Title : YunJae's Cassiopeia

Main Cast : Jung Yunho & Jaejoong

Other Cast : Park Yoochun, Kim Junsu, Shim Changmin, dll...

Genre : Romance, little angst

Rated : T

Warning : Gender switch for Jaejoong & Junsu...Don't Like Don't Read...

"Sebuah penuturan tentang TVXQ dan Cassiopeia yang author tuangkan dalam bentuk FF YunJae"

.

.

.

Happy Read~ ^o^

Douzo~!

Dear BooJae~
Bagaimana keadaanmu Boo? Entah mengapa rasanya aku ingin mencoba menulis surat, mungkin karena aku terlalu merindukan keceriaanmu. Sebentar lagi bulan November kan Boo. Musim gugur akan segera berakhir. Namun itulah yang membuatku semakin mengingatmu dan tentu saja Cassiopeia kita. ^^
Apa hari ini langit didesa sedang cerah?Kalau aku mengingatmu, aku jadi amat kesepian. Namun aku bahagia dengan kesepian itu. Aneh bukan? ^^

-Jung Yunho-

^~YunJae's Cassiopeia~^

November 2004

-Jaejoong POV-

Bumi tempatku berpijak semakin mendingin pagi ini. Apalagi sebabnya kalau bukan karena musim dingin yang akan segera tiba. Burung-burung kecil pun semakin sedikit yang menyiulkan suara indahnya. Aku benci akhir musim gugur, hingga namja itu tiba dan merubah segalanya.

Kim Jaejoong namaku. Gadis pemalu berumur 10 tahun yang tinggal disebuah desa kecil yang indah. Banyak orang yang mengira aku anak dari keluarga kaya, mungkin karena wajahku yang katanya terlihat sempurna. Namun faktanya adalah, Kim Jaejoong hanya anak seorang petani sederhana.

"Umma! Buah strawberry yang ditanam appa sudah matang umma!"

Aku berteriak didepan rumah sambil membawa sekerenjang penuh buah strawberry yang telah ranum. Strawberry merah ranum ini memang hasil tanaman dari kebun kecilku. Kebun strawberry yang sudah ku rawat sejak setahun lalu. Senang, puas, dan bangga rasanya jika melihat hasil panen dari kebunkun sendiri.

"Cepat bawa kesini Joongie!" perintah umma.

Namun ketika aku hendak melangkah masuk, tak sengaja aku bertemu pandang dengan seorang anak laki-laki yang sedang melewati rumahku. Menurutku dia cukup tampan untuk ukuran anak desa. Pakaian yang terlihat mahal, rambut yang rapi, dan cara berjalan yang tenang sudah dapat dijadikan alasan kenapa aku mengira ia orang kaya.

Anak laki-laki itu berjalan bersama wanita cantik namun wajahnya menunjukkan keangkuhan. Tiba-tiba, Ia menatapku dan terus menatapku dengan raut muka dingin. Rasa penasaranku semakin membesar dibuatnya.

'Siapa mereka? Aku tak pernah melihatnya.' Batinku.

"Joongie! Kau sedang apa nak? Cepat masuk."

"Ne umma." Patuhku

Ternyata diruang tamuku sudah dipenuhi ahjumma-ahjumma yang tinggal disekitar rumahku. Umma memang orang yang hobi menggosip, dan itulah yang kubenci dari umma ku. Awalnya aku tak tertarik mendengar obrolan mereka. Lebih baik menikmati strawberry yang lezat ini dari pada mendengarkan mereka. Namun tak seperti biasanya, kali ini mereka sedang membicarakan orang yang tak pernah kudengar sebelumnya.

"Katanya Jung Soojin pulang ke desa. Ia memang terlihat lebih cantik tapi wajahnya semakin terlihat angkuh." Ujar ahjumma berperawakan gendut mengawali.

"Jinjja? Menurut kabar yang ku dengar, semenjak menikah, ia terlihat menderita. Bukannya senang jadi orang kaya. Aneh~" Timpal umma.

"Mungkin karena ia tidak bisa mengikuti aturan hidup orang kaya. Dan katanya, selir suaminya banyak. Makanya ia jadi menderita." Kini ahjumma yang paling pendiam angkat bicara.

Memang benar aku sempat penasaran, tapi lama-lama aku mulai sedikit risih mendengar ocehan tak penting umma dan ahjumma-ahjumma itu. Lebih baik aku pergi main saja ke lapangan. Itu jauh lebih baik dari pada terus-terusan berada disini.

"Kau mau pergi kemana Joongie?" Tanya umma padaku.

"Joongie mau main sebentar umma!" Teriakku sambil berlari.

.

.

.

Di tengah jalan, aku kembali bertemu namja dingin yang tadi lewat di depan rumahku. Kini ia berjalan sendirian tanpa ditemani wanita yang seperti terlihat ummanya. Raut mukanya benar-benar dingin sekaligus tampan. Tapi entah mengapa aku merasa ia yang sebenarnya tidak seperti raut mukanya.

"Kenapa kau memandangiku? Kalau ada perlu cepat katakan." Serunya tiba-tiba membuatku sedikit terkejut.

"Ah, mianhae. Kau pasti anak dari keluarga Jung bukan? Kenapa kau sendirian disini?" Kucoba mengajaknya bicara dan mendekatinya.

"Namaku Jung Yunho. Kalau aku memang sendirian disini, apa pedulimu? Aku suka sendirian."

'Ck~ apa-apaan anak ini. Dingin sekali.' Batinku

"Sendirian itu membosankan lho. Bagaimana kalau kita main bersama?" senyuman ramah terbaik pun telah tersungging di wajahku.

"Andwe~! Aku tak mau main sama anak kampung. Apalagi kau pasti yeoja cengeng kan." Jawabnya sambil memalingkan muka.

Mataku membulat mendengar perkataannya barusan. Entah mengapa, bukannya terpancing emosi, aku malah merasa sedikit kasihan padanya. Namun bagaimana lagi kalau itu maunya.

"oh baiklah~" balasku meninggalkannya.

Belum terlalu jauh aku melangkah, tanpa sadar kembali kutengok Yunho yang masih terdiam di tempatnya. Aku berlari kecil dan kembali, berharap ia mau menerima ajakanku sekali lagi.

"Benar tidak mau main bersama?"

Pemilik mata musang ini terlihat berpikir sejenak.

"Kalau kau memaksa, tidak ada salahnya di coba." Akhirnya ia mau juga walaupun masih terlihat dingin.

Kembali kutunjukkan senyum terbaikku pada Yunho. Aku senang karena anak dingin ini mau menerima ajakanku. Ku lihat ia sedikit aneh menatapku, mata musangnya terlihat berbeda saat ini. Ada sesuatu yang tersimpan dalam dirinya.

^~YunJae's Cassiopeia~^

November 2006

Musim gugur tahun ini akan segera berakhir. Aku jadi teringat saat pertama bertemu dengan Yunnie. Ya, Yunnie adalah panggilan khusus yang kuberikan padanya. Dibalik sifat dinginnya, ternyata ia adalah anak yang serba ingin tau dan tidak bisa diam, sama seperti dugaanku. Dan kuharap di akhir musim gugur tahun ini ia kembali datang ke desa. Aku ingin mengajaknya melihat festival kembang api yang ada di desa.

"Yunnie~!" teriakku bersemangat ketika ia datang ke rumahku.

Lucu. Kulihat semburat merah di pipi chubby nya. Apa karena pakaianku ya? Kurasa tak ada yang salah dengan hanbok berwarna merah maroon yang kupakai ini.

"Apa ada yang aneh dengan pakaianku?" tanyaku padanya.

Yunnie masih saja diam menatapku dengan mata musangnya yang tajam. Membuatku merasa sedikit aneh saja.

"Hari ini Yunnie pasti mau melihat festival kembang api kan?"

"Tidak." Jawabnya singkat.

Kupoutkan bibirku sebal. Namun hal itu malah membuat muka Yunnie semakin terlihat merah. Tak taukah dia kalau aku sedang kesal?

"Tapi kalau Joongie bilang ingin sekali pergi kesana, aku terpaksa pergi juga." Ucapnya malu-malu.

"Aku ingin pergi kesana bersama Yunnie." Aku tersenyum padanya, dan lagi-lagi mukanya memerah. Sangat lucu.

"Kajja~ kita pergi!" jawabnya sambil memalingkan muka dan berjalan menjauh.

"Yunnie~! Tunggu Joongie dong!"

-Jaejoong POV end-

.

.

.

-Yunho POV-

Ternyata festival didesa tidak seburuk yang kubayangkan. Namun acara jalan-jalanku bersama Joongie sedikit terganggu dengan kehadiran 3 anak desa, teman Joongie. Tak akan kubiarkan Joongie bermain bersama mereka. Karena Joongie adalah temanku satu-satunya dan dia harus selalu bersamaku.

"Mwo?! Anak keluarga Jung yang kaya itu?" Tanya salah satu anak berwajah imut padaku.

"Aku sengaja datang kesini karena Joongie ingin melihat festival. Kalian minggirlah!" jawabku dingin.

"Huh, sombong sekali kau! Ayo Su-ie, tak usah bermain dengannya." Kata anak lain yang kutahu dari keluarga Park itu.

'Siapa juga yang mau main dengan kalian?! Huh~' kutatap tajam namja yang berkata bahwa aku anak sombong tadi. Dia benar-benar menyebalkan.

"Ne, Chunnie~ Eh, tunggu sebentar. Joongie, apa kau mau ikut berkeliling bersama kami?" Tanya yeoja imut tadi pada Joongie

"Mian su-ie. Aku ingin menemani Yunnie dulu." Tolak Joongie halus disertai senyuman manisnya.

'Ya, itulah yang kuharapkan. Karena Joongie hanya milikku sekarang.'

"Ayolah hyung, noona! Aku sudah lapar!" ajak namja kurus pada Yoochun dan Junsu. Mereka berdua pun berlari menyusulnya.

Entah sejak kapan, Joongie sudah berada di sebuah toko kecil yang menawarkan berbagai permainan. Mata bulatnya terlihat berbinar melihat permainan-permainan itu. Sesekali ia terlihat tertawa dan bertepuk tangan ketika ada seseorang yang bisa memenangkan permainan-permainan itu. Dengan langkah santai kususul Joongie, walaupun dalam hati aku merasa gugup ketika melihat tawanya yang indah.

'Aku harus tetap terlihat keren dihadapan Joongie.'

"Yunnie mau main tembak-tembakan nggak? Seru lho."

"Mainan seperti itu menariknya apa sih? Terlalu kekanak-kanakan." Acuhku.

Joongie mempoutkan bibirnya lagi, itu tandanya ia kesal. Pasti karena perkataanku tadi. Aku tak ingin membuatnya kesal ataupun marah. Aku ingin ia selalu tersenyum kepadaku, karena Joongie adalah bintangku yang indah.

"Sini, berikan padaku!" kurebut pistol mainan darinya.

"eh.." Dia terlihat terkejut dengan apa yang aku lakukan.

Jdaarrr~!

"Lihat gampang bukan. Lho? Joongie! Kau dimana?" bingungku mencarinya.

'Sial! Kemana Joongie?!' runtukku kesal.

-Yunho POV end-

.

.

.

-Jaejoong POV-

"Mainan seperti itu menariknya apa sih? Terlalu kekanak-kanakan." Kata Yunnie

Menyebalkan. Siapa bilang mainan seperti ini tidak menarik. Kupoutkan bibirku dan kuputuskan untuk bermain sendiri.

"Sini, berikan padaku!" tiba-tiba Yunnie merebut pistol mainan itu dariku.

Jdaarrr~!

Hebat~
Yunnie bisa menembaknya tepat sasaran.

Tapi….

"Huwaaaa~! Chunnie lepaskan tanganku."

Tiba-tiba saja Chunnie berlari menarikku menjauh dari Yunnie. Tangannya mencengkram pergelanganku sangat kuat. Membuatku tak bisa menghindar dan kaget dibuatnya.

"Chunnie~! Kau mau membawaku kemana, eoh?!"

Kurasakan langkah Yoochun semakin pelan dan akhirnya berhenti di belakang sebuah kuil. Segera kumanfaatkan kesempatan untuk melepaskan diri. Aku takut meninggalkan Yunnie sendirian.

"Kau mau kembali Joongie? Tinggalkan saja dia. Biar saja dia tersesat. Itu pantas untuk anak sombong!" teriak Yoochun padaku.

Aku tertegun mendengar apa yang baru saja Yoochun katakan. Selama ini yang kutahu Yoochun bukanlah anak seperti itu.

"Apa maksudmu Chunnie?! Yunnie anak baik dan tak seperti yang kau bayangkan."

"Terserah kau saja Joongie…"

Sebaiknya aku bergegas mencari Yunnie yang sekarang entah dimana. Kulirik sekilas Yoochun yang menatapku geram. Aku paham perasaannya, perasaan khas anak kecil yang tak rela jika sahabatnya memiliki teman baru.

Walaupun telah kucari hingga sudut-sudut area festival, Yunnie tak kunjung kutemukan. Aku takut ia tersesat dan aku takut ia marah, namun aku tak tau harus mencarinya kemana lagi. Kucoba menyusuri jalan pulang, berharap ia melewatinya.

Samar-samar kulihat sosok namja kecil dengan pakaian yang berbeda. Ia berdiri dibawah lampu jalan sendirian. Sosok yang begitu kucari sedari tadi.

"Yunnie~! Yun…nieehh …Mian..haeee." aku sedikit terengah-engah menyusulnya. Nafasku masih memburu.

"Maaf tadi aku meninggalkan Yunnie." Lanjutku ketika nafasku sudah kembali normal.

"Kalau Joongie ingin pergi duluan, silahkan saja. Aku tak apa sendirian saja" Jawabnya kembali dingin.

DEG~

"Aku tidak akan meninggalkan Yunnie lagi kok. Tapi syukurlah aku bisa bertemu Yunnie lagi ne." Kucoba tersenyum padanya.

"Hmm..nee." jawabnya singkat, mungkin masih marah.

Walaupun raut mukanya terlihat dingin dan tidak peduli, tapi sebenarnya bukan itu yang sedang ia rasakan. Sejak bertemu Yunnie, entah mengapa aku bisa melihat perasaannya yang sesungguhnya dengan jelas. Yunnie selalu terlihat seperti sedang menangis. Wae Yunnie-ah?

"Hari ini langit sedang cerah, bintangpun jadi terlihat cantik ya." Kataku mencoba mengajaknya bicara karena kesunyian diantara kami membuatku merasa tak nyaman.

"….." Yunho tak bergeming sama sekali.

'Apa dia benar-benar marah?'

"Kau tahu, semua bintang itu punya nama. Mereka ingin dikenang, namun hanya yang berkeyakinan teguh dan memiliki semangat juang lah yang akan menang dan dikenang. Hanya muncul di langit yang kelam nan gelap, dan hanya akan memberikan sinar indah terbaik yang mereka miliki, itulah bintang. Sungguh keindahan yang menarik ya?"

Aku masih menatap langit dan berbicara opiniku tentang bintang. Kukira ia tak akan meresponku seperti tadi. Ternyata aku salah. Ia juga menatap langit mengikutiku.

DEG~

Yunho tersenyum. Benarkah baru saja ia tersenyum? Mataku membesar melihat ekspresi yang langka dari seorang Jung Yunho.

"Bulan November adalah bulan dimana bintang 'W' terlihat sangat terang di langit. Syukurlah hari ini tidak turun hujan dan kita bisa melihat ratu tercantik dilangit." Senyuman indah masih menghiasi bibir hatinya.

"Bintang W? Apa itu?" tanyaku.

"Mwo?! Joongie tak tau?" aku menggeleng sebagai tanda jawaban.

"Baiklah, akan kuceritakan semua karena hari ini langit malam terlihat indah. Bagaimana?"

"Tidak perlu." Jawabku singkat.

"Apa?! Joongie tak mau mendengarkan ceritaku?" Yunnie terlihat kesal.

"Biasa saja." Jawabku singkat.

Akhirnya aku bisa melihat wajah kekanak-kanakan Yunnie yang sedang kesal. Hahaha, benar-benar lucu. Mungkin hanya aku yang bisa melihat ekspresinya yang seperti ini.

"Huh~! Baiklah, kuberitau saja! Bintang W itu disebut juga Cassiopeia, perwujudan dari Dewi yang sangat cantik! Dan dia akan selalu terkenang karena bersinar dengan terangnya!"

Mata musangnya masih menatap kagum langit berbintang diatas sana. Dan dengan antusias pula Yunnie bercerita banyak tentang Cassiopeia padaku.

"Cassiopeia ya..nama yang keren. Wuaaa~! Apa ini?!" Kurasakan ada benda asing berada di rambutku.

"Tenanglah Joongie. Itu hanya jepit rambut. Itu….hadiah dari permainan tadi. Kalau tidak suka kembalikan saja." Jelasnya malu-malu.

"Cantiknya~ Gomawo Yunnie." Teriakku senang.

CUP~

Kucium sekilas pipi gembil Yunnie yang sukses membuat wajahnya memerah. Hahaha… ^^

"Apa Joongie pantas memakainya?" kukerja-kerjapkan mata bulatku.

"Disini gelap, aku tak bisa melihatnya." Kilahnya masih dengan muka malu-malu. Lucu sekali.

^~YunJae's Cassiopeia~^

.

.

-TBC-

bagaimana? lanjutkah?
mohon reviewx... ^^
Arigatou~

-A.K.T.F-