Tomorrow

Ryuuza Nakazawa

Sebelumnya Akino Kaze134

Present

Ketika harapan bertumpu kepada hari esok…

Akankah esok itu ada?

Naruto kerap bertanya pada guguran daun-daun momiji di halaman rumahnya, atau kepada ranting-ranting pohon yang meranggas tersapu musim. Ia bertanya tentang banyak hal. Tarkadang tentang harinya, terkadang tentang nasibnya, bahkan terkadang tentang cinta dan gadis musim gugurnya.

'namaku Sakura. Salam kenal, Namikaze-san.'

Suaranya selembut angin musim gugur. Senyumnya seindah langit musim gugur, tutur katanya merdu, semerdu suara jatuhnya daun musim gugur, penuh pesona yang mematikan. Gadis dengan mahkota sewarna musim semi yang ia jumpai di pertengahan musim gugur. Gadis yang bersemi di musim gugur yang dingin.

Ada kalanya mimpi dan kenyataan terasa menyatu dan sulit untuk dibedakan…

Naruto pernah bermimpi pada suatu hari. Ia berdiri di atas hamparan padang bunga, di atas guguran helaian Dandelion. Ia mengucapkan harapan-harapan yang begitu indah, hingga kata-katanya seolah-olah akan mencapai langit dan berakhir ke pangkuan Tuhan.

Tapi Naruto tahu, bahkan sangat tahu itu hanyalah mimpi. Karena ketika hari menjadi pagi keesokannya, ia akan terbangun dan tenggelam dalam sepi yang sama. Sepi yang mengurung hatinya dalam penyesalan.

Kau tahu apa yang dilakukannya kemudian?

Ia akan kembali berbaring, memejamkan mata hanya untuk tenggelam dalam mimpi yang sama.

Untuk selanjutnya…

Untuk selanjutnya…

Dan untuk lebih banyak selanjutnya.

Karena ia berharap akan ada esok yang berbeda, akan ada esok yang tidak menyakitkan, dan akan ada esok dimana ia masih bisa menggenggam tangan hangat gadisnya.

Tidak seperti hari ini…

Aku berharap kau bahagia…

Hanya itu harapanku.

Kau tahu kenapa?

Karena jika kau bahagia…

Untuk apa aku menangis?

Gadisnya tetap sangat indah, bahkan ketika ia disandingkan dengan panorama musim gugur. Matanya yang hijau cemerlang tetap lebih memukau dari daun-daun pohon momiji di balik jendela gereja. Suaranya yang lembut tetap lebih membuai dari hembusan angin.

Gadisnya begitu indah. Hingga Naruto merasa bahwa ia bermimpi ketika gadisnya berdiri di hadapannya, lengkap dengan senyuman yang memabukkan.

"Terima kasih sudah datang ke pesta pernikahanku, Naruto-kun. Padahal aku tahu kau sangat sibuk. Ah, kau memang teman yang sangat baik."

Teman, huh?

Ah, Naruto rasa ia tengah bermimpi buruk sekarang. Bukankah ia hanya perlu menunggu pagi esok hari untuk membangunkannya dan kemudian tertidur lagi unutk mendapat mimpi yang jauh lebih indah?

FIN~

Hai *kriik..kriik

Gomen malah bikin flashfiction :D

Aku lagi kehabisan inspirasi plus lagi sibuk-sibuknya. Hihi

Ini aku, Akino Kaze134 yang ganti user name ...

Untuk One Day, harap bersabar :D