Vampire And Werewolf
Disclaimer © Masashi Kishimoto
Rated: T
Pair: SasuNaru
WARNING! BOY X BOY, OOC, GAJE, TYPO BERTEBARAN DAN SEMUA YG BRUK1 GAK SUKA JANGAN DIBACA YA~
.
.
.
.
Werewolf dan Vampire, sesosok makhluk yang dianggap mitos oleh masyarakat karena tak pernah ada yang melihat wujud dari dua makhluk itu. Sebenarnya mereka ada dan itu bukan sekedar bualan, hanya saja tempat mereka bersembunyi benar-benar sulit ditemukan. Konon para leluhur manusia mengatakan mereka adalah musuh abadi dan tidak ada yang tahu kenapa, itu merupakan rahasia terbesar kedua bangsa tersebut.
Uzumaki Naruto seorang pemuda berpenampilan nerd dan misterius merupakan salah satu dari sekian banyak orang yang mempercayai bahwa mereka ada, serta siswa di Konoha High School atau bisa disingkat KHS. Pemuda bernama Naruto itu tengah menelungkupkan kepala dilipatan tangan, pikirannya melayang akan perkataan teman sekolahnya yang tahu pikiran Naruto yang mempercayai adanya dua makhluk mistis itu.
'Hahh~ kenapa mereka bilang itu hanya sebuah fiksi?'
Puk
"Naruto, apa yang kau pikirkan? Ayo, bel istirahat sudah berbunyi dari tadi." ujar Kiba menyadarkannya dari lamunan, pemuda populer di KHS bermarga Inuzuka yang mau menerima pikiran dan penampilan nerd Naruto.
"Eh!? Un, gomen. Aku sedikit melamun tadi."
mereka lalu pergi meninggalkan kelas tanpa menyadari bayangan hitam yang mengintai mereka, ralat-ada satu yang menyadarinya.
[Purupurupurupuru]
.
.
"Hey, lihat-lihat. Lelaki jelek itu lagi-lagi cari perhatian dengan Inuzuka-sama."
"Heh, tidak tahu malu."
Kiba dan Naruto terus berjalan tanpa memperdulikan sekitarnya, namun sebenarnya Naruto kini ingin menghajar mereka tapi ia tak mau membuat Kiba khawatir.
"Naru, daijobu?"
"Um! Daijobu, eh ayo cepat. Aku ingin makan ramen sebelum habis." seakan lupa apa yang terjadi sebelumnya, Naruto menarik tangan Kiba ke salah satu meja di kantin. Naruto memesan ramen jumbo, sedangkan Kiba sepiring daging panggang kesukaan'nya.
"Ow, Khibhakwa. Henapwa hau swawu wahan hahing hih?" tanya Naruto dengan mulut yang penuh dengan ramen hingga bicaranya sedikit aneh.
"Ck! Aho Naru, telan dulu makananmu, baru bicara bodoh."
Glek
"Oi, Kibaka. Kenapa kau makan daging terus sih?" ulangnya pada pemuda yang masih memakan daging di piring dengan beringas. Ramen Naruto telah habis sejak tadi dan sekarang iris saphire itu menatap Kiba dengan intens. Membuat Kiba menjadi risih.
"Hey hey, tak perlu menatapku sampai segitunya kan? Lagipula alasanku sama dengan kau yang menyukai ramen setengah mati." ucapnya sinis sambil menatap mangkuk ramen yang begitu bersih tak bersisa.
'Eh? Kiba mempunyai alasan yang sama denganku?'
"Tapi aku menyukai ramen karena ada naruto yang mempunyai nama sama persis denganku, berarti kau juga seperti itu? Seingatku, di daging tidak ada namamu." dengan perkataan santai dan wajah innocent, berhasil membuat pemuda bermarga Inuzuka melongo mendengar alasan yang begitu absurd.
"J-jadi... Kau suka ramen hanya k-karena ada nama yang sama denganmu!?" oke, Kiba merasa ia salah berspekulasi. Ternyata pikirannya melenceng dari apa yang diucapkan Naruto.
"Nande?" Naruto memiringkan kepalanya dan menatap Kiba dengan heran.
"AHO!? KUPIKIR KARENA ENAK, TAPI... AARGH AHO NARU!"
"Tapi aku juga suka karena rasanya enak kok." Naruto bicara dengan mata menyipit dan senyum 'polos' diwajahnya. Tanpa menghiraukan raut wajah Kiba yang megap-megap kehabisan kata.
"AAARGGH! AKU MAU MATI!"
"Silahkan, tidak ada yang melarang kok." dan... Bingo! Wajah tanpa dosa Naruto membuat Kiba membenturkan kepalanya berkali-kali ke meja. Oh?! Jangan lupakan senyum bahagia di wajah Naruto.
Langit berubah menjadi biru gelap, dan matahari digantikan oleh sang bulan. Hewan nokturnal saling bersahutan meramaikan malam yang sunyi. Di kastil tua megah yang menakutkan, berkumpul Vampire Uchiha yang tengah membicarakan suatu hal.
"Brengsek, mereka benar-benar pandai menyembunyikan keturunan terakhir mereka." umpat salah satu Uchiha, sebut saja Uchiha Fugaku. Pemimpin para vampire. Setidaknya untuk saat ini. Uchiha Mikoto yang merupakan istri Fugaku dengan sabar mengelus punggung suaminya itu.
"Seharusnya kau tauhu Fugaku, mereka tidak mungkin membiarkan keturunan terakhir mereka diburu bangsa vampire." Uchiha Kagami menyahut dengan geraman kesal. Mereka tahu sekalipun telah membunuh keturunan darah dewa dan para 'penjaga'nya, tidak membiarkan keturunan terakhir dari darah dewa murni dibunuh begitu saja oleh vampire. Memang apa yang dikatakan Kagami ada benarnya. Semua Uchiha menggeram marah sekaligus kesal, disertai sepasang taring yang menyembul keluar dari sela bibir mereka. Itachi yang merupakan anak sulung Uchiha Fugaku perlahan menampilkan seringai saat tahu kini gilirannya untuk ikut andil dalam rapat klan.
"Aku ingin memberitahukan hal yang akan membuat kalian sedikit bernafas lega. Kudengar dari informanku bahwa pemilik darah dewa terakhir berada di Konoha, yang merupakan tempat indah sekaligus pertahanan yang tinggi. Dan kita akan mengalami sedikit kesulitan." perlahan semua Uchiha menyeringai saat mendengar perkataan Itachi dengan bola mata mereka yang menjadi merah dengan tiga tomoe yang berputar, meskipun sulit tetapi tak dipungkiri mereka senang.
Sayangnya tidak ada yang menyadari bahwa ada seorang Uchiha yang tidak sama dengan yang lain, terbukti tangannya yang mengepal hingga buku jarinya memutih.
'Aku tidak akan membiarkan kalian mendapatkan apa yang kalian inginkan...'
"Kenapa kau baru mengatakannya Itachi-kun?" Itachi menatap ibunya dengan lembut, tak mau membuat sang ibunda yang merupakan ratu vampire itu tersinggung. Itachi sebenarnya dari awal rapat ingin mengatakan hal itu, tapi tidak dilakukan saat ia berpikir untuk menunggu waktu yang tepat.
"Aku hanya ingin menunggu waktu yang tepat Kaa-san."
Mikoto mengangguk paham akan ucapan anak sulungnya itu. Memang sudah kepribadian Itachi yang selalu menunggu waktu yang tepat untuk melakukan apapun yang ia inginkan. Berbeda dengan adiknya-Uchiha Sasuke yang selalu ke inti topik, tak mau membuang waktu karena bagi Sasuke waktu itu sangat berharga. Apalagi jika mengingat kejadian 'itu', kejadian yang membuat Sasuke hampir gila.
Fugaku kemudian menepuk kedua telapak tangannya, menciptakan suara nyaring dan membuat semua mata terfokus pada Head Clan Uchiha itu.
"Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Aku akan menugaskan kedua anakku untuk pergi ke Konoha, mencari pemilik darah dewa." titahnya dengan tegas. Diikuti dengan Itachi dan Sasuke yang duduk berdekatan spontan berdiri.
"Aku akan mendaftarkan kalian sebagai penduduk Konoha, tentunya kalian tidak boleh menampilkan wujud asli kalian. Besok kalian akan berangkat kesana. Ingat, jangan berbuat hal yang mencurigakan dan segera temukan pemilik darah dewa terakhir. Paham?"
"Ha'i Tou-sama."
Naruto adalah pemuda tegar dan pantang menyerah meskipun ia tidak memiliki orang tua sejak bayi, hingga ditemukan keluarga Inuzuka yang mau merawatnya dengan tulus tanpa protes. Walaupun begitu Naruto tak pernah meminta apapun pada keluarga Inuzuka yang merupakan keluarga Kiba, ia sadar bahwa dirawat sejak bayi saja merupakan hal yang tak bisa ia bayar dengan uang sebanyak apapun.
Dan Naruto sebisa mungkin tidak mau merepotkan orang yang telah merawatnya sejak kecil itu. Mereka memang baik, tanpa sadar Naruto telah bertekad untuk tidak mengecewakan Kiba dan yang lainnya.
"... To... Naru..? "
"NARUTO!"
Naruto tersadar dari lamunannya saat Kiba meneriakkan namanya dengan keras.
"Whoaa! Baka, apa yang kau lakukan!? Kau mau membuat telingaku tuli huh?!" Naruto berteriak pada Kiba sambil menjitak kepala temannya itu dengan kepalan tangannya, membuat Kiba mengaduh kesakitan. 'Uuh... Pukulan Naruto seperti palu! Menyakitkan~'.
Dengan kedua telapak tangan dikepala Kiba menatap Naruto yang kembali melamun, Kiba bertanya-tanya dalam otaknya. Ada apa dengan Naruto? Ia tidak pernah melihat teman kecil yang dirawat keluarganya itu melamun seperti ini.
'Apa yang mengganggu pikiranmu Naruto?' tanya Kiba dalam hatinya. Wajar jika Kiba khawatir pada Naruto, ia mempunyai perasaan yang terlarang pada pemuda itu. Kiba bahkan bertekad sejak kecil untuk melindungi Naruto dengan nyawanya. Sebenarnya bukan hanya Kiba yang bertekad melindungi Naruto tapi semua keluarga Inuzuka.
Naruto sudah tahu bahwa Kiba memperhatikannya, hanya saja ia malas untuk menoleh. Ia tahu Kiba khawatir padanya, tetapi Naruto hanya diam. Sedetik kemudian tubuhnya tersentak saat secara spontan ada suara yang memanggil namanya.
'Naru...'
Bola matanya membelalak lebar. Ia merasa familiar dengan suara itu, tapi tak tahu siapa. Apa mungkin karena banyak pikiran ia sampai mendengar suara yang memanggilnya?. "Naruto, ada apa? Kau seperti... Umm kaget?" Ia terdiam sejenak lalu menjawab, "Apa kau mendengar suara yang memanggil namaku, Kiba?"
Entah matanya saja yang rabun atau ia tadi melihat bahu temannya bergetar? 'Ada yang disembunyikan Kiba.' pikirnya.
"A-ah, mu-mungkin itu hanya khayalanmu saja Naruto. Aku tak... Mendengar suara apapun sejak tadi. A-ahaha." Kiba berucap dengan sedikit terbata dengan tawa gugup untuk menutupi hal yang sebenarnya, dilihatnya Naruto yang menatap curiga padanya kemudian beralih ke arah lain dengan dahi berkerut.
Ia bernafas lega dan kemudian matanya menajam dengan berbagai pikiran yang berkecamuk.
'Apa 'mereka' sudah tahu? Tidak akan kubiarkan 'mereka' berulah lagi.'
..
Sunagakure adalah sebuah kota yang berada di gurun pasir dengan iklim panas di siang hari dan hangat dimalam hari yang dipimpin oleh Kazekage, dan merupakan tempat unik dengan bangunan yang terbuat dari pasir. Malam hari di salah satu kamar terdapat seorang pemuda bersurai cokelat spiky dengan cat ungu yang ada diwajahnya, dia adalah Sabaku Kankuro. Tangannya memegang secarik kertas dengan tulisan abstrak dan hanya bisa dibaca Kankuro. Wajahnya mengeras dengan mata yang menajam dan aura kemarahan terlihat jelas dimatanya. Dengan sigap ia mengambil korek kemudian membakar kertas itu hingga menjadi abu, berjalan keluar dengan cepat dan menuju ke tempat saudaranya untuk melaporkan apa isi surat yang tadi dibacanya.
Semua orang menatap pemuda bersurai hair spiky yang tengah terburu-buru berlarian disepanjang kota Sunagakure. Matanya menatap liar keseliling dan membelalak lebar saat menemukan seseorang yang dicari sejak tadi.
"Gaara! " teriaknya keras dengan tangan melambai, memberitahu posisinya saat ini. Gaara, lebih tepatnya Sabaku Gaara menolehkan kepalanya kearah suara dan menemukan saudaranya Kankuro. Dengan santai ia menghampiri Kankuro.
Iris jade itu menatap tajam Kankuro, "Jika ini tidak penting, kau akan kubunuh Kankuro. " nada sura yang tenang namun menakutkan disaat bersamaan. "Tenanglah Gaara. Ini kabar penting sekaligus buruk. 'Mereka' telah bergerak. "
Dan malam itu adalah malam disaat Sabaku Gaara yang dingin menjadi risau.
.
.
.
TO BE CONTINUED
Hahaha gomen ne minna-san, fic Wind aja blom selesai tapi malah bikin yang baru :p ini juga boleh dpet ide dan Kina lngsung ngetik di hp jd sekalian aja kupublish
SEMOGA SUKA YAAA~ #ngarep
Mind to review?
