Aka Tsuki

A mature-contented fic from Sarugaki Sacchi. Didapatkan setelah setiap hari mengulang-ulang Porno Graffiti-Koyoi Tsuki ga Miezutomo. Berniat bikin fic normal, tapi gilanya keluar, dan akhirnya jadilah fic ini…

Disclaimer: Ambo tahu, Bleach bukan punya ambo. Ambo ngaku, fic ini punya ambo.


Malam ini, malam peringatan setahun kematian Kuchiki Rukia, semua orang maupun Shinigami yang mengenalnya berduka untuk waktu yang cukup lama, didukung suasana Karakura malam ini. Karakura sudah seperti kota hantu saja. Bulan bagaikan enggan menyinari kota ini pada malam hari, sudah berminggu-minggu Karakura diterpa hujan deras dan angin kencang pada malam hari, seakan-akan sang Sode No Shirayuki adalah sesuatu yang paling ingin dilihat oleh bulan. Untung saja rumah-rumah penduduk tetap kokoh berdiri.

Kediaman Kurosaki

Yuzu Kurosaki dan Karin Kurosaki tengah beristirahat setelah menjalani hari yang begitu berat. Kakak mereka, Ichigo Kurosaki, belumlah pulang dari rumah temannya, sedangkan ayah mereka, Isshin Kurosaki, sedang keluar kota karena panggilan rumah sakit. Jam menunjukkan pukul 11 malam. Yuzu dan Karin tetap terjaga karena tak satupun dari mereka yang mau tidur tanpa kehadiran sang kakak tertua. Karin sedang membuatkan susu hangat, Yuzu sedang menghangatkan diri dengan duduk di sofa di ruang tengah sambil membungkus tubuhnya dengan selimut tebal. Malam ini Karakura begitu dingin, diakibatkan oleh badai kecil yang menerpanya setiap malam. Yuzu menengok ke arah jendela yang tak jauh dari sofa, memandang kota malam ini, pemandangan diluar sungguh tidak mengenakkan mata. Jalanan gelap, Lampu-lampu tidak begitu meneranginya, cahaya yang dikeluarkan remang-remang, rumah-rumah penduduk seperti kosong dan sudah diabaikan bertahun-tahun. Yuzu mengangkat wajahnya untuk menatap langit, langit begitu gelap berwarna kelabu, bukan Biru seperti biasanya. Pemandangan seperti ini sudah biasa baginya seiring berjalannya waktu. Yang menjadi masalah bukanlah pemandangan, tetapi suhu kota yang makin hari makin turun. Dikalau pagi tiba, Matahari seakan-akan sudah tiada. Yang mewarnai hari hanyalah warna abu-abu gelap. Makanya, suasana hati penduduk Karakura memburuk belakangan ini.

'Aku ingin hari-hari seperti ini cepat berakhir….'pikir Yuzu.

Karin datang membawakan dua gelas susu hangat ke meja tamu, tempat Yuzu berada. Ia duduk bersebrangan dengan Yuzu, meja menghalangi mereka berdua.

"Yuzu… Kau kenapa?"tanya Karin sambil menaruh gelas-gelas perlahan-lahan ke meja. Pertanyaan Karin membangunkan Yuzu dari pikirannya yang melayang tak bertujuan. Ia mengambil segelas susu, lalu menenguknya sekali.

"Karin-chan… Aku berharap hari-hari seperti ini segera berakhir…"kata Yuzu penuh harap. Karin tersentak, ia terdiam lalu memikirkan kebenaran kata-kata Yuzu. Karin memindahkan kursinya dan duduk didepan Yuzu, lalu mengusap-usap kepala Yuzu.

"Ya, aku juga berharap begitu…"balas Karin sambil tersenyum. Dirabanya pundak Yuzu, ternyata Yuzu gemetaran. Ia kedinginan sekaligus ketakutan. Bukan hanya pemandangan luar yang mecekam, rumah mereka yang sepertinya aman untuk ditinggali sekarang inipun sangat gelap karena Listrik tak begitu kuat menyala karena ditahan cuaca yang tidak bersahabat ini.

"Kau mau aku menyalakan lilin untuk penerangan?"tanya Karin. Yuzu menangguk. Dengan segera Karin bangkit dari kursinya, lalu berjalan setengah berlari ke dapur. Di dapur ia mencari lilin di lemari yang letaknya diatas kompor.

"Hahahaha….."

Terdengar seseorang tertawa sambil melewati Karin.

Otomatis ia kaget, lalu menengok ke belakang. Tak ada siapa-siapa. Lalu ia kembali mencari lilin. Udara diluar dan didalam sama saja menusuknya. Udara malam membelai tengkuknya lembut, membuat rambut hitam pendeknya membelai pipinya, Karin bergidik.

Setelah cukup lama meraba-raba isi lemari, akhirnya ia menemukan lilin. Dengan segera ia meraihnya, lalu mencari piring kecil sebagai tatakan. Lalu ia menyalakan kompor untuk menyalakan lilin, beberapa kali diputar, kompor tidak mau menyala. Angin tidak mungkin cukup kencang untuk meredupkan api yang keluar.

'Sial!!! Ada apa sih dengan benda ini????!!!'batin Karin kesal. Ia terus memutarnya berkali-kali, tapi hasilnya tetap nihil. Dengan kesal ia memukul kompor sekuat tenaga.

Yuzu yang sedang melamun di ruang tengah pun tersentak.

"Karin-chan, ada apa???"tanya Yuzu dari kejauhan.

Karin menundukkan kepalanya, lalu tangannya menyapu keringat dingin dari jidatnya.

"Tidak ada apa-apa, Yuzu…"balas Karin.

Tubuhnya bergetar hebat saat sesuatu seperti es menyentuh bagian kiri tubuhnya dari belakang. Ia merasa pipinya sedang bersentuhan dengan sesuatu yang lembut, bahkan lebih lembut dari sutera. Dengan takut ia memejamkan matanya. Menarik nafas pelan-pelan.

'Tenanglah Karin, kau memang bisa melihat hantu dan hollow… Tapi hantu dan hollow hampir tak pernah menyakitimu…'Karin berusaha menenangkan dirinya. Ia merasa sesuatu yang disebelahnya itu berwujud seperti manusia, hanya saja ia tak berani menoleh karena sesuatu yang ada di dekatnya ini seperti mayat.

"Lama tak jumpa, Karin Kurosaki…."suara itu terdengar jelas di telinga Karin. Memang menakutkan, tapi entah kenapa ia merasa familier dengan suara ini. Dengan nafas tak beraturan juga dengan detak jantungnya yang bertambah cepat, ia membuka mulut….

"Ka..kau… Bukankah kau sudah…."Karin tidak berani menyelesaikan kata-katanya. Terdengar suara itu tertawa kecil.

"Sudah lama aku tidak mampir kesini…. Mana kakakmu???"suara itu bertanya lagi. Karin menyadari kalau yang sedang bebicaranya adalah seseorang yang tengah merangkulnya sekarang.

"Ia.. Be…belum pulang dari rumah Sado-san…"balas Karin ketakutan. Suara itu mendesis pelan. Sepertinya ia kurang suka mendengar kabar tersebut.

"Sungguh?"tanyanya lagi. Karin mengangguk pelan. Orang itu melepaskan rangkulannya dari Karin, lalu membalikkan tubuh Karin agar bisa melihatnya secara jelas.

Karin benar-benar ketakutan begitu tahu siapa yang sedang mengunjunginya malam ini. Ia ingin sekali berteriak, tetapi tenggorokannya kering. Keringat dingin membasahi pelipisnya. Detak jantungnya semakin cepat. Sosok itu tersenyum padanya, Karin sadar bahwa ia memang mengenal orang itu.

"Ba…bagaimana kau bisa kesini???? Kau 'kan sudah……."bisik Karin takut. Ia melihat tangan-tangan dingin yang tengah memegangi kedua pundaknya, ia melihat sosok perempuan yang kelihatan beberapa tahun lebih tua daripadanya. Tingginya tak jauh berbeda. Rambutnya telihat berwarna ungu kelabu. Matanya lebar, warnanya sama dengan rambutnya. Rambutnya depannya cukup panjang hingga membelah wajahnya jadi dua. Karin mengedipkan matanya berkali-kali, lalu ia membukanya, ketakutannya sudah sirna, ia tersenyum bahagia. Lalu memeluk sosok orang yang sudah lama ia tidak temui itu.

"Rukia-neesan…. Aku sudah lama ingin bertemu denganmu!!!!!"ucap Karin pelan, hingga tidak terdengar oleh Yuzu. Rukia membelai rambut Karin.

"Benarkah ini kau?? Bukankah kau sudah mati tepat hari ini setahun yang lalu?"bisik Karin, ia terlalu bahagia.

"Tidak, aku masih ada disini… Aku masih hidup, aku nyata…"balas Rukia.

Yuzu sudah lelah menunggu Karin. Ia pun bangkit dari kursinya, dan berjalan ke dapur…

Ditemukannya Karin sedang memeluk udara kosong, air mata Karin mengalir.

"Karin-chan, kau lama sekali… Kau sedang apa sendirian disini?"tanya Yuzu heran.

"Aku sedang mencari lilin, tebak siapa yang sedang berdiri disebelahku ini!!!"ujar Karin bangga. Yuzu menaikkan satu alisnya, tidak biasa baginya melihat Karin bertingkah aneh. Ia menaruh kedua tangannya dipinggang.

"Karin-chan, yang benar saja… Kau pasti mengantuk, lihatlah… Kau sendirian disini…"kata Yuzu.

Mendengarnya, Karin pun meluruskan bibirnya. Ia baru sadar, kalau Yuzu sampai tidak melihat Rukia. Ia baru saja dalam bahaya.

"Ah, iya aku akan segera menyalakan kompornya. Kau kembali saja ke ruang tengah, aku mau menyalakan kompor…"ujar Karin mengalihkan perhatian Yuzu.

"Ya sudah, aku tunggu yah…."balas Yuzu yang kemudian berjalan meninggalkan dapur.

Setelah Yuzu pergi, Karin kembali meneteskan keringat dingin, kali ini jauh lebih deras dari sebelumnya.

"Kau.. Yuzu tidak dapat melihatmu!!!! Mau apa kau disini???"bisik Karin marah. Rukia tersenyum sadis, matanya berubah merah.

"Kau menyadarinya ya……"ucap Rukia.

BRAK

Rukia mendorong tubuh Karin hingga jatuh menabrak sudut meja makan yang terbuat dari kaca.

"Uaarghh!!!!"Karin berteriak kencang, ia merasakan sakit yang luar biasa. Rukia tersenyum sadis.

"Karin-chan, ada apa??!!!!!"teriak Yuzu. Teriakan Karin membuat Yuzu cemas.

Karin tidak ingin membuat Yuzu dalam bahaya, jadi dia berbohong.

"Aku tidak apa-apa, tadi kakiku membentur meja!!!"balas Karin berbohong. Yuzu menghela napas lega.

"Ya sudah, lain kali hati-hati kalau berjalan…"kata Yuzu.

Karin meraba ubun-ubunnya yang terbentur meja, ia merasakan sesuatu yang hangat mengalir dari kepalanya. Saat tangannya ia hadapkan pada wajahnya, terlihat sesuatu menyerupai darah hanya saja tak terlalu meyakinkan karena warnanya tak jelas.

Karin mengerang kesakitan. Rukia masih menatapnya sadis.

"Mau apa kau kesini????!!!!"bisik Karin.

"Aku sudah mengatakannya tadi, mana Ichigo?"tanya Rukia sambil melipat tangannya lalu melayang ke arah Karin.

"Ka..kau??? Bahkan tidak berjalan!!!! Seharusnya aku menyadarinya sejak awal"Karin menggeram pelan.

"Yah, aku memang tidak lagi berjalan…"Rukia mengangkat bahu. Angin malam membuat gaun hitam pendek yang dipakai Rukia berkibar-kibar. Matanya melebar, dengan sekejap, matanya hitam pekat, tak ada bola mata. Karin memundurkan tubuhnya pelan-pelan.

"Aku sudah bilang, Icchi-nii belum pulang…"balas Karin. Rukia membungkukkan badannya, lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Karin. Karin bisa merasakan Rukia tidak bernapas.

"Jangan… Bohong!!!"ancam Rukia.

"Aku tidak bohong!!!! Lalu kenapa kau mencarinya???!!!!"Karin berusaha menendang Rukia, namun tendangannya malah menembus tubuh Rukia. Rukia terkekeh.

'Aneh sekali, tadi dia terasa begitu nyata!!! Kenapa sekarang malah begini???!!!!'batin Karin terkejut.

"Hmm… Kau mencoba melawan ya…"ejek Rukia. Matanya yang tak berbentuk dan menakutkan itu menatap Karin dalam-dalam. Diam-diam Karin meraih sesuatu diatas meja makan. Ia menarik tangannya, lalu mendodongkannya kearah Rukia. Melihatnya, hanya membuat Rukia semakin terkekeh.

"Kau pikir kau bisa mengalahkanku dengan benda seperti ini?"tanya Rukia, jarinya menyentuh ujung pisau, lalu dengan lembut ia mengarahkan tangannya menuju pergelangan tangan kanan Karin. Karin gemetaran saat tangan mayat itu menyentuhnya. Dengan gesit Rukia merebut pisau itu dari Karin dan mengarahkannya pada Karin.

"Keadaan berbalik sekarang…"ucap Rukia. Karin hanya terdiam, mulutnya menganga.

"Aku kesini ingin bertemu dengannya, aku rindu sekali padanya…"Rukia menggesekkan pisau itu pelan-pelan di pipi Karin.

CRASH

Darah segar mengalir dari pipi Karin. Kali ini rasa sakitnya bertambah, setelah merasa darah yang mengalir dari ubun-ubunnya belum cukup membuatnya menderita. Kepalanya pening bukan main. Ia memejamkan kedua matanya dengan kasar, lalu mengerutkannya. Lalu membukanya lagi…

"Ka…Kau tidak boleh bertemu dengannya!!!!!! Kau hanya akan membunuhnya!!!!!"ucap Karin pelan tapi penuh emosi. Rukia menjambak rambut Karin, menarik kepalanya kedepan, lalu membenturkannya dengan keras ke meja. Karin mengepalkan tangannya, menahan sakit. Darah mengalir lagi dan turun melalui keningnya, matanya tak dapat melihat begitu jelas karena tertutup darah.

"Justru itu yang ingin kulakukan, aku ingin balas dendam padanya…"ucap Rukia tenang sambil memberikan tatapan iba pada Karin. Tangannya berpindah dari kepala menuju leher.

"Ka..kalau begitu… Aku harus memperingatinya segera…."ancam Karin. Rukia menggeram pelan, ia mengangkat tubuh Karin ke atas dengan tangannya. Karin tak mampu bernafas.

"Kurasa tidak, karena aku akan menghabisimu sekarang…."balas Rukia.

"A..apa yang dilakukan oleh Icchi-nii sampai kau ingin membunuhnya??"tanya Karin setengah berbisik karena suaranya tertahan oleh cengkeraman Rukia.

"Bukan Urusanmu…"Rukia memperkuat cengkeramannya. Karin meronta-ronta, berusaha melawan sekuat tenaga. Namun gerakan itu terhenti, tubuhnya sudah semakin lemas. Energi kehidupan seolah sirna perlahan-lahan dari tubuhnya. Detak jantungnya semakin pelan.. Nafasnya semakin menipis, kelopak mata Karin perlahan menutup. Karin telah meninggal dunia. Rukia melepaskan cengkeramannya, mengakibatkan tubuh tak bernyawa itu membentur lantai. Dengan tawa menakutkan, Rukia pun pergi meninggalkan Karin.


Ichigo baru saja pulang dari rumah Chad. Tubuhnya basah kuyup karena hujan. Ia berhenti depan gerbang rumahnya, lalu memencet bel.

Yuzu langsung bangkit dan membuka pintu, mengambil dua payung untuknya lalu berlari keluar rumah.

"Kakak!!!!"sapa Yuzu sambil membukakan pintu. Lalu, Ichigo masuk.

"Hai Yuzu, maaf pulang malam. Kau tidak tidur?"tanya Ichigo sambil mengunci kembali pintunya.

"Aku tidak mau tidur kalau tidak ada Kakak"jawab Yuzu sambil berjalan menuju rumah, membukakan pintu, lalu mempersilahkan Ichigo masuk.

"Terima kasih…"ucap Ichigo sambil mengusap kepala Yuzu dengan tangan besarnya yang basah.

"Sama-sama….."balas Yuzu. Ekspresi Ichigo kembali datar.

"Ngomong-ngomong, mana Karin??? Kalian tidak menyalakan lilin???? Rumah gelap sekali…"kata Ichigo sambil melihat sekeliling.

"Aku periksa sebentar yah, tadi Karin-chan bilang ia mau mengambil lilin di dapur…"ujar Yuzu.

Ichigo mengangguk. Langsung Yuzu berlari ke arah dapur, ia cemas.

Sesampainya didapur, ia tidak melihat siapa-siapa.

"Karin-chan… Dimana kau?"panggil Yuzu. Tak ada jawaban.

"Haloo… Karin-chan… Kakak sudah pulang lho"ucap Yuzu sambil berjalan maju, lalu ada sesuatu yang menghalanginya. Yuzu pun menunduk, ia tidak dapat melihat dengan jelas apa itu. Lalu ia mencari lilin, dengan segera ia menyalakan kompor dan membakar sumbu lilin. Ia kembali ke tempat tadi dia berdiri. Ia duduk jongkok, mengarahkan lilinnya ke benda tadi. Ia melihat seseorang sudah terkapar bersimbah darah. Ia mengenal orang itu.

"HUWAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!!"Yuzu teriak sekuat tenaga. Ichigo yang sedang duduk di sofa langsung bangkit dan berlari kedapur.

"Ada apa…Yuzu?!!!!!"Ichigo terkejut ketika melihat adiknya jongkok menutupi sesuatu.

"Kakak… Karin-chan…."Yuzu memindahkan tubuhnya agar Ichigo dapat melihat jelas Karin. Karin terlentang di dekat meja makan, matanya tertutup, wajahnya penuh darah, badannya biru karena terbentur lantai.

"Karin…."Ichigo terkejut bukan main melihatnya.

Koyoi, tsuki wa doko wo terasu no? Atsui kumo ni oowareta sora
Koyoi, kimi wa dare ni dakareteiru no ka ame ni hitori nakou ka

Tonight, where does the moon shine on? From the sky covered in thick clouds
Tonight, who are you embraced by? Are you going to cry alone in the rain?


CHAPTER 1

-END-


No….. Karin-chan!!!!!! –lebay-

Maaf yah kalo jadi mature gini, maaf juga kalau Rukia jadi jahat. TT_TT

Ini gara-gara dengerin OST-nya FTB tiap hari…

Maaf kalau jelek, tapi..

REVIEW!!!! –Dikemplang-

O iya, mau minta saran nih... Sebaiknya dikasih rate apa?