Back to The Real Uchiha Clan
Naruto milik Masashi Kishimoto
Genre: Family/Romance/Angst/ Fantasy
Rated: T
Pair: Sasuke x Sakura, 'Sasuke' X Sakura
Warning: Memakai OC
Chapter 1
Sasuke Uchiha POV
Aku tidak tahu kenapa aku memiliki perbedaan yang aneh dibanding manusia normal lainnya. Satu hal yang kusadari diriku sejak lahir memang seperti ini, dilahirkan dengan wajah rupawan, itu menurut orang-orang, tumbuh dalam keluarga yang harmonis, memiliki otak yang encer serta harta yang cukup. Namun hanya ada satu yang membuat diriku merasa berbeda dan aneh yaitu warna bola mataku yang tidak umum yaitu semerah darah dengan tiga tomoe di dalamnya. Kalau hanya merah biasa mungkin aku masih bisa menolerir, tapi kenapa harus ada tiga tomoe di dalamnya!
Menjadi misteri dan cukup menganggu.
Pernah aku sekali bertanya pada ayah kenapa warna mataku berbeda dengan orang umumnya tapi jawaban tidak logislah yang kudapat. Ayah berkata menurut mitos mata yang diketahui memiliki julukkan "Sharingan" ini merupakan salah satu keunikan dari klan Uchiha.
Mitos. Identik dengan hal tidak pasti. Tapi sialnya kenapa harus aku saja yang terlahir dengan mata ini dalam kalangan Uchiha. Adikku saja bisa mendapat mata berwarna biru dari ibuku, tapi kenapa aku tidak? Entahlah aku juga tidak tahu.
Faktanya mata ini sudah kumiliki sejak lahir dan akibatnya orang-orang harus salah menilai kepribadianku jika pertama kali bertemu. Gara-gara mata merahku ini, aku sampai dapat julukan 'Iblis bertampang rupawan.' Julukan yang mengerikan dan sangat menganggu, tapi mau bagaimana lagi julukan itu memang cocok jika menilai diriku secara fisik.
Harus aku akui wajahku ini cukup horror jika sedang serius.
End POV
"Onii-chan! Bangun!"
"Brug!"
Seorang bocah seenaknya menimpai tubuh Sasuke yang masih nyenyak tidur, dengan tubuh yang bisa dibilang tidak kecil lagi maka aksi itu sudah cukup membanggunkan sang kakak. Shock dan terkejut, reflek mata merah Sasuke mulai terbuka. Benar-benar menganggu, masih didera kantuk dia mencoba melihat siapa yang menimpa tubuhnya. Dilihatnya bocah laki-laki berusia delapan tahun dengan mata biru bulat menatapnya dengan wajah kesal. Bocah itu mempunyai wajah mirip dirinya dengan pipi kekanakan, rambut hitamnya juga sedikit jabrik, namun yang paling mencolok darinya adalah blue safire warisan sang bunda.
Adik laki-lakinya.
"Ugh Miro, sakit! Minggir dari tubuh Onii-chan!" pinta Sasuke dengan agak keras sambil memandang kesal adiknya karena sudah berulangkali dibangunkan dengan cara seperti ini. Siapa coba yang tidak kaget jika kau sedang tidur ditimpa tubuh seorang bocah 8 tahun.
"Ups maaf!" Miro memberikan cengiran lebarnya dengan mata polos berkaca-kaca.
Benar-benar imut.
Miro lalu berdiri dengan cepat namun karena posisi Miro di atas tubuh Sasuke tentunya kaki Miro tidak sengaja menginjak tubuh Sasuke. Lagi-lagi insiden sang adik menginjak sang kakak terjadi lagi.
"Aww! Miro!" teriak Sasuke keras bahkan sampai ibunya yang sedang menyiapkan sarapan mendengarnya. Tahu akan dampaknya bocah itu kemudian lari menuruni ranjang sebelum Sasuke bereaksi.
Gara-gara aksi adik kesayangannya itu terpaksa Sasuke menahan sakit untuk sementara waktu. Malang rasa nyeri, dia menuruni ranjang. Sekilas dia melirik jam digital di meja, dilihatnya jam telah menunjukkan pukul 06.00.
"Pantas saja Miro membangunkanku. Ternyata aku bangun kesiangan," gumam Sasuke lirih sambil bergegas ke kamar mandi.
20 Menit Kemudian
"Pagi Kaa-san! Pagi Tou-san!" Sapa Sasuke begitu sampai di ruang makan. Dilihatnya sang ayah telah menunggu sambil membaca koran, sementara sang ibu sedang menyiapkan bekal roti dan Miro tentu saja sedang menunggu dengan wajah kesal karena kelaparan.
"Onii-chan lama! Aku sudah lapar nih!" Rujuk Miro sambil mengangkat kedua tangan yang masing-masing yang telah memegang garpu dan pisau. Aneh, padahal menu sarapan mereka selalu roti, kenapa Miro memegang garpu dan pisau?
"Itu balasan untukmu karena kau membangunkanku seenakmu Miro!" Balas Sasuke dengan seringaian licik yang cukup membuat anak kecil menangis ketakutan.
"Pluk!" Rupa-rupanya garpu makan Miro telah melayang ke kepala Sasuke namun sang target bisa menghindari dengan mudah.
"Jangan menyeringai seperti itu, wajah Onii-chan menakutkan tahu!" Miro menggerutu tanda tidak suka, dia lalu memandang ke sang ibu untuk minta bantuan.
Melihat Miro tidak suka justru membuat Sasuke semakin ingin mengerjai adiknya.
"Itu setimpal Miro!" Katanya dengan dibuat-buat agar terdengar dingin. Dia juga pasang tampang stoik agar terlihat tidak punya emosi dan hasilnya adalah reaksi Miro yang langsung menundukkan wajah tidak mau memandang Sasuke.
Kelemahan adiknya, Miro takut pada sosok dingin Sasuke. Alasannya sederhana, kakaknya benar-benar mirip pembunuh jika memasang wajah dingin.
"Sasu-chan? Berhentilah menggoda adikmu," mau tak mau akhirnya Stella Uchiha turun tangan untuk melerai keduanya. Stella Brown atau sekarang berubah marga menjadi Stella Uchiha, wanita Inggris yang menikah dengan Nakashi Uchiha dan telah berpindah menjadi kewarganegaraan Jepang.
Sasuke langsung melepas topeng stoiknya dan melembut pada sang Ibu.
"He he he, it's joke mom."
"Sudah, ayo cepat kita sarapan sebelum terlambat!" perintah Nakashi untuk melerai agar tidak terjadi keributan lebih besar lagi seperti yang biasa. Tanpa basa basi lagi Sasuke langsung mengambil kursi untuk sarapan pagi. Dia menikmati sarapan berupa sandwich telur dan segelas susu yang sudah menjadi kebiasaan mereka. Tentunya hal ini pengaruh dari Stella yang bukan asli orang jepang.
Acara sarapan pagi berlangsung dengan khidmat kali ini karena Stella mengawasi dengan ketat kelakuan Sasuke dan Miro yang bisa sewaktu-waktu seperti anjing dan kucing.
"Nah, Miro ayo kita berangkat !" Ajak Sasuke pada Miro sambil memandang adiknya lekat-lekat disertai senyum jail.
"…."
Miro tidak menjawab ajakan Sasuke namun langsung berjalan di depan untuk mendahului. Sasuke hanya tersenyum kecut memandang Miro dari belakang. Ia langsung saja untuk berpamitan pada ayah dan ibunya kemudian berlari menyusul Miro yang tidak terlalu jauh.
Sasuke kini berjalan disamping Miro yang tingginya tak lebih dari pinggangnya.
"Hei, kau masih marah soal sarapanmu?" Tanya Sasuke lembut.
"Tidak," jawab Miro pendek tanpa menoleh.
"Tapi kau tampak marah padaku, Onii-chan hanya bercanda Miro," tutur Sasuke menerangkan dan melayangkan pandangan minta maaf.
"Tetap saja aku tidak suka, aku takut melihatmu Onii-chan," Kata Miro dengan jujur dan polos.
Sasuke hanya tertawa rendah. "Bagaimanapun kondisiku aku tetap Onii-chan-mu kau tidak perlu takut, satu pelajaran penting! Jangan nilai buku dari covernya. Apa kau pernah mendengar tampang itu bisa menipu?" Ujar Sasuke santai sambil memandang lurus ke depan.
"Maksud Onii-chan adalah kita jangan menilai seseorang dari penampilan melainkan dari dalam. Kita tidak bisa mengatakan orang itu baik atau tidak baik jika tidak mengenal sifatnya. Iya kan?" Miro menjawab dengan teoritis kali ini dia arahkan pandangannya ke mata merah kakaknya. Terasa lembut walau terlihat menyeramkan.
"Yups, kau memang anak pintar. Itu tahu teorinya, kenapa dipermasalahkan?" Kata Sasuke sambil mengacak acak rambut Miro. Dengan aksi Sasuke tadi cukup membuat Miro malu, wajahnya sudah memerah karena diperlakukan seperti bocah TK.
"Agh, Baiklah dan berhenti mengacak-acak rambutku!" Miro segera menepis tangan Sasuke dan berjalan di depan sebelum dia lebih malu lagi. Dari belakang Sasuke hanya bisa tersenyum geli melihat adiknya yang keras kepala seperti itu.
Setelah beberapa saat akhirnya Miro dan Sasuke harus berpisah karena Miro telah sampai di sekolahnya. Sasuke hanya bisa tertawa jika ingat kejadian tadi. Sedikit mengingat masa lalu ketika awal dia masuk sekolah baik di TK, SD, SMP, bahkan SMA, anak-anak lain selalu takut jika berteman dengannya karena menurut mereka Sasuke itu menakutkan. Akan tetapi seiring berjalannya waktu akhirnya dia memiliki banyak teman karena sifat sesungguhnya Sasuke adalah orang baik yang mudah bergaul.
000
Sasuke melangkahkan kakinya menyusuri jalan menuju rumah sendirian setelah berpisah dengan teman-temannya. Tidak butuh waktu lama dia sampai di sekolah adiknya, dari jauh dia melihat Miro sedang menunggu di gerbang sekolah bersama teman-temannya. Dia tidak lupa hari ini adalah hari Rabu, itu artinya Miro ada ekstra basket sehingga ia akan pulang hampir bersamaan dengannya.
"Onii-chan!" Teriak Miro sambil melambaikan tangan kanannya sementara tangan kirinya memegang bola basket .
"Hei semangat sekali kau!" Sapanya ramah begitu dia di dekat Miro yang tampak antusias.
"Lihat ini!" Miro menunjukkan bola basket berwarna orange dengan cengiran lebar pada kakaknya.
"Itu bola basket? Darimana kau dapat itu?" Sasuke tampak penasaran dengan bola yang dibawa adiknya .
"Hadiah dari Sensei karena menjadi siswa terbaik saat ujian basket tadi!" Katanya bangga.
"Kau hebat, Uchiha Miro," senyum Sasuke berkembang karena ikut senang dengan apa yang diraih adiknya.
"He he he aku kan ingin jadi atlet basket yang hebat seperti Onii-chan," Miro langsung memamerkan kemampuan driblenya sambil berjalan lebih cepat dari Sasuke. Namun rupanya Sasuke tidak tinggal diam, dengan mudah dia lalu mencuri bola basket yang sedang didreable Miro.
"Onii-chan curang!" pekik Miro sambil mengejar Sasuke yang masih mendreable bola.
"Ayo, kalau bisa kau rebut ini Miro-chan!" Ejek Sasuke sambil memamerkan kemampuan dreable yang baik.
"Awas kau Onii-chan!" rutuk Miro masih berusaha merebut bola meskipun perbedaan tinggi yang sangat kentara. Miro tidak menyerah, justru dia makin semangat.
Ujung-ujungnya Sasuke dan Miro berkejar-kejaran sampai menuju komplek yang rata-rata dihuni Uchiha. Kali ini bola sedang dipegang Miro, sedangkan Sasuke dengan jailnya berusaha mencuri bola itu lagi dari Miro. Karena sama-sama tidak mau mengalah akibatnya bola tersebut menggelinding ke lahan yang disakralkan klan Uchiha. Lahan itu sebenarnya lahan biasa dengan tugu berwarna perak dengan lambang klan Uchiha.
Bola itu menggelinding di dekat tugu, Miro dengan kesal lalu berlari menuju bolanya diikuti oleh Sasuke. Miro sedikt terhenyak ketika memandang tugu.
"Onii-chan, dari dulu aku penasaran sebenarnya ini tugu apa?" tanya Miro pada kakaknya.
Sasuke sendiri sebenarnya tidak tahu itu tugu apa, seingatnya tugu itu juga sudah ada sejak kecil. Kalau kata ayahnya itu tugu peringatan awal kedatangan Uchiha ke di mensi ini. Lebih jelasnya ia juga tidak tahu.
Sasuke sejenak terdiam.
"Kau mau jawaban teori atau mitos?" Dia bertanya begitu karena sangat tahu betul tentang Miro yang kecil-kecil begini sangat kritis.
Miro berpikir sejenak.
"Menurut sejarah klan, tugu ini dianggap tempat awal klan Uchiha dibentuk, kalau menurut mitos aku pernah diceritkan tapi aku tinggal pergi karena tidak tertarik. Kalau begitu ceritakan mitosnya !" pinta Miro yang kali ini penasaran.
Sasuke menghela nafas sejenak lalu memandang adiknya.
"Menurut mitos, klan Uchiha bukanlah berasal dari dimensi ini melainkan dari sebuah dimensi yang dipenuhi peperangan Shinobi. Di dunia Shinobi, Uchiha adalah klan kuat yang gemar melakukan pertempuran. Namun menurut kisah ada sepasang suami istri Uchiha yang lelah dengan namanya peperangan. Mereka mengembangkan jurus untuk berpindah dimensi. Mereka membawa seluruh anggota keluarganya untuk berpindah dimensi lalu mereka tiba di dimensi yang kita tempati sekarang. Awal kedatangan mereka adalah di tugu ini. Mereka sekeluarga sepakat untuk menyegel seluruh kekuatan mereka dan anak keturunan mereka agar tidak menggunakan kekuatan di dimensi ini sehingga tidak akan menimbulkan peperangan. Meskipun keluarga itu telah menyegel kekuatan mereka, tetapi ketrampilan ninja klan kita menurut cerita telah menginspirasi pemerintahan di masa itu untuk mengadopsi ketrampilan ninja. Mitos lainnya adalah tanda lahir di punggung sebagai segel kekuatan yang pasti dimiliki oleh keturunan Uchiha." Tutur Sasuke layaknya pendongeng.
Selesai mendengar cerita itu, Miro langsung reflek membuka sebagian bajunya untuk melihat tanda lahir kecil berupa tiga tomoe dengan lingkaran aneh yang ada di punggung kanannya.
"Jadi setiap darah Uchiha mempunyai tanda ini?" tanya Miro penuh keheranan sambil memandang kakaknya.
"Iya, Onii-chan, Tou-san, Jii-san, dan yang lain juga punya," Sasuke menjawab dengan mantab. Miro langsung tersentak terkejut.
"Jangan-jangan, segel kakak bocor!" Teriak Miro sambil nunjuk Sasuke. Sementara Sasuke hanya bisa sweatdrop.
"Bodoh, itu hanya mitos yang belum tentu kebenarannya Miro. Jika iya, pastinya selama 400 tahun klan Uchiha berdiri seharusnya juga ada bukti otentiknya. Lagi pula aku juga tidak punya kekuatan aneh-aneh, ini murni mutasi genetik yang kebetulan sama." Ujar Sasuke geram karena tidak terima keanehannya dikaitkan dengan mitos tidak jelas.
"Iya -iya tapi jangan marah-marah begitu! Aku kan hanya berspekulasi Onii-chan." Kata Miro dengan cemberut.
"Kamu juga mikirnya aneh-aneh. Apapapun keadaan manusia yang lahir ke dunia itu adalah sebuah takdir, sudah menjadi kehendak Tuhan dan tidak ada kaitannya dengan mitos." Sasuke berusaha bersikap dewasa kali ini agar tidak memicu keributan lagi dengan Miro.
"Tapi Onii-chan, tanda lahir klan Uchiha itu kenapa bisa menurun?" tanya Miro penuh selidik kali ini untuk meminta keterangan lebih logis.
"Itu namanya faktor genetis. Untuk lebih lanjutnya itu akan kau pelajari saat SMA nanti. Onii-chan beri contoh saja, di belahan bumi lain juga ada sebuah suku yang memiliki keunikan dimana setiap anggota suku tersebut pasti memiliki jumlah jari dua belas, atau kasus suku di Afrika yang seluruh keturunanannya memiliki gen pendek. Itu hanya beberapa contoh kasus keunikan dan pastinya keunikan itu juga bisa terjadi pada klan kita. Untuk kasus tanda lahir klan Uchiha sekarang bisa secara logis kan terjadi." Sasuke kali ini menerangkan layaknya seorang guru agar Miro lebih jelas memahami.
"Aku faham, ibaratkan saja seperti teori Genetika Mendel iya kan? Persilangan antara kacang erchis bulat dengan kacang erchis keriput. Fenotipe erchis bulat dominan akan menutupi Fenotipe erchis keriput. Ibaratnya seperti klan Uchiha yang memiliki gen yang dominan sehingga kita bisa memiliki tanda ini." Kali ini Miro memberikan asumsinya, namun mendengar hal itu tampaknya membuat Sasuke memijit kening.
"Aduh Miro, tanaman tidak bisa disamakan dengan manusia. Onii-chan cukup terkejut kau bisa mengibaratkan seperti itu tapi kau sepertinya kau masih banyak perlu belajar. Kalau kau mau tanya lagi Onii-chan juga sama tidak tahunya. Onii-chan bukan ahli genetika, setahuku itu sudah takdir. Titik." Sasuke terpaksa harus menutup topik pembicaraan ini karena ia sudah tidak bisa menjelaskan apapun. Terkadang ia juga jengkel terhadap rasa ingin tahu Miro yang ujung-ujungnya dia sendiri tidak bisa menjawab.
"Hmmm ?"
Miro mengumam tidak jelas pada kakaknya, ia sedang berusaha mencari jawaban logis kali ini. Berbeda dengan Miro, Sasuke justru mendadak muncul perasaan aneh di sekitar mereka. Dia reflek memalingkan wajahnya ke tugu di belakang mereka.
Dengan mata merahnya dia menatap intens tugu itu. Sebenarnya tidak ada yang aneh dengan bangunan itu namun entah kenapa Sasuke mendadak merasakan ada sesuatu yang lain. Ia seperti melihat cahaya kecil yang berpusat di tengahnya.
"Miro! Lihat itu!" Sasuke reflek menepuk punggung adiknya yang asik memutar bola dengan tangannya.
"Lihat apa Onii-chan?" tanya Miro bingung, raut ekspresinya berubah penasaran.
"Cahaya itu makin membesar!" Ujar Sasuke gugup. Dalam pandangan matanya ada cahaya yang makin lama makin membesar yang datang kearah mereka. Setelah cahaya itu cukup besar akhirnya Miro baru menyadari datangnya cahaya yang ternyata membawa efek menyerap.
"Lari!" Ujar Sasuke reflek tapi reaksinya terlambat. Tidak sempat berlari dia dan Miro terseret masuk ke dalam pusaran lubang.
Dalam pusaran yang entah apa itu, Sasuke masih berusaha untuk memegang Miro namun karena kecepatan dan goncangan yang hebat, perlahan tapi pasti pegangan mereka mulai terlepas. Tubuh Miro meluncur di depan Sasuke.
Sasuke panik namun dia juga tidak bisa berbuat apa-apa, tubuh mereka sama-sama tidak berdaya.
"MIRO!" teriaknya dengan perasaan frustasi.
Tanpa disadarinya ketiga tomoe dalam matanya berputar pelan sehingga memunculkan sesuatu yang menyelimuti dirinya. Pandangannya tiba-tiba kabur lalu hilang kesadaran. Entah bagaimana tubuh Sasuke tiba-tiba menghilang dari pusaran lorong meninggalkan Miro sendirian.
.
.
Hutan Desa Lindungan Bunyi
Di tengah-tengah hutan lindungan bunyi tampak goresan- goresan aneh di tanah seperti simbol-simbol untuk ritual. Dari simbol itu tiba-tiba muncul energi kuat berwarna putih. Mulanya hanya pusaran kecil namun perlahan energi itu makin menguat bahkan membuat hewan-hewan di sekitar sana menjauh. Dari pusaran tersebut itu kemudian muncul anak kecil berusia sekitar delapan tahun yang tengah tak sadarkan diri.
Ajaib. Saat cahaya yang membawa anak itu lenyap simbol aneh turut memudar.
.
.
"Aneh!" Gumam seseorang yang berada tidak jauh dari pancaran energi tadi. Dia segera meninggalkan aktifitas makannya begitu merasakan getaran energi kuat yang muncul tidak jauh dimana dia berada. Tanpa sepatah kata pemuda itu langsung melompat dari pohon ke pohon untuk menuju pusat energi.
Tap!
Mata onixnya telah berubah menjadi sepasang mata merah dengan tiga tomoe saat melompat. Dia terus meluncur untuk semakin mendekati sumber energi yang dirasakan mulai menurun.
Langkahnya kemudian terhenti.
Dihadapannya kini adalah tanah yang cukup lapang di tengah hutan. Dia memandang intens objek yang ada di tengahnya, seorang anak kecil kira-kira usianya 8 tahun berbaring tak sadarkan diri. Pemuda berambut hitam dengan aksen ekor bebek itu dengan sekali lompatan lagi telah berdiri dihadapan bocah cilik berpakaian aneh.
Pemuda yang diketahui bernama Sasuke Uchiha itu lalu memeriksa keadaan bocah asing yang tampaknya baik-baik saja. Tanpa banyak komentar Sasuke kemudian menggendong bocah asing untuk dirawat.
Awalnya perhatiannya begitu tersita dengan paras sang bocah yang hampir mirip dengannya tapi hal itu tidak berlangsung lama. Perhatiannya sedikit teralih ketika merasa ada orang lain di sana, setelah dilihat lagi tak ada siapapun.
"Rupanya aku kalah cepat," ujar seseorang yang masih berkamuflase dengan lingkungan sekitar. Rupa-rupanya orang asing itu cepat menyadari kecurigaan Sasuke dengan segera ia melenyapkan cakranya.
Komplek Uchiha
"Ugh, dimana ini?" Sasuke membuka mata dan menemukan dirinya tergeletak di sebuah pekarangan rumah dengan model gaya Jepang kuno. Pekarangan rumah itu tampak sepi dan tidak terawat pertanda sudah lama ditinggalkan.
Ia mencoba bangkit, dengan tertatih dan hati-hati ia berusaha menyusuri pekarangan yang tampak sepi.
"Aneh, ini seperti komplek mati," batin Sasuke sambil mengamati keadaan sekitar yang benar-benar tidak menampakkan tanda-tanda kehidupan.
Sret! Sret! Sret!
Bunyi kelebatan mengalihkan pandangan Sasuke untuk berpaling melihat sumber suara. Dia terkejut dibelakangnya kini telah berdiri tiga orang bertopeng kucing dengan jubah cokelat menutupi tubuhnya.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya seseorang dengan nada mengintimidasi.
Sasuke terkejut bukan main. "Ak- aku."
Bersambung
Terimakasih telah membaca, jika berkenan silahkan berikan kritik, saran, masukan, opini, untuk perbaikan. Berminat memberi Review?
Mohon maaf jika kurang berkenan.
Terimakasih.
