Para tokoh:
1. Kim Yongguk (JBJ)
2. Kim Sihyun (Yong&Shi Unit)
3. Park Jihoon (WannaOne)
4. Lai Kuanlin (WannaOne)
Warning: Bahasa baku, slow update.
The Mad Lab
PROLOG
Hijaunya pepohonan dan sinar matahari di antara celah-celah dedaunan adalah pemandangan pertama yang kulihat ketika membuka mata. Udara sepoi-sepoi menyapu wajahku dengan lembut. Rerumputan melindungiku dari kotornya tanah yang kuberbaring di atasnya. Tas ransel kujadikan bantal agar rambutku tetap bersih karena aku sudah keramas tadi pagi.
Di atas dadaku terletak sebuah topi bundar yang mengadah ke atas. Di dalamnya tidurlah si Tolby, kucing hitam-putih peliharaanku. Umurnya baru tiga minggu dan sangat tidak bisa diam.
Aku bangun dari pembaringan setelah meletakkan topi dan Tolby di samping, kemudian meregangkan otot-ototku. Kuhirup oksigen dalam-dalam dan kuhembuskan pelan-pelan. Ah, udara di sini sungguh segar. Seandainya aku bisa tinggal di sini seumur hidupku, bukan di kota besar penuh hiruk-pikuk transportasi berpolusi dengan tingkat kurang ajar maksimum. Sayangnya, aku hanya bisa berada di sini selama dua minggu. Setelah itu aku harus masuk kuliah sebagai mahasiswa baru.
Ngomong-ngomong tentang mahasiswa baru, aku sudah tidak sabar. Bagaimana rasanya jadi mahasiswa?
Aku bermain bersama Tolby selama beberapa menit sebelum kembali ke villa keluargaku, tempatku biasa berlibur. Sebentar lagi jam makan siang dan aku pasti sudah ditunggu. Segera aku memakai topi, memasukkan botol minumku dan mainan Tolby ke dalam tasku, kemudian aku berjalan ke arah villa. Tolby mengikutiku dari belakang.
Jarak hutan dan villa tiak begitu jauh. Hanya sepuluh menit dengan berjalan kaki. Suara cicitan burung menemani langkahku hingga ke luar hutan. Kusapa penjaga hutan yang ada di pos ketika sampai di perbatasan. Kami sudah saling kenal sejak aku masih kecil. Ia memberi Tolby makan sepotong ikan sebelum kami berjalan lagi ke villa melalui jalan setapak di atas bukit.
"Awas!" teriak seseorang.
BAM!
Sebuah buku ensiklopedi menubruk bahu kiriku dan aku oleng. Untung saja aku bisa mempertahankan keseimbangan dan tidak jatuh terguling ke bawah bukit! Kuelus-elus bahuku sambil mencari sumber datangnya buku tebal ini. Seorang remaja putra berlari ke arahku sambil memegangi topi birunya agar tak terbawa angin. Wajahnya cukup familiar, tapi aku tidak tahu dia siapa.
"Maafkan aku! Apa kau tidak apa-apa?"
"Ya, tidak apa-apa," jawabku. Kuambil ensiklopedi itu dan kuberikan padanya.
"Ah, terima kasih. Apa bahumu sakit?" Wajahnya dipenuhi rasa bersalah dan khawatir. Ia cukup manis ketika berekspresi seperti itu.
"Ya, sedikit. Tidak apa-apa."
"Maafkan aku. Aku tidak tahu ada orang lewat ketika melempar buku ini," jelasnya dengan sedikit raut kesal di wajahnya. Sepertinya ini bukan miliknya.
"Untuk apa kau membuang tenagamu untuk melempar buku seberat ini?" tanyaku tiba-tiba. Aku terkejut. Sejak kapan aku jadi banyak bicara seperti ini?
"Ah, aku hanya sedang kesal dengan kakakku. Itu saja. Aku jadi melampiaskannya pada bukuku." Ia terkekeh, menampilkan susunan giginya yang rapi dan putih bersih.
"Baiklah, aku kembali dulu, ya, eh siapa namamu?"
"Aku Kim Sihyun."
"Oke, Sihyun. Aku harus pergi."
"Baiklah. Sekali lagi maafkan aku. Maaf, siapa namamu?"
"Yongguk. Kim Yongguk."
"Oke. Sampai jumpa lagi, Yongguk!"
Aku mengangguk dan kembali menaiki bukit bersama Tolby. Tapi, tiba-tiba Tolby turun dari gendonganku dan berlari ke arah Sihyun. Tolby mencakar-cakar celana jinsnya, minta digendong. Sihyun cukup terkejut, kemudian menggendong Tolby sambil tersenyum lebar.
Aku tertegun. Bagaimana bisa ia memiliki senyum seindah itu? Aih, apa-apaan kau, Yongguk?
"Aku juga punya kucing," ujar Sihyun. "Namanya Rcy. Mungkin mereka bisa main bersama. Bagaimana menurutmu, Yongguk?"
Aku tidak menjawab. Kudapati diriku masih mengagumi senyum manis milik Sihyun. Ketika aku sadar, aku hanya mengangkat bahu. "Ya, boleh-boleh saja." Agar aku bisa bertemu denganmu lagi hehe, lanjutku dalam hati.
Tolby turun dari gendongan Sihyun dan kembali ke arahku. Aku dan Sihyun pun saling berpamitan.
Sore harinya, aku membawa Tolby ke danau dekat villa untuk bermain lagi. Memang dasar calon mahasiswa gabut sebelum masuk kuliah. Kerjaannya main terus.
Beberapa meter dari danau, aku melihat Sihyun sedang memancing. Ia memakai kemeja biru panjang kotak-kotak dan topi bundar biru. Di sampingnya, tertidur seekor kucing. Mungkin itu kucing yang dimaksudnya tadi siang.
"Hai!" sapaku ketika sampai di sampingnya.
Sihyun menoleh dan tersenyum ketika melihatku dan Tolby. "Hai, Yongguk. Kenalkan, ini Rcy. Jangan berisik ya, nanti dia bangun," ujarnya dengan suara pelan.
Haha. Lucu juga Sihyun, takut kucingnya terbangun.
Tapi percuma. Rcy terbangun dan menguap lebar. Ketika melihat Tolby, mereka mulai saling berinteraksi. Jadilah aku duduk di samping Sihyun dan memerhatikan kail pada pancingan yang dipegangnya.
"Kau bisa memancing?" tanya Sihyun.
Aku menggeleng.
Sihyun terkekeh. "Aku juga tidak bisa. Wkwk." Ia mengeja wkwk, 'we-ka-we-ka'.
Aku terbahak. "Lalu, ini ngapain sok-sokan mancing?"
"Aku sedang bosan. Bagaimana denganmu, Yongguk? Apa kau sedang bosan juga?"
Aku tertawa kecil. "Lebih tepatnya aku sedang berlibur. Dua minggu lagi aku masuk kuliah."
"Oh iya? Berarti kita sama. Kau masuk universitas mana?" tanyanya antusias.
Kusebutkan nama kampusnya.
"Wah, kita sekampus!"
Kami pun mulai berbincang-bincang, dimulai dari hal-hal kecil sampai membahas kucing pula. Sejak itu kami sering bermain bersama selama liburan, tidak lupa membawa kucing masing-masing. Namun, sesuatu hal terjadi.
Sehari sebelum aku pulang ke Seoul, Sihyun menghilang tanpa jejak. Padahal ia berjanji akan membawakan pakaian untuk Tolby yang dirajut ibunya. Aku menghubungi ponselnya, namun malah tersambung ke operator. Ketika aku sampai di villanya, sudah tidak ada orang sama sekali. Kutanyakan pada tetangganya, mereka juga tidak tahu.
Aku tetap berpikir positif. Mungkin mereka mendadak ada urusan dan harus kembali ke Seoul juga.
"Tidak apa-apa. Nanti juga ketemu di kampus," kataku pada diri sendiri. Tolby di tanganku mengeong-ngeong dengan gelisah. Ia rindu pada Rcy.
Prediksiku salah. Sihyun tidak ada di kerumunan mahasiswa baru di hari pertama kuliah. Padahal, kami satu jurusan dan tak ada tanda apapun. Ketika aku melihat absen kelas, namanya tak terdaftar. Aku panik! Entah kenapa.
Selesai kelas hari pertama, aku menuju bagian administrasi fakultas dan menanyakan hal mengenai Kim Sihyun. Setelah beberapa menit mencari, staff fakultas mengatakan bahwa Kim Sihyun sudah pindah ke kampus lain.
Aku mau menghubungi Sihyun pun percuma. Nomornya sudah tak terdaftar dan aku tak tahu alamatnya di mana di Seoul.
Hah... Aku menghembuskan napas frustasi.
Apa boleh buat. Hidup itu penuh kejutan. Dan aku harus tetap menjalaninya. Lagipula, mengapa aku harus memusingkan Sihyun yang pindah mendadak?
Tapi tak bisa kupingkiri bahwa aku merasa kosong.
Kim Sihyun, semoga kita bertemu lagi. Aku masih menunggu baju untuk Tolby.
~End of Prolog~
Halo~ Ini pertama kalinya gw bikin ff anak pd101 hmm..
Awalnya ini pengen gw bikin PanWink sebagai pemeran utama, tp tiba2 entah kenapa keluar ide yang lebih cocok aja buat Yong&Shi hahaha
btw prolog ini emang ga keliatan Mad Lab-nya. Masih brainstorming aja tentang pertemuan Yong&Shi. But ini akan jadi asal mula masalah yang ada dalam cerita.
Dan btw, gw suka bikin cerita yang memberikan wawasan untuk pembaca. Kalau di cerita gw yg Grey Town settingnya di London pada jaman imperial dan The Curseas Island yang kotanya tertata oktagonal kayak kota Barcelona, cerita ini akan membawa kalian ke dunia fisika dan psikologi.
"HAH FISIKA?" Jangan panik. Gw hanya ingin memberi tahu gambaran besar aja fisikawan tuh sebenernya ngapain sih? Gak cuma ngajar doang loh seperti gambaran masyarakat di sekitar kita.
Nah kalo psikologi, gw bukan anak psiko. But, gw tertarik sama psikologi sejak SMA dan gw juga pelajari beberapa hal untuk dituangkan di sini. Jadi, mohon maaf bila ada anak psikologi yang baca ini menemukan beberapa kejanggalan. Gw dengan senang hati akan melakukan perbaikan.
So, lanjut tidak yaa? Hehe
Terima kasih sudah membaca ^^
