HEY! SAY! JUMP FIC

"CHOCOLATE STRAWBERRY"

Author: Yuki Lovegood

Genre: Drama-Romance

Cast : Yamada Ryosuke, Nakajima Yuto, Chinen Yuri, Shida Mirai, and Nishiuchi Mariya

Part 1

[ Yamada's POV]

Ugh! Semua menyebalkan! Benar-benar menyebalkan! Aku membuka bungkus coklat yang ada digenggamanku dengan kasar dan segera menggigit coklat tersebut hingga hanya tersisa sebagian. Aku benar-benar tak habis pikir dengan kedua temanku, Yuto dan Chinen. Kenapa mereka selalu saja melupakanku disaat aku memerlukan mereka. Padahal jika bersama mereka, biasanya aku sedikit dapat melupakan kesedihan yang menyelimutiku. Tapi kini mereka lebih sibuk dengan para gadis itu. Padahal aku paling benci kesepian seperti ini. Aku begitu takut jika rasa sepi ini mengalahkanku. Takut.

"Yama-chan…! Yama-chan…!"

Aku berhenti menggigit coklatku saat mendengar seseorang berteriak memanggil namaku.

"Yama-chaaan!"

Kali ini suara teriakannya lebih melengking dibandingkan yang pertama. Aku tau itu teriakan Yuto dan Chinen. Sengaja aku tak menjawab panggilan mereka. Biar mereka tau rasa! Huh!

"Yama-chan,baka! Rupanya kau enak-enakan makan disini. kenapa dari tadi kami panggil nggak jawab?" Chinen dengan tampang kesal mendekatiku. Yuto mengikuti dibelakangnya. Mereka segera duduk disisi kiri dan kananku. Jadi sekarang posisiku ditengah-tengah mereka.

"iya, Yama-chan. Chinen benar. Kami udah lelah mencari kamu kemana-mana. Eh,rupanya kamu malah asyik makan disini. aku jadi kesal!" Yuto ikut-ikutan memarahiku.

Aku tetap diam dan asyik menikmati coklatku tanpa menghiraukan kedua temanku yang sibuk menceramahiku. Biarkan saja! Siapa suruh mereka baru ingat aku sekarang? Tadi waktu aku perlu, mereka kemana?

[Chinen's POV]

Ugh! Yama-chan benar-benar menjengkelkan! Sebenarnya dia kenapa sih? Aneh banget! Pakai acara mogok ngomong segala lagi. Kenapa nggak sekalian mogok makan aja? Hm, tapi kalau Yama-chan mogok makan mana mungkin ya. Aku ini ada-ada saja. Dia kan nggak bisa hidup sedetikpun tanpa coklat dan sejenisnya itu. Hm, tapi belakangan ini anak itu memang beda. Seperti menyimpan suatu masalah. Tapi aku nggak tau apa.

[Yamada's POV]

Lagi. Mereka melupakanku dan sibuk dengan para gadis pemuja mereka. Apakah aku memang terlahir didunia ini untuk sendiri dan kesepian? Tuhan,sampai kapan rasa ini berakhir. Aku sudah muak menjalaninya. Aku ingin pergi. Aku ingin pergi menyusul dia. Walaupun dia telah membenciku dan memilih meninggalkanku.

"Genduuuuut!"

Siapa sih? Aku nyaris terjatuh dari kursi yang kududuki saking kagetnya. Saat aku menoleh kesamping kiriku, seorang gadis yang sangat aku kenali tersenyum kearahku. Dia Shida Mirai, teman sekelasku, yahh lebih cocok disebut musuh bebuyutanku.

"sudahku katakan berkali-kali, jangan panggil aku gendut!"

"kenapa? Kenapa nggak senang dipanggil gendut? Kan kenyataannya memang seperti itu kan. Jadi untuk apa kamu marah. Haha."

Gadis itu. Mirai-chan. Dia sedang menertawakanku! Cukup! Bukan saatnya Mirai-chan. Aku sedang tidak ingin bermain denganmu. Jangan ganggu aku. Tolong. Setidaknya untuk saat ini.

"woy, gendut! Kok malah bengong sih? Jangan-jangan kamu udah nyadar ya sekarang kalau kamu itu gendut." Shida Mirai tertawa terbahak-bahak memandangku. Cukup! Jangan buat aku marah! Jangan sekarang!

"aku NGGAK GENDUT!" kataku lantang dan membuat Shida Mirai menghentikan tawanya.

"Apa? Tadi kamu bilang apa? Nggak gendut? Hahaha…" Shida Mirai kembali tertawa.

Kalau saja yang dihadapanku saat ini bukan seorang perempuan, pasti dari tadi aku sudah menghajarnya. Benar-benar menyebalkan sekali! Tidak ia bikin kesal pun, mood aku hari ini dan belakangan ini memang sedang buruk.

"Yama-chan"

Aku dan Shida Mirai serempak menoleh kearah Yuto yang berjalan mendekati kami. Untunglah. Kali ini aku benar-benar harus berterima kasih pada Yuto. Kedatangannya benar-benar telah menyelamatkan Shida Mirai dari amukanku.

[Shida's POV]

Yuto? Kenapa dia kemari? Aduh, aku benar-benar kaget. Kenapa dia mendadak datang. Aku harus bersikap seperti apa ya. Wua, Yuto-kun kakkoii !

"Yama-chan, aku dan Chinen mencarimu dari tadi. Kau disini rupanya" ujar Yuto pada si gendut kemudian menoleh padaku lalu tersenyum. Kakiku mendadak menjadi gemetar. Hampir tak kuat lagi menopang tubuhku. Benarkah? Ini bukan mimpi kan? Yuto-kun tersenyum manis padaku. Tuhan, aku bahagia. Terima kasih untuk hari ini.

[Yuto's POV]

Aku kaget sekali begitu melihat Mirai-chan sedang tertawa bersama Yama-chan. Ada perasaan yang begitu perih. Menyakitkan. Aku mencoba untuk tetap berjalan mendekati mereka. Sebenarnya aku ingin berbalik arah saja saat melihat mereka berdua tadi. Namun aku mencoba untuk mengendalikan perasaanku. Aku mencoba meyakinkan diriku sendiri kalau aku tidak sedang cemburu pada Yama-chan. Ya, mana mungkin aku cemburu. Tapi, kalau ini bukan perasaan cemburu, lantas apa?

"ano…,arigatou" ujar Yama-chan mengagetkanku.

"eh? Untuk apa?" tanyaku kaget dan tak mengerti. Namun Yama-chan hanya tersenyum tanpa mencoba menjelaskan lebih lanjut. Hmm, anak itu benar-benar semakin misterius saja.

[Shida's POV]

Wua, rupanya aku terlalu awal tiba disekolah hari ini. Hihihi. Tapi ini bagus. Pengalaman pertama. Biasanya aku kan selalu telat. Aku pun berjalan memasuki ruang kelas yang masih sepi. Namun, aku kaget saat melihat ada seseorang yang sudah berada didalam kelas lebih dulu. Dia si gendut Yamada Ryosuke. Haha. Wah, ternyata ada juga orang yang datang lebih awal dari aku.

"Genduuut!" sapaku riang padanya.

Ia tampak sedikit kaget. Segera ia menoleh padaku dengan tatapan marah.

"SUDAH KUBILANG AKU NGGAK GENDUT!"

Aku cukup kaget atas sikap si gendut hari ini. Biasanya dia tak pernah semarah ini jika aku menggoda dan memanggilnya gendut. Aku jadi takut. Aku harus bagaimana?

Tiba-tiba kudengar langkah-langkah kaki berjalan mendekati tempat dimana aku berdiri diruang kelas.

Dan aku tak bisa berkata-kata saat tau siapa yang berada dibelakangku saat ini. Yuto-kun dan teman dekatnya, Chinen.

"aku sudah dengar semua Mirai-chan. Candaanmu berlebihan. Yama-chan kami nggak gendut" ujar Chinen padaku. Aku tak berani menoleh padanya maupun Yuto. Aku hanya bisa menunduk lesu.

"Ya. Chinen benar. Aku juga nggak bisa memaafkan orang yang beraninya menghina teman terbaik kami. " ujar Yuto yang sukses membuat air mata yang dari tadi kutahan bercucuran keluar.

Bagaimana aku tidak sedih, orang yang begitu kusukai sekarang membenciku. Benci. Hatiku perih. Seperti ada yang menghimpit dadaku. Sesak. Perasaan ini begitu menyakitkan. aku tak kuat. Benar-benar tak kuat lagi.

Kucoba untuk mengumpulkan segenap sisa tenagaku dan segera berlari meninggalkan ruang kelas. Aku hanya ingin berlari. Berlari tanpa tau arah. Sesekali aku tersandung. Pemandanganku kabur karena air mataku yang tak hentinya mengalir.

[Yuto's POV]

Apa yang telah aku lakukan? Dia menangis. Aku tak bisa melihatnya seperti itu. Apakah aku harus pergi mengejarnya? Tapi Mirai-chan telah membuat Yama-chan kesal. Sudah seharusnya aku sebagai temannya membela Yama-chan. Tapi mengapa kali ini aku benar-benar merasa amat sedih dan bersalah?

"Hei, kalian apa-apaan sih tadi? Kenapa harus mengatakan hal seperti tadi pada Mirai-chan? Ini masalahku dan Mirai-chan! Aku nggak pernah menyuruh kalian untuk mencampuri urusanku!" Yamada berkata dengan emosi sambil menatap lekat aku dan Chinen.

Aku sungguh kesal padanya. Kalau saja tidak karena ingin membelanya karena dia temanku, mungkin aku tak akan berkata seperti tadi pada Mirai-chan. Namun sekarang Yama-chan bukannya berterimakasih padaku dan Chinen, namun dia malah balik memarahi kami.

Tak lama kemudian, Yama-chan dengan setengah berlari pergi meninggalkan aku dan Chinen. Aku tak tau dia akan kemana. Terserah. Aku Cuma memikirkan Mirai-chan. Wajah gadis itu yang menangis kembali melintas dibenakku.

[Yamada's POV]

Dasar! Yuto dan Chinen baka! Kenapa harus melakukan semua ini untuk membelaku? Seharusnya mereka lebih peka terhadap perasaan seorang gadis dibanding aku. Toh, selama ini mereka selalu bergaul dengan gadis-gadis pemuja mereka hingga melupakan aku.

Lariku terhenti saat aku memandang seorang gadis yang sedang menangis disalah satu kursi taman sekolah. Dengan langkah pelan, aku berjalan mendekatinya. Dia sama sekali tak menyadari kehadiranku.

"Mirai-chan. Gomen." Ujarku pelan nyaris berbisik padanya.

Ia tampak sedikit kaget melihat aku yang telah duduk disampingnya. Aku sangat kaget saat melihat raut wajahnya yangterlihat sedih sekali. Biasanya Mirai-chan yang aku kenal selalu ceria dan enerjik.

"teman-temanku memang salah. Aku mewakili mereka minta maaf padamu"

Aneh. Dia masih saja diam. Tak menjawab sepatah kata pun. Ini membuatku takut.

"Mirai-chan. Aku bisa mengerti betapa sakit dibenci orang yang kita kagumi" ujarku lagi. Dan kali ini berhasil. Iya memandang lekat kearahku.

"apa maksudmu?" tanyanya dengan mata masih agak berkaca-kaca.

"aku tau, kamu suka dengan temanku, Yuto,kan? " kali ini Mirai-chan menatapku dengan tatapan kaget dan heran.

[Shida's POV]

Kenapa? Kenapa si gendut ini malah menyusulku? Dasar aneh. Apa yang sedang direncanakannya ya?

"Mirai-chan suka Yuto-kun kan?"

DHEG!

Aku kaget setengah mati saat kalimat itu keluar dari mulut sigendut. Aku cuma bisa menatapnya tanpa berkedip.

"Benarkan?"

Aku cuma bisa menganggukkan kepalaku dengan lemah.

"Un, Yama-chan. aku memang suka dengan Yuto-kun sejak lama"ujarku menyerah juga pada akhirnya.

Mendengar perkataanku, Yama-chan mendadak tersenyum. Itu membuatku kaget. Ini adalah pertama kalinya aku melihat seorang Yamada Ryosuke tersenyum. Dan harus aku akui, senyumnya choukawaii. Manis sekali. Ada semacam perasaan damai yang singgah dihatiku ketika melihat senyumnya.

"kenapa kau tersenyum seperti itu?" tanyaku padanya.

Ia masih memandangku dan memberikan senyumannya yang kurasa benar-benar dapat membunuhku. Oke, jujur aku sangat suka dengan senyuman itu. Jadi, please Yama-chan, hentikan untuk tersenyum konyol seperti itu! Karena itu membuatku suka!

"Aku cuma lagi senang aja. sejak kenal Mirai-chan, tadi adalah pertama kalinya Mirai-chan akhirnya memanggilku dengan namaku, bukan gendut seperti biasanya"

Aku kaget. Menatap lekat cowok yang ada dihadapanku sekarang. Dia benar-benar beda dari kebanyakan cowok pada umumnya. Dan aku semakin menemukan banyak keanehan dan keunikan dalam dirinya.

"Baiklah, kalau begitu aku akan memanggilmu gendut seterusnya" ujarku dengan senyum kemenangan menatap Yama-chan.

Yama-chan berhenti tersenyum dan memasang tampang seolah-olah kesalnya yang akhirnya sukses membuatku tertawa dan melupakan kesedihanku. Namun, dalam hati aku masih sangat takut. Takut bila aku benar-benar menyukai senyum itu. Takut bila aku menyukai lelaki yang ada disampingku sekarang. Karena aku tau, resiko menyukai seorang Yama-chan akan lebih berat dibandingkan Yuto-kun.

Mind to review?^_^ I'm happy if you want to review my first fic^^