Joker Game © Yanagi Koji
Hampir semuanya diskripsi, fictogemino. Didedikasihkan untuk The Geminos. Tidak ada keuntungan finansial yang diambil selain kesenangan pribadi. Selamat membaca ~
Sayang sekali Hatano sudah pergi jauh ke batas senja.
Kalau dipikirkan lagi, Jitsui memang merindukannya. Bersama dengan percakapan berat mereka di perbatasan Eropa, bersama kata-kata penyemangat dan pembangkit moral, bersama satu kaleng anggur kesayangan Hatano—yang kini isinya sudah kering dalam gelas kaca, juga senyum miring aneh yang kadang membuat Jitsui gagal menahan tawa. Ia merindukan sesuatu yang telah menghilang.
Kira-kira dimana Hatano sekarang? Jitsui akan menghampirinya begitu ada surat yang datang lagi. Karena hiruk-pikuk Jitsui dalam tugas mata-mata ini hampir berakhir, perang dunia sudah lama pecah. Ia bertopang dagu dan mengawang. Inggris masih belum bosan dengan kelabunya. Dengan siang yang pendek dan malam panjang tak berbintang.
Andai saja Hatano ada di sini dan menikmati musim dingin berdua. Hanya ia dan Hatano dalam balutan selimut. Seperti saat itu.
Jitsui ingin menyeruput minuman hangat lagi, tapi batal di tengah jalan. Bayangan Hatano yang melintas membuat Jitsui ingin meringkuk, berbalut kain tebal juga jilatan api di balik terali.
Lalu suara tuk-tuk ringan dari luar membuat Jitsui melupakan kopinya. Membiarkan minuman hitam itu begitu saja. Jitsui harus mulai mengurangi kafein, tapi ia selalu gagal. Ia menoleh ke halaman dan memilah warna hijau di antara rintik hujan kepunyaan Ikley yang makin banyak, lalu kembali untuk menekuni kobaran perapian saat memandang hujan mulai membuatnya bosan.
Benar, Jitsui bosan sekali sejak tantangan hidupnya habis.
Ia berdiri dan berjalan terhuyung ke pintu, menyentuh gagang besi yang dingin, kemudian dalam hitungan ke tiga ditariknya hingga anak hujan jatuh ke dalam. Jitsui berharap ekspresinya yang sedatar papan berubah.
Langit masih kelabu. Jitsui berdiam sebentar dan membiarkan wajahnya basah. Di depannya tak ada apapun. Seperti yang Jitsui pikirkan. Mungkin ketukan itu memang dari loteng, atau lumbung, atau barangkali hanya tetes air yang jatuh ke atas kayu berongga.
Jitsui abai. Ketika baru saja akan kembali duduk di sofa tua miliknya, ia melihat kertas setengah basah tergeletak di dekat kaki. Ia pungut. Tak ada penjelasan apapun di permukaan, jadi Jitsui bersegera membawanya ke atas meja sebelum jadi basah dan luruh tintanya. Sepertinya surat dari Hatano yang tak sengaja terselip.
Meletakkan benda di atas tangan ke muka meja, Jitsui membuat kopi tumpah ke lantai karena ketukan-ketukan itu mulai berbunyi kembali.
Apa kali ini Jitsui akan mendapat hal mengejutkan kalau ia mengalah?
Adakah yang bisa ia capai?
Memikirkan hal dari masa lalu membuat Jitsui jadi bernostalgia. Saat itu hujan juga turun seperti sekarang. Bedanya, air yang jatuh membawa kebahagiaan dan ketentraman hingga Jitsui sempat tertidur dalam dekapannya. Ah sudahlah. Jitsui menghela napas karena langkah-langkahnya masih terseret.
Pintunya terayun.
Ternyata kali itu bukan hanya tulisan di atas kertas, Hatano memang berdiri di depan rumahnya, di pertengahan musim. Tidak ada surat sebagai kabar keadaanya. Hatano membawakan yang tak terduga dengan mengunjungi Jitsui langsung. Laki-laki itu merentangkan tangan dan tersenyum bersama gigi yang bergemeletuk.
"Aku pulang."
Napas Jitsui terasa sesak hingga mulutnya keluh.
"Selamat datang di rumah, Hatano-san."
END
Jangan baca AN dulu, silahkan dibaca dari bawah ke atas :D
AN : Ketika dibaca dari atas ke bawah, akan jadi happy ending. Sedang saat dibaca dari bawah ke atas, akan jadi sad ending karena yang di maksud dengan 'pergi jauh ke batas senja' (ketika dibaca dari bawah ke atas), adalah Hatano yang sudah pergi selamanya.
VEE
[Lmg/23.05.2017]
