Licorice

Naruto by Masashi Kishimoto

Story by DarkChoffa™

Warning : Alternative Universe, Out Of Character, Typo, Membosankan, Banyak Percakapan, Penuh Adegan Drama, etc.

Rating : T

Pairing : Neji-Ino, Neji-Temari, Temari-Sikamaru, Sasuke-Sakura.

~Diwajibkan membaca Hang dulu, latar cerita ini berasal dari sana.~

~Terinspirasi dari drama favorit author : Full House, Flower Boy Boyband dan Nana~

~Anggap saja tampilan Neji itu mirip Takumi Ichinose 'NANA'~

DON'T LIKE? DON'T READ!

Yang nggak suka nggak usah baca -_-

No Copy Paste

Ceritanya gaje, jadi nggak perlu di copy paste. Nanti nyesel doang!

Enjoy Reading

Tekan tombol back kalau kalian merasa bosan

Part 1

Pagi indah menyambut datangnya musim semi tahun ini. Pohon sakura bermekaran sebagai tanda suka cita musim yang dinantikan banyak orang. Matahari terbit malu-malu menyambut aktivitas masyarakat Tokyo. Semakin lama matahari semakin meninggi meninggalkan pagi yang semakin menyingkir. Di sudut kota Tokyo, di sebuah rumah besar terlihat seorang gadis tertidur lelap di ranjang king sizenya. Gadis itu menggeliat merasakan cahaya matahari menerobos masuk melewati celah jendela kamarnya. Ia terbangun dengan rambut acak-acakan. Gadis bernama Ino itu menerjapkan matanya berkali-kali. Ino menguap sambil melihat jam dinding kamarnya, pukul delapan pagi. Ino bangun dari tempat tidur kemudian berjalan menuju jendela kamarnya. Lalu ia membuka gorden kamarnya dengan lebar.

"Woow!hari pertama di musim semi. Semoga hariku ke depan berjalan lancar."

Sekarang Ino sudah berada di dapur. Ia membuat segelas susu dengan dua potong roti sandwich. Sarapan sederhana untuk memulai kegiatannya hari ini. Ino memakan sarapannya dengan tenang. Ia makan sambil memikirkan rencana apa yang akan ia lakukan hari ini.

"Astaga! Aku lupa menggosok gigi dan cuci muka" Ino memukul pelan kepalanya.

Ino melupakan hal wajib yang biasa dilakukan orang normal di pagi hari. Tinggal sendirian membuatnya leluasa melakukan banyak hal. Bahkan saat ia lupa menggosok gigi dan mencuci muka tak akan ada satu orang-pun yang menegurnya.

Ino termenung di depan computer. Pukul sepuluh dianggapnya terlalu pagi untuk memulai aktivitas. Dilirik ruang tempatnya duduk, ruang kerjanya begitu kotor. Satu kata yang terlintas di otaknya 'pemalas'. Ino membiarkan bungkus ramen dan makanan ringan bertebaran di lantai. Ia berjalan keluar menuju ruang tamu, lagi-lagi ia mendesah pasrah. Rumahnya terlihat seperti tempat penampungan sampah. Hampir sepanjang musim dingin lalu ia membiarkan rumahnya kotor seperti ini. Tak hanya bungkus makanan, baju kotor Ino bertebaran dimana-mana. Perabotan rumah terlihat berantakan tidak sesuai tempat. Tempat penggorengan berada di depan tv. Sepatu berada di dapur. Buku ada di toilet. Ino mengacak rambutnya kasar.

"Argggg! aku harus membersihkan semua ini! Tidak! aku harus menjual rumah ini lalu tinggal di apartemen kecil. Aku pasti akan mudah membersihkannya!"

Ino kembali teringat pesan terakhir ayahnya untuk menjaga rumah ini. Iapun mulai membersihkan setiap sudut rumah besar minimalis miliknya. Ino mengumpat disetiap kegiatannya. Benar-benar gadis ini!

Ino duduk bersandar di sofa depan televisi. Ia menghembuskan napas, rumahnya kembali bersih seperti semula. Rasa lega merasuki hatinya. Tak terasa sudah pukul 12 siang, Ino-pun berjalan menuju kulkas di dapurnya.

"Aishh…bahan makanannya habis. Makan siangku! Oh tidak! Aku kelaparan sekarang."

.

.

.

Ino memutuskan keluar rumah dan pergi menuju minimarket terdekat. Ia akan berbelanja untuk kebutuhan satu bulan ke depan. Sesampainya di minimarket, ia memilih bahan makanan yang akan ia masak untuk hari-harinya ke depan. Sambil menunggu antrian kasir, sesekali Ino menengok ke toko makanan siap saji di depan minimarket. Ia memutuskan akan makan siang disana. Ino memegang perutnya yang mulai berbunyi. Ia sangat kelaparan.

Tinggal beberapa langkah ia akan memasuki tempat paling diimpikannya, toko makanan cepat saji, tiba-tiba ponsel di kantong sakunya bergetar. Dengan sebal Ino mengambil ponsel di sakunya. Seseorang menelponnya.

"Inoo! Apa-apaan kau! Lihatlah ini jam berapa? Kau bilang jam 12? Apa kau tak mau dapat gaji bulan ini? Mana sinopsismu? Tim redaksi sudah menunggumu!" teriak seorang wanita di seberang telepon.

"Astaga Bos! Aku lupa! Bagaimana ini?"

"Cepat kemari bodoh! Jangan lama-lama! Atau kau akan dipecat dari pekerjaan ini!"

Oke! Ino sangat panik sekarang. Ia melirik jam tangannya, pukul 12.30 siang. Ia melupakan pekerjaan yang akan mendatangkan uang untuknya. Ino lupa ini tanggal berapa. Ia bahkan melupakan deadline sinopsis yang akan diterbitkan sebuah majalah tempatnya bekerja. Ino benar-benar bodoh dan ceroboh.

Setelah pulang dari minimarket, Ino kembali ke rumah untuk mengambil softfile dan print out berisi sinopsis. Gadis blonde itu berlari kencang dari rumahnya menuju halte bus. Ino melupakan makan siangnya. Ia sangat panik kali ini. Gadis yang sebentar lagi berusia 22 tahun itu begitu teledor melupakan pekerjaan yang telah diamanatkan kepadanya. Bosnya, Uzumaki Karin telah memberinya pekerjaan. Ino bekerja sebagai penulis novel. Uang tidak akan terus datang untuk seorang penulis novel. Saat novelnya gagal terbit ia tak akan memperoleh uang. Ino juga bekerja sebagai penulis cerita pendek di sebuah majalah remaja. Lagi-lagi pekerjaan itu tak akan terus menghasilkan uang. Sampai akhirnya sang bos menawarinya untuk membuat sinopsis— bisa dibilang review film atau buku. Itu pekerjaan yang menjanjikan dan akan terus menghasilkan uang. Tapi kali ini ia mengecewakan sang bos. Pekerjaan pertamanya membuat sinopsis gagal total. Ia lupa deadlinenya hari ini dan datang terlambat. Semoga kali ini kau beruntung Ino.

.

.

.

Seorang pria memainkan gitarnya asal. Nada-nada yang dia susun tak ada yang sesuai. Otaknya kehabisan ide. Pikirannya buntu. Sepertinya dia gagal lagi membuat lagu. Pria berusia 23 tahun itu berdiri dan melemparkan gitarnya ke sofa. Dia duduk termenung di ruang dorm milik bandnya. Dia kembali teringat peristiwa yang terjadi kemarin malam. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, kekasihnya berkencan dengan seorang pria. Pria asing yang tak pernah dikenalnya. Mereka berciuman—itu yang membuat hatinya panas dan cemburu.

"Seorang Neji Hyuuga patah hati. Oh God! memalukan!" Seorang pria berwajah baby face bernama Sasori merangkulnya.

"Ayolah! Dia sudah pacaran selama lima tahun dengan tante tua itu. Aku rasa wajar saja dia cemburu" Sasuke menimpali perkataan Sasori.

"Diam kalian semua! Berhenti memanggilnya tante tua" Neji mulai marah.

"Berhentilah memikirkan wanita tua itu, Neji-senpai. Dia selalu saja mengganggu aktivitas band kita. Dia selalu membuat leader band kita memburuk suasana hatinya" anggota termuda, Kiba ikut dalam pembicaraan ini.

"Ayolah Neji. Aku tau kau sudah tidur dengan banyak wanita. Aku rasa tak salah jika Temari berselingkuh darimu. Aku anggap itu setimpal" Sasuke mengejeknya.

"Cihh…" Neji mendengus sebal.

"Come on, kita bisa mencari cewek cantik yang lebih muda dan hot malam ini. Lupakan tante tua itu" Sasori menggodanya.

Suasana Neji mulai membaik mendengar kata 'cewek muda dan hot'. Dia pria normal. Semua orang mengakui itu—termasuk dirinya. Tetapi tetap saja dia tak bisa melupakan Sabaku Temari, wanita yang berusia 7 tahun lebih tua darinya. Wanita yang telah mengisi hatinya hampir 5 tahun lamanya. Dia tak mau melepas wanita itu dengan begitu mudah. Neji sangat mencintai wanita itu.

.

.

.

Ino bernapas lega sekarang. Ia tak jadi dipecat. Ia bersyukur. Kalau bukan karena sinopsisnya yang dikatakan bagus oleh para tim redaksi, ia tak akan selamat kali ini. Ia berjanji tak akan ceroboh lagi. Ia menempel kalender besar di ruang kerja rumahnya.

"Aku akan menandai hari penting disini. Aku tak boleh pelupa lagi. Yosh! Semangat Ino-pig!"

Ino duduk di ruang santai sambil menikmati makan malam. Ia berkali-kali mengganti acara televisi. Semuanya membosankan. Sampai akhirnya ia memutuskan menonton acara infotaiment. Ia mendengarkan berita tentang band pop-rock, Aranch yang sedang mengeluarkan album terbaru. Ino tak tertarik sama sekali dengan berita ini.

"Aku bersumpah kalau wajah mereka pas-pasan dan tak ada Sasuke disana, band Aranch tak akan laku di masyarakat."

Ino mengganti channel lain. Drama ibu-ibu dirasanya lebih baik dari pada mendengarkan berita infotaiment. Ino tertawa sendiri melihat drama ibu-ibu. Gadis pirang itu butuh hiburan. Tinggal sendirian kadang membuatnya seperti orang gila. Ia akan tertawa dan berbicara sendiri. Apalagi ia jarang berinteraksi dengan orang luar. Oleh sebab itu, Ino selalu dianggap aneh oleh banyak orang. Mungkin selain dampak pembully-an yang ia terima saat SMA, tinggal sendiri di rumah mewah nan besar adalah faktor utamanya.

Kalian boleh sebut Ino sinting. Semenjak lulus SMA dan dibully, ia tak punya selera fashion dan gaya hidup. Selain memakai piyama tidur di rumah, ia memakainya saat pergi ke minimarket. Ia nekat datang ke gokon dengan dress mini yang di rangkap celana jean lusuh dan kemeja. Tak usah ditebak, semua pria menolak Ino. Ia tak pernah berdandan, keramaspun hanya satu bulan sekali. Rambut blonde panjang dengan poni yang menutupi sebelah matanya membuat banyak orang mengiranya tak waras. Yang ia pikirkan sekarang hanya bagaimana cara ia mencari uang untuk pengobatan kakaknya dan bagaimana ia bisa meneruskan kuliahnya yang terhenti. Dan naasnya kedua impian Ino itu belum bisa terwujud hingga saat ini.

.

.

.

Malam ini adalah malam teristimewa bagi band Aranch. Band ini meluncurkan album ketiga mereka. Album berjudul 'Remember' berhasil memukau jutaan penggemarnya. Album Band beranggotakan lima orang ini terjual berjuta-juta keping hanya dalam tempo beberapa jam sejak peluncuran. Malam ini mereka berada di Star Hall dalam rangka peluncuran serta jumpa fans. Sudah empat tahun mereka berada di industri hiburan Jepang. Itu bukan pencapaian yang mudah. Mereka harus berjuang dari nol. Apalagi perjuangan yang begitu gigih dari leader mereka, Neji. Tanpa pria itu, Aranch mungkin sekarang tak ada.

Kiba mendengus kesal sekarang. Menjadi anggota termuda sekaligus bassist tak membuatnya begitu bangga. Selalu saja dia tersisihkan saat acara jumpa pers. Fansnya tak sebanyak sang leader, Neji. Kiba selalu berpikir, apa hebatnya pria itu. Neji memang tampan— tapi dia urakan dan mirip om-om mesum. Matanya beralih pada sosok Sasuke. Dia akui Sasuke adalah icon bandnya. Vokalis yang sama tampannya dengan Neji dan tentunya berkharisma. Fansnya tak kalah banyak dengan Neji. Berganti pada sosok Naruto sang drummer. Sosok lelaki bodoh yang lebih bodoh dari Kiba. Nyatanya sosok bodoh itu lebih dikenal fans daripada Kiba. Dan yang terakhir adalah Sasori, pemegang keyboard. Manusia yang paling dibencinya. Sasori lebih pantas disebut sebagai anggota termuda jika dilihat dari postur dan wajahnya. Wajah pria berusia 24 tahun ini bisa dikatakan sangat imut dan menggemaskan. Kiba yang berusia 20 tahun terlihat lebih tua darinya. Itu sangat menyakitkan— nyatanya fans selalu mengatakan seperti itu. Tapi Kiba bersyukur. Walaupun dia hanya sosok pelengkap Aranch, dia bahagia. Mereka semua seperti kakak dan keluarga baginya.

.

.

.

Pagi hari bel rumah Ino berbunyi. Ino segera bangkit dari tempat duduknya dan membuka pintu rumah. Tak disangka Ibunya berdiri di ambang pintu. Mereka berdua akhirnya masuk ke dalam rumah.

"Ino, ibu punya kabar untukmu. Ini tentang Konan" Ibu Ino berbicara dengan nada cemas.

"Bagaimana keadaan Konan-neechan? Apa dia baik-baik saja?"

"Kakakmu mendapatkan donor sum-sum tulang belakang Ino"

"Ya ampun! Aku senang mendengarnya. Kapan operasinya kaa-san? Kapan?"

"Secepatnya. Tapi orang yang mendonorkan minta bayaran yang besar Ino."

"Bagaimana bisa? Siapa dia?"

"Dia Ayah kandung Konan."

Ino benar-benar pusing sekarang. Musim semi sudah berjalan dua bulan lamanya. Ia sudah menabung untuk biaya operasi kakaknya. Uang royalti novel pertamanya sudah ia simpan untuk sang kakak tercinta. Tapi pria bejat yang dikatakan ibunya meminta bayaran lebih untuk proses operasi ini. Ibunya menyarankan untuk menjual rumah mereka. Rumah mewah yang ditempati Ino sekarang. Tapi Ino cukup ragu untuk menjual rumah ini. Ayahnya berjuang membangun rumah ini dengan susah payah. Rumah yang rencananya akan keluarga Ino tempati—sebelum peristiwa mengerikan itu terjadi. Ayahnya berpesan untuk tidak menjual rumah ini. Ayahnya ingin rumah ini menjadi rumah tempat tinggal mereka nanti. Rumah yang akan memberikan kenangan dan kebahagiaan. Ino tak boleh menjualnya.

.

.

.

Sakura sangat bahagia. Ia berhasil menamatkan kuliahnya di Stanford University dengan nilai memuaskan. Hal yang lebih membahagiakan adalah lamaran pekerjaannya sebagai dokter diterima. Setelah kembali ke Jepang ia bisa langsung bekerja di Tokyo Hospital. Sekarang ia berkemas dan bersiap-siap meninggalkan California. Empat tahun lamanya ia berpisah dengan orang-orang yang ia cintai di Jepang. Saatnya pulang sekarang. Ia sudah menghubungi Ino jauh-jauh hari lewat video call. Tak lupa ia menghubungi kekasihnya, Sasuke. Ia tak sabar bertemu mereka berdua. Ino sahabat baiknya yang sekarang menjadi penulis dan kekasihnya Sasuke yang sudah menjelma menjadi vokalis band yang digandrungi gadis-gadis remaja. Sakura benar-benar merindukan mereka berdua.

.

.

.

Sekarang Ino berada di bandara Narita. Ia mengangkat poster bertuliskan 'Sakura!Ino pig in here' di lobi kedatangan. Ino tak sendirian. Ia ditemani Sasuke di sebelahnya. Walaupun sama-sama tinggal di Tokyo, Ino tak pernah bertemu Sasuke selama empat tahun lamanya. Ia sedikit canggung sekarang. Apalagi Sasuke adalah seorang artis. Ino yakin fans Sasuke yang melihatnya akan menghajar Ino saat ini juga. Untungnya Sasuke memakai penyamarannya. Jaket tebal dengan topi dan kacamata hitam. Fashion yang sangat tak pantas dipakai di musim semi menjelang musim panas.

Ino berada di apartemen Sasuke seharian. Sakura kembali tinggal disana. Ia melepas rasa rindunya pada Sakura. Mereka berbicara banyak hal. Dari hal biasa tentang masalah perempuan sampai hal aneh yang sering terjadi di masyarakat akhir-akhir ini.

Sasuke merasa menjadi obat nyamuk. Dia benci urusan sesama perempuan. Sakura mengacuhkannya. Sakura lebih memilih Ino daripada Sasuke. Oh, benar-benar menyebalkan! Dia bahkan cemburu melihat kekasihnya bersama teman perempuannya.

"Oh Pig! Empat tahun berpisah denganmu kau berubah drastis. Mana Ino yang fashionable dan genit? Uangmu sebagai penulis kau kemanakan?"

"Oke! Baju yang aku kenakan ini termasuk fashionable Jidat. Tahun depan gaya ini akan menjadi tren remaja. Ha..ha..ha.." Ino berlenggak lenggok dengan fashion anehnya.

"Berhenti melawak pig! Aku rasa kalau kau seperti ini tak ada pria yang mendekatimu."

"Tepat sekali. Tujuh kali ikut gokon, tapi sudah 10 pria menolakku."

Sasuke ingin tertawa mendengar komentar Ino. Gadis itu dirasanya berubah. Baju yang digunakannya aneh—tidak seperti dulu. Lihatlah! pakaian yang dipakainya adalah pakaian laki-laki. Dari kaos, jaket, celana hingga sepatu. Selera fashionnya benar-benar bodoh. Berbeda dengan kekasihnya. Ia tampil lebih cantik dengan dres biru laut dengan rambut lurus sebahu. Sasuke semakin cinta saja pada Sakura. Empat tahun berpisah dengan Sakura dirasanya cukup. Ia harus segera mengikat Sakura. Ia tak mau Sakura dimiliki orang lain. Sakura selamanya miliknya. Sakura Haruno milik Sasuke Uchiha.

.

.

.

Neji duduk di sebuah café elite di daerah Shinjuku. Cafe Laza, café langganannya. Dia akan bertemu Temari sore ini. Kekasihnya itu memintanya untuk bertemu disini. Dia benar-benar merindukan Temari. Wanita itu seperti candu baginya. Promo album baru bandnya menguras banyak waktu untuknya. Dia bahkan belum bertemu Temari selama dua bulan ini. Sepertinya setelah ini Neji akan mengajak Temari pergi ke apartemennya. Dia berniat mengajak wanitanya untuk menghabiskan malam romantis bersama—malam panas lebih tepatnya. Neji sampai lupa kapan terakhir kalinya mereka bersama. Sepertinya akhir tahun lalu terakhir kalinya mereka bersama. Menghabiskan pergantian malam tahun baru berdua. Itu sungguh momen romantis yang tak terlupakan untuknya.

Neji sudah benar-benar melupakan kejadian berkencannya Temari dengan seorang pria berambut nanas. Neji anggap kejadian itu adalah mutlak kesalahannya. Kehidupan seorang musisi memang padat. Dia membiarkan Temari-nya sendirian selama ini. Dia yakin Temari pasti merindukan sosoknya. Sosok yang jarang hadir di kehidupan Temari.

Seorang wanita berjalan masuk ke dalam café. Temari mengedarkan pandangannya ke segala penjuru arah. Wanita 30 tahun itu akhirnya menemukan pria yang ia cari. Pria itu sedang duduk sambil melihat ke arah jendela luar.

"Ehem.." Temari duduk di hadapan Neji, ia mencoba mencairkan suasana.

"Temari? Aku sudah menunggumu" Neji sangat senang melihat kehadiran Temari.

"Ini untukmu" Temari menyerahkan selembar undangan di depan Neji.

"Apa ini?"

"Undangan pernikahanku. Dua minggu lagi aku akan menikah dengan pria pilihanku."

Mata Neji melotot melihat undangan itu. Ia terkejut bukan main.

"Kau taukan kita sudah menjalin hubungan selama hampir lima tahun. Dengan mudahnya kau akan menikah dengan orang lain? aishh..apa yang ada di otakmu?"

"Aku sudah lelah Neji. Kau terlalu kekanak-kanakan untukku. Kau tak pernah serius denganku. Aku lelah menunggumu..hiks.. hiks.." Temari mulai menangis.

"Aku serius denganmu Temari. Lima tahun aku sudah bersamamu. Apalagi yang kau ragukan!"

"AKU JUGA INGIN SEPERTI WANITA DI LUAR SANA! Aku ingin menikah. Aku ingin punya keluarga. Usiaku sudah 30 tahun sekarang. Sampai kapan aku harus menunggumu Neji? Sampai kapan?" Temari berteriak keras. Banyak pengunjung café menoleh ke arah mereka.

"Kau tau sendiri, aku masih ingin fokus pada bandku. Aku masih ingin meraih kesuksesanku."

"Kau egois Neji!"

Neji benar-benar bingung sekarang. Pernikahan? Kalimat yang sangat konyol untuknya. Dia tak pernah memikirkan pernikahan. Usianya masih terlalu muda untuk menjadi seorang suami. Itu terlalu tabu untuknya. Dia masih ingin menjadi pria bebas. Pria yang bebas melakukan apapun. Tak ada ikatan dan aturan. Dia benar-benar egois. Seharusnya dia juga memikirkan Temari. Wanita itu terlalu bersabar menunggu pria kekanakan sepertinya. Temari menunggunya hingga umurnya mencapai awal 30-an. Tapi pada akhirnya Temari lelah menunggu Neji. Ia terlalu lelah untuk berharap lebih.

"Ayo kita menikah Temari" Neji tiba-tiba berucap asal.

Temari syok. Apa ia tak salah dengar? Neji mengajaknya menikah?

"Aku sudah hamil dua bulan"

Sekarang Neji tak kalah kagetnya. Hamil? Pernikahan saja membuatnya pusing. Apalagi sekarang? hamil? Menjadi seorang ayah? Dia bahkan tak pernah sanggup memikirkan bagaimana rasanya menggendong seorang makhluk bernama bayi suatu hari nanti.

"Itu anakku?"

"Yang benar saja Neji. Kapan terakhir kali aku tidur denganmu dan berapa usia kandungan ini?"

"Dia bukan anakku? Dan kau menyuruhku untuk menikahimu?"

Temari menangis sekarang. Ia begitu bodoh. Andai saja ia sedikit bersabar, ia tak akan menghadapi situasi seperti ini. Disaat pria yang dicintainya mau menikahinya. Ia hamil dengan pria lain, hamil dengan pria yang akan menjadi calon suaminya. Pria yang sebenarnya tak pernah ia cintai.

Neji pergi meninggalkan Temari. Dia benar-benar marah pada wanita itu. Dia sangat kecewa. Dia akan memaafkan Temari bila wanita itu hanya berselingkuh darinya. Tapi apa ini? Selain berselingkuh, dia juga hamil? Kepalanya seperti akan meledak. Ibunya pasti akan kecewa jika ternyata dia akan menikahi wanita seperti Temari. Ayahnya pasti akan menghajarnya habis-habisan. Marga Hyuuga tidak boleh sembarangan dipakai oleh orang lain. Sudah cukup dia menjadi anak pembangkang yang melarikan diri dari rumah dan menolak menjadi penerus perusahaan. Dia lebih memilih meninggalkan Temari. Keluarganya pasti tak akan sudi menjadikan anak Temari sebagai seorang Hyuuga. Cucu pertama mereka harus benar-benar dari Hyuuga asli. Itu keinginan ibunya. Persetan dengan cinta—Neji mengatakan itu kali ini. Cinta bisa dicari kapan saja. Biarlah dia dianggap pria pengecut oleh Temari. Persetan dengan semuanya!

.

.

.

Neji memutuskan untuk pergi ke klub malam. Padahal hari masih terlalu sore untuk pergi ke sana. Neji tak menghiraukannya. Pikirannya begitu buntu. Tak terasa tiga botol minuman beralkohol sudah dia habiskan. Kepalanya berputar sekarang. Bertender memperingatkan Neji untuk berhenti minum. Neji tak menghiraukan bartender itu. Neji terus mengumpat. Dia sedang berada di bawah pengaruh alkohol. Pikirannya melayang entah kemana. Karena pusing, Neji akhirnya tertidur di meja bartender.

Malam semakin larut. Jam dinding menunjukan pukul sebelas malam. Neji terbangun dari tidurnya. Seorang wanita berpakaian seksi membangunkannya. Wanita yang tak tau sopan santun itu meraba-raba tubuh Neji. Bukannya senang, Neji marah dengan perlakuan wanita itu. Ia menepis dan menyingkirkan tubuh wanita itu darinya.

"Pergi menjauh dariku jalang!"

Neji berjalan sempoyongan keluar dari klub malam. Suasana hatinya begitu buruk kali ini. Dia memutuskan untuk pulang ke apartementnya. Pulang ke dorm atau ke mansion Hyuuga sama saja mencari mati.

Sekarang dia duduk didalam mobil Audi miliknya. Neji mengumpulkan kesadarannya sebelum menjalankan mobil. Akhirnya dia menyalakan mobil dan pergi meninggalkan klub malam itu.

.

.

.

Di tempat lain, Ino sedang dalam perjalanan pulang dari apartemen Sasuke. Ia memilih berjalan kaki daripada naik angkutan umum. Sebenarnya Sakura menyuruhnya untuk menginap. Tapi Ino menolaknya. Ia tak enak hati pada Sasuke. Ino merasakan kecemburuan Sasuke saat ia bersama Sakura. Aneh memang. Mungkin karena Ino tak pernah berpacaran, Sasuke takut Ino mengalami kelainan kemudian menyukai Sakura. Sungguh pemikiran konyol.

Ino termenung sepanjang perjalanan pulang. Sekarang hampir tengah malam. Ino tidak pernah keluar malam—kecuali saat mengikuti acara gokon. Ia selalu gagal mengikuti acara perjodohan itu. Ino rasa tak akan ada pria yang berani mendekatinya. Mungkin benar kata musuh masa SMAnya dulu, Shimura Sai. Ino Yamanaka sudah dikutuk Shimura Sai untuk tidak dapat memikat pria manapun. Mengingat pria dengan senyum palsunya itu membuat hatinya kembali terluka. Ia sangat takut pada pria itu. Pria itu bahkan berjanji akan kembali 4 tahun setelah kelulusan SMA. Ino bersyukur pria itu belum muncul hingga saat ini.

Ino kembali melamun. Perkataan Sakura tadi cukup membuatnya merasa tak nyaman. Walaupun ia tau Sakura hanya bercanda dengannya. Ino tak berani mengungkapkan masalah pribadinya pada Sakura. Ia takut merepotkan sahabat baiknya itu.

'Oh Pig! Empat tahun berpisah denganmu kau berubah drastis. Mana Ino yang fashionable dan genit? Uangmu sebagai penulis kau kemanakan?'

'Kakakmu mendapatkan donor sum-sum tulang belakang Ino.'

'Tapi orang yang mendonorkan minta bayaran yang besar.'

'Dia Ayah kandung Konan.'

Kata-kata itu terus berputar di otak Ino. Ia merasa kepalanya semakin berdenyut. Sakit sekali, itu yang ia rasakan sekarang.

Argggg!

Ino terduduk di bahu trotoar. Semua kembali rumit baginya. Apa Tuhan tidak cukup memberinya cobaan? Hidupnya seperti dipenuhi cobaan yang datang bertubi-tubi. Ia menangis sekarang. Setelah empat tahun lamanya ia tak pernah menangis.

Ia mulai berdiri dari tempatnya duduk. Sekarang yang Ino lakukan hanya berdoa.

"Aku harap setelah aku berdiri dan pergi dari tempat ini, aku mendapatkan kehidupan yang benar-benar baru. Aku ingin kakakku sembuh, semua keluargaku dapat berkumpul, rumahku masih ada, aku bisa kuliah kembali dan ada seorang pria yang benar-benar mencintaiku."

Doa yang lugu dan polos. Itulah harapan terbesar dari Ino. Ia ingin mendapatkan kebahagiaan seperti kebahagiaan yang biasa dialami banyak orang.

.

.

.

Neji mengemudikan mobilnya dengan ugal-ugalan. Dia memukul stir mobilnya berkali-kali. Entah dia marah pada siapa. Dia seperti ingin mengakhiri hidupnya kali ini. Dia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh. Malam yang semakin larut membuat jalanan semakin sepi. Yang ada di pikirannya hanya 'cepat sampai di rumah dan tidur'. Dia ingin mengakhiri semuanya. Dia berharap ketika bangun keesokan harinya, semuanya kembali seperti semula.

.

.

.

Ino berjalan melamun melewati trotoar. Lampu kuning menyala. Ia tetap melangkahkan kakinya untuk menyeberang jalan. Ia menyeberang jalan dengan pelan. Ino tak menghiraukan lalu lalang kendaraan—jalanan sudah sepi, pikir Ino. Hingga tanpa sadar sebuah mobil Audi datang dengan kecepatan penuh dari arah depan.

'BRAAAAAAAAAAK!'

Tubuh Ino terpental dan jatuh di tanah beraspal. Tak ada teriakan. Kejadian itu terjadi begitu mendadak.

'CIIIIITTTTTT!

Neji yang syok mengerem mobilnya mendadak. Kepala Neji terbentur kaca depan mobil. Darah keluar dari pelipisnya. Apa yang terjadi? Kesadarannya terkumpul. Dia turun dari mobil. Dia menabrak seseorang. Tubuh seorang wanita tergeletak di aspal jalan.

"ASTAGA! Aku membuat masalah lagi!"

Darah banyak keluar dari tubuh Ino, terutama bagian kepala. Ia tak sadarkan diri. Neji mengguncang tubuh Ino berkali-kali. Perempuan itu tetap tak sadarkan diri.

"Nona! Bangunlah!"

Neji meremas rambutnya, semuanya begitu membingungkan. Sampai suara sirine ambulans dan mobil polisi memenuhi jalanan yang lengang malam itu.

Bersambung….

Fuihh… akhirnya selesai.

Hallo? aku author baru disini. Maaf jika ceritanya gaje dan penuh drama (Bisa dilihat genrenya memang drama :P ). Cerita ini masih awal dan masih panjang.

Entah kenapa aku suka pairing Neji – Ino. Pairing yang mustahil banget terjadi. Padahal aku ini seorang Sasusaku lover. Author sudah bikin ini cerita sampai beberapa chapter. Ceritaku ini untuk hiburan semata. Yang nggak suka nggak usah baca ! Author nggak akan nuntut macem-macem |˚–˚|v

Please, jangan hujat aku karena pairingnya. Otak author sudah mau meledak karena menyimpan cerita ini hampir satu tahun dikelas 3 SMA kemarin. Author selalu berpikir tokoh yang cocok untuk cerita ini. Inspirasi author nggak bisa tersalurkan karena terlalu fokus belajar UN. Dan inilah waktu yang tepat untuk mengembangkan ide. Author akan free untuk 3 bulan kedepan. Insya Allah author akan rajin update.

Rencananya fanfic ini akan author taruh di rated M karena mungkin dipart-part selanjutnya ada adegan tidak pantas. Mungkin tapi… masih kemungkinan…. Haha..ahaha… #author kabur.

Yang berniat, silahkan REVIEW.

Author butuh saran dan kritik untuk kelancaran dan keberhasilan cerita ini #author tertawa renyah.