Hallo, saya newbie di sini. Masih belajar untuk menulis, semoga kalian suka.

Cerita ini saya masukan di rate M, karena akan ada konten-konten yang tidak cocok untuk anak-anak, termasuk kata-kata yang sifatnya kasar.

Selamat membaca :)

1

Pertemuan Pertama

'Tuk..tuk..tuk..'

Suara langkah sepatu tiba-tiba terdengar cukup menonjol di ruangan yang terasa tenang itu. Ruangan yang dipenuhi dengan rak-rak tinggi berpernis cokelat tua penuh buku, juga beberapa meja dan kursi bernuansa sepadan. Hanya ada satu orang yang berada di ruangan tersebut, seorang wanita paruh baya dengan kaca mata tua berbingkai emasnya. Ia sedang membereskan beberapa buku di meja kerjanya ketika suara itu terdengar. Sontak ia melirik ke arah pintu masuk yang salah satu daun pintunya terbuka lebar, tempat suara itu berasal. dilihatnya seorang wanita muda yang sangat ia kenal, berkulit putih, rambut cokelat legam yang selalu diikat kuda dengan pakaian biasanya, celana bahan longgar berwarna hitam, juga sweater rajut hijau tua dan jangan lupa sepatu kulit sapi dengan hak sangat rendah yang menimbulkan suara itu.

"Ah.. Sungmin!", tiba-tiba wanita paruh baya berkata dengan wajah terheran sambil tetap memandang ke arah wanita muda. Tentu saja ini sudah hampir jam 8 malam, tidak seharusnya wanita muda yang dipanggil sungmin tersebut berada di sana.

"Bu..", jawab Sungmin sambil tersenyum lega. Nafasnya terdengar berat dan cepat dengan bintik peluh yang muncul di dahinya.

"Ada apa? Apa kau baik-baik saja?", tanya wanita paruh baya sambil mengerutkan dahinya.

"Ah.. ya, hanya sedikit berlari. Untung tempat ini belum tutup", jawab Sungmin.

"Sebenarnya sudah Min, dari satu jam lalu seperti biasa. Aku baru saja akan pulang. Kau dikejar sesuatu?", tanya wanita paruh baya khawatir.

"Tidak!", jawab sungmin cepat. "Tadi terburu-buru kemari, paper tugasku tertinggal di sini", sambungnya tersenyum malu sambil berjalan cepat ke arah salah satu meja di sudut ruangan.

"Oh.. ku kira ada apa", senyum lega terlihat dari wajah wanita itu. "Sudah mendapatkannya?"

"Ini", jawab Sungmin nyengir sambil menunjukan papernya yang tadi tersimpan di meja.

Sepuluh menit kemudian Sungmin dan Kang Sora, wanita paruh baya petugas perpustakaan yang biasa ia panggil Bu Kang meninggalkan tempat tersebut sambil berjalan beriringan dan mengobrol ringan menuju halte bus di depan universitas tempat Sungmin menimba ilmu saat ini.

Lee Sungmin adalah seorang mahasiswa jurusan Sastra Korea di Universitas Kamdong, salah satu universitas ternama di Korea. Usianya 20 tahun, kini ia duduk di semester 4. Ia bukanlah mahasiswa yang terkenal dikalangannya, tapi ia cukup dikenal dikalangan dosen dan petugas perpustakaan tentu saja. Ia juga bukan orang yang pandai bergaul, kehidupannya sebagai mahasiswa hanya sekitar kelas, perpustakaan dan rumah. Jarang sekali ia pergi ke mall atau bioskop seperti gadis-gadis lainnya, sehingga temannya tidak banyak, itupun tidak dekat.

Dulu ketika kanak-kanak, ia adalah anak yang sangat ceria dan mudah bergaul. Namun, seiring berjalannya waktu ia berubah menjadi sosok yang tertutup. Ada alasan dibalik sikapnya tersebut, ia selalu merasa tidak nyaman jika berada didekat orang lain yang tidak begitu ia kenal, terutama pria.

0000

Pagi ini Sungmin bangun lebih awal. Ia harus mengumpulkan paper tugasnya pukul setengah delapan nanti. Dilihatnya jam berbingkai merah yang menghiasi dinding kamarnya menunjukan pukul 05:45. 'Masih ada waktu 45 menit untuk bersiap-siap', pikirnya.

Selesai bercermin dan tak lupa mengikat rambut panjangnya, ia menyampirkan ransel abu-abunya di bahu kanan. Cukup berat, karena membawa beberapa buku yang ia pinjam di perpustakaan untuk dikembalikan. Bergegas ia mencari orang tuanya disekitar rumah untuk berpamitan. Terlihat ibunya di meja makan, mempersiapkan sarapan untuk keluarga tercinta.

"Omma, selamat pagi!", sapa Sungmin pada sang ibu sambil duduk di salah satu kursi yang tersedia, dan menjatuhkan ransel di sampingnya. Segera ia mengambil roti dan mengolesi selai kacang kesukaannya.

"Masuk jam berapa, min?", tanya sang ibu.

"Jam 9, tapi harus mengumpulkan tugas jam setengah delapan", jawab Sungmin sambil mengunyah rotinya.

"Mau Omma buatkan bekal?"

"Tidak usah. Appa mana?"

"Sedang mandi, mau berangkat bersama Appa?"

sungmin menggeleng, "aku harus segera berangkat, nanti kalau menunggu Appa bisa terlambat", jawabnya.

Setelah menyelesaikan sarapannya dengan singkat, Sungmin segera pamit pada ibunya. ketika ia hendak membuka pintu rumah, ayahnya yang baru saja keluar dari kamar memanggilnya.

"Min, buru-buru sekali?"

"Appa!", jawab Sungmin sambil membalikan badan melihat ke arah sang ayah, terlihat Tuan Lee sudah siap dengan setelan kerjanya, hanya saja dasi yang biasa menghiasi lehernya belum terpasang. "Aku harus mengumpulkan tugas cepat-cepat", ia menghampiri pria paruh baya bertubuh berisi itu untuk berpamitan.

"Pulang jam berapa, sayang?", tanya sang ayah.

"Selesai kuliah jam 4, mungkin sampai rumah sekitar jam 5".

"Baiklah, hati-hati dijalan min". ucap Tuan Lee sambil mengelus ubun-ubun anak satu-satunya itu.

Sungmin tersenyum pada ayahnya, lalu kembali berjalan ke arah pintu depan. Ia mendengar teriakan Nyonya Lee yang mengingatkannya untuk tidak melupakan makan siang.

"Iya omma", jawab sungmin dengan suara sedikit keras dari depan pintu yang sudah ia buka. "Aku pergi".

Keluarga sungmin adalah keluarga sederhana yang berkecukupan, ayahnya adalah seorang kepala cabang di salah satu bank swasta ternama di korea, sedangkan sang ibu adalah seorang ibu rumah tangga pada umumnya. Seperti biasa sungmin berjalan ke stasiun MRT tak jauh dari rumahnya. Untuk menuju ke kampusnya ia harus menaiki MRT juga bus.

Sungmin berlari saat turun dari bus untuk menuju gedung fakultasnya. Tempat itu berjarak cukup jauh dari gerbang universitas. Ia harus melewati tiga gedung untuk sampai disana, gedung Rektorat, Fakultas Hukum, dan Fakultas Ekonomi, sedangkan jam kulit ditangannya sudah menunjukan pukul 07:20. Ransel berat yang ia gendong di punggung cukup menghambat lajunya. Ada lima anak tangga di samping gedung Fakultas Ekonomi yang harus dilewati. ketika ia mencapai anak tangga terakhir entah mengapa keseimbangannya hilang.

'Bugh..'

Sungmin terjatuh dengan keadaan cukup buruk. Seluruh tubuhnya menempel pada lantai semen dibawah, bahkan dagunya pun ikut terbentur. Ia meringis kesakitan merasakan ketidak nyamanan ditubuhnya, dagunya terasa perih, mungkin berdarah. Ia sedikit mendongak untuk memeriksa keadaan dagunya dengan tangan kanannya. Tak sengaja pandangannya tertuju pada sepatu kets biru dongker yang persis berada di depan matanya. ia mendongak lebih keatas. Seorang pria muda dengan kaos lengan pendek hitam dan celana denim sobek-sobek menatapnya khawatir.

"Bisa berdiri?", tanya pria tersebut sambil mengulurkan lengannya pada Sungmin.

Tanpa memperhatikan, Sungmin berusaha untuk bangkit dengan tangan menumpu pada lantai semen dibawah. Namun ia tidak bisa bangun karena kakinya terasa lemas dan perih dibagian lutut. Ringisan cukup keras terdengar kembali dari mulutnya. Ia tersadar ketika seseorang membantunya untuk berdiri dengan memegang kedua lengannya.

"Hei..kau baik-baik saja?", tanya seseorang yang baru saja membantunya. Sungmin akan menjawab ketika pandangannya mulai memudar dan menggelap, lalu ia memejamkan matanya sesaat. Ketika membuka mata, dilihatnya wajah seorang pria tampan berkulit pucat dengan rambut cokelat berantakan memandangnya terkejut.

"Oh.. astaga! Ku kira tadi kau akan pingsan", kata pria itu dengan wajah lega.

"Ah.. aku.. aku baik-baik saja, terima kasih", jawab Sungmin canggung. Ia melepaskan kedua tangannya yang masih dipegang oleh pria dihadapannya.

"Baguslah", ucap pria itu tersenyum.

"KYUHYUN!", terdengar teriakan seorang wanita dari arah gedung disamping mereka. sontak pria di depan Sungmin memalingkan wajah ke arah sumber suara.

"Sial", gumam pria itu pelan, namun masih bisa didengar gadis didepannya. "Aku pergi ya, bye", ucapnya cepat pada Sungmin, kemudian berlalu.

Sungmin memperhatikan ketika pria itu berlari kecil ke arah parkiran di samping kanannya, dan memasuki dengan tergesa salah satu mobil sedan hitam yang berada disana. Seorang wanita bertubuh lebih tinggi darinya, berambut hitam panjang tiba-tiba muncul dan mengetuk-ngetuk kaca mobil dibagian depan tempat dimana pria itu masuk sebelumnya ketika mesin mobil hitam tersebut dinyalakan.

"Kyu buka pintunya! Kyu buka!", teriak wanita tersebut, masih mengetuk kaca dengan kencang. Tanpa peduli mobil itu mundur dan mulai berlalu berjalan menuju gerbang.

Wanita tersebut akhirnya menyerah dan terlihat berjalan kembali dengan muka kesal ke arah gedung disamping Sungmin, sambil memandangnya sekilas dengan tatapan sinis. Sedangkan Sungmin masih memandangi ke arah tempat mobil hitam itu pergi.

"Kyuhyun", gumamnya pelan tanpa sadar.

Sungmin tersadar dari lamunan kilatnya ketika rasa perih terasa dari dagunya. Ia meringis pelan sambil menyentuh dagunya. Ada sedikit noda darah di telapak tangannya. "Hah..", gumam Sungmin sambil menurunkan kedua bahunya. Ia melihat keadaan kakinya yang mengenaskan, sedikit sobek pada celana hitamnya di bagian lutut kanan. Kembali ia lihat jam tangan kulitnya. 'Sudah terlambat', gumamnya dalam hati. Ia mulai berjalan pelan dengan sedikit terpincang menuju gedung fakultasnya. Berharap dosennya bisa mengerti dan menerima tugasnya walau terlambat.

Continue...