Summary: Yang mengenalkan Kapten Kaizo dengan makanan favoritnya, sup lobak merah, adalah Fang sendiri. Hari ini mereka berbicara dengan rukun untuk pertama kalinya. FF ringan brotherly love KaiFang, setting after season 3 episode 26.

.

.

Boboiboy milik Animonsta

.

.

Tidak seperti remaja lelaki kebanyakan, Fang adalah anak yang rajin dan suka kebersihan. Ia juga disiplin karena didikan tegas kakaknya, Kaizo, agar Fang tidak manja. Semua tugas, baik tugas sekolah, latihan dari Kaizo, misi, dan urusan kebersihan ia kerjakan dengan sebaik-baiknya. Jika Kaizo menegurnya karena kesilapan dia, ia segera meminta maaf dan memperbaikinya agar lebih baik.

Singkat kata, Fang itu perfeksionis. Termasuk urusan memasak.

Tak ada wortel atau lobak merah di galaksi atau planet lain. Hanya ada di bumi saja spesies tanaman luar biasa itu, membuat Fang betah berlama-lama disana. Kaizo tidak tahu-menahu tentang wortel, semenjak Kaizo bukan orang yang rewel urusan rasa masakan atau kenyamanan lain, seperti baju bagus, harta melimpah atau perhiasan. Kaizo hanya mementingkan satu hal, yaitu misinya. Yang terpenting misinya berhasil, ia tak peduli hal yang lain. Ia hidup untuk misi dan pekerjaannya.

Fang sering mengkhawatirkan sifat Kaizo yang terlalu serius dalam bekerja.

Setelah kejadian naas Kaizo hendak merebut jam-jam kuasa Boboiboy dan teman-temannya, Kaizo kemudian mengalah dan membiarkan jam kuasa di bumi. Ia kemudian pergi bersama Lahap ke stasiun besar untuk memperbaiki kerusakan pesawatnya. Gara-gara pesawatnya diperbaiki, Kaizo memutuskan untuk menggunakan pesawat cadangan agar ia bisa melanjutkan misi. Baru saja bersiap lepas landas, Kaizo menerima pesan dari Fang.

"Ada apa?" tanya Kaizo, tanpa basa-basi. Wajah Fang tampak agak ragu di layar.

"Umm, pesawat Kapten rusak dan sedang diperbaiki, bukan?"

"Tentu saja," ujar Kaizo. "Kau dan teman-temanmu ada disana waktu itu, ingat?"

"Iya," gumam Fang. "Sa-saya pikir Kapten mungkin akan cuti karena pesawat diperbaiki, jadi saya ingin mengunjungi Kapten... um, ternyata Kapten memiliki pesawat cadangan dan akan melanjutkan misi, jadi saya rasa tidak perlu. Maaf sudah menginterupsi," ujar Fang tampak lesu.

Lahap melirik sebentar kearah Kaizo yang hanya diam saja mendengar celotehan Fang. Komunikasi kemudian tertutup dan Kaizo termenung sebentar. Lahap menghela nafas karena sudah lelah melihat tarik-menarik emosional antara dua kakak-beradik ini. Hubungan mereka sangat tidak sehat, semuanya sebenarnya karena Kaizo yang terus-menerus mengabaikan usaha Fang untuk lebih dekat dengan abangnya. Ah, tapi siapalah Lahap itu, ia hanya bawahan Kaizo. Lahap tidak peduli dengan urusan orang lain.

"Lahap, sambungkan dengan Fang."

Lahap berusaha tidak terkejut, tapi ia gagal. Alien ungu itu kemudian menyambungkan komunikasi ke Fang.

"Kapten? Ada apa?" sapa Fang, tampak berharap sekali. Lahap sampai hendak memutar bola matanya.

"Dua hari lagi aku akan melewati Sektor Teta 5-7-7, aku akan mengunjungimu. Hanya satu hari. Aku tak mau berlama-lama menunda misi," ujar Kaizo. Tanpa menunggu jawaban dan reaksi Fang, Kaizo menutup saluran komunikasi.

Lahap hanya diam meski ia tahu betapa bencinya Kaizo dengan hari libur. Tapi untuk Fang, dia membuat pengecualian. Entah mengapa, setelah bertemu dengan bocah Boboiboy itu, Kaizo jadi agak berbeda. Seolah-olah memikirkan sesuatu yang tidak biasa ia pikirkan. Seolah-olah, bocah bertopi aneh itu sedikit merubah sikap keras Kaizo ke Fang.

Sementara itu, Fang sangat gembira dan sedikit gugup. Abangnya akan mengunjunginya dua hari lagi. Ia akan mengenalkan abangnya dengan makanan bumi yang paling enak, yaitu wortel. Kaizo pasti menyukainya, pikir Fang antusias. Ia berniat akan membeli donat wortel dan memasak sup wortel ayam... masih banyak lagi rencana Fang untuk membuat abangnya terkesan dengan yang namanya 'wortel' seakan-akan Kaizo itu kelinci, bukan kapten legendaris yang ditakuti.

Selain itu, kesempatan ini juga untuk menunjukkan rasa bersalah Fang karena ia telah membelot Kaizo dan membela Boboiboy. Meski keputusan Fang benar, tetap saja ia merasa bersalah telah membuat abangnya kecewa dan marah besar. Kaizo yang selama ini menjaga dan melatihnya, tapi ia malah mengkhianati kepercayaan sang kapten.

Dua hari telah berlalu.

Hari yang dijanjikan tiba. Semenjak pagi, Fang tidak keluar rumah, sibuk bersih-bersih sampai tampak indah seluruh sudut rumahnya. Halaman juga ia rapikan dan ia menaruh beberapa pot bunga astar dan bunga matahari. Bukannya Kaizo bisa mengapresiasi keindahan bunga, hanya saja Fang ingin membuat halamannya tampak rapi. Saat sedang asyik mencabuti rumput ilalang, Boboiboy dan Gopal datang ingin mengajaknya berjalan-jalan di pantai, ada kedai es krim lezat yang baru dibuka disana. Fang menolaknya mentah-mentah. Melihat Fang tampak lelah dan bajunya sudah agak kotor terkena tanah, Boboiboy yang suka menolong, lantas menawarkan diri untuk membantu Fang. Fang setuju, tapi Gopal tidak.

"Kau ini Fang, seperti Mama Zilla saja. Suka sekali bersih-bersih dan berindah-indah," sungut Gopal sambil mencabuti rumput liar, terpaksa membantu karena Boboiboy. Fang hanya merengut saja.

"Ada apa kau tiba-tiba menghias rumah, Fang?" tanya Boboiboy sambil mencabuti rumput ilalang di sebelah Fang.

"Abangku mau datang hari ini."

Boboiboy dan Gopal langsung pucat. Kaizo mau kesini? Aduh, tapi mereka baru saja bertemu tiga hari yang lalu! Boboiboy rasa tidak siap bertemu dengan Kaizo lagi. Tadi pagi ia hampir tidak bangun dari kasur gara-gara sakit sekujur tubuhnya habis dihajar Kaizo. Tak hanya Boboiboy, Gopal juga sudah meringis mengingat pertarungan mereka di medan tempur latihan.

"Eeeh Boboiboy, kita ada belajar kelompok sama Yaya dan Ying 'kan?"

"Oh! Aku lupa! Maaf Fang kita harus segera pergi, um, sekarang!"

Boboiboy dan Gopal lari dari sana. Fang menghela nafas dan melanjutkan pekerjaannya.

Selesai merapikan taman, Fang segera membersihkan diri dan berganti baju. Fang hampir berseru kaget saat melihat jam dinding. Sebentar lagi waktu makan siang, ia terlalu lama berada di halaman. Fang berlari ke dapur dan memakai celemeknya. Ia langsung mengupas dan mencuci sayuran serta menyiapkan ayam yang sudah direbus untuk sup wortel nanti. Akan kubuat masakan paling sedap yang pernah dimakan oleh Abang! Seru Fang dalam hati berapi-api, sambil memegang spatula.

Satu jam berlalu, sup sudah siap dan dituangkan di mangkuk besar. Piring dan mangkuk juga sudah ditata di meja makan, beserta hidangan yang lain. Tinggal mengeluarkan donat wortel dari kulkas dan menghangatkannya ke micro-

"Fang."

Suara Kaizo mengagetkan Fang. Ia hampir saja menjatuhkan gelas yang ia pegang. Kaizo masuk ke rumah tanpa mengatakan apapun dan tanpa membuat suara sedikitpun. Matanya yang merah rubi melihat sekeliling ruang makan yang sudah rapi dan meja yang telah siap dengan beberapa macam masakan.

"Ka-Kapten! Maaf saya tak tahu Kapten sudah datang! Silahkan duduk," ujar Fang seraya menaruh gelas yang ia pegang. Kaizo tak mengatakan apapun, ia duduk di kursi dengan postur tubuh lurus dan agak tegang, seolah-olah dia tersiksa dengan hari cuti tanpa pekerjaan dan misi.

"Kapten mau makan? Akan saya ambilkan," tawar Fang, berharap. Kaizo hanya mengangguk kecil. Fang segera mengambil sebuah mangkuk makan dan menyendokkan sup wortel dari mangkuk besar ke mangkuk tersebut. Ia lalu menyajikannya dengan nasi dan teh hijau pahit yang dingin.

"Silahkan, Kapten," ujar Fang sambil menaruh mangkuk dan piring nasi tersebut. Kaizo mengambil sendok yang tersedia di sebelahnya dan mencicipi sup tersebut. Fang duduk di kursinya dengan harap-harap cemas.

"...apa nama masakan ini?" tanya Kaizo, dahinya berkerut, seperti berpikir.

"Sup wortel," jawab Fang.

"Benda merah yang terpotong ini?"

"Iya, itu wortelnya... dan yang berwarna putih itu daging ayam. Yang berwarna hijau adalah daun bawang dan seledri," kata Fang. "Apa Kapten tidak suka?" Fang tanya balik, agak khawatir Kaizo tidak senang dengan masakannya, meski Fang tahu abangnya itu selera makannya sederhana.

"Tidak juga," ujar Kaizo, sekenanya sambil meneruskan makan. Fang melihat Kaizo agak cepat menghabiskan sup tersebut, jadi Fang pikir itu respon yang positif. Ia merasa senang kalau abangnya menyukai hasil kerjanya. Jika Fang melihat ulang lagi hidupnya, ia pikir ia selalu ingin membuat kakaknya bangga. Opini Kaizo tentang dirinya berarti besar bagi Fang.

"Masih banyak sup wortelnya kalau Kapten ingin lagi," tambah Fang seraya memberikan senyuman. Kaizo hanya menggumam.

Fang beranjak dari tempat duduknya sambil mengucapkan permisi. Ia baru ingat kalau ia ingin menghangatkan donat wortel yang ia beli tadi pagi. Fang membuka kulkas mengambil donat dan menaruh panganan kecil tersebut ke dalam microwave. Setelah menunggu satu menit, Fang mengeluarkan donat-donat itu dan menaruhnya di meja dapur agar dingin dahulu. Fang kemudian kembali ke meja makan.

...dan melihat Kaizo sedang memakan supnya dengan senyum kecil. Fang tidak biasa melihat wajah kakaknya seperti itu, tapi ekspresi lembutnya segera sirna dari wajah Kaizo saat sang kapten melihat Fang sudah kembali dari dapur.

"Kau belajar memasak di bumi?"

"Eh, iya. Saya pikir Kapten mungkin akan suka dengan wortel, jadi saya hidangkan itu," kata Fang. "Bagaimana rasanya?" tanya sang adik dengan penuh harap. Kaizo meletakkan sendoknya dan menatap Fang.

"Jauh lebih baik daripada masakan Lahap," kata Kaizo dengan wajah yang datar tetapi matanya berkilat jahil. Fang tertawa kecil. Ia dan Kaizo masih ingat kejadian masakan Lahap waktu itu.

"Ahaha, syukurlah, saya rasa itu hal yang bagus," ujar Fang sumringah.

Kaizo melihat sekelilingnya yang tampak rapi dan indah. Kaizo bukan pribadi yang lugu dan bodoh, tentu saja ia sadar kalau Fang menyiapkan semua ini; rumah yang rapi, halaman yang indah, masakan yang enak, untuk menyambut abangnya. Meski Kaizo tidak terlalu memusingkan urusan sepele seperti kenyamanan dan keindahan, Kaizo masih bisa apresiasi usaha adiknya. Ia kemudian tidak mengatakan apa-apa lagi dan kembali meneruskan makan.

Sementara itu Fang memainkan gelas berisi teh yang ada di hadapannya. Ia belum mau makan siang, karena ia belum mengatakan hal yang sangat ingin ia katakan pada Kaizo. Perutnya terasa mual dan tenggorokannya seperti tercekat. Ia tahu bagaimana pengorbanan Kaizo untuknya selama ini dan mengasuhnya saat orang tua mereka sudah tiada. Tapi Fang malah berkhianat dan membuat kakaknya kecewa. Fang malah terbawa emosi dan bersatu dengan Boboiboy menyerang kakaknya... seharusnya ia menengahi mereka bukan malah berpihak. Meski akhir dari peristiwa itu baik, namun tetap saja Fang merasa tidak enak.

"Kapten, saya ingin meminta maaf untuk kejadian tiga hari yang lalu," ujar Fang, perlahan. "Seharusnya saya tidak terbawa amarah dan menengahi, bukan ikut menyerang Kapten."

"Sudahlah. Yang terpenting, jam-jam kuasa itu tidak jatuh ke tangan yang salah," kata Kaizo dengan nada netral. Fang hanya menghela nafas lega dan kemudian tersenyum. Jika Kaizo bilang seperti ini maka yang ia maksudkan memang seperti ini. Abangnya bukan tipe yang menyembunyikan kata-kata agar tidak menyinggung perasaan orang lain. Sifat abangnya yang ceplas-ceplos itu sebenarnya membuat Fang lega karena itu berarti Kaizo tidak menyimpan apapun, kecuali dendam pada musuh-musuhnya. Ia rasa, semuanya sudah baik-baik saja sekarang.

Hari itu mereka habiskan dengan berbincang di dekat danau, mereka duduk dibawah naungan pohon besar. Sudah sangat lama Fang dan Kaizo tidak menghabiskan waktu bersama-sama, Fang sangat rindu dengan perbincangan ringan mereka. Ia senang memerhatikan ekspresi wajah Kaizo yang tampak serius membicarakan misinya di planet lain saat Fang masih belum boleh ikut. Fang juga menanyakan mengenai orang tua mereka dengan lebih detil, ia masih sangat kecil saat ia kehilangan mereka. Ia lupa wajah keduanya.

"Bagaimana wajah Ibu?" tanya Fang, dengan mata yang membola ingin tahu.

"Wajahnya menyiratkan kekuatan," jawab Kaizo. "Lembut karena kebaikannya, dan tegar karena tekadnya."

Tak ada suara apapun yang tercipta untuk beberapa detik. Fang mencerna kata-kata Kaizo hingga tiba-tiba sang kapten memecah kesunyian.

"Kau sangat mirip dengan Ibu," ujar Kaizo. Fang menatapnya dengan terkejut.

"Benarkah?"

"Ya. Jika aku memiliki potretnya, akan kuperlihatkan," kata Kaizo sambil melempar pandangannya ke danau yang membentang luas di depan. Matanya tampak sayu mengingat masa kecil mereka dahulu, dua anak yatim piatu kesepian di alam semesta yang luas. Tapi itu memori yang lalu.

"Yang terpenting mereka sudah tenang disana," kata Fang, tersenyum tawar. "Kalau Kapten menikah nanti, tolong jangan tinggalkan anak-anakmu ya?" ujar Fang, setengah serius, setengah bercanda. Kaizo hanya menatapnya tanpa ekspresi apapun. Hanya matanya yang berkilat serius.

"Kau pikir aku mau saja duduk diam membina rumah tangga sementara diluar sana ada ratusan galaksi untuk dijelajahi dan jutaan orang jahat yang ingin merebut sfera kuasa?" Kaizo menanyakan dengan nada retorika. "Tidak, Fang, kau jangan lupa mengapa ayah dan ibu terbunuh. Mereka mempertahankan sfera kuasa dari tangan jahat. Kematian mereka sangat terhormat, aku tak pernah menyesali kematian orang yang mengorbankan diri untuk hal yang lebih besar. Aku juga, aku bersumpah takkan mati kecuali dengan cara yang terhormat, seperti Ibu dan Ayah."

Kaizo memejamkan matanya dan menghela nafas, seakan-akan beban berat yang ia tanggung selama ini mulai terasa ringan. Terasa lebih baik saat ia bercerita sedikit pada Fang, meski ia benci membuka dirinya. Ketika Kaizo membuka matanya, ia melihat ekspresi tidak biasa pada wajah adiknya. Wajah Fang seperti orang yang merelakan keluarganya pergi ke medan perang; antara rasa bangga dan sedih akan maut yang bisa menjemput.

Fang kemudian menggengam telapak tangan Kaizo dan tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia lalu menyandarkan tubuhnya ke sisi Kaizo, dengan seksama mendengarkan suara sang kakak membawa pikirannya terbang ke galaksi nun jauh disana.

.

.

Tiba malam, Kaizo menghubungi Lahap untuk menjemputnya kembali ke pesawat. Meski agak kecewa, Fang hanya diam saja tidak protes. Sang adik lalu mengemas semua sup wortel dalam wadah bertutup rapat dan membungkus beberapa buah donat wortel untuk kakaknya. Setelahnya, mereka berdua berdiri menunggu kedatangan pesawat di sebuah padang rumput yang cukup luas, terletak di dekat danau.

Fang menengadah ke langit malam. Dari kejauhan tampak kerlip pesawat yang dikendarai Lahap. Saatnya mengucapkan selamat tinggal.

"Selamat jalan, terimakasih sudah mau datang, Kapten," ujar Fang. "Ini, saya kemaskan untuk Kapten," Fang menyodorkan wadah berisi sup dan donat tersebut. Kaizo menerimanya.

"Jika ada hal yang darurat, hubungi aku," katanya. Fang mengangguk sambil tersenyum.

"Jangan khawatir Kapten, saya dan Boboiboy akan baik-baik saja," kata Fang, meyakinkan. Kaizo hanya menggumam kecil.

Entah keberanian darimana, Fang kemudian memeluk Kaizo dengan erat. Wajahnya ia benamkan di perut abangnya, ia berusaha mengingat kembali aroma tubuhnya. Aroma Kaizo seperti aroma ruangan pesawat, dedaunan segar dan air hujan. Fang kemudian melepaskan pelukannya dengan wajah yang memerah malu tapi ia melemparkan cengiran yang ceria dan polos ke arah Kaizo. Kaizo menatap adiknya dengan pandangan yang lunak.

"Private Pang."

"Janganlah memanggil dengan nama itu lagi!"

Fang cemberut, membuat pipinya tampak bulat. Kaizo hanya menyeringai. Sang kapten kemudian menekan tombol komunikator yang menghubungkannya dengan ruang kokpit. Ada Lahap yang menerima pesannya.

"Lahap," panggil Kaizo. Lahap mengerti dan segera menekan tombol teleportasi dari ruang kokpit. Sebuah sinar biru mencercah turun dari pesawat dan Kaizo pun menghilang. Fang terus menatap pesawat yang terbang menjauh, tiba-tiba merasakan perasaan kesepian yang sama ketika Kaizo meninggalkannya di bumi pertama kalinya. Pada waktu itu, ia sungguh merasa marah dan sedih dengan keputusan kakaknya, tapi sekarang Fang hanya merasakan perasaan sedih dan lelah tak ingin memilih antara kakaknya dan teman-temannya. Akhirnya ia memilih teman-temannya karena ia pikir Kaizo sudah kuat dan tak perlu bantuannya.

Pesawat itu tampak seperti kedipan kecil di langit malam. Fang terus menatapnya hingga tiada. Sebuah suara 'biiip' kecil menyadarkan Fang dari lamunan. Ada pesan masuk ke jam kuasa miliknya,

"Hei Fang! Aku dan Gopal ingin bermain game! Kau mau ikut? Kita semua ada di rumahku!" ajak Boboiboy dengan wajah cerah seperti biasa.

"Oke, aku kesana sekarang!"

"Tapi abangmu sudah pulang 'kan?" tanya Gopal, ikut menyahuti. Boboiboy menyikut Gopal.

"Ah ya, dia ada misi. Kalian punya donat wortel disana?" tanya Fang, bersemangat. Boboiboy hanya tertawa lebar.

"Tak ada, tapi kita punya tart wortel!"

"Hah? Maauuu!"

"Takkan, aku habiskan sajalah sendiri disini!" ledek Gopal.

"Awas kau Gopal!"

Di bumi bersama teman-temannya memang tidak buruk sama sekali. Bisa menahan rasa kesepiannya jauh-jauh, sampai Kaizo merasa aman untuk menerima Fang lagi sebagai keluarga.

.

Fin

.

Muahahahaha saya spam ini fandom dengan KaiFang brotherhood karena KaiFang itu sangat sedikit disini! Ugh.

Untuk Children of the Kindly West, saya masih mengerjakannya. Cuma agak takut sama rating gara-gara adegan kekerasan, jadi saya harus pikirin masak-masak mau gimana detil Kaizo vs Vargoba.

Ada feedback? Uneg-uneg? Silahkan beritahu di review!