Disclaimer: All Naruto Character belong to Masashi Kisimoto.

All OC character belong to me :3

Warning: Standard Warning Apply, still learning after all :')

Let The Story Begin...

LINA POV

"Kakak, tolong ajari aku ini" Pintaku sambil menunjukan soal ujian tertulis jounnin yang tak bisa kukerjakan. Wanita berambut coklat panjang dikepang itu pun menghentikan kegiatan makannya dan menjelaskan langkah demi langkah yang harus kukerjakan.

"Begitu, kamu mengerti?" Tanyanya. Aku Cuma manggut-manggut saja walau sebenarnya tidak begitu mengerti. Kuambil kembali bukuku dan coba mengerjakan seperti yang dibilangnya. Satu menit...dua menit...tiga menit...dan menit demi menit sudah berlalu, namun tak segorespun huruf atau angka tertulis dikertas.

"Kakaaaak" Ujarku dengan nada mengiba. Wanita itu hanya bisa menghela napasnya seraya geleng-geleng kepala. Namaku adalah Lina Namikaze, saudara kembar tidak idientik dari Aerith Namikaze. Karena dia dilahirkan duluan, maka kupanggil dia kakak. Yah, walaupun ada yang bilang yang lahir belakangan lah yang dipanggil kakak karena mendorong sang adik, entahlah.

Berbeda dengan kakakku yang sejak awal memang dianugrahi dengan otak jenius, aku agak lamban dalam menangkap pelajaran. Nilai-nilaiku di akademi pun pas-pasan, bahkan ada beberapa yang harus mengulang dan lulus dengan nilai pas-pasan juga. Karena kejeniusannya kakakku berhasil meraih peringkat chuunin hanya satu bulan setelah lulus dari akademi diusia sepuluh tahun dan direkomendasikan untuk ikut ujian jounnin pada usia 12 tahun dan lulus.

Sementara aku, walau kini kakakku sudah menikati status jounnin selama delapan tahun, aku masih terjebak dengan status chuunin, dan bisa dibilang aku pun berhasil menraih tingkatan ini karena beruntung. Sebenarnya tak apa sih kata orang tuaku, tapi sikap kompetenku tidak mau kalah olehnya. Aku juga ingin memimpin tim dan dipanggil sensei. Dan aku pun kerap jadi bahan ejekan teman-teman seangkatanku yang semuanya sudah menjadi jounnin, hanya aku saja yang masih chuunin.

Tapi entah mengapa aku selalu saja gagal dalam tes pertama, karena tesnya adalah ujian tertulis dan aku sangat payah akan hal itu. Waktunya hanya satu jam dengan jumlah enam puluh soal, sementara aku ketika latihan saja butuh dua hari agar bisa memahami soal sial itu. Celakanya setiap tahun selalu bertambah buruk, karena itulah aku pun selalu langganan keluar ruang ujian paling duluan. Hiks, menyedihkan sekali. Tapi walau begitu aku tidak akan menyerah sampai titik darah penghabisan.

.

.

.

"Heee, bimbingan!?" Ujarku keheranan.

"Yap, kakakmu sudah angkat tangah mengajarimu. Dengan bimbingan kan belajarnya bisa lebih intens dan terarah" Ujar ayahku.

"Bagaimana, kau mau?" Tanya ibuku. Aah, ini dia yang kubutuhkan.

"Mau...tentu saja aku mau" Ujarku segera mengiyakan tawarannya.

"Ayah, ibu, Lina, aku pergi dulu ya" Pamit Aerith.

"Kau mau kemana, sayang?" Tanya ibu.

"Ada janji sama Genma" Jawabnya sambil menyebut nama kekasihnya itu. Aah Genma ya, pria jangkung berambut coklat sebahu itu sudah tiga tahun ini kencan dengan kakakku. Dan tentunya dia bukan ninja sembarangan, dia adalah Tokubetsu Jounnin Konoha, sebuah tingkatan khusus diatas jounnin dimana hanya orang – orang tertentu yang berkualitas dan memenuhi standar saja yang bisa menyandang gelar itu. Tentu kecakapan dan kehebatannya tak usah diragukan lagi. Aah, betapa beruntungnya kakakku bisa mendapatkan kekasih yang tampan, hebat, mapan dan sayang padanya seperti Genma. Uhm, tapi bukan berarti aku menyukainya. Genma bagiku sudah seperti ayah keduaku dan Aerith ibu keduaku. Ah well, satu kelemahanku sifatkau lebih kekanak-kanakan dari kakakku yang terlihat lebih dewasa.

.

.

.

Jam didinding menunjukan pukul sebelas lewat empat lima puluh menit. Hm, masih sepuluh menit lagi sampai guru pembimbingku datang. Hari ini semua anggota keluargaku sedang dalam misi, maka praktis hanya ada aku sendirian saja dirumah. Aku gelisah, mondar mandir dari ruangan satu ke ruang lainnya.

Kira-kira guru pembimbingku itu seperti apa ya? Apa laki-laki atau perempuan? Tapi ibuku bilang perempuan, sih. Hm, apa dia tinggi atau pendek? Atau kah ia baik atau galak? Tampan atau tidak?. 'TING TONG' suara bel membuyarkan semua pikiranku. "Sebentar" Ujarku. Sambil memegang kenop pintu kutarik nafas panjang dan menghembuskannya. Oke Lina, aku bisa. Saat kubuka pintu, seorang pria jangkung berambut hitam runcing dengan kacamata yang juga hitam, plus ikat kepala yang miring ke kanan berdiri dihadapanku. A...astaga, ada mafia didepanku. Aku...aku harus bagaimana?.

"Lina Namikaze?" Tanyanya. Kutelan ludah untuk menenangkan diri.

"Y...ya" Ujarku.

"Pernkenalkan, aku Aoba Yamashiro. Tokubetsu Jounnin yang akan menjadi pembimbingmu" Ujarnya. Aku manggut-manggut. "Bisa kita mulai sekarang? Aku tidak punya banyak waktu" Ujarna. Aku mengangguk dan mempersilakannya masuk, lalu membimbingnya menuju ruang belajarku. Kulihat Aoba sama sekali tidak membawa apapun, apa itu buku atau apa. Aoba duduk disisi meja yang bersebrangan denganku lalu mengeluarkan sebuah gulungan dan membukanya. 'BOF' setumpuk buku pun muncul secara tiba-tiba.

"Wiiiiiih, hebat!" Pujiku sambil bertepuk tangan. Aoba tida menanggapinya, ia lalu menggeser semua buku-buku itu kesisiku.

"Kerjakan semuanya" Ujarnya. Waduh, semuanya? Aku mengangguk lalu mengambil sebuah buku dan mulai membawa soalnya. Hm, soal pertama tentang Pemahaman Medan ya.

"Jika seorang shinobi melemparkan kunai dari jarak lima meter untuk mengenai lawannya dengan sudut tiga puluh derajat, berapa kecepatan awal yang diperlukan?" Gumamku. Aduh, soal pertama saja sudah susah, lewat saja deh. Soal kedua...ketiga...hingga tak terasa satu buku pun sudah terlampaui.

"Ada apa? Kenapa diam saja? Ada yang tidak kau bisa?" Tanya Aoba. Aku memandang padanya seraya mengangguk. "Yang mana?" Tanyanya.

"Se...semuanya" Kataku pelan. Aoba terdiam. Aduh, hancur suda harga diriku.

"oke, kita mulai dari soal nomor pertama" Katanya. Kupasang semua inderaku untuk memahami apa yang akan akan dijelaskannya. "Begitu. Kau mengerti?" Tanyanya. Aku terdiam beberapa detik, lalu menggeleng. "Oke kita ulang lagi" sambungnya. Dan Aoba pun menjelaskan lagi hingga empat kali, namun aku tetap tidak mengerti. "Pokoknya begitu, coba kau kerjakan sendiri" Ujarnya seraya merobek kertas yang tadi dijadikan untuk menjelaskan. Aku garuk-garuk kepala sambil memandang kearah soal yang masih belum kupahami itu.

Setengah jam pun berlalu, dan kuserahkan hasilnya untuk diperiksa olehnya. "Ini salah...salah...salah...salah salah salah, kau memperhatikan tidak sih apa yang kujelaskan!?" Ujar Aoba dengan nada kesal.

"M...maafkan aku, sensei. Aku sudah memperhatikan tapi aku tidak mengerti" Ujarku.

"dasar bodoh, padahal kakakmu adalah salah satu kuoichi paling jenius yang kukenal. Kau sudah membuatnya malu" ujarnya. Kata-katanya menghujam dadaku bak sebilah pisau. Aku hanya terdiam saja tanpa menjawab pertanyaanya. Kepalaku tertunduk, rasanya mataku perih sekali saat itu, namun aku setengah mati berusaha menahannya. Suasana hening sejenak, hanya dipecahkan oleh suara dentang jam tiga kali yang menunjukan waktu sudah menunjukan pukul tiga sore. "aku tidak mau tahu, pokoknya kau harus bisa menyelesaikan soal itu besok" ucapnya sambil bangkit berdiri dan berjalan pulang. Aku termenung.

.

.

.

sudah berjam-jam kupandangi terus soal sial itu, namun tak sedikitpun inspirasi itu muncul. Bukuku sudah basah oleh air mataku yang terus terusan mengucur. Aah, apa yang harus kulakukan? Aku takut. Tak kuidahkan jeritan kelaparan perutku yang minta diisi. Kembali teringat kata-katanya yang mengatakan aku sudah mempermalukan kakakku. Bukan mauku pula dilahirkan dengan otak tumpul seperti ini. Kenapa sih ibu malah mengirim guru seperti dia?.

'PLAK' kutampar pipiku sendiri. Menangis takkan menyelesaikan masalah, Lina. Kau harus membuat guru sialan itu menarik kata-katanya. Oke...sekarang ingat-ingat apa yang sudah dijelaskannya.

AOBA POV

kutermenung menatap langit-langit. Hari ini mungkin hari yang berat untukku. Aku bertengkar hebat dengan kekasihku, Honoka dan aku pun harus menghadapi murid bodoh seperti Lina. Kenapa akhir-akhir ini Honoka kerap membuatku sakit hati? Padahal ketika awal awal dia adalah seorang gadis manis yang periang.

Aku terdiam, tiba-tiba teringat ketika aku mengatakan bodoh pada Lina. Lina terus menundukan kepala tanpa berbicara sepatah katapun. Tiba-tiba aku tersadar, aku pun mungkin sudah membuatnya sakit hati. Gara-gara emosi akibat bertengkar dengan Honoka, dia yang sama sekali tak tahu apa-apa malah ikut terkena imbasnya. Aku harus minta maaf padanya besok.

LINA POV

"bagaimana?" tanyaku. Aoba memperhatikan hasil pekerjaanku dengan seksama, sementara aku harap harap cemas. Apa yang kukerjakan itu sudah benar? Segurat senyuman terlukis diwajahnya.

"bagus, Lina. Sudah benar" katanya. Perasaan bahagia membuah membuat air mataku mengalir deras tak tertahankan. "hei, kenapa kau menangis?" tanyanya.

"ha...habis" kataku seraya berusaha menghapus air mataku. Kurasakan sesuatu yang dingin menempel dipipiku.

"nih, untuk keberhasilanmu" ujar Aoba seraya menyerahkan segelas es krim vanilla.

"te...terima kasih" kataku.

"sama sama. Maaf ya soal yang aku katakan kemarin, aku sedang ada masalah dan terbawa emosi" katanya lagi. Aku terdiam.

"iya sensei, gak apa-apa" jawabku. Mungkin aku harus sedikit mengubah pandanganku tentangnya. Ternyata dia tidak segalak yang kukira.

"hmph, terima kasih. Kau baik, ya" ujarnya seraya tersenyum padaku. Saat itu perasaan menggelitik yang aneh membuat dadaku rasanya ingin pecah, dan degup jantungku pun meningkat cepat. Wajahnya jadi terlihat sangat tampan kalau dia sedang tersenyum.


Hey hey semuaa :3

Kembali lagi bersua dengan author gaje yang malah bikin cerita baru dan mengabaikan cerita lama ._.

mian banget buat yang nungguin serial terbaru Aoba-Lina, author lagi jadi Maba disuatu PTN ditatar parahyangan jadinya sibuk dyeeh.

anyway ini sebenarnya udah diupload ke database loh, ciusan. Tapi berhubung lama ga OL jadi keburu Expire ._.

Author meminta maaf kalau typo dan antek-anteknya merajalela mengingat penyakit haro lagi kumat jadi main copas aja tanpa dicek terlebih dahulu

Mind to R&R :3

linagitashiranui