yang lebih nikmat. Hell yeah! Tentu saja!
"Aaaaaaaaaaaahhhhhnnng!" Iapun datang dengan cepat di dalam mulut Aomine dan membuat Aomine tersedak meskipun Aomine menelan habis semuanya pada akhirnya. Aomine melepaskan mulutnya dari penis Kagami dan menimbulkan suara 'plop'. Sisa benih Kagami yang tidak tertelan mengalir dari sudut bibir Aomine yang kini merangkak ke atas Kagami. Aomine kembali mencumbunya. Kagami dapat merasakan cairannya sendiri.
"Kau sangat panas, Kagamiihhh.." ucap Aomine di sela ciuman mereka. Lalu tak selang berapa lama, tubuh Aomine jatuh di atas tubuh Kagami. Kagami yang masih tersengal-sengal mulai heran karena Aomine tidak bergerak lagi.
Kemudian, psssssssssshhhhhhhhhhhhhh! Wajah Kagami memerah sempurna!
"Dasar bodoh! Yang panas itu kau, tahu!" ucap Kagami masih blushing. Ia kemudian mulai menggeliat dan berhasil menyingkirkan tubuh Aomine yang basah karena keringat. Kagami mencoba mengatur napasnya. Ketika ia akan bangkit dari kasur Aomine dan mengenakan kembali bajunya, tak sengaja ia menyenggol sesuatu yang ternyata adalah tonjolan di pangkal paha Aomine.
"Ja-jadi, hanya aku yang orgasme? Dasar Ahomine bodoh!" ucapnya makin blushing. Karena tak tega melihat tonjolan itu, akhirnya ia memberanikan diri membuka celana milik Aomine yang tertidur itu. Dan dengan segera, tonjolan itu menampakkan kegagahannya.
Glek. Kagami menelan ludah. Milik Aomine lebih besar dari miliknya. Iapun dengan segera, agar tidak buang-buang waktu, mulai menaik-turunkan tangannya di kejantanan Aomine. Pemilik kejantanan itu hanya melenguh dalam tidurnya. Setelah beberapa saat mengocok kejantanan Aomine, Kagami mulai merasa miliknya menegang lagi.
Aduh, emang dasar Kagami! Hormonnya melimpah ruah sampe tumpeh-tumpeh. Akhirnya iapun mendekatkan kejantanannya yang setengah menegang dan masih terekspos itu dengan kejantanan Aomine. Ia lalu mengocoknya bersamaan.
"Mnnghhhhh.. Ahh.. Haahh.." Kagami mendesah tertahan. Napasnya tersengal. Matanya yang mengintip dipenuhi oleh hawa nafsu. Siapa sangka Aomine bisa membuat Kagami bergairah seperti ini.
Aomine menggeliat merasakan bendanya dimainkan oleh orang lain. Kagami orgasme tanpa membutuhkan banyak waktu. Sedangkan Aomine? IA MASIH BELUM KELUAR SAMA SEKALI! OH TUHAN, SEBENARNYA JENIS PENIS APA YANG KAU BERIKAN PADA AOMINE?
Kagami menelan ludahnya lagi. Ia memegangi, mendekatkan kepalanya pada kejantanan Aomine yang besar dan tegang itu untuk kemudian ia jilat. Lalu, ia kulum kejantanan besar itu di dalam mulutnya dan membuat Aomine menggeliat kembali. Ia naik turunkan kepalanya perlahan dan memijat batang kejantanan yang tak dapat ia masukkan ke dalam mulutnya.
"Nnngggghhhhh.." Aomine melenguh pelan. Tapi tak lama kemudian, akhirnya Aomine mengeluarkan cairannya di dalam mulut Kagami. Kagami yang belum pernah melakukan blowjob pada siapapun, kini terpaksa menelan sebagian benih milik Aomine yang memaksa masuk ke dalam kerongkongannya. Setelah itu, ia mencari tisu dan mengelap kejantanan Aomine yang sudah lemas.
Ia pakaikan kembali celana Aomine dan celananya sendiri tentunya. Lalu ia menyelimuti tubuh Aomine dengan selimut. Suhu tubuh Aomine sudah membaik karena ia sudah banyak mengeluarkan keringat. Kagami akhirnya membuka lemari Aomine dan mencari baju yang tidak basah.
"Aku pinjam dulu." Ucapnya dan ia keluar dari kamar Aomine.
.
.
-Akashi's House: Fri, 25 July 20xx, 4:12 pm-
"Hmm, bagus Daiki." Ucap sang emperor yang rupanya telah memasang kamera pengintai di sudut-sudut kamar Aomine.
"Anak-anak! Ayo kita bicarakan rencana kedua!" Akashi memutar kursinya dan melihat para anggotanya bersimbah darah yang mengucur dari hidung mereka.
"Aku tak menyangka Aominecchi sehebat itu. Padahal kemarin aku memberikan obat pembuat demam dengan dosis yang lumayan." Ucap Kise sambil memegangi hidungnya yang bochor-bochor soalnya nggak dikasih no drop. Midorima yang juga berada di sana hanya berblushing tanpa mau melihat ke arah layar Akashi yang besar itu. Dalam hati, ia meminta maaf pada Takao karena sudah menonton adegan orang lain tanpa ada dirinya.
"Aka-chin! Mine-chin kenapa?" tanya Mukkun.
"Dia tidak apa-apa, Atsushi. Dia sedang sakit, dan Taiga sedang merawatnya." Jawab Akashi diikuti anggukan mengerti dari Mukkun.
"Haaaaahhhh, Akhirnya, Dai-chan! Ini adalah langkah besar! Bersiaplah, Kagamin!" ucap wanita berambut pink yang matanya berkilauan melihat adegan AoKaga di hadapannya. Dasar fujoshi. WOY, NGACA THOR!
"Bagus, Kagami-kun!" Kuroko yang berdiri di samping Akashi, sudah menyumpal hidungnya dengan daun sirih dan memberikan jempol pada layar di hadapannya. Akashi hanya memutar matanya dan memberi perintah.
"Tidak usah terlalu banyak bacot ya, anak-anak. Sekarang, kita lanjutkan misi ke tingkat dua!"
"Hai!"
Misi merekapun berlanjut! Kagami Taiga, Aomine Daiki, bersiaplah!
Tbc~
Omake:
"Sssst! Diamlah, Aominecchi! Kagamicchi akan datang sebentar lagi!" ucap seseorang di balik jendela kamar Aomine. Aomine hanya memutar matanya malas. Tentu saja Aomine sudah tahu siapa pemilik suara cetar membahana mengelilingi samudra dan jagad raya sampai ke ujung dunia melewati cakrawala itu. Kise Ryouta.
"Haahh.." Aomine menghela napas. Ia memiringkan badannya kea rah kamar. Kamar ini membosankan sekali. Seandainya ada majalah terbaru Mai-chan.. Tapi, kalau dia membaca majalah Mai-chan di depan Kagami, bisa-bisa majalahnya disita. Haaahhh..
Mai-Chan
Thu, 17 July 20xx
Eh? Lho? Kenapa majalah Mai-chan ku minggu lalu ada di meja belajar! Gawat! Bagaimana kalau Kagami tau! Aaaaahhhh! Mati saja aku!
Tok. Tok. Kagami masuk membawa nampan berisi segelas air dan obat. Ia lalu meletakkan nampannya di meja di sebelah kasur Aomine.
ADUH! MANA KAGAMI SUDAH SAMPAI! AKU HARUS MENGALIHKAN PERHATIANNYA!
"Hei, Kagami, bisakah kau menutup tirai jendelanya? Agak sedikit silau." Pinta Aomine dengan suara parau. Kagami menghela napas dan menuruti kata-kata Aomine. Kise yang berada di balik jendela, langsung memberi sinyal kepada pemimpinnya.
"Akashicchi! All clear!" ucap Kise. SIAL! KISE, SUARAMU ITU KERAS SEKALIII! BAGAIMANA KALAU KAGAMI DENGAR! DASAR BODOH!
"Kau yang sakit ternyata lebih merepotkan ya." Gerutu Kagami tiba-tiba. Aomine yang parno takut Kagami menoleh ke meja belajar, mencoba memutar otaknya yang tidak lebih pintar dari Patrick sampai mengerut. Alhasil, dengan otak mesumnya, ia berhasil menemukan sebuah cara.
"Mnggh.."
"Hei, Aho? Kau baik-baik saja?" tanya Kagami panik mendengar timpalan Aomine.
YEAH! IA BERHASIL MENGALIHKAN PERHATIAN KAGAMI!
"Aho?"
Meskipun kau mau membantu, Kagami, kau tidak seharusnya memanggil pangeran feromon kita dengan panggilan aho.. Aominepun berpikir lagi. AHA!
Kagamipun meminumkan obat dari mulutnya.
OHOKKKKK! AOMINE TERSEDAK BAHAGIA.
Aah, seharusnya ia sakit setiap hari saja ya..
TBC~
Sumimasen! Author masih belum sanggup membuat adegan BJ yang lebih nista. Jadi, karena author adalah pemula, harap maklum dan banyak-banyak review agar author bias membuat yang lebih wow! Wkwkwkw! Nista Abeeeeezzz! X))
