-_ Ui Present _-
000 Kiss The Rain 000
Pairing : SasuFemNaru
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Warning : AU, OOC maybe, FemNaru, serta kekurangan kekurangan lain yang tak bisa dihindarkan
Rated : T aja
READ N RIVIEW PLEASE
DON'T LIKE, DONT READ
/.
/.
Seorang anak kecil tampak melangkah waspada dalam sebuah bangunan tua yang tak terawat, matanya menatap tajam mencoba memastikan setiap langkahnya tepat dan tidak melakukan kesalahan. ia tak khawatir akan kehadiran para penculik karena tempat ini telah dikepung dan para penculik itu tengah dihadapi oleh polisi dewasa. Ia menekan tombol pada telinganya setelah ia rasa posisinya telah aman.
"Lapor aku berhasil masuk komandan." Ucap seorang anak berambut pirang yang berhasil menyusup pada suatu ruangan gelap itu.
"Bagus cari anak-anak yang diculik dan keluarlah. Kami akan mengalihkan perhatian mereka." Ucap seseorang yang dipanggilnya komandan tersebut.
"Siap." Ucap anak itu tegas dan memutus hubungan mereka melalui alat komunikasi yang di pasang di telinganya.
Anak segera menelusuri tiap jengkal ruangan itu mencari tempat anak-anak korban penculikan di tahan. Kemudian ia melihat sebuah pintu nampaknya itu tempat para anak-anak di sandera. Ia segera mengambil suatu alat dari dalam tas yang menggantung dipinggangnya yang kemudian ditempelkannya pada gembok yang menahan pintu itu. Ia melangkah mundur beberapa langkah memberi jarak aman pada dirinya kemudian menekan pemicu yang ada ditangannya dan hancurlah gembok tersebut setelah terjadi ledakan kecil.
Ia membuka pintu itu perlahan nampak dihadapannya beberapa anak yang menjadi korban penculikan dengan modus uang. Mereka tampak sangat ketakutan dan menangis tersedu, dengan gerakan cepat ia menuju anak-anak yang mengumpul dipojok ruangan itu.
"Tenanglah kalian sudah aman, ayo sekarang kita keluar." Ucap anak itu, perlahan ia mendekati dinding ruangan itu yang terbuat dari kayu ia menyusuri ruangan itu menatap dinding mencari titik di mana ia bisa keluar. Setelah di rasa menemukan titik yang cocok, ia menempelkan alat peledak yang sama namun lebih besar.
"Kalian cepat berdiri di belakangku." Perintah anak berambut pirang itu kepada anak yang akan ia selamatkan.
Ia menekan pemacu dan terbentuklah lubang yang cukup untuk mereka lewati.
"Ayo kalian keluar satu per satu, tak jauh dari sini ada polisi lain yang akan menyelamatkan kalian."
Anak itu memperhatikan satu per satu korban sandera berhasil keluar, kecuali satu anak tersisa. Anak itu hanya terduduk tak bergerak, rambut hitamnya menutupi wajah yang memang ia tundukkan. Anak berambut pirang itu perlahan mendekat dan menjongkokkan dirinya, mata birunya menatap anak yang ada dihadapannya. Di lihat dari wajahnya anak ini memiliki usia tak jauh dari usianya saat ini 13 tahun.
"Kenapa tidak keluar ? kita harus keluar saat ini juga sebelum para penculik itu datang kemari." Ucap anak bermata biru itu, anak berambut hitam itu mendongak memperlihatkan mata hitamnya. Mata hitam itu menuju kearah kakinya, melihat itu anak bermata biru mengikuti arah padangnya. Di sana, di kaki anak itu tampak luka gores yang cukup panjang dan dalam hingga mengeluarkan darah yang cukup banyak bahkan kering di beberapa bagian.
"Kau terluka ya, baiklah. Ayo naik ke punggungku." Ucap anak berambut pirang seraya membalikkan tubuhnya, menyodorkan punggungnya.
"Kau gila, kau bahkan lebih kurus dan pendek di bandingkan denganku." Perkataan pertama anak berambut hitam itu membuat anak lain yang membelakanginya cemberut.
"Meski begitu aku ini polisi, jadi aku ini kuat. Ayo cepat naik kita tak punya banyak waktu."
Pada akhirnya anak berambut hitam itu mengalah dan naik ke punggung anak dihadapannya. Mereka keluar perlahan menuju tempat bantuan yang tak jauh dari tempat penculikan.
Pemuda berambut hitam menatap seseorang yang tengah menggendongnya rambut pirang pendek di tutupi topi hitam khas kepolisian, namun ada yang berbeda dengan anak yang di yakininya berjenis kelamin laki - laki ini. Ada sesuatu yang ganjil pada dada yang terlihat rata dengan pakaian polisi itu saat ia tak sengaja menyentuhnya, ada sesuatu yang hangt disana. Tak mungkin seseorang yang tengah menggendongnya ini seorang perempuankan ?
Terlihat di depan mereka kerumunan polisi, ada beberapa dari anggota polisi itu berusia tak jauh dari orang yang tengah menggendongnya. Mereka mendekat pada ambulans yang tengah sedia memberikan bantuan pertama pada korban penculikan yang mungkin terluka. Anak bermbut pirang menyerahkan pemuda di punggungnya pada perawat yang menyambutnya.
"Sasuke " sebuah suara menyambut kedatangan mereka seorang wanita yang langsung memeluk anak yang baru saja ia gendong. Anak berambut pirang itu tersenyum kemudian melangkah menjauh menuju kerumunan polisi, tak menyadari tatapan lekat dari sepasang mata hitam dari anak yang baru saja ia selamatkan itu.
/.
/.
/.
/.
"Kau baik - baik saja Naruto ?" sosok pemuda berambut coklat mendekat pada anak berambut pirang yang ternyata bernama Naruto itu.
"Ya." Jawab Naruto singkat, ia membuka topi yang ia kenakan yang menampakkan rambut panjang sepunggung yang tersembunyi di dalam topi.
"Aku tak apa Kiba sungguh." Ucap Naruto lagi melihat pemuda di hadapannya masih menelusuri tubuhnya memastikan tak ada yang terluka.
"Ayo kita harus segera kembali ke markas. Kyuubi sudah menunggu kita di mobil." Ucap Kiba seraya menggandeng tangan Naruto.
"Kyuubi-nii jelek tak mau menyambutku." Ucap Naruto kesal, yang disusul tawa pemuda yang tengah menggandeng tangannya itu.
/.
/.
/.
/.
4 tahun kemudian
Hiruk pikuk nampak tercipta di pagi indah di Konoha High School, para siswa nampak hilir mudik menuju kelas atau kantin untuk sarapan bagi siswa yang tak sempat sarapan. Jam pelajaran memang akan segera di mulai tapi mereka tampak tak khawatir terlambat karena para guru tengah disibukkan dengan persiapan kegiatan tukar budaya dan pelajar dengan Negara Korea Selatan yang akan dilaksanakan esok hari. Mereka harus mempersiapkan sebaik mungkin tak ingin membuat nama baik Negara mereka Jepang tercoreng.
Namun suasana ramai itu mendadak senyap, setiap siswa merapat pada dinding kelas atau masuk kembali ke kelas ketika dua kelompok paling terkenal Kitsune dan Katon berpapasan di koridor. Suasana mencekam terasa kental ketika kedua ketua kelompok saling berhadapan.
"Pagi yang indah Kyuubi-chan." Ucap ketua Katua Katon yang tak lain Uchiha Itachi tentu saja dengan penekanan pada sufik yang ia berikan pada nama ketua geng dihadapannya tak lupa seringai remeh yang terhias di wajah tampannya.
"Kau mau mati muda keriput." Ancam Kyuubi.
"Sayang kau tidak akan membunuhku semudah yang kau bayangkan Kitsune. Benarkan Sasuke ?" Tanya Itachi pada pemuda yang tengah berjalan melewatinya.
"Hn " hanya dua huruf indah yang Sasuke berikan sebagai jawaban nampak tak peduli dan terus melangkah menuju tempat tujuannya.
"Bahkan adikmu sendiri tak mengakuimu Uchiha." Ucap Menma melihat Sasuke yang terus melangkah tak memperdulikan sang kakak yang mungkin akan terlibat dalam perang dunia ke III.
"Diam kau kuning." Ucap Deidara yang berdiri di samping Itachi.
"Apa kau tak punya kaca di rumah ? rambutmu juga kuning bodoh." Balas Menma tak terima.
" Kau yang buta warna tak bisa memebedakan warna kuning dan pirang." Balas Deidara tak mau kalah.
Baru saja mereka hendak memulai pertarungan dering handphone melerai mereka. Kyuubi sang pemilik tersangka pengganggu segera mengangkat telepon melihat nama 'Kaa-san' tertera pada layar handphone nya tak memperdulikan tatapan tajam dari kubunya maupun kubu lawan yang merasa terganggu.
"Ya Kaa-san?"
" "
"Benarkah ?"
" "
"Baiklah aku akan menjemputnya di bandara."
" "
"Ya, aku mengerti."
Kyuubi memutus sambungan teleponnya dan melangkah pergi.
"Hei Kyuubi mau kemana kau ?" Teriak Hidan salah satu anggota Katon merasa tak terima karena lawannya kabur duluan.
"Aku ada urusan penting, kita lanjutkan lain kali." Jawab Kyuubi yang telah pergi menjauh meninggalkan muka cengok Menma dan Sasori.
/.
/.
/.
/.
Sesosok gadis berambut pirang nampak berjalan santai di bandara Konoha dengan koper cukup besar di tangan kanannya, rambutnya yang di ikat ekor kuda membingkai wajah manisnya yang berhias kaca mata besar coklat yang menutupi indah shappire di baliknya. Tubuhnya yang berbalut mantel coklat di padu celana jeans hitam di lengkapi sepatu boots berwarna coklat. Ia berjalan mantap menuju pintu luar bandara, menghiraukan tatapan kagum dari orang - orang. Ia berhenti sejenak merasakan getaran pada saku celananya, 'Hye Sung Songsaenim' tertera pada layar handphone touchscreennya.
"Yoboseyo."
" "
"Nde."
" "
"Arraseo. Gamsahamnida Songsaenim"
Gadis itu meletakkan kembali handphonenya ke tempat semula, senyumnya berkembang ketika menangkap sosok yang sudah lama ia rindukan.
"Kyuubi Oppa." Teriak gadis itu, segera menarik kopernya tergesa menuju leleki yang ia panggil itu.
Pletak
Senyum manis yang sempat berkembang itu berubah cemberut merasakan sambutan hangat dari sang kakak tercinta.
"Ini Jepang Naruto baka." Ucap Kyuubi ketus tak lupa penekanan pada nama negaranya.
"Nde." Jawab Naruto kemudian melepaskan kacamta yang memperlihatkan sepasang mata biru indah.
"Kau mengulangi lagi." Ucap Kyuubi mempersiapkan tangannya.
"Iya aku mengerti. Kyuu-nii jelek." Balas Naruto tangannya ia siagakan di atas kepala mewaspadai kemungkinan sesuatu yang buruk.
"Kau tak merindukan ku ?" Tanya Naruto menatap Kyuubi dengan harap.
"Bodoh." Mendengar jawaban dari Kyuubi Naruto segara menerjang kakaknya dengan pelukan erat. Jujur ia sangat merindukan kakaknya ini, selama 2 tahun ini ia memilih tinggal di Korea bersama kakek dan neneknya meninggalkan keluarganya di Jepang.
"Ayo kita pergi. Kaa-san dan Tou-san sudah menunggu kita di rumah." Ucap Kyuubi setelah pelukan itu berakhir segera saja ia mengambil koper dari tangan Naruto, ia langkahkan kakinya menuju pintu luar.
"Baiklah." Balas Naruto ceria segera ia merangkul tangan Kyuubi yang bebas, sedang Kyuubi memilih cuek dan berjalan dengan biasa menghiraukan adiknya yang tengah bergelayut manja pada tangannya.
/.
/.
/.
/.
Suasana mendung nampak melingkupi kota Konoha di akhir bulan Mei ini, membawa hawa dingin dan suasana suram yang terasa. Naruto memandang langit dari kaca pintu menuju balkon kamarnya, setelah acara melepas rindu dengan kedua orang tuanya Naruto lebih memilih istirahat di kamarnya, kamar yang telah lama ia tinggalkan. Naruto memejamkan matanya merasakan semilir angin membelai wajah ayunya, menikmati rasa nyaman yang selalu ia rasakan ketika musim hujan datang.
Naruto membalikkan tubuhnya menatap kamarnya, tak ada yang berubah masih dengan ranjang king size di tengah ruangan di samping kiri ranjang ada lemari pakaian yang menempel pada tembok dan menghadap ke kamar mandi, di depan ranjang terdapat televise flat dan di samping kanan terdapat meja serta rak berisi koleksi dan piagam yang berhasil ia peroleh, rak itu sendiri menghadap kearah pintu kaca balkon. Di tembok depan meja terlihat foto - foto masa lalu yang tertempel asal namun terlihat indah. Ia mendekat pada foto – foto itu mencoba memflashback kehidupannya. Disana ada fotonya dan Kyuubi tak lupa orang tuanya, juga foto – foto dirinya dengan anggota kepolisian khusus yang sempat ia ikuti dulu, ia berhenti sejenak menatap foto yang sedikit terpisah fotonya yang tersenyum cerah dengan seseorang yang tengah memeluknya, seseorang yang begitu berharga dalam hidupnya.
"Kiba." Sebuah nama meluncur pelan dari bibir Naruto, ia mengukir senyum tipis mengingat kenangannya bersama lelaki yang bernama Kiba itu.
"Naruto sayang saatnya makan." Sebuah suara familiar mengintrupsi nostalgia Naruto. Ia lihat ibunya yang tengah berjalan mendekatinya.
"Kau sedang apa sayang ?" Tanya Kushina sambil membelai rambut pirang putri tunggalnya.
"Tidak ada, hanya melihat – lihat Kaa-san." Jawab Naruto matanya menatap sang ibu yang masih sibuk membelai rambutnya, menyalurkan rasa nyaman yang sudah lama tidak Narito rasakan. Kushina menghentikan belaiannya dan menatap Naruto.
"Saatnya makan siang, Tou-san dan Kyuubi sudah menunggu." Ucap Kushina lembut.
"Baik Kaa-san." Naruto lebih dulu melangkah meninggalkan Kushina yang masih belum beranjak.
Kushina menatap obyek yang tadi sempat di lihat Naruto, sebuah foto beberapa tahun lalu. Kushina tersenyum miris menyadari semua tak lagi sama, ia melangkahkan kakinya keluar tak lupa menutup pintu kamar Naruto menuju ruang makan tempat anggota keluarganya tengah menunggu.
/.
/.
TO BE CONTINUED
Saya datang membawa fic baru yeeii #digetok karena kebanyakan hutang fic.
Judul fic ini di ambil dari instrument piano karya Yiruma yang berjudul Kiss the Rain, entah mengapa aku sangat suka judul ini dan memikirkan jalan cerita yang sesuai, meski kelihatannya gak sesuai sih. Ide Fic ini merupakan gabungan fic subtitude love dan akairo hoshi menurutku, maaf kalau masih pendek anggap saja prolog, he..he..he..
Aku akan lihat sambutan untuk fic ini apakah hangat atau justru dingin, kalau dingin gak aku lanjutin ah #digetok karena ngancem. Gak kok pasti di lanjutin, he..he..he..
MIND TO RIVIEW
-_Uichan…..
